Di susun oleh :
Kelompok 2
Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pubertas Tarda
Pengertian
Pubertas Terlambat atau pubertas tarda yaitu tidak muncul sama sekali
karakteristik seksual sekunder sebelum usia 13 tahun, menars tidak ada setelah
mencapai usia 18 tahun. Penyebabnya karena ada gangguan di daerah hipotalamus,
atau adanya penyakit sistemik, kurang gizi, atau gangguan fungsi endokrin yang lain.
Pada anak laki-laki, pubertas terlambat lebih sering terjadi dan didefinisikan
sebagai berikut :
Tidak adanya pembesaran testis pada usia 14 tahun
Waktu lebih dari 5 tahun antara mulai perkembangan genital hingga sempurna
Keadaan sistemik yang sering dijumpai oleh pubertas terlambat adalah, seperti
gagal ginjal, hipotiroid, anoreksia nervosa, penyakit radang usus dan penyakit celiac,
infeksi berulang dan penyakit neoplasma, penyakit psikosomatik yang serius.
Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada:
Terapi
Tata laksana pubertas terlambat tergantung pada penyebabnya. Untuk remaja
yang terlambat secara alami sebenarnya tidak membutuhkan pengobatan. Namun jika
remaja tersebut sangat stres akibat tertundanya pubertas maka dokter dapat
memberikan terapi hormon seks tambahan untuk memulai proses pubertasnya lebih
cepat.
Pengobatan ini lebih sering dilakukan kepada anak laki-laki. Anak laki-laki
yang belum menunjukkan tanda pubertas pada usia 14 tahun dapat diberikan
testosteron selama 4-6 bulan. Pada dosis rendah testosteron memulai pubertas,
menyebabkan perkembangan beberapa ciri maskulin dan tidak mencegah remaja
tersebut mencapai tinggi badan optimalnya. Pada anak perempuan, estrogen dosis
rendah dapat diberikan dengan pil atau skin patch.
Gejala klinis yang terjadi pada anak perempuan apabila dialami pada usia
kurang dari 9 tahun:
Payudara membesar.
Tumbuhnya rambut pubis dan rambut tipis pada lengan bawah.
Bertambah tinggi dengan cepat.
Mulainya menstruasi.
Tumbuh jerawat.
Munculnya bau badan.
Sedangkan pada anak laki-laki, tanda-tanda terjadinya Pubertas Prekoks akan
muncul saat umur kurang dari 10 tahun meliputi :
Pembesaran testis dan penis.
Tumbuhnya rambut pubis, lengan bawah dan wajah.
Peningkatan tinggi dengan cepat.
Suara memberat
Tumbuh jerawat
Munculnya bau badan
Pubertas dini dikenal memiliki dua jenis perkembangan yang berbeda, yaitu:
1. Pubertas dini sentral – merupakan jenis pubertas dini yang umum terjadi dan
ditandai dengan sekresi hormon gonad oleh kelenjar pituitari di otak yang terlalu
cepat, sehingga memicu aktivitas testis dan ovarium untuk memproduksi hormon
seks dan menyebabkan proses pubertas terjadi lebih awal.
2. Pubertas dini perifer – merupakan jenis pubertas dini yang jarang terjadi. Hal ini
ditandai dengan produksi hormon seks oleh organ reproduksi namun tanpa
aktivitas kelenjar otak. Hal ini merupakan pertanda adanya masalah pada organ
reproduksi, kelenjar adrenal, atau kelenjar tiroid yang tidak aktif.
Diagnosis
Saat kita menemukan seorang pasien dengan kecurigaan mengalami Pubertas
Prekoks, maka kita harus melengkapi anamnesa dan riwayat pasien beserta
keluarganya, melakukan pemeriksaan fisik yang berkaitan dan memastikan diagnosis
dengan melakukan tes laboratorium terutama fraksi hormonal maupun radiologis yang
dispesifikasi pada foto tulang (Pramesmara, 2009).
Untuk pemeriksaan penunjang laboratorium, maka dilakukan tes kadar
hormon LH dan FSH basal, uji GnRH terstimulasi, esterogen dan progesterone serum,
B-HCG, 17-OH progesteron, estradiol dan beberapa pemeriksaan hormonal lainnya
atas indikasi. Diperlukan pula pemeriksaan radiologis diagnostik, maka yang
difokuskan adalah pencitraan umur tulang dan survey tulang (McCune-Albright).
sedangkan untuk etiologi dilakukan CT-Scan/MRI kepala dan USG pelvis adrenal
(Pramesmara, 2009).
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Pubertas Prekoks ditentukan tipenya sebagai berikut:
a) Tata Laksana Pubertas Prekoks Sentral : Kebanyakan anak dengan Pubertas
Prekoks sentral tidak disertai penyakit lainnya. Terapinya dinamakan GnRH analogue
yang biasanya terdiri dari suntikan bulanan berupa leuprolide dosis 0,25-0,3/kgBB i.m
setiap 4 minggu yang menghentikan aksis HPG dan menghambat perkembangan.
Terapi tersebut dilanjutkan hingga pasien mencapai umur pubertas normal yang
sesuai. Apabila mereka lupa atau menghentikan pengobatan, maka proses pubertas
akan dimulai lagi (Nelson, 2006).
b) Tata Laksana Pubertas Prekoks Perifer : Tujuannya adalah melakukan
penanganan pada penyakit yang mendasari timbulnya Pubertas Prekoks; misalnya
karena konsumsi obat, maka obat tersebut dihentikan contohnya pada tumor, maka
segera lakukan pembedahan reseksi tumor agar menghentikan agresifitas pubertas
(Nelson, 2006).
Prognosis (Nilai Kesembuhan)
Studi melaporkan tingginya efektifitas dan keberhasilan pengobatan Pubertas
Prekoks apabila diberikan sedini mungkin dan haruslah mencapai tujuan terapi, yaitu
tercapai umur pubertas normal yang sesuai yaitu usia umur 9-14 tahun pada anak
perempuan dan usia 10-17 tahun pada anak laki-laki.
3. Sindrom Turner
Pengertian
Sindrom Turner adalah salah satu kelainan kromosom yang paling sering
terjadi pada manusia, dengan insidens sekitar 1:2000 kelahiran hidup anak
perempuan, tanpa memandang latar belakang etnisnya. Anak perempuan yang
menderita sindrom Turner mengalami kehilangan atau abnormalitas struktur pada
salah satu kromosom X. Manifestasi klinis sindrom Turneryang klasik adalah
perawakan pendek, disgenesis gonad, wajah dismorfik, limfedema dan masalah
lainnya. Sekitar 50-60% pasien sindrom Turner dilaporkan memiliki kariotipe 45,X.
Sebanyak 20-30% pasien mengalami kelainan struktur pada kromosom X, seperti
cincin, isokromosom pada lengan panjang, dan delesi parsial lengan pendek; dan 30-
40% memiliki pola mosaik (kariotipe yang memiliki dua atau lebih tipe sel yang
khas).
Gambaran klins
Gambaran klinis sangat bervariasi, tergantung pada usia saat ditegakkan
diagnosis. Sebagian besar pasien yang terdiagnosis pada masa pranatal, diagnosis
ditegakkan berdasarkan kariotipe yang abnormal dan/atau adanya higroma kistik,
hidrops fetalis, atau defek kardiak. Diagnosis pasti ditegakkan melalui pemeriksaan
analisis kromosom (kariotipe) dengan atau tanpa fish. Anak perempuan yang
terdiagnosis pada saat masa bayi hamper selalu mengalami limfedema, dengan/atau
tanpa webbed neck dan gambaran dismorfik lainnya. Sebaliknya, anak perempuan
yang tidak mengalami gambaran klasik seringkali tidak terdiagnosis sampai akhir
masa anak atau saat remaja dengan keluhan perawakan pendek dan/atau pubertas
terlambat, atau pada masa dewasa ketika mereka mengalami kegagalan ovarium
(pubertas terlambat, amenorea primer).
Gambaran dismorfik
• Perawakan pendek
• Cubitus valgus
• Limfedema
• Web neck
• Low posterior hairline
• Barrel chest
• Wide space nipple
• Multiple naevi
• Pubertas terlambat
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan analisis kromosom
(kariotipe dengan atau tanpa fish). Berdasarkan hasil kromosom, terdapat Dua tipe
sindrom turner:
1. Sindrom turner klasik dengan hasil analisis kromosom 45,x atau
46,xixq
2. Sindrom turner mosaik dengan hasil analisis kromosom 45,x dengan
Tambahan lini sel lain seperti 45,x/46,xx; 45,x/46,x,i(x) dan
45,x/46,xy. Gambaran klinis pada sindrom turner mosaik lebih ringan
Dari sindrom turner klasik.
Pemeriksaan penunjang lainnya meliputi:
• Biokimiawi:
- Gula darah puasa 2 jam post prandinal
- Profil lipid
- Fungsi tiroid
- Fungsi ginjal
• Echocardiografi untuk mendeteksi kelainan jantung koartasio aorta.
• Usg abdomen untuk melihat malformasi ginjal horse shoes kidney
• Konsul tht
• Konsul mata
• Konsul gigi berdasarkan indikasi
Terapi
Pasien dengan dugaan sindrom turner perlu dirujuk ke ahli endokrinologi
Anak.
• perawakan pendek: hormon pertumbuhan diberikan dengan dosis 0.05
Mg/kgbb/hari atau 0,35 mg/kgbb/minggu, injeksi subkutan setiap hari.
Maksimal dosis 0,07 mg/kgBB/hari tergantung dari respons terapi.
• Penambahan oksandrolone 0.03-0.05 mg/kgBB/hari (maksimal dosis
2.5 mg) dapat diberikan bila terapi hormon pertumbuhan dimulai pada
usia 8-10 tahun dan anak sangat pendek. Oksandrolone dapat diberikan
sampai usia tulang 14 tahun. Pemberian oksandrolone dapat
menambah tinggi dewasa penderita sampai 2,3-4,6 cm.
• Induksi pubertas: terapi sulih hormon dengan pemberian estradiol dosis
rendah dimulai sesudah usia 12 tahun. Dosis awal dapat dimulai
dengan 0,05-0,07 mcg dan dapat meningkat bertahap sampai 0,08-
0,12 mcg/kgBB untuk memaksimalkan perkembangan payudara. Siklik
progesteron ditambahkan paling tidak 2 tahun setelah terapi estrogen
atau saat menars.
• Perawakan pendek dan kegagalan ovarium merupakan faktor risiko
terjadinya osteoporosis, sehingga diperlukan suplementasi kalsium
(800-1000 mg) dan vitamin D (minimal 400 IU) setiap hari, sesuai
dengan rekomendasi harian. Penderita juga perlu melakukan aktifitas
fisik untuk menghindari obesitas dan osteoporosis dengan terpajan
matahari minimal 30 menit per hari.
B. PCOS
Polycistic Ovary Syndrome (PCOS) menjadi salah satu penyebab umum dari
gangguan anovulasi pada wanita dengan nilai persentase hingga 80% mempengaruhi
antara 1 dari 10 hingga 1 dari 7 wanita (Azziz, 2021; Manique and Ferreira, 2022;
Kotlyar and Seifer, 2023). PCOS merupakan kondisi endokrinologi yang sering
ditemukan dan terjadi pada 5-10% dari waita usia reproduksi dengan sindrom yang
terjadi kombinasi dari obesitas, hirsutisme, amenorea, anovulasi dan
hiperandrogenisme (Rao and Bhide2020).
Remaja lebih mungkin mengalami PCOS karena gaya hidup, kebiasaan
makan, kurang olahraga dan stres. PCOS kurang terdiagnosis dan kurang mendapat
penanganan. Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan para remaja akan gejala dan
ekspresinya. Remaja kemudian mengalami masalah untuk hamil dan kemudian
diidentifikasi ketika mereka mencari pengobatan infertilitas. Sangatlah penting untuk
melakukan skrining PCOS sedini mungkin dalam perkembangan penyakit ini
sehingga pasien dengan kondisi ini dapat menerima diagnosis, edukasiperawatan
pencegahandan terapi yang tepat (Vishal Mehta et al., 2021).
Diagnosis
Diagnosis ini didasarkan pada penilaian klinis dan/atau biokimiawi
hiperandrogenisme yang dikombinasikan dengan penilaian ultrasonografi untuk
ovarium yang tampak polikistik dan/atau oligomenorea seperti yang diuraikan oleh
kriteria Rotterdam. Namun, gambaran klinis yang dapat menyertai diagnosis ini dapat
mencakup obesitas dan aspek-aspek lain dari sindrom metabolik, gangguan suasana
hati seperti kecemasan dan depresi, serta sering kali infertilitas (HJ et al., 2011; Azziz,
2021). Menurut kriteria Rotterdam, dua dari tiga kondisi anovulasihiperandrogenisme,
dan morfologi sonografi yang khas, harus dipenuhi untuk membuat diagnosis PCOS.
Diabetes dan toleransi glukosa yang buruk lebih sering terjadi pada wanita
yang didiagnosis PCOS Untuk meningkatkan peluang mereka untuk hamil dan
memiliki bayi yang sehat, para wanita ini harus mendapatkan konseling ekstensif
tentang perubahan gaya hidup. Harus dipastikan dengan penggunaan metformin di
luar label bahwa wanita tertentu mendapatkan manfaat darinyaSementara wanita
dengan PCOS perlu diikuti lebih dekat untuk perkembangan diabetes gestasional,
preeklampsia, atau hipertensi selama kehamilan, wanita dengan siklus tidak
berovulasi mampu melakukan stimulasi sederhana untuk kesuburan (Manique and
Ferreira, 2022).
PCOS pada remaja harus didiagnosis terutama berdasarkan gejala klinis dan
biokimia hiperandrogenisme dan ketidakteraturan menstruasi. Penundaan diagnosis
setidaknya selama dua tahun setelah menarche disarankan karena gejala PCOS dan
perkembangan pubertas yang normal sebanding. Anak perempuan yang tidak
memenuhi kriteria diagnostik harus fokus pada manajemen gejala (Witchel et al.,
2019)
Penatalaksanaan
Menormalkan siklus menstruasi, ovulasi, dan jika diinginkan, mencapai
kehamilan yang sukses adalah tujuan utama pengobatan dan terapi. Menurunkan berat
badan pada orang yang kelebihan berat badan adalah cara yang paling tidak invasif
untuk mencapai hal ini. Penurunan berat badan sebesar 5-10% telah dilaporkan dapat
memperbaiki gejala-gejala PCOS, termasuk hirsutisme, infertilitas, menstruasi yang
tidak teratur, dan hiperinsulinemia. Meskipun sulit untuk dipertahankan, tujuan ini
dapat dicapai dengan mengurangi asupan kalori dan meningkatkan aktivitas fisik.
Meskipun menurunkan berat badan bermanfaat, namun hal ini mungkin tidak
sepenuhnya menghilangkan gejala PCOS pada wanita yang kelebihan berat badan.
Selain itu, diperkirakan bahwa banyak orang dengan PCOS -tetapi tidak semua-
kelebihan berat badan. Untuk mencapai keteraturan menstruasi atau menormalkan
kadar glukosa darah, obat-obatan dapat diberikan. Jika wanita tersebut tidak ingin
hamil, pil KB akan membantu mengendalikan siklus menstruasinya. Namun, pil KB
juga dapat menyebabkan penambahan berat badan dan resistensi insulin, yang akan
merugikan pengobatan PCOS secara keseluruhan. Jika diinginkan, dokter dapat
memberikan clomiphene citrate, selective estrogen receptor modulator (SERM), untuk
meningkatkan kemungkinan terjadinya pembuahan. Namun, hanya 10% wanita yang
menggunakan obat ini yang bisa hamil. Gonadotropin eksogen atau prosedur
laparoskopi dapat digunakan jika clomiphene sitrat tidak dapat meningkatkan
pembuahan.
Terapi untuk menormalkan glukosa darah, agen hipoglikemik oral seperti
metformin biasanya diresepkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa obat ini
juga dapat meningkatkan kesuburan, meskipun penelitian lain tidak menemukan hasil
seperti itu. Rekomendasi saat ini adalah untuk menghentikan metformin ketika
kehamilan telah dikonfirmasi. Beberapa orang menyarankan agar metformin dapat
dilanjutkan selama kehamilan jika terdapat diabetes tipe 2 obat antiandrogen
nonsteroid dapat membantu memperbaiki gejala kelebihan androgen, meskipun obat
ini tidak umum digunakan pada remaja. Meskipun beberapa obat dapat memperbaiki
hirsutisme sampai batas tertentu, pengobatan nonfarmakologis juga dapat digunakan,
termasuk waxing, elektrolisis, pemutihan, pencabutan, dan terapi panas atau laser
Rencana perawatan khusus kini dapat dibuat untuk remaja putri yang
menunjukkan gejala PCOSS angatlah penting untuk memperhatikan riwayat,
pemeriksaan fisik, dan hasil laboratorium untuk menemukan remaja putri yang
berisiko terkena PCOS. Penanganan karakteristik klinis dan komorbiditas sangat
penting untuk kesehatan dan harga diri pasienbahkan ketika penundaan pelabelan
diagnostik mungkin masuk akalSalah satu tujuan di masa depan adalah pencegahan
melalui deteksi dini terhadap remaja putri prapubertas dan remaja putri yang berisiko
serta penggunaan perawatan gaya hidup (Witchel et al, 2019)
Apa penyebabnya?
Faktor risiko
Makanan/minuman apa yang harus dihindari Makanan/minuman apa yang disarankan menjelang
menjelang dan saat menstruasi? dan saat menstruasi?
Kurangi makanan bergaram, seperti kentang goreng, pop Perbanyak makanan yang mengandung magnesium,
corn, kacang- kacangan, dan lain-lain. Garam cenderung vitamin C dan vitamin B6
menahan air di dalam tubuh, sehingga dapat Tingkatkan konsumsi makanan berserat
memperparah kembung dan mual. Perbanyak minum air putih Perbanyak minum jus buah
Kurangi makanan yang mengandung gula atau dan sayuran
karbohidrat tinggi Jika terjadi perdarahan banyak saat menstruasi,
Kurangi makanan/minuman yang mengandung kafein, konsumsilah makanan atau multivitamin yang
seperti kopi dan minuman berenergi mengandung zat besi agar terhindar dari anemia
DAFTAR PUSTAKA
Ramadhan. (2015). Hipogonadisme. Journal Of Vocational Health Studies, 1(1), 1632–1645.
Simanjuntak, T. P. (2010). Sindrom Turner. Majalah Kedokteran FK UKI, XXVII(1), 15–19.
http://ejournal.uki.ac.id/index.php/mk/article/download/1677/1322/
Wahana, H. (2020). Journal of Nursing Invention. Jo
Pediatric. ( 2018, 22 Oktober). Gangguan Pubertas Pada Anak.
https://klinikanakapap.com/gangguang-pubertas-pada-anak-2/