KONGENITAL HIPOSPADIA
Disusun oleh :
Kelompok 11
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Kelainan Kongenital Hipospadia” yang
diampu oleh ibu Sussanty Cahyaning Nurdyantary , S.Kep.,Ners.,M.Kep
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dan
pendidikan.
Bandung, 13 Oktober
2022
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Tujuan...........................................................................................................5
1.3 Manfaat.........................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................7
TINJAUAN TEORI...............................................................................................7
2.1 KONSEP PENYAKIT.................................................................................7
2.1.1 Definisi........................................................................................................7
2.1.3 Etiologi......................................................................................................10
2.1.4 Tanda dan Gejala....................................................................................12
2.1.5 Patofisiologi..............................................................................................12
2.1.6 Komplikasi...............................................................................................14
2.1.7 Pemeriksaan penunjang..........................................................................15
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................17
2.2.1Pengkajian.................................................................................................17
3.2.3 Diagnosa Keperawatan...........................................................................19
3.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................47
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipospadia terjadi pada 1 dalam 300 kelahiran anak laki-laki dan
merupakan anormali penis yang paling sering.perkembangan uretra in uretro
di mulai usia 8 minggu dan selesai dalam 15 minggu. Uretra terbentuk dari
penyatuan lipatan uretra sepanjang permukaan ventral penis. Glandula uretra
terbentuk dari kanalisasi funikulus ektoderm yang tumbuh melalui glands
untuk menyatu dengan lipatan uretra yang menyatu. Hipospadia terjadi bila
penyatuan di garis tengah lipatan uretra tidak lengkap sehingga meatus uretra
terbuka pada sisi ventral penis. Ada berbagai derajat kelainan letak ini seperti
pada glandular (letak meatus yang salah pada glands), korona (pada sulkus
korona), penis (di sepanjang batang penis), penoskrotal (pada pertemuan
ventra penis dan skrotum), dan perineal (pada perineum). Prepusium tidak ada
pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutupi sisi dorsal glans. Pita
jaringan fibrosa yang di kenal sebagai chordee, pada sis ventral menyebabkan
kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.
Tidak ada masalah fisik yang berhubungan dengan hipospadia pada bayi
baru lahir atau pada anak-anak remaja. Namun pada orang dewasa, chordee
akan menghalangi hubungan seksual; infertilitas dapat terjadi pada hipospadia
penoskrotal atau perineal; dapat timbul stenosis meatus, menyebabkan
kesulitan dalam mengatur aliran urin; dan sering terjadi kriptokridisme.
Penanganan hipospadia dengan chordee adalah dengan pelepasan chordee dan
resrtukturisasi lubang meatus melalui pembedahan. Pembedahan harus di
lakukan sebelum usia saat belajar untuk menahan bdekemih, yaitu biasanya
sekitar usia 2 tahun. Prepusium dipakai untuk proses rekonstruksi; oleh karena
itu bayi dengan hipospadia tidak boleh di sirkumsisi. Chordee dapat juga
terjadi tanpa hipospadia, dan diatasi dengan melepaskan jaringan fibrosa untuk
memperbaiki fungsi dan penampilan penis.
Hipospadia terdapat pada kira-kira satu diantara 500 bayi baru lahir. Pada
kasus yang paling ringan, meatus uretra bermuara pada bagian ventral glans
penis, terdapat berbagai derajat malformasi glans dan kulup zakar tidak
sempurna pada sisi ventral dengan penampilan suatu kerudung dosal.
Dengan bertambahnya tingkat keparahan, penis berbelok kearah ventral
(chordee) dan uretra penis lebih pendek secara proggresif, tetapi jarak antara
meatus dan glans tidak dapat bertambah secara signifikan sampai chordee di
koreksi.
Karenanya, hal ini menyesatkan, mengklasifikasi hipospadia semata-mata
atas dasar meatus. Pada beberapa kasus, meatus terletak pada sambungan
penoskrotal: pada kasus ekstrem, uretra bermuara pada perineum, skrotum
bifida dan kadang-kadang meluas kebasis dorsal penis (transposisi skrotum),
dan chordee adalah ekstrem. Pada kasus demikian, biasanya terdapat di
vertikulum uretra yang bermuara pada setinggi verumontanum,
memperlihatkan suatu struktur sisa mollerian (a vestige of mullerian
structures). Pada kasus varian, kurva tura ventral penis terjadi tanpa
hipospadiak meatus uretra. Pada kasus ini, kulup zakar berkerudung dan
korpus spongiosum mungkin kurang berkembang.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada anak
dengan kelainan kongenital hipospadia.
2. Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui definisi dari hipospadia.
2) Untuk mengetahui klasifikasi dari hipospadia
3) Untuk mengetahui etiologi dari hipospadia.
4) Untuk mengetahui manifestasi klinis dari hipospadia.
5) Untuk mengetahui patofisiologi dari hipospadia.
6) Untuk mengetahui komplikasi dari hipospadia.
7) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari hipospadia.
8) Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari hipospadia.
1.3 Manfaat
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi dari hipospadia
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami etiologi dari hipospadia
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami manifestasi dari
hipospadia
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami patofisiologi dari
hipospadia
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pemeriksaan
penunjang hipospadia
6. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari
hipospadia
7. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengkajian pada
hipospadia
8. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami diagnose pada
hipospadia
9 Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami intervensi pada
hipospadia
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP PENYAKIT
2.1.1 Definisi
Kelainan kongenital adalah kelainan bawaan yang disebabkan oleh adanya
kegagalan dalam proses pembentukan organ saat fase organogenesis di trimester
petama. Hipospadia merupakan salah satu kelainan bawaan sejak lahir pada alat
genitalia laki-laki. Kata hipospadia berasal dari bahasa Yunani yaitu Hypo, yang
berarti dibawah, dan Spadon, yang berarti lubang (Vikaningrum, 2020).
Organ reproduksi pria dibedakan menjadi organ kelamin luar dan organ
kelamin dalam.
Penis merupakan organ kopulasi yaitu hubungan antara alat kelamin jantan
dan betina untuk memindahkan semen ke dalam organ reproduksi betina. Penis
diselimuti oleh selaput tipis yang nantinya akan dioperasi pada saat
dikhitan/sunat. Penis terdiri dari:
Akar (menempel pada dinding perut)
Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).Lubang uretra (saluran
tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di umung glans penis.
Terdapat 2 rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus, terletak
bersebelahan.
2.1.3 Etiologi
Penyebab kelainan hipospadia ini kemungkinan bermula dari proses
kehamilan juga karena maskulinisasi inkomplit dari genetalia karena prematur
dari sel interstitial testis. Didalam kehamilan terjadi penyatuan di garis tengah
lipatan uretra tidak lengkap sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral penis.
Perkembangan uretra in utero normalnya dimulai sekitar usia 8 minggu dan
selesai dalam 15 minggu.
Pathway
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi awal (immadiate complication) terjadi dalam kurun waktu
enam bulan pasca operasi atau saat enam bulan pertama follow up (Prat et al.,
a. Perdarahan pasca operasi jarang terjadi dam biasanya dapat diatasi dengan
bebat tekan. Jika terjadi perdarahan maka harus ditinjau ulang untuk
perdarahan;
c. Edema lokal dan bintik perdarahan umumnya dapat terjadi segera pasca operasi
Komplikasi lanjut (late complication) terjadi lebih dari enam bulan pasca
operasi atau setelah enam bulan pertama follow up ( Prat et al., 2012). Komplikasi
lanjut menurut Yildiz et al. (2013), yaitu fistula uretroktaneus (6,2 %), meatal
hipospadia (Steven et al., 2013) Pada penelitian yang dilakukan Spinoit et al.,
meatal stenosis (27), kosmesis (20), lainnya (9). Dari data tersebut dapat
hipospadia.
a. Keluhan Utama
Biasanya orang tua klien mengeluh dengan kondisi anaknya karena penis yang
tidak sesuai dengan anatomis penis biasa karena melengkung kebawah dan
terdapat lubang kencing yang tidak pada tempatnya.
b. Riwayat Kesehatan
Pada klien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang kencing yang tidak pada
tempatnya sejak lahir dan belum diketahui dengan pasti penyebabnya.
Terdapat riwayat keturunan atau genetik dari orang tua atau saudara kandung dari
klien yang pernah mengalami hipospadia.
1) Pola nutrisi
4) Pola istirahat
Pada klien biasaya tidak memiliki gangguan pola tidur kecuali saat dirawat
dirumah sakit
Pada saat buang air kecil, pada klien hipospadia mengalami kesulitan karena penis
yang bengkok mengakibatkan pancaran urin mengarah kearah bawah dan menetes
melalui batang penis (Krisna & Maulana, 2017).
e. Data Penunjang
1) Laboratorium
Pada pemeriksaan darah akan diketahui apakah terjadi tanda infeksi atau tidak
2) USG
USG Ginjal disarankan untuk mengetahui adanya kelainan lainnya pada saluran
kemih.
yaitu tindakan keperawatan yang dilakukan harus sesuai dengan intervensi yang
telah direncanakan, dilakukan dengan cara aman serta sesuai dengan kondisi
yang benar. Kegiatan yang dilakukan pada tahap implementasi dimulai dari
tindakan beserta respon klien terhadap tindakan yang telah dilakukan (LeMone
et al., 2016).
BAB III
Pada hari jumat pukul 07.00 tanggal 21 november 2020 An. B datang
bersama orang tuanya ke pelayanan kesehatan. orang tua pasien mengeluh dan
ketakutan dengan kondisi anaknya karena penis yang melengkung kebawah dan
adanya lubang kencing yang tidak pada tempatnya.
3.3.1 Pengkajian
1. Identitas
No RM : 0123457
Nama : An. B
Tempat/tanggal lahir : Bandung, 28 juli 2018
Jenis kelamin : Laki-laki
Nama ayah/ibu : Tn.K /Ny. I
Pekerjaan ayah : karyawan swasta
Pendidikan ayah : SLTA
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Pendidikan ibu : SMA
Agama : Islam
Alamat : Antapani, arcamanik Bandung.
Tanggal Masuk : 21 November 2020
Diagnosa Medis : Hipospadia
2. Keluhan utama
Orang tua pasien mengatakan sejak lahir saluran pipisnya diatas skrotum dan
saat ereksi penisnya melengkung kebawah.
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Pranatal
1) Ibu rutin memeriksakan kehamilan sebulan sekali di Bidan dan dokter
2) Selama pemerikaan kehamilan, saat umur kehamilan 5 bulan hasil
USG menyatakan bayinya berjenis kelamin perempuan.
b. Natal
1) Status kehamilan : G1P1A0H1
2) Umur kehamilan : 40 minggu
3) Komplikasi persalinan : tidak ada
4) Cara persalinan : Spontan per Vaginam
5) Tempat melahirkan : RS Tidar
6) Penolong persalinan : Bidan dan Dokter
c. Postnatal
1) BB : 1800 gram
2) PB : 43 cm
3) LD : 26 cm.
4) APGAR skor :
8. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda vital:
Nadi : 110x/menit Suhu : 36 oC RR : 24 x/menit TD : -
d) Kepala
Fontanel anterior lunak, sutura sagitalis tepat, gambaran wajah simetris,
bentuk kepala mesocepal, rambut berwarna hitam, tidak ada luka, tidak
sianosis.
e) Mata
Bersih, tidak ada penumpukan sekret. Konjungtiva tidak anemis, sklera
putih, kornea jernih, tidak ada kelainan. Pasien dapat melirik kanan kiri
secara normal.
f) Hidung
Normal, tidak terjadi epitaksis, tidak ada sekret atau cairan yang keluar
dari hidung.
g) Telinga
Normal, simetris antara telinga kiri dan kanan. Tidak ada cairan abnormal
yang keluar dari telinga.
h) Leher
Tidak ada luka, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid. 33
i) Mulut
Tidak ada pernafasan mulut, mukosa bibir lembab.
j) Dada
Inspeksi : tidak ada lesi, simetris, tidak ada retraksi dinding dada,
persebaran kulit merata.
Palpasi : tidak ada nyeri dada, tidak teraba massa/benjolan. Paru simetris
antara kanan dan kiri saat mengembang.
Perkusi : interkosta 1-5 kanan dan interkosta 1-3 kiri sonor.
Auskultasi : seluruh lapang dada vesikuler.
k) Abdomen
Inspeksi : tidak ada spidermennevi
Auskultasi : bising usus 7x/menit
Palpasi : tidak teraba masa, lunak
Perkusi : thympani
l) Ekstermitas : Tidak ada kelainan, normal.
m) Genital dan Anus : Pada genital OUE terletak dibawah skrotum terdapat
chordae. Anus ada, normal tidak ada kelainan.
n) Kulit : kulit lembab, tidak kering dan tidak mengelupas.
9. Terapi medis
Pasien belum mendapatkan terapi apapun.
10. Hasil pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium (21 November 2020)
Albumin : 3,92
SGOT/AST : 34
SGPT : 29
BUN : 6,60
CREATININ : 0,30
Glukosa sewaktu :104
Natrium :136
Kalium : 4,30
Klorida : 102
PPT :13,7
INR : 0,99
Kontrol PPT : 14,2
APPT : 63,7
Kontrol APTT: 32,5
HbsAg : NON REAKTIF
Eritrosit : 5,82
Hemoglobin : 11,5
Hematokrit : 35,6
MCH : 19,8
MCV : 61,2
MCHC : 32,3
RDW-SD : 33,7
RDW-CV : 16,2
NRBC# : 0,00,00
LEUKOSIT : 8,75
b. Pemeriksaan radiologi (13 November 2022)
1) Poto Thorax dan AP anak
Uraian :
foto thorax proyeksi AP, posisi supine, asimetris, inspirasi, dan kondisi
cukup, hasil:
- Tampak apasitas in homogen di perihiler dan paracardial belateral,
batas tak tegas, air broncchogram (+)
- Tampak ruang pleura bilateral licin dan tak mendatar
- Cor, CTR: 0,45 - Tampak sistema tulang yang tervisualisasi intak
Kesan:
- Infiltrat di perihiler dan paracardial bilateral
- Besar dan konfigurasi cor normal
2) USG Abdomen Upper
Uraian Hasil: hepar ukuran dan echostrukture normal, permukaan licin,
sistema billier dan vaskuler intra hepatal tak prominen, tak tampak
massa/nodul, hasil:
- Vesika felea: ukuran normal, dinding tak tampak menebal, tak tampak
massa/ nodul, hilus linealis tak prominen
- Pancreas: sulit tervisualisasi karena udara usus sangat prominani
- Ren dextra: ukuran dan echostrukture normal, batas cortex dan modulla
tegas, SPC tak melebar, tak tampak massa/batu
- Ren sinistra: ukuran dan echostrukture normal, batas kortex dan modulla
tegas, SPC tak melebar, tak tampak massa/batu
- Vesica Urinaria: terisi cairan minimal, dinding tampak reguler tak
menebal, tak tampak batu maupun massa
- Umfonodi paraartici tak prominen
Kesan :
- Tak tampak kelainan pada hepar, vesica felea, lien, kedua ren, vesica
urinaria
- Pancreas sulit tervisualisasi karena udara usus sangan prominent
3) USG Abdomen Lower
Uraian Hasil: telah dilakukan USG testis, pada pasien dengan klinis, hasil:
- Scrotum dextra: tak tampak gambaran testis, tampak testis dextra di
canalis inguinalis dextra, ukuran lk. 1,20 cm x 0,57 cm, echostrukture
normal, vascularisasi baik, testis dikelilingi cairan minimal
- Scrotum sinistra: tak tampak gambaran testis, tampak testis sinistra di
canalis inguinalis sinistra, ukuran lk. 1,13 cm x 0,6 cm, echostrukture
normal, vasularisasi baik, testis dikelilingi cairan minimal
Kesan:
- UDT bilateral, testis dextra et sinistra berada di canalis inguinalis dextra
et sinistra.
DO:
- Ibu pasien tampak bertanya
tentang tindakan operasi dan
kapan akan dilakuakan
- Ibu pasien tampak gelisah
5 Gangguan pola Obstruksi
DS: Ibu pasien mengatakan
berkemih anatomik
- Pipis anaknya seperti anak
perempuan
- Air kencing merembes
DO:
- Tampak anak
menggunakan pampers
- UDT bilateral, testis dextra
et sinistra berada di canalis
inguinalis dextra et sinistra
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Post Operasi
Implementasi Evaluasi
Senin, 07 September 2015 Senin, 07 September 2015 pukul
12.30 Mengkaji tingkat nyeri 13.00
12.30 Mengkaji tanda-tanda vital S: Pasien menyatakan masih
12.35 Mengajarkan teknik napas merasakan nyeri dengan skala 5
dalam pada rentang 1-10
O:
- RR: 24 kali/menit
- Nadi: 96 kali/menit
- Pasien masih tampak
menahan nyeri
A: Nyeri belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Kaji tingkat nyeri
- Kaji tanda-tanda vital
- Ajarkan teknik napas dalam
- Kelola pemberian Novalgin
2x 300 mg
implementasi Evaluasi
Senin, 07 September 2015 Senin, 07 September 2015 pukul
12.30 Mengkaji tanda-tanda vital 13.00
12.30 Mengkaji luka post operasi S: pasien menyatakan daerah
sekitar post operasi tidak gatal dan
panas
O:
- Nadi: 96 kali/menit
- Suhu: 36,60C
- Balutan luka post operasi
tampak bersih, tidak
kemerahan, tidak bengkak
A: Resiko infeksi teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Kaji tanda-tanda vital
- Kaji luka post operasi
- Kelola pemberian
Cefotaxime 2x 500 mg
Implementasi Evaluasi
O:
3. Pasien aktif
Implementasi Evaluasi
O:
TBS : 72 cm LK : 44 cm LD : 46 cm
LP : 47 cm LLA : 15 cm
Implementasi Evaluasi
Senin, 07 September 2015 pukul 13.00
Selasa, 18 November 2022 Pukul
S: pasien menyatakan daerah sekitar
10.30 WIB
post operasi tidak gatal dan panas
O:
1. Membina hubungan saling percaya
- Nadi: 96 kali/menit
Maylis Perin
Rabu, 19 Nopember 2022 Pukul 15.00 Rabu, 19 Nopember 2022 Pukul 15.30
WIB WIB
P:
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipospadia merupakan suatu kelainan kongenital yang dapat di
deteksi ketika atau segera setelah bayi lahir, atau istilah lainya yaitu
adanya kelainan pada muara uretra pria. Dan biasanya tampak disisi
ventral batang penis. Kelainan tersebut sering diasosiasikan sebagai suatu
chordee yaitu penis yang menekuk kebawah.
Hipospadia terbagi menjadi dua fase yaitu fase hormone independent dan
fase hormone dependent. Yang mana pada fase independent terjadi selama
minggu ke delapan hingga minggu ke dua belas sedangkan pada fase
dependent terjadi pada minggu ke sebelas hingga minggu ke enam belas.
Terapi untuk hipospadia adalah dengan pembedahan untuk
mengembalikan penampilan dan fungsi normal penis. Pembedahan
biasanya tidak di jadwalkan sampai bayi berusia 1-2th ketika ukuran penis
dinyatakan sebagai ukuran yang layak di operasi. Komplikasi pada
hopispadia meliputi infeksi dan obstruksi uretra serta terjadinya gangguan
psikologis karena tidak percaya diri terhadap alat kelamin yang dimiliki.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan untuk mahasiswa
keperawatan dapat digunakan dengan baik. Untuk menambah wawasan
dan pengetahuan serta untuk melakukan asuhan keperawatan kepada
pasien hiospadia dengan baik, serta tepat untuk menegakkan diagnosis
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
M.kep, N. d. (2017, juni senin). Makalah hipospadia. Diambil kembali dari
academia.edu:
https://www.academia.edu/34778292/MAKALAH_HIPOSPADIA_