Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS

“ HIPOSPADIA ”

Di susun oleh :
FEBI LIA ROSSAPUTRI (2B/P07224122042)
SABRINA RAHMA TRIANITA (2B/P07224122056)

Dosen Pengampu :
Endah Wijayanti, M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN BALIKPAPAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas Rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Makalah Asuhan Kebidanan Neonatus
Hipospadia” dengan tepat waktu.
Setelah membaca dan mempelajari tugas yang kami buat ini, saya selaku penulis
berharap agar pembaca dan penggunaannya mendapat pengetahuan yang lebih baik,
sebagaimana yang tertera dalam tujuan dibuatnya tugas makalah ini.
Penulisan makalah yang berjudul “ Makalah Asuhan Kebidanan Neonatus Hipospadia”
ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan guna mengisi nilai semester 3. Selain
itu penulisan makalah ini juga ditunjukan untuk memaparkan mengenai apa itu Hipospadia.
Mengingat proses pembuatan tugas makalah ini saya rasa masih jauh dari
kesempurnaan, maka saya selaku penulis membuka diri untuk menerima berbagai saran
dan masukan sehingga tugas makalah ini menjadi sempurna serta bermanfaat sebagaimana
tujuannya.
Demikian penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang
maksimal kepada teman-teman dan para pembaca. Penulis berharap agar teman-teman
berkenan untuk memberikan saran dan kritikan demi kesempurnaan makalah yang penulis
buat ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih.

Minggu, 09 Juli 2023

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………...
A. Latar Belakang………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah……………………………………………………...
C. Tujuan…………………………………………………………………...
BAB II ISI……………...……………………………………………
A. Konsep Penyakit Hipospedia…………………………………………..
1. Pengertian……………………………………………………………………
2. Etiologi……………………………………………………………………….
3. Klasifikasi……………………………………………………………………
4. Manifestasi Klinis…………………………………………………………...
5. Patofisiologi………………………………………………………………….
6. Pemeriksaan Diasnotik/Penunjang………………………………………...
7. Penatalaksaan Medis………………………………………………………..
8. Komplikasi…………………………………………………………………...

BAB III PENUTUP…………………………………………………


A. Kesimpulan……………………………………………………………...
B. Saran…………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelainan koginetal pada penis menjadi suatu masalah yang sangat penting, karena selain
berfungsi sebagai pengeluaran urine juga berfungsi sebai alat seksual yang pada kemudian hari
dapat berpengaruh terhadap fertilisasi. Salah satu kelainan konginetal terbanyak kedua pada penis
setelah cryptorchidism yaitu hipospadia dan epispadia. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan
berupa lubang uretra yang terletak dibagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288).
Tidak ada masalah fisik yang berhubungan dengan hipospadia pada bayi baru lahir atau
pada anak-anak remaja. Namun pada orang dewasa, chordee akan menghalangi hubungan seksual;
infertilitas dapat terjadi pada hipospadia penoskrotal atau perineal; dapat timbul stenosis meatus,
menyebabkan kesulitan dalam mengatur aliran urin; dan sering terjadi kriptokridisme.
Penanganan hipospadia dengan chordee adalah dengan pelepasan chordee dan resrturisasi
lubang meatus melalui pembedahan. Pembedahan harus dilakukan sebelum usia saat belajar untuk
menahan bdekemih, yaitu biasanya sekitar 2 tahun. Prepusium dipakai untuk proses rekonstruksi;
oleh karena itu bayi dengan hipospadia tidak boleh di sirkumsisi. Chordee dapat juga terjadi tanpa
hipospadia, dan diatasi dengan melepaskan jaringan fibrosa untuk memperbaiki fungsi dan
penampilan penis.
Hipospadia terdapat pada kira-kira satu diantara 500 bayi baru lahir. Pada kasus yang
paling ringan, meatus uretra bermuara pada bagian ventral glans penis, terdapat berbagai derajat
malformasi glans dan kulup zakar tidak sempurna pada sisi ventral dengan penampilan suatu
kerudung dosal.
Dengan bertambahnya tingkat keparahan, penis berbelok kearah ventral (chordee) dan
uretra pada penis lebih pendek secara proggresif, tetapi jarak antara meatus dan glans tidak dapat
bertambah secara signifikan sampai chordee di koreksi.
Karenanya, hal ini menyesatkan, mengklasifikasi hipospadia semata-mata atas dasar
meatus. Pada beberapa kasus , meatus terletak pada sambungan penoscrotal: pada kasus eksrem,
uretra bermuara pada perineum, skrotum bifida dan kadang-kadang meluas kebasis dorsal penis
(transposisi skrotum), dan chordee adalah ekstrem. Pada kasus demikian, biasanya terdapat di
vertikulum uretra yang bermuara pada setinggi verumontanum, memperlihatkan suatu struktur sisa
mollerian (a vestige of mullerian structures). Pada kasus varian, kurva tura ventral penis terjadi
tanpa hipospadiak meatus uretra. Pada kasus ini, kulup zakar berkerudung dan korpus spongiosum
mungkin kurang berkembang.

B. Rumusan Masalah
Apa itu definisi dari hipospadia ?

C. Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi dari hipospadia
BAB II
ISI
A. Konsep Penyakit Hipospadia
1. Pengertian
Kelainan kongenital adalah kelainan bawaan yang disebabkan oleh adanya
kegagalan dalam proses pembentukan organ saat fase organogenesis di trimester
pertama. Hipospadia merupaka salah satu kelainan bawaan sejak lahir pada alat
genetalia laki-laki. Kata Hipospadia berasal dari bahasa Yunani yaitu Hypo, yang
berarti dibawah, dan Spadon, yang berarti lubang (Vikaningrum, 2020).
Hipospadia dapat didefinisikan sebagai adanya muara uretra yang terletak di
ventral atau proksimal dari lokasi yang seharusnya. Kelainan terbentuk pada masa
embrional karena adanya gangguan pada masa perkembangan alat kelamin dan sering
dikaitkan dengan gangguan pembentukan seks primer maupun gangguan aktivitas
seksual saat dewasa (Snodgrass & Bush, 2016).
Klasifikasi hipospadia paling ringan adalah meatus uretra yang bermuara pada
bagian ventral glans penis, terdapat berbagai derajat malformasi glands dan skrotum
tidak sempurna pada sisi ventral dengan penampilan suatu kerudung dosal. Dengan
bertambahnya tingkat keparahan, penis berbelok kearah ventral atau yang disebut
chordee dan uretra penis lebih pendek secara progresif, tetapi jarak antara meatus dan
glands tidak dapat bertambah secara signifikan sampai chordee dikoreksi. Karenanya,
klasifikasi hipospadia didasarkan atas dasar meatus. Pada beberapa kasus, meatus
terletak pada sambungan penoskrotal. Pada kasus ekstrem, uretra bermuara pada
perineum, skrotum bifida dan meluas ke basis dorsal penis (transposisi skrotum) dan
chordee (pita jaringan fibrosa). Pada 10 % anak laki-laki dengan hipospadia biasanya
testis tidak turun (Kyle & Carman, 2014).
2. Etiologi
Penyebab hipospadia sangat bervariasi dan dipengaruhi banyak faktor, namun
belum ditemukan penyebab pasti dari kelainan ini. Beberapa kemungkinan
dikemukakan oleh para peneliti mengenai etiologi hipospadiaFaktor risiko yang
mempengaruhi terjadinya hipospadia yaitu :

a. Faktor genetic dan embrional


Genetik merupakan faktor risiko yang diduga kuat mempengaruhi proses terjadinya
hipospadia. Penelitian menyebutkan bahwa anak laki-laki yang memiliki saudara
yang mengalami hipospadia beresiko 13,4 kali lebih besar mengalami hipospadia,
sedangkan anak yang memiliki ayah dengan riwayat hipospadia beresiko 10,4 kali
mengalami hal yang sama (Van der Zaden et al., 2012)Selama masa embrional,
kegagalan dalam pembentukan genital folds dan penyatuanya diatas sinus
urogenital juga dapat menyebabkan terjadinya hipospadia. Biasanya semakin berat
derajat hipospadia ini, semakin besar terdapat kelainan yang mendasariKelainan
kromosom dan ambigu genitalia seperti hermafrodit maupun pseudohermafrodit
merupakan kelainan yang kerap kali ditemukan bersamaan dengan hipospadia
(Krisna & Maulana, 2017).
b. Faktor hormonal
Perkembangan genitalia pada laki laki merupakan proses yang kompleks dan
melibatkan berbagai gen serta interaksi hormon yang ada pada ibu hamil. Proses
pembentukan saluran uretra ini terjadi pada minggu ke-6 trimester pertama dan
bersifat androgendependent, sehingga ketidak normalan metabolisme androgen
seperti defisiensi reseptor androgen di penis, kegagalan konversi dari testosteron ke
dihidrotestoteron, serta penurunan ikatan antara dihidrostestoteron dengan reseptor
androgen mungkin dapat menyebabkan terjadinya hipospadia (Noegroho
etal., 2018).
c. Faktor Likngkungan
Faktor lingkungan dicurigai sebagai salah satu faktor penyebab hipospadia seperti
terdapat paparan estrogen atau progestin pada ibu hamil di awal kehamilan, paparan
estrogen tersebut biasanya terdapat pada pestisida yang menempel pada buah,
sayuran, tanaman, dan obat obatan yang dikonsumsi oleh ibu hamilPada ibu hamil
yang mengkonsumsi obat-obatan anti epilepsi seperti asam valporat juga diduga
meningkatkan resiko hipospadia tetapi untuk pil kontrasepsi yang mengandung
hormon estrogen dan progestin diketahui tidak menyebabkan hipospadia (Krisna &
Maulana, 2017).
d. Lain-lain
Pada anak laki-laki yang lahir dengan program Intra-cystolasmic sperm Injection
(ICSI) atau In Vitro Fertilization (IVF) memiliki insiden yang tinggi pada
hipospadia (Krisna & Maulana, 2017). Selain itu faktor ibu yang hamil dengan usia
terlalu muda atau terlalu tua juga sangat berpengaruh, diketahui bayi yang lahir dari
ibu yang berusia >35 tahun beresiko mengalami hipospadia berat. Kelahiran
prematur serta berat bayi lahir rendah, bayi kembar juga sering dikaitkan dengan
kejadian hipospadia (Widjajana, 2017).

3. Klasifikasi
Menurut Orkiszewski (2012) terdapat beberapa tipe hipospadia berdasarkan
letak orifisium uretra eksternum atau meatus diantaranya sebagai berikut :
a. Tipe sederhana / Tipe anterior
Tipe ini terdapat di anterior, pada tipe ini meatus terletak pada pangkal glands penis.
Sebenarnya kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak tidak memerlukan suatu
tindakanBila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi. Yang
termasuk golongan hipospadia tipe ini adalah hipospadia sub coronal atau lubang
kencing berada pada sulcus coronarius penis (cekungan kepala penis), dan
hipospadia tipe granular yaitu lubang kencing sudah terdapat di kepala penis namun
posisinya berada di bawah kepala penisnya.
b. Tipe Penil/ Tipe Middle
Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai
dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral,
sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada
kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat
kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak
dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah
selanjutnya. Terdapat beberapa tipe hipospadia yang termasuk dalam tipe middle
diantaranya yaitu hipospadia tipe penoscrotal atau lubang kencing terletak di antara
skrotum dan batang penis, hipospadia tipe peneana proksimal yaitu lubang kencing
berada di bawah pangkal penis, hipospadia tipe mediana yaitu lubang kencing
berada di bawah bagian tengah dari batang penis, serta hipospadia tipe distal
peneana yaitu lubang kencing berada di bawah bagian ujung batang penis.
c. Tipe Posterior
Pada tipe posterior, biasanya akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan
penis, seringkali disertai dengan skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan
umumnya testis tidak turunYang termasuk hipospadia posterior dianataranya yaitu
hipospadia tipe perenial, lubang kencing berada di antara anus dan skrotum, dan
hipospadia tipe scrotal, lubang kencing berada tepat di bagian depan skrotum.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Nurrarif & Kusuma (2015) yang sering muncul pada
penyakit hipospadia sebagai berikut:
a. Tidak terdapat preposium ventral sehingga prepesium dorsal menjadi berlebihan
(dorsal hood).
b. Sering disertai dengan korde atau penis melengkung ke arah bawah.
c. Lubang kencing terletak dibagian bawah dari penis.
Gejala yang timbul bervariasi sesuai dengan derajat kalainan. Secara umum jarang
ditemukan adanya gangguan fungsi, namun cenderung berkaitan dengan masalah
kosmetik karena letak muara uretra pada bagian ventral penis. Biasanya juga ditemukan
kulit luar bagian ventral lebih tipis atau bahkan tidak ada, dimana kulit luar di bagian
dorsal menebal. Pada hipospadia sering ditemukan adanya chorda (Sigumonrong,
2016).
Chorda adalah adanya pembengkokan menuju arah ventral dari penis. Hal ini
disebabkan oleh karena adanya atrofi dari corpus spongiosum, fibrosis dari tunica
albuginea dan facia di atas tunica, pengencangan kulit ventral dan fasia buck,
perlengketan antara uretra plate ke corpus cavernosa. Keluhan yang mungkin
ditimbulkan adalah adanya pancaran urin yang lemah ketika berkemih, nyeri ketika
ereksi, dan gangguan dalam berhubungan seksual. Hipospadia sangat sering ditemukan
bersamaan dengan cryptorchismus dan hernia inguinalis sehingga pemeriksaan adanya
testis tidak boleh terlewatkan (Krisna & Maulana, 2017).
5. Patofisiologi
Hipospadia merupakan suatu cacat bawaan yang diperkirakan terjadi pada masa
embrio selama pengembangan uretra, dari kehamilan 8-20 minggu.
Perkembangan terjadinya fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi
sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penisAda berbagai derajat
kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans,
kemudian di sepanjang batang penis hingga akhirnya di perineum.
Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topu yang menutup sisi
dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral
menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.
Chordee atau lengkungan ventral dari penis, sering dikaitkan dengan hipospadia,
terutama bentuk-bentuk yang lebih beratHal ini diduga akibat dari perbedaan
pertumbuhan antara punggung jaringan normal tubuh kopral dan uretra ventral
dilemahkan dan jaringan terkait. Pada kondisi yang lebih jarang, kegagalan jaringan
spongiosum dan pembentukan fasia pada bagian distal meatus uretra dapat membentuk
balutan berserat yang menarik meatus uretra sehingga memberikan kontribusi untuk
terbentuknya suatu korda (Mutaqqin,2011).

6. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang


Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan pemeriksaan
tambahan untuk mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi dapat dilakukan pemeriksaan
berikut untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada ginjal sebagai komplikasi
maupun kelainan bawaan yang menyertai hipospadia:
a. Rontgen
b. USG sistem kemih kelamin
c. BNO – IVP karena biasnya pada hipospedia juga disertai dengan kelainan
kongenital ginjal
d. Kultur urine (Anak-hipospadia)
7. Penatalaksanaan Medis
Untuk penatalaksanaan hipospadia bayi dan anak biasanya dilakukan dengan
prosedur pembedahan. Tujuan utama pembedahan ini adalah untuk merekontruksi
penis menjadi lurus dengan meatus uretra di tempat yang normal atau dekat normal
sehingga pancaran kencing arahnya kedepan. Keberhasilan pembedahan atau operasi
dipengaruhi oleh tipe hipospadia dan besar penis. Semakin kecil penis dan semakin ke
proksimal tipe hipospadia semakin sukar tehnik dan keberhasilan operasinya.
8. Komplikasi
a. Pseudohermatritisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin dalam 1
jenis kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu)
b. Infertility
c. Resiko hernia inguinalis
d. Gangguan psikologis dan psikososial
e. Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat dewasa.
Komplikasi paska operasi yang terjadi
a. Edema pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat
bervariasi, juga terbentuknya hematom / kumpulan darah dibawah kulit, yang
biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi.
b. Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi
dari anastomosis.
c. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang
atau pembentukan batu saat pubertas.
d. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan sebagai
parameter untuyk menilai keberhasilan operasiPada prosedur satu tahap saat ini
angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10%.
e. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna,
dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar yang
berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang.
f. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau adanya
stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipospadia merupakan suatu kelainan kongenital yang dapat di deteksi ketika atau
segera setelah bayi lahir, atau instilah lainya yaitu adanya kelainan pada muara uretra
priaDan biasanya tampak disisi ventral batang penis. Kelainan tersebut sering
diasosiasikan sebagai suatu chordee yaitu penis yang menekuk kebawah.
Terapi untuk hipospadia adalah dengan pembedahan untuk mengembalikan
penampilan dan fungsi normal penis. Pembedahan biasanya tidak di jadwalkan sampai bayi
berusia 1-2 th ketika ukuran penis dinyatakan sebagai ukuran yang layak di operasi
Komplikasi potensial meliputi infeksi dan obstruksi uretra.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah “Asuhan Kebidanan Neonatus Hipospadia”, penulis
menyadari terdapat banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun dari segi isi. Maka
dari itu penulis sangat mengharapkan masukan dan kritikan yang sifatnya membangun
untuk perbaikan makalah yang akan datang, agar lebih relevan serta dapat membantu dalam
referensi pembelajaran.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Adelucky2016. Hipospadia.
Tersedia pada: https://id.scribd.com/doc/307001906/HIPOSPADIA-pdf
(diakses pada tanggal 11 Juli 2023)

Chonk, Irma2015Laporan Pendahuluan Hipospadia.


Tersedia pada: https://id.scribd.com/document/258450488/LAPORAN-
PENDAHULUAN
HIPOSPADIA-docx (diakses pada tanggal 11 Juli 2023)

Jingga Yabniel Lit. 2014LP Hipospadia


Tersedia pada: ocw.usu.ac.id/course/download/...anak
dan...anak/dia_122_slide_hipospadia.pdf (diakses pada tanggal 11 Juli 2023)

Lely, Laily. 2014. Laporan Pendahuluan Hipospadia.


Tersedia pada https://id.scribd.com/doc/239301425/Laporan-Pendahuluan- :
hipospadia (diakses pada tanggal 11 Juli 2023).

Tersedia pada : http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/8760/5/5.%20Chapter%202.pdf


(diakses pada tanggal 11 Juli 2023)

Anda mungkin juga menyukai