Anda di halaman 1dari 22

Tugas : Keperawatan Maternitas

Dosen : Ns. Jamilah Mirayanti, S.Kep

MAKALAH
HIPOGONADISME

Disusun Oleh:

Ingka Santika (218098)


Nurdayanti (218111)
Akper 2C

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN PELAMONIA
KESDAM XIV/HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Hipogonadisme” ini dengan
lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
yang diberikan oleh dosen mata kuliah.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari buku panduan yang berkaitan tak lupa penyusun ucapkan terima
kasih kepada pengajar mata kuliah Ilmu dan kepada teman-teman
mahasiswa yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini Penulis
berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita. Memang makalah ini
masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Makassar,19 Mei 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. ii

DAFTAR ISI........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hipogonadisme.................................................. 3
B. Struktur dan Fungsi Kelenjar Gonad.................................... 3
C. Etiologi Hipogonadisme........................................................ 9
D. Manifestasi Klinis.................................................................. 10
E. Pemeriksaan Diagnostik....................................................... 10
F. Penatalaksanaan Medis....................................................... 11
G. Asuhan Keperawatan Hipogonadisme................................. 12
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola klinis pubertas sangat bervariasi. Pada 95% anak laki-laki
pembesaran genetalia mulai antara usia 9,5-13,5 tahun, yang mencapai
maturasi antara 13-17 tahun. Pada sebagian kecil anak laki-laki normal,
pubertas mulai setelah usia 15 tahun. 50% anak laki-laki, rambut pubis
tumbuh pada usia 11 tahun, dan pada usia 13-17,5 tahun, rambut ini
jumlahnya ekuivalen dengan jumlah rambut orang laki-laki dewasa
normal. Pada beberapa anak laki-laki, perkembangan pubertas selesai
pada kurang dari 2 tahun, tetapi pada anak lain pertumbuhan ini dapat
memerlukan waktu lebih lama dari pada usia 4,5 tahun. Pertumbuhan
cepat remaja terjadi lebih lambat pada anak laki-laki dari pada anak
perempuan sejalan dengan tingkat maturasi seksual, misalnya,
kecepatan puncak perubahan dalam ketinggian tidak dapat dicapai
pada anak laki-laki sampai genetalia berkembang dengan baik, tetapi
pada anak perempuan kecepatan pertumbuhan biasanya ada pada
maksimalnya ketika puting dan areola telah berkembang tetapi sebelum
ada perkembangan payudara lain yang berarti.
Kemajuan yang cepat dalam pemahaman interaksi hipothalamus-
kelenjar pituitari-gonad yang terlibat dengan pubertas dan pada
diagnosa klinis penyimpangan perkembangan pubertas telah
dimungkinkan dengan pemeriksaan yang sangat diperbaiki untuk
hormon kelenjar pituitaria dan gonad yang dapat diukur pada sejumlah
kecil darah. Dengan GnRH juga dimungkinkan untuk membedakan
antara defek kelenjar pituitari primer dengan hipothalamus pada
penderita hipogonadotropik.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hipogonadisme ?
2. Bagaimana struktur dan fungsi kelenjar gonad?
3. Apa etiologi hipogonadisme?
4. Bagaimana patofisiologi hipogonadisme?
5. Bagaimana manifestasi klinik hipogonadisme ?
6.   Apa saja pemeriksaan diagnostik hipogonadisme?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis hipogonadisme?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan
hipogonadisme?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian hipogonadisme
2. Untuk mengetahui dan memahami struktur dan fungsi kelenjar
gonad
3. Untuk mengetahui dan memahami etiologi hipogonadisme
4. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi hipogonadisme
5. Untuk mengetahuidan memahami manifestasi klinik
hipogonadisme
6. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik
hipogonadisme
7. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan
hipogonadisme
8. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien
dengan hipogonadisme

2
BAB II
PEMBAHASAN
A Pengertian Hipogonadisme
Hipoganadisme adalah suatu keadaan dimana terjadi difisiensi
hormon gonad. Hipogonadisme adalah berkurangnya atau menurunnya
hormone androgen sehingga mempengaruhi fungsi dan ciri seks dari
kelamin baik pria dan wanita.
B. Struktur dan Fungsi Kelenjar Gonad
1. Testis
a. Anatomi
Testis adalah organ utama dari sistem reproduksi pria.
Testis kiri dan kanan merupakan kelenjar yang terbungkus
skrotum. Testis tersusun atas tubulus seminiferus. Testis
berkembang di dalam rongga abdomen sewaktu janin dan
turun melalui saluran inguinalis kanan dan kiri masuk ke
dalam skrotum menjelang akhir kehamilan. Testis ini terletak
oblik menggantung pada urat-urat spermatik di dalam
skrotum.
Diantara tubulus-tubulus testis terdapat sarang-sarang
sel yang mengandung granula lemak, sel interstisium leydig
yang mensekresi testosteron.
b. Fisiologi testis
1) Organ endokrin
Testis mensekresikan sejumlah besar androgen,
terutama testosteron, tetapi testis juga mensekresikan
sedikit estrogen. Androgen adalah hormon seks sterol
yang efeknya maskulinisasi. Androgen disekresikan
oleh korteks adrenal. Testosteron disekresikan oleh sel
interstisiil, yaitu sel-sel yang terletak di dalam ruang

3
antara tubula-tubula seminiferus testis atas rangsangan
hormon perangsang sel interstisiil (ICSH) dari hipofisis
yang sebenarnya adalah bahan yang sama dengan
Luteinizing Hormon (LH). Pengeluaran testosteron
bertambah dengan nyata pada masa pubertas dan
bertanggung jawab atas pengembangan sifat-sifat
kelamin sekunder yaitu pertumbuhan jenggot, suara
lebih berat, pembesaran genetalia. Nilai normal
testosteron adalah 3-10 mg/dl.
Efek:
Efek testosteron pada fetus merangsang deferensiasi
dan perkembangan genital ke arah pria. Pada masa
pubertas hormon ini akan merangsang perkembangan
tanda-tanda seks sekunder seperti perkembangan
bentuk tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan alat
genital, distribusi rambut tubuh, pembesaran larynx dan
penebalan pita suara serta perkembangan sifat agresif.
Mekanisme kerja:
Testosteron berikatan dengan suatu reseptor intra sel
dan kompleks esterol-reseptor kemudian berikatan
dengan DNA di nukleus, menyebabkan transkripsi
berbagai gen. Selain itu testosteron dirubah menjadi
dihidrotestosteron (DHT) oleh sa-reduktase di beberapa
jaringan sasaran dan DHT berikatan dengan reseptor
intra sel yang sama seperti testosteron.
DHT bersirkulasi dengan kadar plasma 10% kadar
testosteron, kompleks testosteron reseptor kurang stabil
bila dibandingkan dengan kompleks DHT-reseptor di sel
sasaran dan transformasi kompleks tersebut ke DNA sel

4
kurang sempurna. Sehingga pembentukan DHT adalah
salah satu cara untuk meningkatkan efek testosteron
dalam jaringan sasaran.
Kompleks testoteron-reseptor berperan dalam
pematangan struktur dan duktus wolffian sehingga
bertanggung jawab terhadap pembentukan genetalia
interna pria selama pertumbuhan. Tetapi kompleks
DHT-reseptor diperlukan untuk membentuk genetalia
eksterna pria. Kompleks DHT-reseptor juga berperan
dalam pembesaran prostat dan mungkin penis pada
saat pubertas serta rambut wajah, jerawat dan
pengenduran temporal garis rambut. Dipihak lain
peningkatan masa otot dan munculnya dorongan seks
dan libido pria lebih tergantung pada testosteron dari
pada ke DHT.
2) Organ reproduksi
Testis adalah organ tempat spermatozoa dibentuk dan
testosteron dihasilkan. Testosteron untuk
mempertahankan spermatogenesis sementara FSH
diperlukan untuk memulai dan mempertahankan
spermatogenesis.
2. Ovarium
Ovarium adalah kelenjar berbentuk biji buah kemiri, terletak
di kanan dan kiri uterus, di bawah tuba uterina dan terikat di
sebelah belakang oleh ligamentum latum uteri. Ovarium berisi
sejumlah besar ovum belum matang, yang disebut oosit primer.
Setiap oosit dikelilingi sekelompok sel folikel pemberi makanan.
Pada setiap siklus haid sebuah ovum primitif ini mulai matang dan
kemudian cepat berkembang menjadi folikel ovari yang vesikuler

5
(folikel degraf). Ovarium memiliki 3 fungsi yaitu: Memproduksi
ovum, estrogen dan progesteron.
Fungsi ovarium:
a. Sebagai organ endokrin
Sebagai organ endokrin, ovarium menghasilkan hormon
estrogen dan progesteron
1) Estrogen
Hormon estrogen dikeluarkan oleh ovarium dari mulai
anak-anak sampai sesudah menopouse. Hormon ini
dinamakan hormon folikuler karena terus dihasilkan
oleh sejumlah besar folikel ovarium dan seperti semua
hormon beredar di dalam aliran darah. Estrogen penting
untuk mengembangkan organ kelamin wanita dan sifat-
sifat kelamin yang sekunder dan menyebabkan
perubahan anak gadis pada masa pubertasnya serta
untuk tetap adanya sifat fisik dan mental yang
menandakan wanita normal.
Efek pada genetalia:
Estrogen mempercepat pertumbuhan folikel ovarium
dan meningkatkan motilitas tuba uterina. Hormon ini
meningkatkan aliran darah uterus dan memiliki efek
penting pada otot polos uterus. Estrogen meningkatkan
jumlah otot uterus dan kandungan protein kontraktilnya.
Dibawah pengaruh estrogen, otot menjadi lebih efektif
dan mudah terangsang sehingga potensial aksi pada
masing-masing serat menjadi lebih sering. Uterus yang
didominasi oleh estrogen juga peka terhadap desitosin.

6
Efek pada organ endokrin:
Estrogen menurunkan sekresi FSH pada keadaan
tertentu estrogen menghambat sekresi LH (umpan balik
negatif) pada keadaan lain estrogen meningkatkan
sekresi LH (umpan balik positif). Estrogen juga
meningkatkan ukuran hipofisis.
Efek pada prilaku:
Hormon ini meningkatkan libido, hormon ini tampaknya
menimbulkan efeknya melalui langsung pada neuron-
neuron tertentu di hipothalamus.
Efek pada payudara:
Estrogen menyebabkan pertumbuhan duktus pada
payudara dan terutama berperan dalam pembesaran
payudara selama pubertas pada gadis. Estrogen juga
disebut sebagai hormon pertumbuhan payudara.
Estrogen berperan dalam terjadinya pigmentasi areola,
walaupun pigmentasi biasanya lebih nyata selama
kehamilan pertama dibandingkan dengan masa
pubertas.
2) Progesteron
Progesteron disekresikan oleh korpus luteum dan
melanjutkan pekerjaan yang dimulai oleh estrogen
terhadap endometrium, yaitu menyebabkan
endometrium menjadi tebal lembut serta siap untuk
penerimaan ovum yang telah dibuahi. Progesteron
menghambat menstruasi. Nilai normal progesteron
adalah 18 mg – 60 n mol.

7
Efek:
Organ sasaran utama progesteron adalah uterus,
payudara dan otak. Progesteron berperan dalam
perubahan pregestasional di endometrium dan
perubahan siklik di serviks dan vagina. Hormon ini
memiliki efek antiestrogenik pada sel miometrium
menurunkan terhadap oxitocin dan aktivitas listrik
spontan sementara meningkatkan potensial membran.
Hormon ini juga menurunkan jumlah reseptor estrogen
di endometrium dan meningkatkan kecepatan
perubahan 17 β-estradiol menjadi estrogen yang kurang
aktif.
Di payudara progesteron merangsang pembentukan
lobulus dan alveolus.
b. Sebagai organ reproduksi
Ovarium sebagai organ reproduksi yaitu menghasilkan ovum
setiap bulannya ada masa ovulasi untuk selanjutnya siap
untuk dibuahi sperma.
FSH dari hipofisis bertanggung jawab pada pematangan awal
folikel ovarium. FSH serta LH bersama-sama bertanggung
jawab terhadap pematangan akhir. Letupan sekresi LH
berperan dalam menyebabkan ovulasi dan pembentukan
awal korpus luteum. Terdapat letupan-letupan sekresi FSH
yang lebih kecil pada pertengahan, yang kemaknaannya
masih belum diketahui. LH merangsang sekresi estrogen dan
progesteron dari korpus luteum.

8
C. Etiologi Hipogonadisme
1. Primer
a. Infeksi kelenjar gonad
b. Atropi kelenjar gonad
2. Skunder
a. Kerusakan hipothalamus untuk mensekresi GnRH.
b. Hipersekresi prolaktin di hipofisis anterior
c. Hiposekresi FSH dan LH

D. Manifestasi Klinis
1. Pria
a. Defisiensi hormon pada masa kanak-kanak (prepubertas)
Gambaran klinisnya adalah enukoidisme, orang-orang
enukoid yang berusia di atas 20 tahun, biasanya tinggi, bahu
sempit dan otot kecil (konfigurasi tubuh yang mirip dengan
wanita dewasa). Selain itu genitalia kecil, suara memiliki nada
tinggi, pertumbuhan rambut pubis wanita yaitu segitiga
dengan dasar di atas, bukan pola segitiga yang dasarnya di
bawah seperti yang dijumpai pada pria normal.
b. Difisiensi post pubertas
Pada pria dewasa mengalami penurunan sebagian libido,
kadang-kadang mengalami hot flashes, biasanya lebih
mudah tersinggung, pasif dan menderita depresi dibanding
dengan yang memiliki testis utuh. Selain itu terjadi impotensi,
pengurangan progresif rambut dan bulu tubuh, jenggot dan
berkurangnya pertumbuhan otot.

9
2. Wanita
Berhentinya menstruasi atau amenorhoe, atropi payudara dan
genetalia eksterna serta penurunan libido.
3. Dampak Terhadap Sistem Lain
a. Sistem Reproduksi
1) Atropi testis dan ovarium
2) Impotensi
3) Kehilangan/penurunan libido
4) Genetalia kecil
5) Atropi payudara
b. Sistem Muskuloskeletal
1) Otot kecil
2) Pertumbuhan otot kurang
c. Sistem Integumen
1) Pertumbuhan rambut tubuh jarang
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT Scan otak, untuk melihat adanya tumor pada
hipofise/hipothalamus
2. Pengambilan kadar testoteron serum
3. Kadar gonadotropi serum dan kariotip
4. Test stimulasi dengan klomifen
5. Test stimulasi Gn RH
6. Test stimulasi HC
7. Analisis semen untuk kuantitas dan kwalitas sperma.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Pria
Dengan pemberian testoteron dengan dosis yang sesuai untuk
hasil yang maksimal dikombinasikan dengan HCG diberikan 3x
seminggu dalam waktu 4-6 bulan sampai kadar testoteron normal.

10
Setelah 6 bulan terapi, bila jumlah sperma tetap sedikit maka
pegobatan dihentikan, bila jumlah sperma meningkat maka terapi
diteruskan.
2. Wanita
Dengan pemberian estrogen dan progesteron.

G. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Hipogonadisme


1. Pengkajian
2. Pengumpulan Data
a. Identitas
1) Identitas klien
Terdiri dari: Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, agama, status merital, tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian, diagnosa medis, No. Medrec dan
alamat.
2) Identitas penanggung jawab
Terdiri dari: Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, agama, hubungan dengan klien dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan klien pada saat dikaji, klien yang mengalami
hipogonad biasanya kelainan fungsi kematangan
seksual perubahan kondisi mental.
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien di luar
gangguan yang dirasakan sekarang, khususnya
gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama
bila dihubungkan dengan usia seperti:

11
b) Tanda-tanda seks skunder yang tidak ada atau
berkurang, misalnya amenorhoe, bulu rambut tidak
tumbuh, buah dada tidak berkembang.
c) Kaji fungsi seksual dan reproduksi.
d) Kaji adanya perubahan fisik tertentu yang sangat
mengganggu klien.
e) Kaji psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit
bergaul dan tidak mampu berkonsentrasi.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita suatu
penyakit yang berat/penyakit tertentu yang
memungkinkan berpengaruh pada kesehatan sekarang,
kaji adanya trauma prosedur operatif dan penggunaan
obat-obatan.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang
mengalami gangguan seperti yang dialami
klien/gangguan tertentu yang berhubungan secara
langsung dengan gangguan hormonal seperti gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
c. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat energi
a) Kaji perubahan kekuatan fisik dihubungkan
dengan sejumlah gangguan hormonal khususnya
hormon gonad.
b) Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
2) Pertumbuhan dan perkembangan

12
Secara langsung pertumbuhan dan perkembangan ada
di bawah pengaruh GH, kelenjar tiroid dan kelenjar
gonad. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
dapat terjadi semenjak di dalam kandungan bila hormon
yang mempengaruhi tumbang fetus kurang. Kondisi ini
dapat terjadi pula setelah bayi lahir artinya selama
proses tumbang terjadi disfungsi gonad.
a) Kaji apakah gangguan ini terjadi semenjak bayi
dilahirkan atau terjadi selama proses
pertumbuhan.
b) Kaji secara lengkap pertumbhan ukuran tubuh dan
fungsinya.
c) Kaji apakah perubahan fisik dipengaruhi kejiwaan
klien.
3) Seks dan reproduksi
Fungsi seksual dan reproduksi penting untuk dikaji baik
pada klien wanita maupun pria.
a) Pada klien wanita
Kaji kapan mulai/berhenti menstruasi, perubahan
fisik termasuk sering nyeri atau keram abdomen
sebelum, selama dan sesudah haid.
b) Pada klien pria
Kaji apakah klien mampu ereksi, dan orgasme
serta bagaimana perasaan klien setelah
melakukannya, adakah perasaan puas dan
menyenangkan. Tanyakan adakah perubahan
bentuk dan ukuran alat genitalianya.

13
d. Aspek Psikologis
Kaji kemampuan kooping, dukungan keluarga, teman dan
handaitoulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat
dan sakit.
Kaji kemampuan klien dan keluarga dalam memberi
perawatan di rumah termasuk penggunaan obat-obatan.
e. Aspek sosial
Perlu dikaji kondisi lingkungan, menarik diri dari pergaulan.
f. Aspek spiritual
Perlu dikaji tentang agama, keyakinan, peribadatan harapan
serta semangat yang terkandung dalam diri klien yang
merupakan aspek penting untuk kesembuhan penyakit klien.
3. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Timbul
a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
struktur dan fungsi tubuh akibat difisiensi gonad.
b. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan bentuk
dan fungsi organ seks akibat difisiensi gonad.
c. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
proses penyakit, pengobatan dan perawatan atau minimnya
informasi yang didapat.
4. Intervensi/Perencanaan
a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
struktur dan fungsi tubuh akibat difisiensi gonad.
1) Kriteria evaluasi
a) Mengimplementasikan pola penanganan baru.
b) Mengungkapkan dan mendemontrasikan
penerimaan penampilan baru.
c) Mengawali dan memantapkan kembali sistem
pendukung yang ada.

14
2) Intervensi
a) Dorong individu untuk mengekspresikan
perasaannya, khususnya mengenai pikiran,
perasaan dan pandangan dirinya.
b) Dorong individu untuk bertanya mengenai
masalah, penanganan, perkembangan prognosa
kesehatan.
c) Berikan informasi yang dapat dipercaya dan
perkuat informasi yang telah diberikan.
d) Siapkan orang terdekat terhadap perubahan fisik
dan emosional, dukungan keluarga ketika mereka
berupaya beradaptasi.
e) Dorong kunjungan dari teman sebaya dan orang
terdekat, anjurkan untuk berbagi rasa dengan
individu tentang nilai-nilai dan hal-hal yang penting
untuk mereka.
f) Dorong kontak dengan teman sebaya dan
keluarga.
g) Berikan kesempatan berbagi rasa dengan individu
yang mengalami pengalaman sama.
b. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan bentuk
dan fungsi organ seks akibat difisiensi gonad.
1) Kriteria evaluasi
a) Menceritakan kepedulian/masalah mengenai
fungsi seksual.
b) Mengekspresikan peningkatan kepuasan dengan
pola seksual.
c) Melanjutkan akivitas seksual sebelumnya.

15
d) Melaporkan suatu keinginan untuk melanjutkan
aktivitas seksual.
2) Intervensi
a) Dapatkan riwayat seksual:
-          Pola seksual biasanya
-          Kepuasan (individu dan pasangannya)
-          Pengetahuan seksual
-          Masalah-masalah (seksual, kesehatan)
-          Harapan-harapan
-          Suasana hati, tingkat energi.
b) Berikan dorongan untuk bertanya tentang
seksualitas/fungsi seksual yang mungkin
mengganggu klien.
c) Gali hubungan klien dengan pasangannya
d) Dorong pasangan untuk mendiskusikan kekuatan
hubungan mereka dan untuk mengkaji pengaruh
dari keluhannya pada kekuatan mereka.
e) Anjurkan individu untuk mengambil aktivitas
seksual sedemikian rupa mendekati pola
sebelumnya jika mungkin.
c. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
proses penyakit, pengobatan dan perawatan atau minimnya
informasi yang didapat.
1) Kriteria evaluasi
a) Menggambarkan ansietas dan pola koopingnya.
b) Menggunakan mekanisme kooping yang efektif
dalam menangani ansietas.
2) Intervensi
a) Kaji ansietas: ringan, sedang, berat dan panik

16
b) Dorong klien untuk mengungkapkan mengenai
pengetahuan yang ia miliki tentang proses
penyakit, pengobatan dan perawatan.
c) Jelaskan tentang proses penyakit, pengobatan,
dan perawatan sesuai dengan tingkat pendidikan
klien.
d) Berikan kenyamanan dan ketentraman hati:
-       Tinggal bersama klien.
-        Berbicara dengan perlahan dan tenang,
menggunakan kalimat yang pendek dan
sederhana.
-        Perlihatkan rasa empati (datang dengan
tenang, menyentuh, membiarkan menangis,
berbicara).
e) Batasi kontak dengan orang lain, klien-klien,
keluarga yang juga mengalami cemas.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipogonadisme adalah berkurangnya atau menurunnya hormone
androgen sehingga mempengaruhi fungsi dan ciri seks dari kelamin baik
pria dan wanita. Pada pria dewasa mengalami penurunan sebagian
libido, kadang-kadang mengalami hot flashes, biasanya lebih mudah
tersinggung, pasif dan menderita depresi dibanding dengan yang
memiliki testis utuh. Selain itu terjadi impotensi, pengurangan progresif
rambut dan bulu tubuh, jenggot dan berkurangnya pertumbuhan otot.
Berhentinya menstruasi atau amenorhoe, atropi payudara dan genetalia
eksterna serta penurunan libido.

18
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia. Anderson. 1994. Patofisiologi: Konsef Klinis Proses-Proses


Penyakit. EGC. Jakarta.

Hudak, Carolyn M. 1997. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. EGC.


Jakarta

Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek


Klinis. EGC.Jakarta.

Ganong, W.F. (2002). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20. Jakarta :
EGC

19

Anda mungkin juga menyukai