Anda di halaman 1dari 13

A.

PENGERTIAN TRANSPLANTASI ORGAN

Transplantasi adalah pengangkatan suatu organ atau jaringan dari satu

organisme, kemudian diimplantasikan melalui pembedahan ke organisme lain

untuk memberikan struktur dan/atau fungsi. Cangkok (graft) adalah organ

atau jaringan yang ditrasplantasi. Graft dapat diletakkan pada lokasi anatomis

yang sama (tepat) (transplantasi Ortotopik) (misalnya transplantasi jantung)

atau non-anatomis (transplantasi Heterotopik) (misalnya transplantasi ginjal).

Graft berasal dari donor dan diimplantasikan ke resipien. Donor dapat

merupakan cadaver (biasanya sudah mati batang otak pada manusia), living

related LDR (anggota keluarga yang mempunyai kesamaan elemen genetic

dalam jumlah besar dengan resepien), atau living unrelated LURD (individu

altruistik yang menyumbangkan satu dari sepasang organnya) (Grace, 2006).

Gambar 1. Macam-macam jenis transplantasi

Transplantasi organ sudah banyak digunakan dalam pengobatan dengan cara mengganti

organ dan jaringan yang tidak berfungsi dengan organ atau jaringan yang sehat. Secara

teknis transplantasi adalah proses mengambil sel, jaringan atau organ yang disebut graft

dari satu individu dan menempatkannya pada individu yang berbeda. Individu yang

memberikan graft disebut donor sedangkan individu yang menerima cangkok disebut

resipien atau host. Penggunaan transplantasi organ secara klinis untuk mengobati
penyakit pada manusia terus meningkat selama 45 tahun terakhir. Ada transplantasi sel

induk hematopoietik, ginjal, hati, jantung, paru, pancreas. Dulu yang menjadi masalah

dalam transplantasi adalah teknik pembedahan, tetapi saat ini yang menjadi masalah

adalah respon imun terhadap jaringan yang dicangkokkan. Kunci keberhasilan

transplantasi organ adalah mengendalikan respon imun pasca transplantasi organ.

Beberapa istilah dalam transplantasi yaitu autologous graft, graft singeneik, graft

allogeneik, graft xenogeneik, alloantigen, xenoantigen, alloreaktif, xenoreaktif.

Autologous graft adalah sebuah graft yang ditransplantasikan dari satu individu ke

individu yang sama. Graft singeneik adalah sebuah graft yang ditransplantasikan antara

dua individu yang secara genetik identik. Graft allogeneik adalah sebuah graft yang

ditransplantasikan antara dua individu yang secara genetik berbeda tetapi masih satu

spesies. Graft xenogeneik adalah sebuah graft yang ditransplantasikan antara individu-

individu yang berbeda spesies. Alloantigen adalah molekul-molekul yang dikenali

sebagai molekul asing pada allograft. Xenoantigen adalah molekul asing pada xenograft.

Reaksi limfosit dan antibodi terhadap alloantigen atau xenoantigen disebut alloreaktif

atau xenoreaktif.

Transplantasi sel atau jaringan dari satu individu ke individu lain yang secara genetik

non-identik sering menimbulkan penolakan terhadap transplan dikarenakan respon imun

adaptif. Contoh pasien luka bakar yang mendapat donor kulit dari orang yang tidak ada

hubungan genetic seringkali gagal, masalah ini tampak 1-2 minggu setelah tindakan

transplantasi kulit resipien mengalami nekrosis dan mengelupas. Pada penelitian

menunjukkan molekul yang berperan terhadap reaksi penolakan yang kuat adalah major

histocompatibility complex (MHC), yang pada manusia dikenal

sebagai Human Leukocyte antigens (HLA). Sebagai faktor penting bagi penolakan dan

kegagalan transplantasi, antibodi HLA kini dikenal sebagai epitop spesifik yang secara

struktural dapat didefinisikan melalui perbedaan asam amino antara alel-alel HLA.
Molekul MHC allogenik dari graft dapat disajikan untuk pengenalan oleh sel T resipien

melalui dua jalur berbeda yaitu jalur langsung dan jalur tidak langsung.

Dari sisi legalitas transplantasi organ atau donor organ di Indonesia, aturan hukumnya

sudah diatur melalui UU nomor 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan serta PP nomor 18

tahun 1981 Tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi

Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia. Undang-undang ini memperbolehkan donor

organ asal bersifat kemanusiaan bukan komersial.

Kefektifan transplantasi organ sebagai solusi pengobatan masih diragukan, dikarenakan

adanya reaksi penolakan (graft mayoritas bersifat allograft) dan membutuhkan obat

tambahan yang bersifat penekan system imun (imunosupresi). Obat penekan sistem imun

ini pun beresiko terjadinya infeksi sekunder yang memperberat kondisi pasien. Oleh

karena itu pencegahan sebelum terjadinya kerusakan organ baik itu pencegahan bersifat

primer dan sekunder perlu diutamakan dalam pelayanan kesehatan. Dengan berfungsinya

kedokteran pencegahan tentunya sangat membantu pasien dengan menurunkan angka

kesakitan dan kematian serta menurunkan mahalnya biaya kesehatan.

https://www.uc.ac.id/fk/transplantasi-organ/

Penolakan Transplantasi

Penolakan transplantasi
Mikrograf yang menunjukkan

penolakan transplantasi paru-paru

Penolakan transplantasi terjadi ketika jaringan yang ditransplantasi ditolak oleh sistem

imun penerimanya, sehingga jaringan yang ditransplantasi pun rusak. Penolakan

transplantasi dapat dikurangi dengan menentukan kemiripan molekuler antara

penyumbang dan penerima, serta dengan menggunakan obat imunosupresif seusai

transplantasi.[1]

Penolakan ini sendiri merupakan respons imun adaptif (melalui perantara sel T pembunuh

yang memicu apoptosis pada sel sasaran) serta imunitas humoral (melalui perantara sel B

teraktivasi yang mengeluarkan molekul-molekul antibodi), walaupun terdapat juga

komponen respons imun bawaan (fagosit).

https://id.wikipedia.org/wiki/Penolakan_transplantasi

transplantasi adalah proses pemindahan suatu organ atau jaringan tubuh (graft) dari

jaringan atau organ pendonor ke penerima. Proses pemindahan penggantian suatu

jaringan atau organ yang rusak dengan organ donor yang sehat mampu untuk

meningkatkan kualitas hidup bagi banyak pasien. Transplantasi ginjal yang sukses untuk

pertama kali terjadi pada tahun 1954 (Suthanthiran, dkk 2001).

A. Klasifikasi Pemindahan Jaringan/Organ (Graft)

Berdasarkan hubungan antara donor dan resipien, pemindahan jaringan/organ terbagi atas

empat tipe yaitu:

1. Autograft (Autologous Graft) adalah proses pemindahan jaringan/organ yang

berasal dari suatu individu dan digunakan untuk dirinya sendiri.

2. Allograft (Allogeneic Graft) / Allogeneic adalah proses pemindahan

jaringan/organ antarindividu dimana individu-individu tersebut masih satu

spesies.
3. Isograft  (Isogeneic Graft) / Syngeneic adalah proses pemindahan jaringan/organ

antarindividu yang secara genetic kembar identik.

4. Xenograft / Xenogeneic adalah proses pemindahan jaringan/organ antarindividu

yang berbeda spesies (Shetty 2005).

Gambar 1. Tipe Transplantasi (Burmester & Pezzuto, 2003).

B. Mekanisme Penolakan Jaringan/Organ

Histocompatibility adalah kesesuaian suatu jaringan pada jaringan/organ tertentu untuk

ditransplantasikan dari pendonor ke resipien. Gen yang menyandikan antigen, yang

mengatur penyesuaian suatu pemindahan jaringan/organ untuk bertahan dalam tubuh

resipien, terletak dalam daerah Major Histocompability Complex (MHC). Pada manusia,

MHC terletak pada lengan pendek kromosom enam, sementara pada tikus terletak pada

kromosom tujuh belas. Letak gen spesifik pada kromosom yang mengode antigen

histocompatibility disebut histocompability locus. Pada manusia, histocompability loci

disebut HLA (Human Leukocyte Antigen). MHC class I dan II berperan penting dalam

transplantasi jaringan, semakin besar kecocokan antara donor dan resipien, semakin besar

pula kemungkinan tandur untuk bertahan ditubuh pendonor.


Gambar 2. Lokus Histokompabilitas Mayor pada Berbagai Spesies (Cruse, dkk 2004).

Reaksi imun yang dapat menimbulkan penolakan terhadap transplan bersifat spesifik

yang disertai dengan memori. Contohnya adalah allograft pertama pada kulit ditolak

dalam 10–14 hari, maka allograft kedua dari individu yang sama dicangkokkan lagi maka

resipien akan menolak lebih cepat lagi yaitu dalam 5-7 hari (Baratawidjaja, 1991)

Gambar 3. Mekanisme Penghancuran Sel Target (Roitt & Delves 2001).

Reaksi penolakan ditimbulkan oleh sel T helper resipien yang mengenal antigen MHC
alllogeneic. Sel tersebut akan menolong sel T sitotoksik yang juga mengenal antigen

MHC allogeneic dan membunuh sel sasaran. Kemungkinan lain yaitu makrofag menuju

tempat transplan atas perintah limfokin dari sel T helper sehingga menimbulkan

kerusakan. Reaksi penolakan disebut juga Graft versus Host Reaction (Baratawidjaja

1991). Rekasi penolakan tersebut antara lain:

1. Penolakan hiperakut. Penolakan tersebut terjadi setelah beberapa menit sampai

beberapa jam setelah transplantasi. Penolakan terjadi karena perusakan oleh

antibodi yang sudah ada terhadap transplan. Antibodi tersebut mengaktifkan

komplemen yang menimbulkan edema dan pendarahan interstisial dalam jaringan

transplan sehingga mengurangi aliran darah ke seluruh jaringan. Gejala umum

yang terlihat pada penolakan hiperakut adalah trombosis dengan kerusakan

endotil dan nekrosis. Selain itu adalah badan mengalami panas, leukositosis dan

produksi urin sedikit. Urin mengandung elemen seluler seperti eritrosit.

2. Penolakan akut. Merupakan penolakan yang terlihat pada resipien yang

sebelumnya tidak tersensitasi terhadap transplan. Merupakan penolakan umum

yang terjadi pada resipien yang menerima transplan yang mismatch (tidak cocok)

atau yang menerima allograft dan pengobatan imunosupresif yang tidak efisien

dalam usaha mencegah penolakan. Penolakan dapat terjadi beberapa hari setalah

transplantasi. Akibatnya adalah fungsi ginjal yang tidak berfungsi, perbesaran

ginjal disertai rasa sakit, penurunan fungsi dan aliran darah, dan adanya se darah

dan protein dalam urin. Penolakan akut dapat dihambat dengan cara imunosupresi

oleh serum antilimfosit, steroid, dan lainnya.

3. Penolakan kronik. Penolakan yang dapat terjadi pada transplantasi allograft

beberapa bulan sesudah organ berfungsi normal dan disebabkan oleh sensitivitas

yang timbul terhadap antigen transplan. Jika terdapat infeksi maka akan

mempermudah timbulnya penolakan kronik. Pengobatan dengan imunosupresi

tidak banyak berguna karena kerusakan sudah terjadi. Contoh dari penolakan
kronik adalah gagal ginjal yang terjadi perlahan-lahan dan progresif karena terjadi

prolifersai sel inflamasi pada pembuluh darah kecil dan penebalan membran

glomerulus basal.

4. Reaksi allograft. Transplantasi organ atau jaringan dari donor syngeneic

(isograft) dengan cepat diterima resipien dan berfungsi normal. Transplan organ

dari donor allogeneic akan diterima untuk sementara waktu dan mengalami

vaskularisasi. Penolakan tergantung pada derjat inkompabilitasnya. Reaksi

penolakan umumnya terjadi sesuai respons CMI. Reaksi yang terjadi adalah invasi

transplan oleh limfosit dan monosit melalui pembuluh darah dan menimbulkan

kerusakan pembuluh darah dan nekrosis.

5. Penyakit Graft versus Host (GvHD). Merupakan keadaan yang terjadi jika sel

yang imunokompeten asal donor mengenal dan memberikan respon imun

terhadap jaringan resipien. Jika sel T yang matang dan imuokompeten

ditransfusikan kepada resipien yang allogeneic dan tidak ada yang menolaknya

maka sel tersebut bereaksi dengan hospes dan menimbulkan reaksi CMI

diberbagai tempat. Sel-sel yang diserang adalah sel MHC kelas II. Gejala dari

reaksi GvH adalah pembesaran kelenjar limfoid, limpa, hati, diare, radang kulit,

rambut rontok, berat badan menurun, dan meninggal. Kematian disebabkan oleh

kerusakan sel penjamu (punya antigen MHC kelas II) dan jaringan akibat respons

CMI yang berlebih. Reaksi GvH dapat terjadi akibat transplantasi sumsum tulang

kepada resipien dengan supresi sistem imun atau akibat transfusi darah segar

kepada neonatus yang imunodefisien. Hal tersebut mudah terjadi jika sebelum

transplantasi atau transfusi, usaha menghilangkan sel T matang yang

imunokompeten tidak maksimal. Oleh karena itu penolakan normal oleh resipien

terhadap limfosit yang ditransfusikan tidak terjadi (Baratawidjaja 1991)


Baca juga :  Materi LENGKAP Reaksi Hipersensitivitas

C. Pencegahan terhadap Penolakan Jaringan/Organ

Uji Histokompatibilitas (Histocompability testing) adalah uji untuk menentukan dari tipe

MHC class I dan class II pada jaringan/organ yang akan ditransplantasi, baik pada donor

maupun resipien. HLA tissue typing adalah indentifikasi dari antigen Kompleks

Histokompabilitas Mayor (MHC) kelas I dan II pada limfosit dengan teknik serologis dan

selular. Class-I typing melibatkan reaksi antara sel limfosit yang ingin diuji dengan

antisera dari HLA yang telah diketahui spesifitasnya dengan kehadiran komplemen.

Class-II typing mendeteksi antigen HLA-DR mengunakan preparasi sel B yang telah

dipurifikasi. Pengujian tersebut didasarkan pada disrupsi membran sel limfosit yang

antibody-specific dan complement-dependent (Cruse, dkk 2004). Prinsip dari pengujian

secara serologis adalah microlymphocytotoxicity menggunakan piring mikrotiter

(microtiter plate) yang didalamnya terdapat predispensed antibody dengan spesifitas

terhadap HLA dari limfosit yang akan diuji, dan ditambah dengan komplemen kelinci dan

pewarna vital. Metode ini digunakan untuk pengujian organ transplan seperti

allotransplantasi ginjal. Pada transplantasi sumsum tulang (bone-marrow), prosedur yang

digunakan disebut Mixed Lymphocyte Reaction. Prosedur ini digunakan untuk mengukur

derajat relatif dari histokompabilitas antara pendonor dan resipien (Cruse & Lewis 2003)

Tes cross-match (Cross-matching test) adalah salah satu metode pengujian yang

digunakan untuk mendeteksi kehadiran dari antibody preformed (presensitization) pada

antigen HLA pendonor menggunakan serum dari pasien dan sel limfosit pendonor. Hasil

tes cross-match yang positif menjadi kontraindikasi terhadap transplantasi, hal ini karena

hasil dari tes cross-match dapat diasosiasikan dengan episode penolakan yang tak

terkontrol, yang berujung pada kehilangan jaringan permanen (irreversible graft loss)

(Suthanthiran, dkk 2001).

Selain melakukan pengujian terhadap histokompabilitas antigen yang dilakukan sebelum


(prior) transplantasi, hal yang dapat dilakukan juga dengan pemberian obat

imunosupresan. Imunosupresan dapat digunakan untuk mengontrol penolakan tandur

dengan cara menekan respon imun tubuh resipien. Obat-obatan yang digunakan untuk

menekan penolakan antara lain:

Adapun, mekanisme imunosupresan dalam mengontrol penolakan tandur dapat dilihat

pada gambar berikut.

Gambar 4. Agen Immunosuppressive digunakan untuk mengontrol penolakan jaringan

(Roitt & Delves 2001)


Gambar 5. Mekanisme Imunosupresan Cyclosporin, FK506 and Rapamycin (Roitt &

Delves 2001)

Referensi:

o Bratawijaya, KG & Rengganis, I. 2009. Imunologi Dasar. 

o Burmester, G. R & A. Pezzuto. 2003. Color Atlas of Immunology. 

o Cruse, M. J. dkk. 2004. Immunology Guidebook. 

o Cruse, M. J. & Lewis, R. E. 2003. Illustrated Dictionary of Immunology 2nd ed. 

o Roitt, I. M & P. J. Delves. 2001. Roitt’s Essential Immunology 10th ed. 

o Shetty, Nandini. 2005. Immunology: Introductory Textbook. 

o Suthanthiran, Manikkam, dkk. 2001. Clinical Transplantation in Medical

Immunology, 10th ed. 


DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja K.G. 2002. Penolakan Hiperakut, Akut Dan Kronik. Imunologi

dasar. Edisi ke-5. Penerbit FKUI Jakarta.

Eddy, A.A. 2000. Molecular basis of renal fibrosis. Children’s Hospital and

Regional Medical Center. Devision of Nephrology. Pediatr nephrol

15:290-301.

Grace, P.A., Neil R.B. 2006. At A Glance Ilmu Bedah Third Edition. Erlangga.

Jakarta.

Juliana, I.M., Jodi S.L. 2007. Komplikasi Paska Transplantasi Ginjal. J Peny

Dalam Vol. 8 (1).

Magee,C.C. 2004. Pascual M. Update in renal transplantation. Arch Intern Med

;164:1373-88.

Pusparini. 2000. Perubahan respons imun pada penderita gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisis. J Kedokter Trisakti Vol. 19 (3).

Ramanathan R., Srinadh E.S., Ramanan V., Basarge N., Kumar A. 2013. Surgical

complication of renal transplantation. Indian Journal of Urology :12:60-

4.

Soeroso, A. 2007. Sitokin. Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol.5 (3) : 1693-26587.


Sudoyo, A.W., Setiohadi B., Alwi I., Simadibrata K.M., Setiati. 2006. Buku

Ajar

Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. EGC. Jakarta.

Underwood, J.C.E. 1994. Patologi Umum Dan Sistematik Vol.1 Edisi 2. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai