DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
YULIANI (P032014401042)
D3 KEPERAWATAN 1 A
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Gangguan Fungsi Kelenjar Reproduksi” ini dengan
lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah PATOFISIOLOGI. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data
yang kami peroleh dari beberapa buku dan situs blog di internet. Tak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah PATOFISIOLOGI atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini, sehingga dapat diselesaikan
dengan semestinya.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR...........................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................3
1.2. Tujuan.........................................................................................................3
1.3. Manfaat.......................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................5
2.5. Komplikasi................................................................................................10
BAB III................................................................................................................11
3.1. Kesimpulan...............................................................................................11
3.2. Saran.........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................12
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi hipogonadisme
3. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi hipogonadisme
4. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinik hipogonadisme
5. Untuk mengatahui dan memahami komplikasi dari hipogonadisme
6. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan hipogonadisme
7. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan hipogonadisme
4
BAB II
PEMBAHASAN
a. Primer
5
Adanya komplikasi dari penyakit gondongan
Hemokromatosis
b. Sekunder
Tumor hifofisis
Penyakit HIV/AIDS
6
Adanya penggunaan obat-obatan tertentu
2.3. Patofisiologi
Folitropin (FSH) dan lutropin (LH dilepaskan dihipofisis anterior, dan
dirangsang oleh pelepasan pulsatil gonadoliberin (gonadotropin-releasing
hormone, GnRH). Sekresi pulsatil dari gonadotropin ini dihambat oleh prolaktin.
LH mengatur pelepasan testosteron dari sel leydig di testis. Testosterone, dengan
mekanisme umpan balik negatif, menghambat pelepasan GnRH dan LH.
Pembentukan inhibin, yang menghambat pelepasan FSH, dan androgen binding
protein (ABP) ditingkatkan oleh FSH di sel Sertoli testis. Testosterone atau
dihidrotestosteron yang dibentuk dari testosterone di sel sertoli dan di beberapa
7
organ meningkatkan pertumbuhan penis, tubulus seminiferus, dan skrotum.
Testosteron dan FSH diperlukan dalam pembentukan dan pematangan
spermatozoa. Selain itu, testosterone merangsang aktivitas sekretorik prostat
(menurunkan viskositas ejakulat) dan vesikula seminalis (campuran antara
fruktosa dan prostaglandin), serta aktivitas sekretorik kelenjar sebasea dan
keringat di daerah aksila dan genitalia. Testosteron meningkatkan ketebalan
kulit, pigmentasi skrotum, dan eritropoiesis.
Testosterone juga mempengaruhi tinggi badan dan postur badan dengan
meningkatkan pertumbuhan otot dan tulang (anabolisme protein), pertumbuhan
longitudinal, dan mineralisasi tulang serta penyatuan lempeng epifisis.
Testosterone merangsang pertumbuhan laring (kedalaman suara),
pertumbuhan rambut pada daerah pubis dan aksila, pada dada dan wajah
(janggut); keberadaannya penting dalam kebotakan pada laki-laki. Hormone ini
juga merangsang libido dan perilaku agresif. Akhirnya, hormone ini merangsang
retensi elektrolit di ginjal, mengurangi konsentrasi lipoprotein berdensitas tinggi
(HDL) di dalam darah, dan mempengaruhi distribusi lemak. Penurunan
pelepasan androgen dapat disebabkan oleh kekurangan GnRH. Bahkan sekresi
GnRH nonpulsatil merangsang pembentukan androgen secara tidak adekuat.
Keduanya dapat terjadi pada kerusakan di hipotalamus (tumor, radiasi, perfusi
yang abnormal, kelainan genetik) serta sters psikologis dan fisik.
Konsentrasi GnRH (dan analognya) yang tinggi dan menetap akan
menurunkan pelepasan gonadotropin dengan menurunkan jumlah reseptornya.
Penyebab lain adalah penghambatan pelepasan gonadotropin pulsatil oleh
prolaktin serta kerusakan di hipofisis (trauma, infark, penyakit autoimun, tumor,
hiperplasia) atau di testis (kelainan genetic, penyakit sistemik yang berat).
Akhirnya, efek androgen dapat dihambat oleh kelainan enzim pada sintesis
hormon, misalnya pada defisiensi reduktase genetic atau kelainan reseptor
testosteron.
8
2.4. Manifestasi Klinik
A. Pria
B. Wanita
9
2) Sistem Muskuloskeletal
a. Otot kecil
b. Pertumbuhan otot kurang
3) Sistem Integumen
a. Pertumbuhan rambut tubuh jarang
2.5. Komplikasi
Akibat hipogonadisme yang terlambat ditangani dapat diobati sesuai
dengan usia orang tersebut pertama kali memiliki hipogonadisme (selama
perkembangan janin, masa pubertas, atau dewasa).
Masa Perkembangan Janin
Seorang bayi mungkin lahir dengan:
o Alat kelamin yang ambigu
Masa Pubertas
Perkembangan pada masa pubertas biasanya tidak lengkap atau tertunda,
sehingga menimbulkan:
Masa Dewasa
Komplikasi mungkin termasuk:
o Infertilitas
o Disfungsi ereksi
o Penurunan dorongan seks
o Kelelahan
10
o Kehilangan atau lemahnya otot
o Pembesaran payudara pada laki-laki (gynecomastia)
o Kurangnya jenggot atau rambut/bulu tubuh dan Osteoporosis
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Hipogonadisme adalah berkurangnya atau menurunnya hormone
androgen sehingga mempengaruhi fungsi dan ciri seks dari kelamin baik pria
dan wanita. Pada pria dewasa mengalami penurunan sebagian libido, kadang-
kadang mengalami hot flashes, biasanya lebih mudah tersinggung, pasif dan
menderita depresi dibanding dengan yang memiliki testis utuh. Selain itu terjadi
impotensi, pengurangan progresif rambut dan bulu tubuh, jenggot dan
berkurangnya pertumbuhan otot. Berhentinya menstruasi atau amenorhoe, atropi
payudara dan genetalia eksterna serta penurunan libido. Dengan penggantian
hormon dan perawatan yang tepat penderita hipogonadisme baik laki –laki
maupun perempuan dapat hidup normal.
3.2. SARAN
Pemakalah berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca dalam
menambah pengetahuan mengenai Hipogonadisme. Pemakalah menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu mengharapkan krtik
dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan di masa yang akan datang
11
DAFTAR PUSTAKA
12