Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MASALAH DAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI


(Penyimpangan Dan Kelainan Yang Berhubungan Dengan Ganggguan Haid )
Dosen pengajar : Maslam P, SST.,M,Kes

Di susun oleh :
Kelompok 2

No. Nama Npm


1. Dea 201560411002
2. Evi oktaviani 2015604110
3. Novi mubarokah 2015604110
4. Siti indriyani 201560411032

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA


PRODI S1-KEBIDANAN TAHUN
AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat, taufik dan hidayah
Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas yang berjudul
“MASALAH DAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI”.
Dalam penulisan laporan kelompok ini, kami menemui banyak hambatan
dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan mengenai hal yang berkenaan dengan
penulisan laporan makalah ini.
Harapan kami, laporan kelompok ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta
menjadi referensi khususnya bagi kami dalam mengarungi masa depan. Kami sadar
bahwa laporan makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki karya tulis kami selanjutnya.

Bekasi, 7 September 2023


Penyusun

Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENYIMPANGAN DENGAN KELAINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN


GANGGUAN HAID
Kelainan yang berhubungan dengan gangguan haid diantaranya adalah
gangguan pubertas. Pubertas adalah tanda dimana seorang anak sudah mulai
memasuki masa remaja. Tanda – tanda pubertas dimulai dengan anak mengalami
perubahan terutama pada fisiknya. Perubahan fisik pada anak laki – laki dan
perempuan tentunya sangat berbeda. Usia pubertas seorang anak sangat berbeda-beda.
Sebagian anak laki-laki mengalami pubertas pada usia 9 tahun tetapi ada juga yang
baru mengalami pada usia 14 tahun.

Penyebab munculnya pubertas ini adalah hormon yang dipengaruhi oleh


hipofisis (pusat dari seluruh sistem kelenjar penghasil hormon tubuh). Berkat kerja
hormon ini, remaja memasuki masa pubertas sehingga mulai muncul ciri-ciri kelamin
sekunder yang dapat membedakan antara perempuan dan laki-laki.
Secara umum gangguan pubertas dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pubertas tarda atau pubertas terlambat adalah tidak ditemukannya ciri-ciri
seksual sekunder pada anak perempuan berusia 13 tahun dan anak laki-laki
berusia 16 tahun.
2. Pubertas prekoks adalah timbulnya ciri-ciri seksual sekunder sebelum usia 8
tahun pada anak perempuan dan sebelum usia 9 tahun pada anak laki-laki.

1. Pubertas Tarda
Pengertian
Pubertas Terlambat atau pubertas tarda yaitu tidak muncul sama sekali
karakteristik seksual sekunder sebelum usia 13 tahun, menars tidak ada setelah
mencapai usia 18 tahun. Penyebabnya karena ada gangguan di daerah hipotalamus,
atau adanya penyakit sistemik, kurang gizi, atau gangguan fungsi endokrin yang lain.

Pada anak laki-laki, pubertas terlambat lebih sering terjadi dan didefinisikan
sebagai berikut :
 Tidak adanya pembesaran testis pada usia 14 tahun
 Waktu lebih dari 5 tahun antara mulai perkembangan genital hingga sempurna

Pada anak perempuan, pubertas terlambat yaitu :


 Tidak adanya pertumbuhan payudara pada usia 13 tahun
 Waktu lebih dari 5 tahun antara mulai pertumbuhan payudara hingga
menstruasi
 Anak belum menstruasi pada usia 16 tahun
Penyebab keterlambatan pubertas dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan
status gonadotropin:
1. Keadaan hipergonadotropin ( kegagalan gonad primer )
Kromosomal, kelainan genetik dan sindrom: defek sintesis enzim androgen,
sindrom insensitivitas androgen partial dan komplet, sindrom 46.XX, 47.XYY,
galaktosemia. Sindrom Klinefelter (47.XXY), campuran 45. X/46, disgenesis XY,
sindrom multipel X-Y, sindrom multipel Y, distropia miotonik, sindrom Noonan,
disgenesis gonadal 46 XY murni, defisiensi a reduktase, sindrom ovari resisten,
sindrom Turner. Akuisita: autoimun, kemoterapi, infeksi (coxsackie, mumps),
pembedahan, torsi, traumatik.
2. Keadaan hipogonadotropin (hipothalamus-hipofise).
Defisiensi gonadotropin kongenital berhubungan dengan kelainan-kelainan
dari serebral, hipotalamus atau terganggunya fungsi hipofise atau kelainan yang
terisolasi. Kelainan kongenital dari formasi hipotalamus-hipofise berupa kelainan-
kelainan midline. Terganggunya fungsi hipotalamus secara congenital
berhubungan dengan disfungsi neuroendokrin, diantaranya sindrom Prader-Willi
dan sindrom Laurence-Moon-Biedl. Defisiensi gonadotropin juga berhubugan
dengan anosmia pada sindrom Kallmann.
 Defisiensi hormon tropik yang multiple

Anak-anak dengan defisiensi hormon tropik yang multiple biasanya terjadi


keterlambatan pertumbuhan disertai hormon infantil. Hal ini dikarenakan
defisiensi hormon pertumbuhan (growth hormon/ GH) atau thyroid stimulating
hormon (TSH) atau keduanya. Keadaan ini akan mempengaruhi keterlambatan
pubertas. Hipopituitarisme biasanya disebabkan oleh defek hipotalamus yang
idiopatik, termasuk tumor atau lesi struktur pada midline.

 Defesiensi hormon pertumbuhan (GH) yang isolated.


Penderita dengan defisiensi GH-isolated akan diikuti dengan pubertas
terlambat, disamping itu terjadi gangguan sekresi dari
tirotropin, adrenocorticotropic hormon (ACTH) dan gonadotropin. Kebanyakan
pasien mengalami penyakit idiopatik dan kelihatan sebagai remaja dengan gagal
pertumbuhan. Defisiensi GH-isolated yang idiopatik kebanyakan dari tipe
hipopituarisme selama remaja dan kejadiannya 1:4000 kelahiran. Beberapa
penderita dengan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan karena adanya
gangguan sekresi GH
 Defisiensi gonadotropin isolated
Defisiensi gonadotropin tanpa disertai gangguan hormon lain pada hipofise
anterior kebanyakan merupakan kelainan genetik. Seperti defek pada bulbus
olfaktorius (sindrom Kallmann). Defisiensi dari gonadotropin bervariasi dalam
bentuk klasik, rendahnya kadar FSH dan LH dan tidak adanya tanda maturasi
hormon.
Beberapa sindrom yang berhubungan dengan hypogonadotropin hypogonadism
 Sindrom Prader Willi : terjadi secara sporadik dan berhubungan hipotonia
fetal dan infantil, perawakan pendek, obesitas masif, wajah yang khas dengan
mata berbentuk almond-shape, tangan dan kaki kecil, retardasi mental, dan
emosi yang tidak stabil, menarche yang lambat pada perempuan, mikropenis
dan kriptorkismus pada pria. sering terjadi osteoporosis pada pasien ini selama
usia remaja, tapi terapi penggantian dengan hormon steroid dengan indikasi
dapat membantu.
 Sindrom Laurence-Moon-Biedl : Kondisi autosomal resesif ini memiliki
karakteristik seperti: obesitas, perawakan pendek, retardasi mental, dan
retinitis pigmentosa.
 Sindroma Kallmann : Merupakan bentuk defisiensi isolated
gonadotropinyang paling sering dijumpai. Defisiensi gonadotropin pada pasien
ini berhubungan dengan hipoplasi atau agenesis dari bulbus olfaktorius
sehingga terjadi hiposmia atau anosmia. Terjadi defisiensi GnRH,
kriptorkismus, mikrophalus serta kelainan midline yang lain. Kejadiannya
1:7500 laki-laki atau 1:50.000 perempuan, secara sporadik, X-
linked autosomal dominan atau resesif.

Keadaan sistemik yang sering dijumpai oleh pubertas terlambat adalah, seperti
gagal ginjal, hipotiroid, anoreksia nervosa, penyakit radang usus dan penyakit celiac,
infeksi berulang dan penyakit neoplasma, penyakit psikosomatik yang serius.

Keterlambatan atau penundaan fungsi

 Constitutional delay of growt and puberty


 Penyakit kronik [kardia, hematologik (penyakit sikle cell)] keganasan,
pulmonal (cystic fibrosis, ginjal)
 Penyalahgunaan obat
 Pengeluaran energi yang berlebihan pada latihan
 Obesitas eksogen
 Endokrinopati: diabetes melitus, defisiensi growth hormon, kelebihan
glukokortikoid, hiperproklatinemia, hipotirodisme
 Malnutrisi
 Kelainan psikiatri (anoreksia nervosa, psikososial)

Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada:

 Anamnesis: anak belum menstruasi atau belum mengalami mimpi


basah
 Hasil pemeriksaan fisik
 Berbagai pemeriksaan laboratorium
 Xray usia tulang
 Dan jika diperlukan, analisis kromosom dan MRI.

Terapi
Tata laksana pubertas terlambat tergantung pada penyebabnya. Untuk remaja
yang terlambat secara alami sebenarnya tidak membutuhkan pengobatan. Namun jika
remaja tersebut sangat stres akibat tertundanya pubertas maka dokter dapat
memberikan terapi hormon seks tambahan untuk memulai proses pubertasnya lebih
cepat.
Pengobatan ini lebih sering dilakukan kepada anak laki-laki. Anak laki-laki
yang belum menunjukkan tanda pubertas pada usia 14 tahun dapat diberikan
testosteron selama 4-6 bulan. Pada dosis rendah testosteron memulai pubertas,
menyebabkan perkembangan beberapa ciri maskulin dan tidak mencegah remaja
tersebut mencapai tinggi badan optimalnya. Pada anak perempuan, estrogen dosis
rendah dapat diberikan dengan pil atau skin patch.

3. Pubertas Prekoks (Pubertas Dini Pada Anak)


Pengertian
Suatu keadaan dimana masa pubertas anak terjadi lebih awal pada umumnya,
yaitu sekitar umur 9-14 tahun pada anak perempuan dan usia 10-17 tahun pada anak
laki-laki. Kondisi ini terjadi dipicu oleh otak secara spontan atau dikarenakan
pengaruh bahan kimia dari luar tubuh dan biasanya proses ini dimulai diakhir-akhir
masa kanak-kanak (kurang dari umur 9 tahun) dengan ditandai munculnya tanda-
tanda kematangan organ reproduksi lebih awal dan telah berakhirnya masa
pertumbuhan. Pubertas yang lebih awal ini bisa merupakan bagian dari variasi
perkembangan normal seseorang, namun bisa pula merupakan penyakit atau paparan
hormon pertumbuhan yang tidak normal.
Dan penyebabnya masih belum diketahui secara pasti sampai dengan saat
ini.Pubertas Prekoks dominan terjadi pada anak-anak perempuan dibandingkan laki-
laki. Hal ini dimungkinkan karena Pubertas Prekoks membawa sifat genetik yang
autosomal dominan dan lebih sering akibat paparan hormon estrogen dini pada usia
bayi. Untuk anak perempuan sering diakibatkan etiologi yang idiopatik dan
sebaliknya pada anak laki-laki secara signifikan terbanyak diakibatkan adanya
penyakit pada otak.

Faktor yang dapat meningkatkan kejadian pubertas prekoks meliputi :

 Jenis kelamin perempuan.


 Umumnya pada ras Afrika-Amerika.
 Seseorang yang mengalami Obesitas (Kegemukan).
 Terpapar hormon seksual (kosmetik ataupun makanan).
 Sedang mengidap suatu penyakit genetik ataupun gangguan metabolik.
Pubertas prekoks banyak ditemui pada pasien dengan sindrom
McCune-Albright atau Hiperplasia Adrenal Kongenital, yaitu suatu
kondisi perkembangan abnormal dari produksi hormon androgen pada
laki-laki. Pada kasus yang jarang, Pubertas Prekoks memiliki
hubungan dengan kejadian hipotiroidism.

Gejala klinis yang terjadi pada anak perempuan apabila dialami pada usia
kurang dari 9 tahun:
 Payudara membesar.
 Tumbuhnya rambut pubis dan rambut tipis pada lengan bawah.
 Bertambah tinggi dengan cepat.
 Mulainya menstruasi.
 Tumbuh jerawat.
 Munculnya bau badan.
Sedangkan pada anak laki-laki, tanda-tanda terjadinya Pubertas Prekoks akan
muncul saat umur kurang dari 10 tahun meliputi :
 Pembesaran testis dan penis.
 Tumbuhnya rambut pubis, lengan bawah dan wajah.
 Peningkatan tinggi dengan cepat.
 Suara memberat
 Tumbuh jerawat
 Munculnya bau badan

Pubertas dini dikenal memiliki dua jenis perkembangan yang berbeda, yaitu:
1. Pubertas dini sentral – merupakan jenis pubertas dini yang umum terjadi dan
ditandai dengan sekresi hormon gonad oleh kelenjar pituitari di otak yang terlalu
cepat, sehingga memicu aktivitas testis dan ovarium untuk memproduksi hormon
seks dan menyebabkan proses pubertas terjadi lebih awal.
2. Pubertas dini perifer – merupakan jenis pubertas dini yang jarang terjadi. Hal ini
ditandai dengan produksi hormon seks oleh organ reproduksi namun tanpa
aktivitas kelenjar otak. Hal ini merupakan pertanda adanya masalah pada organ
reproduksi, kelenjar adrenal, atau kelenjar tiroid yang tidak aktif.

Ketidaksiapan tubuh untuk mengalami pubertas dapat menyebabkan


ketidakseimbangan pertumbuhan pada anak, akibatnya pertumbuhan fisik dan
mentalnya menjadi tidak optimal. Dampak pubertas dini secara fisik adalah
pertumbuhan badan yang cenderung pendek. Anak yang mengalami pubertas dini
mungkin mengalami pertambahan tinggi badan yang cepat pada awalnya, namun saat
dewasa ia memiliki tinggi badan di bawah normal untuk individu seusianya.
Penanganan dini dibutuhkan untuk mengatasi perkembangan tinggi badan pada anak
yang mengalami pubertas dini.
Pubertas dini juga akan menyebabkan anak sulit beradaptasi secara emosional
dan sosial. Masalah kepercayaan diri atau merasa kebingungan paling sering dialami
oleh anak perempuan yang mengalami pubertas dini karena perubahan fisiknya.
Selain itu, perubahan perilaku dapat terjadi pada anak laki-laki maupun perempuan
akibat perubahan mood, dan cenderung lebih cepat marah. Anak laki-laki dapat
cenderung menjadi agresif dan memiliki dorongan seks yang tidak sesuai dengan
usianya.

Diagnosis
Saat kita menemukan seorang pasien dengan kecurigaan mengalami Pubertas
Prekoks, maka kita harus melengkapi anamnesa dan riwayat pasien beserta
keluarganya, melakukan pemeriksaan fisik yang berkaitan dan memastikan diagnosis
dengan melakukan tes laboratorium terutama fraksi hormonal maupun radiologis yang
dispesifikasi pada foto tulang (Pramesmara, 2009).
Untuk pemeriksaan penunjang laboratorium, maka dilakukan tes kadar
hormon LH dan FSH basal, uji GnRH terstimulasi, esterogen dan progesterone serum,
B-HCG, 17-OH progesteron, estradiol dan beberapa pemeriksaan hormonal lainnya
atas indikasi. Diperlukan pula pemeriksaan radiologis diagnostik, maka yang
difokuskan adalah pencitraan umur tulang dan survey tulang (McCune-Albright).
sedangkan untuk etiologi dilakukan CT-Scan/MRI kepala dan USG pelvis adrenal
(Pramesmara, 2009).

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Pubertas Prekoks ditentukan tipenya sebagai berikut:
a) Tata Laksana Pubertas Prekoks Sentral : Kebanyakan anak dengan Pubertas
Prekoks sentral tidak disertai penyakit lainnya. Terapinya dinamakan GnRH analogue
yang biasanya terdiri dari suntikan bulanan berupa leuprolide dosis 0,25-0,3/kgBB i.m
setiap 4 minggu yang menghentikan aksis HPG dan menghambat perkembangan.
Terapi tersebut dilanjutkan hingga pasien mencapai umur pubertas normal yang
sesuai. Apabila mereka lupa atau menghentikan pengobatan, maka proses pubertas
akan dimulai lagi (Nelson, 2006).
b) Tata Laksana Pubertas Prekoks Perifer : Tujuannya adalah melakukan
penanganan pada penyakit yang mendasari timbulnya Pubertas Prekoks; misalnya
karena konsumsi obat, maka obat tersebut dihentikan contohnya pada tumor, maka
segera lakukan pembedahan reseksi tumor agar menghentikan agresifitas pubertas
(Nelson, 2006).
Prognosis (Nilai Kesembuhan)
Studi melaporkan tingginya efektifitas dan keberhasilan pengobatan Pubertas
Prekoks apabila diberikan sedini mungkin dan haruslah mencapai tujuan terapi, yaitu
tercapai umur pubertas normal yang sesuai yaitu usia umur 9-14 tahun pada anak
perempuan dan usia 10-17 tahun pada anak laki-laki.
3. Sindrom Turner

Pengertian
Sindrom Turner adalah salah satu kelainan kromosom yang paling sering
terjadi pada manusia, dengan insidens sekitar 1:2000 kelahiran hidup anak
perempuan, tanpa memandang latar belakang etnisnya. Anak perempuan yang
menderita sindrom Turner mengalami kehilangan atau abnormalitas struktur pada
salah satu kromosom X. Manifestasi klinis sindrom Turneryang klasik adalah
perawakan pendek, disgenesis gonad, wajah dismorfik, limfedema dan masalah
lainnya. Sekitar 50-60% pasien sindrom Turner dilaporkan memiliki kariotipe 45,X.
Sebanyak 20-30% pasien mengalami kelainan struktur pada kromosom X, seperti
cincin, isokromosom pada lengan panjang, dan delesi parsial lengan pendek; dan 30-
40% memiliki pola mosaik (kariotipe yang memiliki dua atau lebih tipe sel yang
khas).
Gambaran klins
Gambaran klinis sangat bervariasi, tergantung pada usia saat ditegakkan
diagnosis. Sebagian besar pasien yang terdiagnosis pada masa pranatal, diagnosis
ditegakkan berdasarkan kariotipe yang abnormal dan/atau adanya higroma kistik,
hidrops fetalis, atau defek kardiak. Diagnosis pasti ditegakkan melalui pemeriksaan
analisis kromosom (kariotipe) dengan atau tanpa fish. Anak perempuan yang
terdiagnosis pada saat masa bayi hamper selalu mengalami limfedema, dengan/atau
tanpa webbed neck dan gambaran dismorfik lainnya. Sebaliknya, anak perempuan
yang tidak mengalami gambaran klasik seringkali tidak terdiagnosis sampai akhir
masa anak atau saat remaja dengan keluhan perawakan pendek dan/atau pubertas
terlambat, atau pada masa dewasa ketika mereka mengalami kegagalan ovarium
(pubertas terlambat, amenorea primer).
Gambaran dismorfik
• Perawakan pendek
• Cubitus valgus
• Limfedema
• Web neck
• Low posterior hairline
• Barrel chest
• Wide space nipple
• Multiple naevi
• Pubertas terlambat
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan analisis kromosom
(kariotipe dengan atau tanpa fish). Berdasarkan hasil kromosom, terdapat Dua tipe
sindrom turner:
1. Sindrom turner klasik dengan hasil analisis kromosom 45,x atau
46,xixq
2. Sindrom turner mosaik dengan hasil analisis kromosom 45,x dengan
Tambahan lini sel lain seperti 45,x/46,xx; 45,x/46,x,i(x) dan
45,x/46,xy. Gambaran klinis pada sindrom turner mosaik lebih ringan
Dari sindrom turner klasik.
Pemeriksaan penunjang lainnya meliputi:
• Biokimiawi:
- Gula darah puasa 2 jam post prandinal
- Profil lipid
- Fungsi tiroid
- Fungsi ginjal
• Echocardiografi untuk mendeteksi kelainan jantung koartasio aorta.
• Usg abdomen untuk melihat malformasi ginjal horse shoes kidney
• Konsul tht
• Konsul mata
• Konsul gigi berdasarkan indikasi
Terapi
Pasien dengan dugaan sindrom turner perlu dirujuk ke ahli endokrinologi
Anak.
• perawakan pendek: hormon pertumbuhan diberikan dengan dosis 0.05
Mg/kgbb/hari atau 0,35 mg/kgbb/minggu, injeksi subkutan setiap hari.
Maksimal dosis 0,07 mg/kgBB/hari tergantung dari respons terapi.
• Penambahan oksandrolone 0.03-0.05 mg/kgBB/hari (maksimal dosis
2.5 mg) dapat diberikan bila terapi hormon pertumbuhan dimulai pada
usia 8-10 tahun dan anak sangat pendek. Oksandrolone dapat diberikan
sampai usia tulang 14 tahun. Pemberian oksandrolone dapat
menambah tinggi dewasa penderita sampai 2,3-4,6 cm.
• Induksi pubertas: terapi sulih hormon dengan pemberian estradiol dosis
rendah dimulai sesudah usia 12 tahun. Dosis awal dapat dimulai
dengan 0,05-0,07 mcg dan dapat meningkat bertahap sampai 0,08-
0,12 mcg/kgBB untuk memaksimalkan perkembangan payudara. Siklik
progesteron ditambahkan paling tidak 2 tahun setelah terapi estrogen
atau saat menars.
• Perawakan pendek dan kegagalan ovarium merupakan faktor risiko
terjadinya osteoporosis, sehingga diperlukan suplementasi kalsium
(800-1000 mg) dan vitamin D (minimal 400 IU) setiap hari, sesuai
dengan rekomendasi harian. Penderita juga perlu melakukan aktifitas
fisik untuk menghindari obesitas dan osteoporosis dengan terpajan
matahari minimal 30 menit per hari.

B. PCOS
Polycistic Ovary Syndrome (PCOS) menjadi salah satu penyebab umum dari
gangguan anovulasi pada wanita dengan nilai persentase hingga 80% mempengaruhi
antara 1 dari 10 hingga 1 dari 7 wanita (Azziz, 2021; Manique and Ferreira, 2022;
Kotlyar and Seifer, 2023). PCOS merupakan kondisi endokrinologi yang sering
ditemukan dan terjadi pada 5-10% dari waita usia reproduksi dengan sindrom yang
terjadi kombinasi dari obesitas, hirsutisme, amenorea, anovulasi dan
hiperandrogenisme (Rao and Bhide2020).
Remaja lebih mungkin mengalami PCOS karena gaya hidup, kebiasaan
makan, kurang olahraga dan stres. PCOS kurang terdiagnosis dan kurang mendapat
penanganan. Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan para remaja akan gejala dan
ekspresinya. Remaja kemudian mengalami masalah untuk hamil dan kemudian
diidentifikasi ketika mereka mencari pengobatan infertilitas. Sangatlah penting untuk
melakukan skrining PCOS sedini mungkin dalam perkembangan penyakit ini
sehingga pasien dengan kondisi ini dapat menerima diagnosis, edukasiperawatan
pencegahandan terapi yang tepat (Vishal Mehta et al., 2021).

Definisi Polycistic Ovary Syndrome (PCOS)


PCOS adalah kelainan endokrin yang mempengaruhi wanita usia reproduksi.
Beberapa masalah yang dapat diakibatkan dari sindrom ini yaitu infertilitas, obesitas,
insulin resisten dan terjadinya masalah kardiovaskular serta beberapa masalah
kesehatan lainnya (Patel, 2018). Hiperandrogenisme dan resistensi insulin adalah dua
gangguan metabolik yang berhubungan dengan Polycistic Ovary Syndrome (PCOS)
(Vishal Mehta et al, 2021).

Gejala Polycistic Ovary Syndrome (PCOS)


Gejala yang terjadi pada penderita PCOS seperti terjadinya siklus yang
ireguler, adanya hirsutisme, jerawat yang menetap, terjadi sindrom anovulation.,
hiperandrogenisme, disfungsi ovulasi dan polikistik ovarium (Hoege, Dokras and
Piltonen, 2018; Azziz, 2021). Dan
1) Haid tidak teratur,Pendarahan hebat atau menstruasi yang
terlewat,Ovarium membesar
2) Peningkatan kadar hormon pria (androgen),Rambut wajahInfertilitas
3) Berat badan tidak teratur ,Kegemukan

Patofisiologi Polycistic Ovary Syndrome (PCOS)


Faktor yang mempengaruhi fenotipe PCOSPCOS memengaruhi setiap tahap
kehidupan seorang wanita. Simbol melingkar mewakili faktor-faktor yang dapat
berdampak pada patofisiologi PCOS. Tidak semua aspek berdampak pada setiap
orang. PCOS adalah perwujudan biologis dari jaringan neuroendokrin, hormonal,
metabolisme, genetik, dan faktor lingkungan yang saling berhubungan (Witchel et al.,
2019).
Patofisiologi dari PCOS dapat disebabkan oleh 2 faktor penyebab yaitu
1. faktor lingkungan yang meliputi gaya hidup seperti makanan, aktivitas fisik,
stress, dan radikal bebas yang mempengaruhi hormon (enstrogen, androgen,
bispenol A dan keracunan nutrisi lainnya) serta perubahan gen.
2. Faktor endokrin yang meliputi resistensi insulin, hiperinsulinemia, kelainan
metabolisme tubuh (obesitas dan penyimpanan lemak ektopik), inflamasi dan
gangguan steroidogenesis
Screening
Beberapa screening yang dapat dilakukan untuk mengenali gejala PCOS antara lain
(Bedrick et al., 2020):

 Penilaian periode siklus menstruasi (Amenorhea atau Irreguler)


 Penilaian Hirsutisme
 Penilaian Obesitas atau overweight
 Pemeriksaan USG

Diagnosis
Diagnosis ini didasarkan pada penilaian klinis dan/atau biokimiawi
hiperandrogenisme yang dikombinasikan dengan penilaian ultrasonografi untuk
ovarium yang tampak polikistik dan/atau oligomenorea seperti yang diuraikan oleh
kriteria Rotterdam. Namun, gambaran klinis yang dapat menyertai diagnosis ini dapat
mencakup obesitas dan aspek-aspek lain dari sindrom metabolik, gangguan suasana
hati seperti kecemasan dan depresi, serta sering kali infertilitas (HJ et al., 2011; Azziz,
2021). Menurut kriteria Rotterdam, dua dari tiga kondisi anovulasihiperandrogenisme,
dan morfologi sonografi yang khas, harus dipenuhi untuk membuat diagnosis PCOS.
Diabetes dan toleransi glukosa yang buruk lebih sering terjadi pada wanita
yang didiagnosis PCOS Untuk meningkatkan peluang mereka untuk hamil dan
memiliki bayi yang sehat, para wanita ini harus mendapatkan konseling ekstensif
tentang perubahan gaya hidup. Harus dipastikan dengan penggunaan metformin di
luar label bahwa wanita tertentu mendapatkan manfaat darinyaSementara wanita
dengan PCOS perlu diikuti lebih dekat untuk perkembangan diabetes gestasional,
preeklampsia, atau hipertensi selama kehamilan, wanita dengan siklus tidak
berovulasi mampu melakukan stimulasi sederhana untuk kesuburan (Manique and
Ferreira, 2022).
PCOS pada remaja harus didiagnosis terutama berdasarkan gejala klinis dan
biokimia hiperandrogenisme dan ketidakteraturan menstruasi. Penundaan diagnosis
setidaknya selama dua tahun setelah menarche disarankan karena gejala PCOS dan
perkembangan pubertas yang normal sebanding. Anak perempuan yang tidak
memenuhi kriteria diagnostik harus fokus pada manajemen gejala (Witchel et al.,
2019)

Penatalaksanaan
Menormalkan siklus menstruasi, ovulasi, dan jika diinginkan, mencapai
kehamilan yang sukses adalah tujuan utama pengobatan dan terapi. Menurunkan berat
badan pada orang yang kelebihan berat badan adalah cara yang paling tidak invasif
untuk mencapai hal ini. Penurunan berat badan sebesar 5-10% telah dilaporkan dapat
memperbaiki gejala-gejala PCOS, termasuk hirsutisme, infertilitas, menstruasi yang
tidak teratur, dan hiperinsulinemia. Meskipun sulit untuk dipertahankan, tujuan ini
dapat dicapai dengan mengurangi asupan kalori dan meningkatkan aktivitas fisik.
Meskipun menurunkan berat badan bermanfaat, namun hal ini mungkin tidak
sepenuhnya menghilangkan gejala PCOS pada wanita yang kelebihan berat badan.
Selain itu, diperkirakan bahwa banyak orang dengan PCOS -tetapi tidak semua-
kelebihan berat badan. Untuk mencapai keteraturan menstruasi atau menormalkan
kadar glukosa darah, obat-obatan dapat diberikan. Jika wanita tersebut tidak ingin
hamil, pil KB akan membantu mengendalikan siklus menstruasinya. Namun, pil KB
juga dapat menyebabkan penambahan berat badan dan resistensi insulin, yang akan
merugikan pengobatan PCOS secara keseluruhan. Jika diinginkan, dokter dapat
memberikan clomiphene citrate, selective estrogen receptor modulator (SERM), untuk
meningkatkan kemungkinan terjadinya pembuahan. Namun, hanya 10% wanita yang
menggunakan obat ini yang bisa hamil. Gonadotropin eksogen atau prosedur
laparoskopi dapat digunakan jika clomiphene sitrat tidak dapat meningkatkan
pembuahan.
Terapi untuk menormalkan glukosa darah, agen hipoglikemik oral seperti
metformin biasanya diresepkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa obat ini
juga dapat meningkatkan kesuburan, meskipun penelitian lain tidak menemukan hasil
seperti itu. Rekomendasi saat ini adalah untuk menghentikan metformin ketika
kehamilan telah dikonfirmasi. Beberapa orang menyarankan agar metformin dapat
dilanjutkan selama kehamilan jika terdapat diabetes tipe 2 obat antiandrogen
nonsteroid dapat membantu memperbaiki gejala kelebihan androgen, meskipun obat
ini tidak umum digunakan pada remaja. Meskipun beberapa obat dapat memperbaiki
hirsutisme sampai batas tertentu, pengobatan nonfarmakologis juga dapat digunakan,
termasuk waxing, elektrolisis, pemutihan, pencabutan, dan terapi panas atau laser
Rencana perawatan khusus kini dapat dibuat untuk remaja putri yang
menunjukkan gejala PCOSS angatlah penting untuk memperhatikan riwayat,
pemeriksaan fisik, dan hasil laboratorium untuk menemukan remaja putri yang
berisiko terkena PCOS. Penanganan karakteristik klinis dan komorbiditas sangat
penting untuk kesehatan dan harga diri pasienbahkan ketika penundaan pelabelan
diagnostik mungkin masuk akalSalah satu tujuan di masa depan adalah pencegahan
melalui deteksi dini terhadap remaja putri prapubertas dan remaja putri yang berisiko
serta penggunaan perawatan gaya hidup (Witchel et al, 2019)

C. PMS / PMDD ( premenstrual dysphoric )

1.1. Pengertian pms / pmdd

Pre-menstrual syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala yang tidak


menyenangkan, baik fisik maupun psikis, yang dialami oleh perempuan
menjelang masa haid, yaitu sekitar satu atau dua minggu sebelum haid (American
Congress of Obstetricians and Gynecologists/ACOG, 2016). Sindroma atau
gejala PMS ini akan hilang begitu haid mulai atau bahkan 1-2 hari menjelang
menstruasi. Tidak ada tes atau pemeriksaan laboratorium ataupun pemeriksaan
lain yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis PMS. Sebagian besar
perempuan pernah mengalami satu atau beberapa gejala yang umum disebutkan
sebagai gejala PMS, walaupun tingkat keparahannya sangat bervariasi, dari yang
sangat ringan sampai sangat berat. Ada yang mengalaminya sekali sekali saja,
tidak setiap kali menjelang menstruasi. Ini tidak dapat dikatagorikan sebagai
PMS. Gejala tidak menyenangkan yang dialami menjelang PMS baru dapat
dikatorikan PMS, apabila Anda mengalaminya hampir setiap kali, paling tidak
tiga kali berturut-turut, sebelum masa menstruasi. Pada sebagian kecil
perempuan, sindroma pra-menstruasi sangat berat sampai sangat mengganggu
kegiatan sehari-hari, bahkan sampai tidak dapat menjalankan kegiatan sehari-
hari. PMS yang sangat parah ini disebut PMDD (Pre-menstrual Dysphoric
Disorder) atau Gangguan Disforik Pra-menstruasi. Gejala PMDD meliputi
seluruh gejala PMS tetapi jauh lebih parah. Pada kondisi ekstrim, penderita
PMDD sampai merasakan keinginan untuk bunuh diri. PMDD terjadi pada 3% -
9% wanita (Massachusetts General Hospital Center for Women’s Mental Health,
2016). Jika Anda mengalami PMDD maka harus berkonsultasi kepada dokter.
Apa tanda dan gejalanya?
Data medis terakhir menyebutkan bahwa ditemukan lebih dari 100 gejala yang
berhubungan dengan PMS, tetapi yangpaling sering dialami perempuan, antara lain:
Pembengkakan dan rasa nyeri pada payudara
Timbul jerawat
Nafsu makan meningkat, terutama terhadap cemilan yang
manis dan asin
 Berat badan bertambah
 Perut terasa mulas dan kembung, bahkan kadang-kadang keram
 Konstipasi (sembelit)
 Sakit kepala
 Pegal linu, keram
 Kadang-kadang terjadi pembengkakan di ujung-ujung jari, tangan, atau kaki
 Nyeri punggung
 Lemas dan lesu
 Mudah lelah
 Mudah cemas dan tersinggung, uring-uringan, depresi
 Sulit berkonsentrasi
 Gangguan tidur (insomnia)

Pada PMDD, gejala-gejalanya akan makin berat, terutama gangguan psikologis


atau emosional. Perempuan yang menderita PMDD menjadi sangat emosional dan
mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi dan cepat merasa frustasi dan depresi. The
American Psychiatric Association (1994) membuat daftar 11 gejala potensial dari
PMDD, yaitu:
1. Merasa sedih, putus asa, atau mencela diri sendiri
2. Merasa tegang, cemas, atau gelisah
3. Suasana hati yang tidak stabil dan sering diselingi dengan tangisan
4. Kemarahan yang tak kunjung padam dan peningkatan konflik interpersonal
5. Menurunnya minat pada kegiatan yang biasa dilakukan, yang mungkin
berhubungan dengan penarikan diri dari hubungan sosial
6. Kesulitan berkonsentrasi
7. Merasa lelah, lesu, atau kurang energi
8. Perubahan nafsu makan, yang mungkin berhubungan dengan keinginan terhadap
makanan tertentu
9. Hipersomnia atau insomnia
10. Perasaan subjektif karena kewalahan atau kehilangan kendali
11. Gejala fisik lainnya, seperti nyeri atau pembengkakkan payudara, sakit kepala,
nyeri sendi atau otot, kembung, dan berat badan naik

Apa penyebabnya?

Mekanisme akurat yang menjelaskan tentang apa yang menyebabkan terjadinya


PMS atau PMDD ini belum diketahui dengan pasti, namun sudah dapat dipastikan
bahwa perubahan hormonal yang terjadi menjelang menstruasi merupakan salah satu
faktor penyebab utama atau pemicu terjadinya PMS.
Dahulu diduga bahwa perempuan yang mengalami PMS kemungkinan memiliki
kadar hormon yang abnormal atau paling tidak pengaturan atau regulasi hormonalnya
mengalami gangguan. Namun dari banyak penelitian yang dilakukan akhir akhir ini
dapat disimpulkan bahwa bukan kadar hormon yang abnormal yang menyebabkan
timbulnya PMS, tetapi lebih kepada tingkat kepekaan atau sensitivitas seseorang
terhadap perubahan kadar hormon yang terjadi di dalam tubuhnya pada saat
menstruasi.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam Bab II, pada bagian pertama dari fasa
luteal siklus menstruasi (Gambar 1), yaitu saat ovulasi sampai dengan sesaat sebelum
menstruasi, kadar hormon estrogen dan progesteron meningkat sangat
tajam. Hal ini terjadi untuk mempersiapkan tubuh memasuki
masa kehamilan. Apabila kehamilan tidak terjadi, maka kadar
kedua hormon ini akan segera turun drastis, dan terjadilah
menstruasi.

Gambar 3.1. Fluktuasi kadar hormon dalam satu siklus menstruasi

Fluktuasi kadar hormon estrogen dan progesteron di dalam darah sangat


mempengaruhi proses neurotransmisi pada susunan syaraf pusat, terutama transmisi
pada jalur biokimia serotonergik, noradrenergik, dan dopaminergik. Banyak
penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini mengungkapkan kuatnya hubungan antara
terjadinya PMS atau PMDD dengan proses neurotransmisi, terutama pada sistem
serotonergik. Perempuan perempuan yang mengalami gangguan emosional pada saat
pra-mentruasi (pre-menstrual mood disorder) ternyata mengalami gangguan atau
abnormalitas pada neurotransmisi jalur serotonergik, yang diperkirakan
berhubungan dengan gejala gejala iritabilitas (mudah tersinggung), depresi, dan
peningkatan dorongan untuk mengonsumsi karbohidrat (carbohydrate craving).
Diperkirakan ada juga peran asam gamma amino butirat (GABA), senyawa
neurotransmiter susunan syaraf pusat, pada patogenesis PMS dan PMDD, walaupun hal
ini belum dapat disimpulkan dengan pasti. Demikian pula perkiraan adanya keterlibatan
sistem transmisi syaraf opioid dan ardenergik pada patogenesis PMS dan PMDD juga
masih perlu dibuktikan walaupun tanda tanda ke arah itu sudah ada.
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa perubahan yang terjadi pada
kadar hormon progesteron lebih berperan dalam patogenesis PMS dibandingkan
perubahan kadar hormon estrogen. Penurunan kadar hormon progesteron di dalam
darah berakibat pada penurunan senyawa metabolit progesteron, yang salah satu
fungsinya adalah sebagai semacam zat penenang (sedative) di dalam otak, yang
menyebabkan rasa santai dan
tenang. Beberapa penelitian sudah membuktikan bahwa kadar metabolit progesteron
yang lebih tinggi berkorelasi positif dengan gejala PMS yang lebih ringan. Namun
demikian, pemberian suplemen progesteron pada seseorang yang menderita PMS
ternyata belum dapat meredakan gejala gejala PMS. Oleh karena itu, pengaruh
progesteron terhadap PMS ini masih terus dalam penelitian.

Faktor risiko

Faktor risiko adalah segala sesuatu yang meningkatkan kemungkinan seseorang


untuk mengalami suatu gejala atau gangguan kesehatan. Faktor risiko PMS/PMDD
antara lain:
- Riwayat anggota keluarga. Ibu atau Nenek yang mengalami PMS atau PMDD akan
memperbesar kemungkinan seseorang untuk juga mengalami PMS atau PMDD
- Umur. Beberapa ahli mengatakan bahwa perempuan berumur sekitar 30-an memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami PMS atau PMDD. Namun
demikian, banyak juga perempuan berumur 20-an yang mengalami PMS atau
PMDD justru berkurang atau bahkan menghilang gejala PMS atau PMDD nya
setelah menikah atau ketika berumur di atas 30 tahun.
- Masalah kesehatan jiwa. Perempuan yang mudah cemas, depresi, atau menderita
gangguan kejiwaan lainnya,
umumnya akan lebih mudah mengalami PMS/PMDD dibandingkan perempuan
yang lebih tenang dan dapat mengendalikan emosinya. Cemas, depresi dan
gangguan emosional lainnya merupakan factor risiko yang sangat signifikan untuk
PMDD.
- Kurang olah raga
- Kurang vitamin dan mineral, terutama vitamin B6, kalsium dan magnesium.
- Terlalu banyak konsumsi garam, yang mudah menyebabkan kembung dan
retensi air dalam tubuh.
- Banyak minum kopi

Makanan/minuman apa yang harus dihindari Makanan/minuman apa yang disarankan menjelang
menjelang dan saat menstruasi? dan saat menstruasi?

Kurangi makanan bergaram, seperti kentang goreng, pop Perbanyak makanan yang mengandung magnesium,
corn, kacang- kacangan, dan lain-lain. Garam cenderung vitamin C dan vitamin B6
menahan air di dalam tubuh, sehingga dapat Tingkatkan konsumsi makanan berserat
memperparah kembung dan mual. Perbanyak minum air putih Perbanyak minum jus buah
Kurangi makanan yang mengandung gula atau dan sayuran
karbohidrat tinggi Jika terjadi perdarahan banyak saat menstruasi,
Kurangi makanan/minuman yang mengandung kafein, konsumsilah makanan atau multivitamin yang
seperti kopi dan minuman berenergi mengandung zat besi agar terhindar dari anemia
DAFTAR PUSTAKA
Ramadhan. (2015). Hipogonadisme. Journal Of Vocational Health Studies, 1(1), 1632–1645.
Simanjuntak, T. P. (2010). Sindrom Turner. Majalah Kedokteran FK UKI, XXVII(1), 15–19.
http://ejournal.uki.ac.id/index.php/mk/article/download/1677/1322/
Wahana, H. (2020). Journal of Nursing Invention. Jo
Pediatric. ( 2018, 22 Oktober). Gangguan Pubertas Pada Anak.
https://klinikanakapap.com/gangguang-pubertas-pada-anak-2/

Anda mungkin juga menyukai