Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

UMPAN BALIK POSITIF DAN NEGATIF

Disusun oleh :
Nama : Putri Fajrianti Sultan
Nim : 1901031
Prodi : S1 Keperatawan
Dosen pembimbing :Ns. I Kade Wijaya, S.Kep.,M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG


MAKASSAR 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga saya
pada akhirnya bisa menyelesaikan laporan Praktikum Biologi tepat pada waktunya.

Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Guru Pembimbing yang selalu memberikan
dukungan serta bimbingannya sehingga makalah Ilmu Dasar Keperawatan 1 ini dapat disusun
dengan baik.

Semoga makalah yang telah kami susun ini turut memperkaya khazanah ilmu biologi serta
bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Kami juga
menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu kami
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian demi penyusun makalah
dengan tema serupa yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI.......................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang..................................................................................1

B.      Rumusan Masalah..............................................................................1

C.      Tujuan...............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A.      Pengertian Homoestatis.....................................................................3

B.     Fungsi Homoestatis ...........................................................................3

C.      Mekanisme Homoestatis....................................................................5

D.     Sistem Kontrol Homoestatis Umpan Balik......................................10

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN...................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Rangkaian feedback yaitu suatu rangkaian umpan balik yang sebagai sinyal
keluarnya dan di kembalikan lagi. Hal ini salah satu sistem supaya terjadi tegangan
dan fase yang sama antara input dan output. Pada umumnya rangkaian feedback
menggunakan komponen pasf R dan C.
Isolator yaitu suatu rangkaian elektronika yang dapat mebangkitkan getaran
listrik dengan frekuensi tertentu dan amplitudo nya tetap. Dasar dari sebuah isolator
yaitu sebuah rangkaian penguat dengan sistem feedback, yaitu sebagian sinyal yang
keluar dan di kembalikan lagi dengan phase dan tegangan yang sama sehingga terjadi
isolasi yang terus menerus. Adapun beberapa bagian yang menjadi syarat untuk
sebuah isolator supaya terjadi isolasi yaitu adanya rangkaian penguat, rangkaian
feedback dan rangkaian tank circuit.

B. Rumusan masalah

1. Pengertian homoestatis
2. Fungsi homoestatis
3. Mekanisme homoestatis

C. Tujuan

1. Untuk mengenal dan mengetahui rangkaian umpan balik positif dan ngatif
2. Untuk mengetahui cara kerja sistem umpan balik positif dan negatif
3. Untuk mengetahui aplikasi dan kegunaan umpan balik positif dan negatif
4. Dapat mengenal isolator sebagai perwujudan aplikasi umpan balik positif
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Homeostatis

Homeostasis berasal dari bahasa yunani yaitu, homeo yang berati sama dan stasis

yang berati mempertahankan keadaan. Homeostasis kemudian sering diartikan sebagai

semua proses yang terjadi dalam organisme hidup untuk mempertahankan lingkungan

internal, dalam kondisi tertentu agar tecipata kondisi yang optimal bagi kehidupan organisme

yang bersangkutan.

Hemeostasis merupakan mekanisme pengaturan lingkungan kesetimbangan yang

dinamis di dalam tubuh hewan yang konstan. Dalam homeostasis keadaan konstan terdapat

dua jenis, yaitu yang pertama adalah system tertutup yang dimaksud dengan system tertutup

adalah sebuah keseimbangan statis, yang dimana keadaan dalam tubuh tidak berubah.

Sedangkan yang kedua adalah system terbuka, yang dimaksud dengan system terbuka adalah

kesetimbangan dinamis, yaitu keadaan dalam tubuh yang konstan, sedangkan system terus

berubah. Konsep homeostasis ini mengacu kepada pemeliharaan suatu keadaan stabil dinamis

di dalam lingkungan cairan internal yang membasuh semua sel tubuh. Karena sel-sel tubuh

tidak berkontak langsung dengan lingkungan luar, kelangsungan hidup sel bergantung pada

pemeliharaan lingkungan cairan internal yang stabil yang berhubungan langsung dengan sel.
Sebagai contoh, di lingkungan internal O2 dan zat-zat gizi harus terus menerus diganti sesuai

kecepatan penggunaannya oleh sel. Jadi homeostasis dapat disimpulkan sebagai upaya untuk

mempertahankan lingkungan dalam yang stabil.

B.     Fungsi Homeostatis


Homeostasis memiliki banyak fungsi yang sangat penting bagi kehidupan makhluk
hidup, antara lain :

1. Menstabilkan cairan disekitar sel-sel oranisme multi sel atau cairan extrasel (CES)
2. Untuk kelangsungan hidup sel
3. Memungkinkan organisme beradaptasi pada lingkungan luar yang mempunyai jumlah
dan habitat yang lebih luas.
4. Menyediakan keadaan dalam (lingkungan dinamis dalam badan organisme) yang
stabil supaya sel-sel dapat menjalankan hidup dengan efisien.
5. Memungkinkan kadar metabolisme diatur secara efisien pada saat tertentu.
6. Dan yang terakhir Memungkinkan enzim-enzim menjalankan fungsinya dengan
optimum

Faktor faktor yang mempengaruhi homeostatis

Salah satu fungsi dari homeostasis adalah menstabilkan atau menyeimbangan cairan,
dan faktor yang mempengaruhu keseimbangan cairan tersebut adalah:

1.      Usia,
Dengan bertambahnya usia organisme, maka organ yang mengatur keseimbangan akan
menurun fungsinya, dengan begitu hasil untuk kesimbangan pun akan menurun.
2.      Temperatur lingkungan
Dengan sesuatu organisme banyak terdapat di lingkungan yang panas, maka akan terjadi
proses evaporasi, sehingga dimungkinkan cairan banyak yang keluar.

3. Makanan

4.      Obat-obatan

5.      Stres
Stres dapat mempengaruhi beberapa hal diantaranya adalah, Mempengaruhi metabolisme sel,
meningkatkan gula darah, meningkatkan osmotik dan ADH akan meningkatkan sehingga
urine menurun.
6.      Sakit
Misalnya gagal ginjal, maka organisme akan mengeluarkan cairan yang banyak sehingga
dapat menggau keseimbangan di dalam tubuh organism tersebut. (Irawan, 2008).

Yang kedua adalah faktor-faktor yang dapat menstabilkan lingkungan internalnya


yaitu :

1.    Konsentrasi molekul-molekul nutrien

2.    konsentrasi O2 dan CO2

3.    konsentrasi zat-zat sisa

4.    pH

5.    konsentrasi air, garam dan elektrolit lain,


C.    Mekanisme Homeostatis
Perubahan kondisi lingkungan internal dapat timbul karena 2 hal, yaitu adanya
perubahan aktifitas sel tubuh dan perubahan lingkungan eksternal yang berlangsung terus-
menerus. Untuk menyelenggarakan seluruh aktifitas sel dalam tubuhnya, hewan selalu
memerlukan pasokan berbagai bahan dari lingkungan luar secara konstan, misalnya oksigen,
nutrient dan garam. Sementara itu, aktivitas sel juga menghasilkan bermacam – macam hasil
sekresi sel yang bermanfaat dan berbagai zat sisa, yang di alirkan ke lingkungan internal
yaitu cairan ekstraseluler (CES). Apabila aktifitas sel berubah pengambilan zat dari
lingkungan internal dan pengeluarran berbagai zat dari dalam sel ke lingkungan internal juga
berubah. Perubahan aktifitas sel semacam itu akan mengubah keadaan lingkungan internal.
Perubahan lingkungan internal yang ditimbulkan oleh sebab manapun ( penyebab pertama
atau kedua ) harus selalu dikendalikan agar kondisi homeostasis selalu terjaga.
Mekanisme pengendalian kondisi homeostasis pada hewan berlangsung melalui
system system umpan balik. Akan tetapi, kita tidak boleh lupa bahwa ada 2 macam system
umpan balik, yaitu umpan balik positif dan negative. Sistem umpan balik yang berfungsi
dalam pengendalian kondisi homeostasis pada tubuh hewan adalah system umpan balik
negative.

Sistem Umpan Balik


Sistem umpan balik dapat didefinisikan sebagai perubahan suatu variable yang
dilawan oleh tanggapan yang cenderung mengembalikan perubahan tersebut dalam keadaan
semula. Didalam proses umpan balik, informasi indrawi tentang variabel suhu atau pH
misalnya, digunakan untuk mengendalikan proses dalam sel dan jaringan serta organ yang
berpengaruh terhadap level variabel tersebut. Mekanisme homeostasis yang utama adalah
diatur oleh hipotalamus. System umpan balik ada dua macam, yaitu system umpan balik
positif dan system umpan balik negative. Tetapi system umpan balik yang befungsi dalam
pengendalian kondisi homeostasis pada tubuh hewan adalah adalah system balik negative.
Mengapa yang digunakan dalam proses pengendalian kondisi homeostasis, hanya
menggunakan umpan balik negative, karena sistem umpan balik negative didefinisikan
sebagai perubahan suatu variable yang dilawan oleh tanggapan yang cenderung
mengembalikan perubahan tersebut ke keadaan semula. Juga perlu diketahui umpan balik
negative dalam pengendalian homeostasis sesungguhnya merupkan keseimbangan antara
input dan output.
Terdapat dua macam pengaturan umpan balik dalam homeostasis, yaitu
1.      Umpan balik negatif (negative feedback)
Sebagai gambaran tentang umpan balik negatif adalah dengan mengamati bekerjanya
thermostat yang dipasang dalam akuarium untuk menjaga agar suhu air dalam akuarium
tersebut berada pada suhu yang diinginkan. Bilamana suhu air medium lebih rendah dari suhu
yang diinginkan, sensor memberikan informasi agar pemanas memanaskan medium. Jadi
pengaturan suhu tubuh membutuhkan “thermostat” yang informasinya harus diberikan pada
sistem pengendali suhu. Jika informasi yang sampai pada sistem pengendali suhu adalah
bahwa suhu tubuh lebih rendah dari yang semestinya, maka sistem pengendali akan
meningkatkan suhu tubuh sampai kondisi semestinya dan pemanasan berhenti sampai
terjadinya penurunan suhu lebih rendah dari yang semestinya.
Pada mamalia yang senantiasa mempertahankan suhu tubuh konstan, meningkatnya
suhu tubuh menghasilkan respon yang mengembalikan suhu tubuh sebagaimana kondisi yang
semestinya. Jadi, umpan balik negatif mengarahkan pada stabilitas sistem fisiologis. Hal ini
merupakan kebalikan dari sistem umpan balik positif dimana perubahan awal suatu variable
menghasilkan perubahan lebih lanjut.
Sebagai contoh, peristiwa yang terjadi pada burung dan mamalia pada waktu
mempertahankan suhu tubuhnya supaya tetap konstan. Peningkatan suhu tubuh sebesar 0,5o
C akan mendorong timbulnya tanggapan yang akan mengembalikan suhu tubuh ke suhu
awal, yaitu suhu seharusnya. Pada mamalia, suhu seharusnya adalah 37o C dengan demikian,
system umpan balik negative pada contoh di atas akan selalu membawa system fisiologis
kepada suhu tubuh 37o C.

2.      Umpan Balik Positif (Positive Feedback)


Peristiwa yang terjadi pada system umpan balik positif berlawan dengan
peristiwa yang terjadi pada system umpan balik negative. Pada system umpan balik positif,
perubahan aawal suatu variable akan menghasilkan perubahan yang semakin besar, misalnya
proses pembekuan darah. proses pembekuan darah sebenarnya bekerja melalui mekanisme
system umpan balik positif, yang bertujuan untuk menghentikan pendarahan. Namun, hasil
dari proses tersebut selanjutnya bermakna sangat penting untuk memepertahankan volume
darah yang bersirkulasi agar tetap konstan.
Mekanisme umpan balik posistif tidak terlibat dalam proses menjaga kondisi
homeostasis, tetapi terlibat dalam penyelenggaraan fungsi fisiologis tertentu (proses
pembekuan darah dan fungsi sel saraf.) Mekanisme umpan balik positif dalam
mengendalikan fungsi fisiologis pada hewan dapat berbahaya.Misalnya, suhu tubuh mamalia
meningkat, jika gangguan awal ini kemudian mengalami umpan balik positif maka hasilnya
adalah peningkatan suhu tubuh lebih lanjut yang tentunya berbahaya bagi hewan tersebut.
Contoh lain umpan balik positif adalah pada fungsi saraf. Jika terdapat rangsang pada sel
syaraf akan menyebabkan perubahan permeabilitas selaput yang memungkinkan adanya
aliran ion sodium (Na+) masuk kedalam neuron. Aliran masuk ion Na+ pada fase awal
terjadinya potensial aksi menghasilkan respon depolarisasi yang menyebabkan aliran masuk
ion Na+ lebih lanjut.

D. Sistem Kontrol Homeostatik Umpan Balik

 Sistem Kontrol Homeostatik Umpan Balik (Feedback)


Mungkin sistem kontrol homeostatik yang paling utama adalah berdasarkan prinsip
umpan balik (feedback). Umpan balik terbagi atas dua yaitu negatif dan positif. Umpan balik
negatif dapat didefinisikan sebagai suatu prubahan sebuah variabel yang dilawan oleh suatu
respon yang cenderung berkebalikan dengan perubahan tersebut. Sebagai contoh, pada
burung dan mamalia yang harus menjaga suhu tubuhnya, peningkatan suhu tubuh akan
menghasilkan respon-respon spesifik yang akan mengembalikan suhu tubuh ke keadaan
normal. Jadi, umpan balik negatif berperan dalam menjaga stabilitas fisiologis tubuh.
Hal ini kontras dengan sistem umpan balik positif dimana perubahan awal pada
suatu variabel akan menghasilkan perubahan yang lebih lanjut pada arah yang sama. Secara
garis besar, sistem umpan balik positif hanya memiliki peran sangat kecil dalam menjaga
homeostasis. Salah satu contohnya adalah koagulasi atau pembekuan darah. Proses koagulasi
bekerja berdasarkan mekanisme umpan balik positif dan dapat dianggap sebagai suatu proses
yang terlibat dalam menjaga volume sirkulasi darah agar tetap konstan. Dalam banyak hal,
keterlibatan mekanisme umpan balik positif dalam mengontrol atau usaha untuk mengontrol
fungsi-fungsi fisiologis normal hewan mungkin dapat berubah menjadi suatu bencana
(kerusakan). Misalnya jika dalam proses termoregulasi pada burung dan mamalia, jika sistem
tersebut bekerja berdasarkan mekanisme umpan balik positif maka suhu tubuh yang tinggi
akan semakin tinggi sehingga pada akhirnya akan menimbulkan resiko yang fatal. Contoh
lain dari sistem umpan balik positif adalah dalam fungsi sel-sel saraf. Dalam hal ini, influks
awal dari ion Na+ selama tahap awal potensi aksi akan menghasilkan depolarisasi yang
selanjutnya akan meningkatkan influks Na+. Proses ini akan diikuti oleh depolarisasi yang
semakin meningkat dan influks Na+ juga kian aktif. Secara umum, contoh-contoh proses
biologi yang memperlihatkan sistem umpan balik positif sangat sedikit (Santoso, 2009: 9)
Komponen-komponen sistem umpan balik terdiri atas stimulus, reseptor, pusat
integrasi, efektor dan respon. Akan tetapi terdapat 3 komponen prinsip yaitu sebuah reseptor,
pusat integrasi dan efektor. Efektor bertanggung jawab dalam mendeteksi perubahan di
lingkungan hewan, baik lingkungan internal maupun eksternal dimana hewan tersebut berada.
Pada hewan, terdapat banyak sekali reseptor yang masingmasingnya akan memonitor bagian
spesifik dari lingkungan. Fungsi reseptor adalah mengkonversi perubahan yang terdeteksi di
lingkungan menjadi suatu potensial aksi yang dikirimkan melalui bagian aferen sistem saraf
menuju ke pusat integrasi. Pusat integrasi tersebut biasanya berupa otak atau korda spinalis
yang dimiliki oleh hewan. Peranan pusat integrasi adalah untuk mempertimbangkan
informasi yang diterimanya sehubungan dengan variabel spesifik dan bagaimana variabel
tersebut seharusnya. Contohnya, daerah hipotalamus di otak adalah pusat integrasi untuk
mengontrol suhu tubuh pada mamalia. Berdasarkan informasi yang diterimanya dari
termoreseptor, hipotalamus akan memutuskan respon apa yang harus dimulai untuk
mengembalikan suhu tubuh ke kondisi normal. Respon tersebut kemudian dibawah melalui
aksi efektor yang distimulasi melalui jalur neuron eferen (neuron motorik). Efektor adalah
istilah umum untuk struktur yang membawa respon biologis. Respon-respon tersebut dapat
berupa aktivasi muskular, neural atau endokrin.
Berdasarkan uraian sebelumnya, pusat integrasi yang dapat berupa jaringan atau
organ, haru memiliki suatu nilai awal dari suatu variabel yang dikontrolnya. Nilai tersebut
dikenal dengan titik setiing (set point) dan merupakan nilai yang harus dijaga oleh sistem
tubuh hewan agar tetap konstan. Dalam hal temperatur tubuh, bagi mamalia set point nya
adalah 37oC. Namun, suhu tubuh sebenarnya dapat mengalami perubahan dalam batas
toleransi + 1oC. Untuk hewan lainnya, nilai tersebut akan bervariasi, beberapa spesies burung
akan menjaga suhu tubuhnya sekitar 42oC, sementara mamalia lainnya tidak dapat menjaga
temperatur tubuh secara konstan.

E. Sistem Kontrol Homeostasis Umpan Kedepan (feedforward)


Kendati sistem umpan balik negatif sangat penting bagi penjaga homeostasis tubuh,
ada metode fisiologis lainnya dimana kontrol lingkungan internal juga dilakukan sedemikian
rupa. Mekanisme tersebut adalah umpan kedepan (feedforward). Mekanisme ini adalah
akivitas antisipasi, suatu perilaku yang bekerja untuk meminimalisir kerusakan sebelum
kerusakan itu sendiri terjadi. Contoh yang ideal dari mekanisme ini adalah proses makan dan
minum yang berlangsung sekaligus. Aktivitas memakan memiliki potensi penyebab
terjadinya dehidrasi karena peningkatan konsentrasi osmolaritas di dalam saluran pencernaan
akan menyebabkan kehilangan air dari cairan tubuh untuk menjaga stabilitas osmolaritas
tersebut hingga tetap isotonik. Untuk meminimalisir adanya gangguan pada osmolaritas
cairan tubuh, kebanyakan hewan minum air pada waktu yang bersamaan dengan makan. Ada
juga prilaku lainnya yang berkontribusi terhadap homeostasis pada hewan, misalnya hewan
dapat belajar untuk menghindari bahan makanan muntah yang mengganggu homeostasis jika
terjadi.

F. Mekanisme Homeostasis Nonfisiologis: Homeostasis Ekuilibrium


Mekanisme-mekanisme homeostasis yang telah uraikan sebelumnya adalah bagian
dariaspek fisiologis hewan yang membutuhkan beberapa mekanisme regulasi
spesifik(misalnya termoregulasi, regulasi pH). Akan tetapi, juga mungkin untuk menjalankan
suatu sistem kontrol tanpa melibatkan mekanisme fisiologis. Hal ini dapat dilihat pada
hewan-hewan akuatis baik vertebrata maupun invertebrata yang hidup di dalam badan air
yang sangat luas sehingga perubahan temperatur lingkungan menjadi sangat kecil.
Temperatur tubuh hewan-hewan tersebut akan selaras dengan temperatur lingkungannya
sehingga jika perubahan temperatur air sangat kecil, maka kemungkinan besar temperatur
tubuh hewan tidak akan berubah (konstan). Sehingga hewan tidak perlu melibatkan
mekanisme kontrol fisiologis tubuhnya untuk mengatur suhu tubuh agar tetap konstan tetapi
cukup dengan hanya tinggal di badan perairan yang suhunya relatif stabil. Mekanisme
homeostasis ini disebut homeostasis ekuilibrium. Secara esensinya, hewan akan
berkonformasi dengan suhu lingkungan eksternal. Akan tetapi apakah homeostasis ini adalah
homeostasis sebenarnya atau bukan masih menjadi masalah yang kontroversial.

G. Mekanisme Aklimatisasi
Dengan merangkum dari semua uraian sebelumnya, terlihat bahwa homeostasis
merupakan upaya integratif dari hewan dalam mempertahankan kondisi fisiologisnya agar
tetap konstan atau berada dalam level perubahan yang masih dapat ditoleransi. Cakupan dari
semuanya itu adalah kemampuan hewan untuk merubah kisaran dari perubahan-perubahan
variabel fisiologis yang terus dipertahankan tersebut. Kemampuan untuk merubah kisaran
inilah disebut dengan aklimatisasi. Mekanisme ini berlangsung sebagai efek kumulatif dari
perubahan lingkungan eksternal dan kemampuan sistem tubuh untuk meregulasi kondisi
internalnya dengan berbagai mekanisme homeostasis. Jadi, regulasi tersebut adalah produk
dari sistem kontrol dasar hewan yang bekerja sama dengan efek-efek lingkungan terhadap
variabel tertentu. Contohnya, fisiologi hewan yang hidup di dataran rendah atau sekitar pantai
berbeda dengan hewan yang sama spesiesnya tetapi tinggal di tempat yang lebih tinggi
seperti di pegunungan karena kadar oksigen akan berbeda pada ketinggian tempat yang
berbeda. Ketersediaan oksigen akan menurun dengan bertambahnya ketinggian tempat. Jadi,
orang yang tinggal di tempat yang tinggi akan memperlihatkan beragam adaptasi fisiologis
dan anatomis dibandingkan dengan orang yang tinggal di dataran rendah dan daerah pantai.
Perbedaan tersebut misalnya dari aspek sensitifitas reseptor tubuh dalam mendeteksi level
oksigen dalam darah, perbedaan struktur pembuluh darah yang membawa darah miskin
oksigen kembali ke pulmo, dan perbedaan dari aspek jumlah dan fungsi eritrositnya.

H. Perubahan-Perubahan Fisiologis
Secara garis besar, perubahan fisiologis yang terjadi pada hewan dapat dibagi menjadi
dua kategori yaitu (a) perubahan yang disebabkan oleh adanya perubahan lingkungan
eksternal dan (b) perubahan internal yang diprogram sedemikian rupa dengan atau
tanpaperubahan lingkungan eksternal. Perubahan kategori pertama terdiri atas perubahan
akut, perubahan kronis (aklimatisasi dan aklimasi), dan perubahan evolusioner. Sedangkan
perubahan kategori kedua meliputi perubahan perkembangan (development change), dan
perubahan yang dikontrol oleh jam biolohis periodik. Perubahan akut adalah perubahan
kondisi fisiologis hewan pada waktu yang singkat (short-term), perubahan yang segera akan
muncul setelah lingkungan berubah. Perubahan ini bersifa reversibel. Perubahan akan
kembali ke keadaan normal jika kondisi lingkungan eksternal kembali ke keadaan semula.
Sedangkan perubahan kronis adalah perubahan fisiologis pada periode yang panjang (long-
term) dimana perubahan pada hewan baru akan muncul setelah berada pada kondisi
lingkungan yang baru selamau beberapa waktu (hari, minggu, bulan). Perubahan ini juga
bersifat reversibel.
Adapun perubana evolusioner adalah perubahan yang muncul karena adanya
perubahan frekuensi gen-gen selama beberapa generasi dalam suatu populasi yang berada
pada lingkungan baru. Perubahan perkembangan adalah perubahan secara fisiologis
yangmuncul dalam suatu jalur spesifik yang telah terprogram sedemikian rupa sejak
daritahap perkembangan embrio hingga dewasa dan menjadi tua. Sedangkan perubahan yang
dikontrol oleh jam biologi periodik adalah perubahan fisiologi hewan yang berlangsung
dengan pola berulang (misalnya setiap hari) dbawah kendali jam biologis(Santoso, 2009:8-
14).
Mempertahankan Homeostasis

Jadi bagaimana tubuh kita mempertahankan homeostasis ? Pengaturan lingkungan


internal kita dilakukan terutama melalui umpan balik negatif. Umpan balik negatif adalah
tanggapan terhadap stimulus yang membuat variabel dekat dengan nilai yang ditetapkan
(Gambar di bawah ). Pada dasarnya, ” menutup ” atau ” membuka” ketika sistem bervariasi
dari nilai yang ditetapkan.

Peraturan Umpan balik . Jika kenaikan suhu tubuh (stimulus) terdeteksi (reseptor),
sinyal akan menyebabkan otak untuk mempertahankan homeostasis (respon). Setelah suhu
tubuh kembali normal, umpan balik negatif akan menyebabkan respon untuk mengakhiri.
Urutan stimulus-reseptor-signal-response digunakan di seluruh tubuh untuk mempertahankan
homeostasis.

Misalnya, tubuh kita memiliki termostat internal. Selama musim dingin, di rumah kita
termostat merasakan suhu di dalam ruangan dan merespon dengan menyalakan atau
mematikan pemanas. Tubuh kita bertindak dalam banyak cara yang sama. Ketika suhu tubuh
meningkat, reseptor di kulit dan otak merasakan perubahan suhu. Perubahan suhu memicu
perintah dari otak. Perintah ini dapat menyebabkan beberapa tanggapan. Jika kita terlalu
panas, kulit mengeluarkan keringat dan pembuluh darah dekat permukaan kulit membesar.
Tanggapan ini membantu suhu tubuh menurun.

Contoh lain dari umpan balik negatif dilakukan dengan kadar glukosa darah. Ketika
tingkat glukosa ( gula) dalam darah terlalu tinggi, pankreas mengeluarkan insulin untuk
merangsang penyerapan glukosa dan dikonversi glukosa menjadi glikogen, yang disimpan
dalam hati. jika kadar glukosa darah menurun, produksi insulin kurangi. Ketika kadar glukosa
terlalu rendah, hormon lain yang disebut glukagon diproduksi, organ hati yang mengubah
glikogen kembali menjadi glukosa.

Peraturan Umpan balik . Jika kenaikan suhu tubuh (stimulus) terdeteksi (reseptor),
sinyal akan menyebabkan otak untuk mempertahankan homeostasis (respon). Setelah suhu
tubuh kembali normal, umpan balik negatif akan menyebabkan respon untuk mengakhiri.
Urutan stimulus-reseptor-signal-response digunakan di seluruh tubuh untuk mempertahankan
homeostasis.

 homeostasis: Kemampuan tubuh untuk menjaga lingkungan internal yang stabil;


kemampuan tubuh untuk mempertahankan lingkungan internal yang stabil meskipun
lingkungan yang berubah.
 Hormon: molekul pesan kimia.
 umpan balik negatif: Respon terhadap rangsangan yang membuat variabel dekat
dengan nilai yang ditetapkan.
 umpan balik positif: Respon untuk peristiwa meningkatkan kemungkinan peristiwa
untuk melanjutkan.
Homeostasis merujuk pada ketahanan atau mekanisme pengaturan lingkungan
kesetimbangan dinamis dalam (badan organisme) yang konstan. Homeostasis merupakan
salah satu konsep yang paling penting dalam biologi. Bidang fisiologi dapat
mengklasifkasikan mekanisme homeostasis pengaturan dalam organisme. Umpan balik
homeostasis terjadi pada setiap organisme.

Terdapat 2 jenis keadaan konstan atau mantap dalam homeostasis, yaitu:

1. Sistem tertutup - Keseimbangan statis


o Di mana keadaan dalam yang tidak berubah seperti botol tertutup.
2. Sistem terbuka - Keseimbangan dinamik
o Di mana keadaan dalam yang konstan walaupun sistem ini terus berubah
contohnya seperti sebuah kolam di dasar air terjun.

Organisme mempunyai 2 lingkungan, yaitu:

1. Lingkungan luar yaitu lingkungan yang mengelilingi organisme secara keseluruhan.


Organisme akan hidup berkelompok dengan organisme-organisme (biotik) dan objek-
objek yang mati (abiotik).
2. Lingkungan dalam yaitu lingkungan dinamis dalam badan manusia yang terdiri dari
fluida yang mengelilingi komunitas sel-sel yang membentuk badan.

Biotik ialah komponen hidup yang meliputi semua organisme hidup. Contoh komponen
biosis ialah:

 Manusia
 Tumbuhan
 Hewan

Abiotik ialah komponen mati, antara lain:

 Suhu
 Nilai pH
 Cahaya
 Kelembapan
 Topografi
 Iklim

Dalam Ilmu Komunikasi dikenal beberapa jenis feedback. Tidak semuanya persis merupakan
variasi dari prinsip di atas. Ada di antaranya yang merupakan analogi pada konteks
komunikasi yang lain atau merupakan sifatnya. Jenis-jenis feedback tersebut adalah :

1. Feedback Positif – Feedback Negatif

Feedback positif adalah isyarat / gejala yang ditunjukkan oleh komunikan


yang menandakan bahwa ia / mereka memahami, membantu dan mau bekerja sama
dengan komunikator untuk mencapai sasaran komunikasi tertentu, dan tidak
menunjukkan perlawanan / pertentangan.
Contohnya : komunikan mengangguk-angguk, memperhatikan dengan serius,
mencatat, responsif ketika ditanya.

Feedback negatif adalah isyarat / gejala yang ditunjukkan oleh komunikan yang
menandakan bahwa ia / mereka memiliki sikap serta perilaku yang dapat berkisar dari
mulai tidak setuju hingga tidak menyukai pesan, cara penyampaian, atau bahkan diri
sang komunikator. Segalanya sesuatu yang merupakan lawan dari feedback positif
adalah feedback negatif.

Contohnya : sikap acuh tak acuh, melakukan hal lain yang tidak ada hubungannya
dengan yang sedang dibahas, mengobrol, mengganggu orang lain, nyeletuk,
memotong pembicaraan / interupsi secara tidak sopan, atau keluar ruangan / walk- out
tanpa izin dari komunikator, dan sebagainya.

2. Feedback Netral – Feedback Zero

Feedback Netral adalah jenis feedback yang sulit untuk dinilai sebagai isyarat
/ gejala yang menunjukkan respon positif atau negatif. Dengan kata lain feedback
netral adalah feedback yang tidak jelas wujudnya; apakah itu positif atau negatif.

Contohnya : perilaku diam ketika ditanya mengerti atau tidak, …

Feedback Zero adalah feedback yang sulit dimengerti oleh komunikator.


Komunikator tidak tahu harus menafsirkan isyarat / gejala yang muncul dari
komunikan.

Contohnya : ada yang tertawa ketika komunikator tidak sedang menyampaikan hal
yang lucu, tiba-tiba ada yang menangis, dan sebagainya.

3. Feedback Internal – Feedback Eksternal

Feedback Internal adalah yang menunjukkan sumber dari isyarat / gejala


yang menjadi feedback. Bila itu muncul dari dalam diri komunikator, maka itu disebut
feedback internal. Maksudnya, misalnya ketika komunikator telah mengatakan
sesuatu, tapi kemudian ia ingat sesuatu dan meralat apa yang telah ia katakan, maka
yang kita lihat itu dapat kita katakan sebagai hal yang terjadi karena ada feedback
internal pada diri komunikator.

Feedback Eksternal adalah feedback yang munculnya berasal dari komunikan.


Dalam hal ini komunikan dapat menunjukkannya dengan memberikan ekspresi wajah
tertentu, gerak-gerik, perilaku atau bahkan suara-suara yang muncul ketika
komunikasi tengah berlangsung.

4. Feedback Verbal – Feedback Non-Verbal

Feedback Verbal menunjuk pada bentuk atau wujud dari apa yang
disampaikan komunikan sebagai reaksinya pada suatu perilaku komunikasi tertentu
yang sedang berlangsung. Contoh dari feedback verbal misalnya adalah interupsi
(memotong pembicaraan), nyeletuk (menyampaikan komentar secara spontan ketika
komunikator sedang menyampaikan pesannya), atau dapat pula berupa secarik kertas
yang ditulisi yang mengatakan sesuatu kepada yang sedang berbicara agar ia segera
berhenti karena waktu untuknya sudah habis. Harap diingat pengertian verbal di sini.
Pesan komunikasi yang verbal adalah yang bentuknya merupakan wujud dari
penggunaan bahasa. Artinya, bisa berupa lisan atau tulisan.

Feedback Non-Verbal adalah yang wujudnya bukan berupa lisan atau tulisan, seperti
ekspresi wajah, gerak-gerik, cara duduk, cara berdiri, cara menatap, bentuk senyuman,
isyarat tangan, dan sebagainya.

5. Feedback Langsung – Feedback Tidak Langsung

Beberapa ahli komunikasi tidak sepakat dengan adanya dua jenis feedback ini.
Alasannya adalah, feedback seharusnya adalah sesuatu yang tampak / dapat
diidentifikasi keberadaannya ketika sebuah proses komunikasi tengah berlangsung,
bukan sesudahnya. Bila sesudahnya, maka itu berarti merupakan respon atau
tanggapan.

Mereka menyatakan ini karena pengertian feedback langsung (immediate feedback)


adalah feedback yang ditunjukkan ketika komunikasi sedang berlangsung, dan
feedback tidak langsung (delayed feedback) adalah feedback yang disampaikan ketika
komunikasi telah selesai. Konteks dua jenis feedback ini adalah pada perbandingan
antara komunikasi interpersona dan komunikasi massa.

Pada komunikasi interpersona, jelas untuk sebagian besar feedbacknya akan bersifat
langsung atau segera. Artinya, orang yang berbicara / komunikator akan dapat segera
mengetahui bagaimana reaksi si komunikan ketika ia sedang menyampaikan pesan
tertentu (karena situasinya tatap muka).

Ini berbeda dengan komunikasi massa. Surat kabar, misanya. Para pembaca tidak
dapat memberikan feedback yang segera. Feedback mereka dapat disampaikan
melalui surat pembaca yang biasanya waktunya adalah cukup lama sejak apa yang
ditanggapi terbit atau dibaca oleh komunikan, sehingga surat pembaca dapat dijadikan
contoh sebagai feedback tidak langsung.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Homeostasis berasal dari bahasa yunani yaitu, homeo yang berati sama dan stasis
yang berati mempertahankan keadaan. Faktor yang mempengaruhi homeostatis yaitu :
Menstabilkan cairan disekitar sel-sel oranisme multi sel atau cairan extrasel (CES), Untuk
kelangsungan hidup sel, Memungkinkan organisme beradaptasi pada lingkungan luar yang
mempunyai jumlah dan habitat yang lebih luas. Menyediakan keadaan dalam (lingkungan
dinamis dalam badan organisme) yang stabil supaya sel-sel dapat menjalankan hidup dengan
efisien. Memungkinkan kadar metabolisme diatur secara efisien pada saat tertentu. Dan yang
terakhir Memungkinkan enzim-enzim menjalankan fungsinya dengan optimum.   Faktor yang
mempengaruhi terdiri atas faktor eksternal meliputi usia, temperatur lingkungan, makanan,
obat-obatan dan stress. Faktor internal yaitu konsentrasi molekul-molekul nutrien,
konsentrasi O2 dan CO2, konsentrasi zat-zt sisa, PH, dan konsentrasi air, garam, dan
elektrolit lain. Mekanisme Homeostatis terdiri atas sistem umpang balik negatif dan sistem
umpang balik positif.

DAFTAR PUSTAKA
Bima, 2006. Pengaturan Suhu Tubuh. http://bima.ipb .ac.id/~tpb/ materi/bio100/ Materi/ suhu_ tubuh
.html.

Diakses tanggal 16 sep 2013

Isnaini, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Santoso, Putra. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Padang. Universitas Andalas

Soewolo, 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta : Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah
IRBD Loan No. 3979. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional.
Kukus,Yondry, Wenny Supit dan Fransiska Lintong. 2009. Suhu tubuh:Homeostasi dan efek kinerja
padatubuh manusia. (online: ejournal. unsrat.ac .id/index .php/biomedik/ article/view/ 824.
Diakses tanggal 16 sep 2013
 
 

Anda mungkin juga menyukai