Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

“SISTEM OTOT”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia

Dosen Pengampu:

Desi Kartikasari,M.Si

Disusun oleh Kel 2:

1. Binti Musrifah (12208183073)


2. Kurnia Azizah (12208183184)
3. Fitria Anggraini (12208183067)
4. Mab’asul Fikri (12208183188)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG

MARET 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya
yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini disusun oleh penulis untuk memenuhi tugas
mata kuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia.

Atas terselesaikannya makalah ini,penulis menyampaikan rasa hormat dan


penghargaan serta terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Tulungagung yang telah memberikan kesempatan untuk
mengenyam pendidikan S1.
2. Ibu Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung.
3. Ibu Dr. Eni Setyowati, S.Pd., MM selaku Kajur Tadris Biologi Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung.
4. Ibu Desi Kartikasari M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Anatomi
dan Fisiologi Manusia yang telah memberikan arahan dalam
penyelesaian makalah ini.
5. Seluruh pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan baik moril
maupun materil.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Penulis sangat mengharap kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Tulungagung, 27 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan masalah .......................................................................... 2

C. Tujuan Permasalahan ..................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Otot............................................................................... 4

B. Otot Rangka ................................................................................... 5

C. Struktur Otot Rangka ...................................................................... 9

D. Proses Kontraksi Otot Rangka ....................................................... 15

E. Peranan Ion Kalsium dalam Kontraksi Otot ................................... 17

F. Peranana ATP dan Fosfagen dalam Kontraksi Otot ........................ 19

G. Struktur Otot Polos ......................................................................... 22

H. Otot Polos sebagai Unit Jamak ....................................................... 24

I. Otot Polos sebagai Unit Tunggal ..................................................... 25

J. Kontraksi Otot Polos....................................................................... 28

K. Struktur Otot Jantung ..................................................................... 29

L. Kontraksi Otot Jantung ................................................................... 30

M. Gangguan Pada Sistem Otot............................................................ 32

BAB III PENUTUP

A. Kesimpuulan ................................................................................. 34

ii
B. Saran ............................................................................................. 34

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja


mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Sel otot
memiliki struktur filamen dalam sitoplasma, bentuk selnya memanjang agar
dapat melangsungkan perubahan sel menjadi pendek. Jaringan otot dapat
ditemukan pada dermis. 1 Di balik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya
merupakan gerak mekanik itu,terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang
berseri demi kelangsungan kontraksi otot.

Sistem otot adalah sistem yang terdapat pada organ baik itu manusia
maupun hewan yang bisa membuat makhluk tersebut bergerak. Sistem otot
dikontrol oleh sistem saraf, walapupun ada otot yang dapat bergerak secara
otonom seperti otot jantung. Sistem otot merupakan alat gerak yang penting
bagi organisme. Sistem otot bekerjasama dengan jaringan tulang untuk
membuat suatu organisme dapat bergerak. Tulang sebagai alat gerak pasif dan
otot sebagai alat gerak aktif. Jaringan otot rangka tersusun atas serat-serat otot
yang berjalan sejajar dengan miofibrilnya yang terdiri atas unit kontraktil
yang lebih kecil yaitu miofilamen tebal dan tipis. 2 Jaringan otot dapat
berkontaksi (berkerut) dan berelaksasi (mengendur) karena adanya miofibril
atau serabut otot. Setiap miofibril mengandung beberapa sarkomer dengan
protein aktomiosin (gabungan antara filamen halus aktindan filmen kasar
miosin).

Ketika terjadi kontraksi, sarkomer menjadi pendek, dan akan


kembali ke posisi semula ketika relaksasi. Oleh karena itu sel otot

1
Sonny J.R Kalangi. 2013. Histologi Kulit. Fakultas Kedokteran: Univ Sam Ratulangi Manado
2
Sunny wangko. 2014. Jaringan otot rangka (membrane dan struktur halus unit kontraktil.
Fakultas kedokteran : univ sam ratulangi manado.

1
mempunyai struktur khusus di dalam sitoplasma yang dikenal dengan serabut
kontraktil. Jaringan otot memiliki plasma yang disebut sarkoplasma
(membran plasma sel otot) dan juga selaput otot yang disebut sarkolema.
Sistem otot yang menyusun tubuh dibedakan menjadi tiga, yaitu otot polos,
otot lurik, dan otot jantung.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana otot rangka itu?

b. Bagaimana struktur otot rangka?

c. Bagaimana proses kontraksi otot rangka?

d. Bagaimana peranan ion kalsium dalam kontraksi otot?

e. Bagaimana perana ATP dan Fosfagen dalam kontraksi otot?

f. Bagaimana struktur otot polos?

g. Bagaimana otot polos sebagai unit jamak?

h. Bagaimana otot polos sebagai unit tunggal?

i. Bagaimana kontrakasi otot polos?

j. Bagaimana struktur otot jantung?

k. Bagaimana kontraksi otot jantung?

l. Bagaimana gangguan pada sistem otot?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui struktur otot rangka

b. Untuk mengetahui proses kontraksi otot rangka

c. Untuk mengetahui peranan ion kalsium dalam kontraksi otot

d. Untuk mengetahui perana ATP dan Fosfagen dalam kontraksi otot

e. Untuk mengetahui struktur otot polos

2
f. Untuk mengetahui otot polos sebagai unit jamak

g. Untuk mengetahui otot polos sebagai unit tunggal

h. Untuk mengetahui kontrakasi otot polos

i. Untuk mengetahui struktur otot jantung

j. Untuk mengetahui kontraksi otot jantung

k. Untuk mengetahui gangguan pada sistem otot

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Otot

Otot merupakan suatu organ/alat yang dapat bergerak, otot disebut


juga sebuah jaringan konektif dalam tubuh dengan tugas utamanya kontraksi
yang berfungsi untuk menggerakkan bagian-bagian tubuh dan substansi
dalam tubuh.. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk, pada sel-
sel sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut
miofibril. Jika sel otot yang mendapatkan rangasangan maka miofibril akan
memendek, dengan kata lain sel otot akan memendekkan kearah tertentu.
Otot merupakan jaringan pada tubuh hewan yang bercirikan mampu
berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem saraf.
Unit dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu struktur filamen yang
berukuran sangat kecil yang tersusun dari protein kompleks , yaitu filamen
aktin dan miosin. Pada saat berkontraksi, filameb-filamen tersebut saling
bertautan yang mendapatkan energi dari mitokondriadi sekitar miofibil.
Terdapat pula macam – macam otot yang berbeda pada vertebrata. Yang
pertama ialah otot jantung, yaitu otot yang menyusun dinding jantung. Otot
polos terdapat pada dinding semua organ tubuh yang berlubang (kecuali
jantung).

Kontraksi otot polos yang umumnya tidak terkendali, memperkecil


ukuran struktur-struktur yang berlubang ini. Pembuluh darah, usus, kandung
kemih dan rahim merupakan beberapa contoh dari struktur yang dindingnya
sebagian besar terdiri atas otot polos. Sehingga kontraksi otot polos
melaksanakan bermacam-macam tugas seperti meneruskan makanan kita dari
mulut ke saluran pencernaan, mengeluarkan urin, dan mengirimkan bayi ke
dunia.Otot kerangka, seperti namanya, adalah otot yang melengkat pada
kerangka. Otot ini dikendalikan dengan sengaja. Kontraksinya
memungkinkan adanya aksi yang disengaja seperti berlari, berenang,

4
mengerjakan alat-alat, dan bermain bola. Akan tetapi, apabila otot jantung,
otot polos, ataupun otot kerangka atau lurik memeberikan suatu ciri, maka
otot tersebut merupakan alat yang menggunakan energi kimia dan makanan
untuk melakukan kerja mekanisme.

Sistem otot merupakan suatu jaringan yang berada di dalam tubuh


manusia yang berupa alat gerak aktif yang dapat menggerakkan tulang
sehingga dapat menyebabkan suatu organisme atau indvidu dapat bergerak.
Otot bekerja dengan cara berkontraksi dan juga berelaksasi.Otot terdiri atas
sel -sel yang terspesialisasi untuk kontraksi yaitu dengan mengandung protein
kontraktil yang mampu berubah dalam ukuran panjang. 3 Otot dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu (1) otot rangka, (2) otot polos, dan (3) otot jantung.

B. Otot Rangka

Rangka tubuh mampu bergerak karena aktivitas kontraksi dan


relaksasi dari otot rangka. Oleh karena itu rangka tubuh disebut alat gerak
pasif, sedangkan otot rangka disebut sebagai alat gerak aktif. Otot rangka
bekerja dibawah kendali sistem saraf sadar, oleh karena itu otot rangka
disebut juga sebagai otot sadar.

Setiap otot rangka pada umumnya memiliki satu atau lebih hubungan
atau perlekatan dengan tulang. Namun ada beberapa otot rangka yang tidak
memiliki perlekatan sama sekali dengan tulang. Misalnya otot lidah, dan otot-
otot mata eskternal. Pada umumnya otot melekat pada dua tulang yang
berbeda. Ujung otot yang melekat pada tulang tendon. Ujung otot yang
melekat pada bagian tulang yang lebih diam disebut origo, sedangkan ujung
otot yang melekat pada bagian tulang yang digerakan disebut insersio.

Otot umumnya bekerja dalam kelompok untuk menghasilkan berbagai


gerakan tubuh. Dua kelompok otot atau lebih dapat bekerja antagonis atau
sinergis. Pada otot antagonis, bila satu kelompok otot berkontraksi untuk

3
Ville dkk. 1984. Zoologi Umum. PT Gelora Aksara Pratama. Jakarta.

5
menghasilkan gerakan, maka kelompok otot yang lain relaksasi. Sedangkan
pada otot sinergis, maka kedua kelompok akan bekerja bersama-sama
(kontraksi dan relaksasi bersama-sama).

Kontraksi otot tidak selalu menghasilkan gerakan. Oleh karena itu otot
rangka selain membantu kita dalam bergerak, juga membantu dalam
memelihara postur tubuh. Meskipun tidak kita sadari, otot-otot tubuh kita
secara terus menerus memelihara agar kita dapat berdiri atau tetap duduk. Di
samping itu aktivitas otot juga menghasilkan panas sebagai akibat dari
metabolisme tubuh.

Pada saat otot kontraksi, akan terjadi dua macam perubahan, yaitu
perubahan panjang dan perubahan tegangan. Ada dua tipe kontraksi, yaitu
kontraksi isotonik dan kontraksi isometrik. Pada kontraksi isotonic, tegangan
otot tetap konstan dan panjang otot berubah. Pada kontraksi
isometric,tegangan otot meningkat sedangkan panjangnya tetap. Contoh: pada
saat lengan kita membawa beban yang berat, maka tegangan otot bisep
meningkat namun panjangnya tidak berubah (kontraksi isometrik). Bila beban
berat tadi kita angkat dengan menekuk lengan, maka otot bisep akan lebih
pendek namun tegangannya tetap ( kontraksi isotonik). Kontraksi isometrik
penting untuk memelihara postur tubuh dan menahan beban pada posisi yang
tetap. Sedangkan kontraksi isotonic penting untuk gerakan tubuh dan kerja
memindahkan benda.

Kalau kita akan berjalan, maka otot-otot kaki kita dalam keadaan
kontraksi isometric, sedangkan kalau kita mulai berjalan dengan menekuk
kaki maka otot-otot kaki kita dalam keadaan kontraksi isotonic.

Macam-macam Kontraksi Sel Otot


Frekuensi pemberian stimulus yang berbeda pada waktu yang sama
kepada sel otot (serabut otot) akan direspon oleh sel otot dengan wujud
kontraksi yang berbeda-beda. Suatu stimulus yang menimbulkan potensial
aksi pada membrane serabut otot, akan direspon oleh otot dalam bentuk

6
kontraksi. Suatu potensial aksi tunggal yang diberikan kepada suatu serabut
otot akan menghasilkan suatu kontraksi tunggal (single contraction) pada
serabut otot. Suatu kontraksi tunggal terdiri dari periode kontraksi dan
periode relaksasi. Bila potensial aksi diberikan kepada serabut otot setelah
otot mencapai relaksasi penuh, maka akan terjadi kontraksi tunggal kedua
dengan kekuatan yang sama dengan kontaksi tunggal pertama. Namun bila
potensial aksi kedua diberikan pada saat otot belum mencapai relaksasi
penuh, maka akan terjadi kontraksi tambahan pada puncak kontaksi tunggal
pertama. Dua kontraksi tunggal yang dihasilkan akibat dari dua potensial
aksi yang diberikan sangat berdekatan, akan menghasilkan tegangan yang
kuat pada otot. Fenomena ini disebut gelombang sumasi (wave summation).
Suatu gelombang sumasi akan terjadi hanya apabila jarak antara dua
potensial aksi lebih pendek (hanya 1 sampai 2 msec) daripada jarak
pemberian potensial aksi yang menghasilkan kontraksi tunggal (100 msec).
ingat bahwa pada saat otot berkomtraksi, maka suatu periode refraktori akan
terjadi, dan selama periode tersebut potensial aksi berikutnya tidak dapat
ditimbulkan. Untuk timbulnya potensial aksi yang baru, membrane harus
kembali ke potensial istirahat dan sembuh dari periode refraktori.

Bila suatu serabut otot diberi stimulus dengan sangat cepat sehingga
tidak ada kesempatan otot untuk relaksasi di antara dua stimuli, maka akan
terjadi kontraksi dengan kekuatan maksimum yang disebut tetanus.
Rekaman pada kimograt dari kontraksi tunggal, gelombang sumasi, dan
tetanus.

7
(a)

Myogram kontraksi kedutan. Tanda panah menunjukkan waktu di


mana rangsangan terjadi. 4

Myograms menunjukkan efek frekuensi stimulasi yang berbeda. (a)


kedutan tunggal. (b) Ketika stimulus kedua terjadi sebelum serat otot
mengalami rileks, kontraksi kedua ini lebih kuat daripada yang pertama,
sebuah fenomena yang disebut penjumlahan gelombang. (Garis hitam solid
menunjukkan kekuatan kontraksi yang diharapkan terjadi dalam kedutan
tunggal.) (C) Tetanus yang tidak terpakai menghasilkan kurva bergerigi
karena relaksasi sebagian dari serat otot di antara rangsangan. (d) Pada
tetanus leburan, yang terjadi bila ada rangsangan 80-100 per detik, garis
miogram, seperti gaya kontraksi, stabil dan berkelanjutan. 5

4
Gerard, J. Torotora dan Bryan Derrickson, Principles of Anatomy and Physiology, (America:
John Wiley & Sons, Inc. 2009), hlm. 348.
5
Ibid.

8
Gambar 2.1 myogram kejutan (twitch) sumasi dan tetanus

Bila suatu otot diberi stimulus dengan kecepatan satu atau dua kali
per detik dengan kekuatan stimuli yang konstan, maka otot akan merespon
dengan kontraksi yang makin mengikat. Kontraksi demikian disebut treppe
atau stair-case phenomenon. Phenomena ini menunjukkan bahwa kerja
dengan cara yang sama dengan sebelumnya akan membuat otot
berkemampuan lebih baik untuk mengerjakan pekerjaan yang berturut-turut.
Prinsip ini dipraktekkan oleh para atlet pada saat warming up. Diperkirakan
produksi kimiawi dan pnas yang dihasilkan selama kontraksi akan
meningkatkan iritabilitas otot.

Kekuatan otot bekerja juga terbatas. Kalau stimulus itu diulang-


ulang dalam jangka waktu yang lama, setelah otot mengalami treppe, maka
otot akan mengalami kelelahan (fatigue). Fatigue merupakan suatu keadaan
menurunnya iritabilitas yang ditandai oleh menurunnya kemampuan otot
berkontraksi.

C. Struktur Otot Rangka

9
Otot rangka tersusun atas sel-sel yang panjang dan tidak bercabang,
yang disebut otot (muscle fiber). Serabut-serabut ini merupakan sel-sel berinti
banyak (multinuklei) yang terletak pada bagian pinggir (perifer) sel. Sel-sel
otot terbentuk sejak perkembangan embrionik melalui fusi dari banyak sel-sel
kecil yang membentuk sinsitsium. Apabila dilihat dengan mikroskop cahaya,
serabut otot nampak bergaris-garis melintang. Seperti halnya sel syaraf, sel
otot mampu merespon terhadap rangsangan. Bila membran sel otot
(sarkolema) dikenai neurotransmitter yang dihasilkan oleh ujung saraf motor
yang mensarafinya, maka pada membran sel otot tadi akan timbul suatu
impuls bioeletrik. Impuls ini akan merambat sepanjang membran serabut otot,
seperti merambatnya impuls pada serabut saraf yang tidak bermielin.

Setiap serabut otot rangka dibungkus oleh lapisan jaringan ikat lembut
yang disebut endomisium. Beberapa serabut tunggal akan bergabung menjadi
satu berkas yang disebut fasikulus. Fasikulus ini dibungkus oleh jaringan ikat
yang disebut perimysium. Seluruh fasikulus tersebut kemudian dibungkus
bersama-sama oleh epimisium.

Gambar 2.2 Struktur otot rangka

10
Pada kebanyakan otot, epimisium bersatu pada kedua ujung otot dan
membentuk tendon yang biasanya melekat pada suatu tulang. Karena tendon
bersambung dengan epimisium, dan karena perimysium dan endomisium
melekat padanya, maka kontraksi otot dapat menimbulkan suatu tarikan yang
kuat pada titik lekatnya.

Struktur filamen pada otot terdiri dari :

1. Aktin Memiliki polimer filamen yang panjang. Sruktur globular (G-actin)


terpilin spiral. Berbentuk double helix dengan diameter 5,6 nm

2. Tropomiosin Molekul tipis dengan panjang sekitar 40 nm. Terdiri dari 2


rantai polipeptida berbetntuk spiral. Berjalan sepanjang sisi luar benang
aktin yang terpilin

3. Troponin Merupakan kompleks dari 3 subunit, yaitu 1. troponin T (Tn T)


melekat pada tropomiosin, 2. Troponin C (Tn C) yang berfungsi untuk

11
mengikat ion kalsium, dan 3. Troponin I (Tn I) yang menghambat interaksi
antara aktin dan myosin

4. Miosin Terdiri dari 2 rantai berat yang identik dan 2 pasang rantai ringan.
Rantai berat berpilin membentuk ekor sedangkan penonjolan kecil pada
ujung rantai berat membentuk kepala yang berfungsi untuk mengikat ATP
dan mengikat aktin

Anatomi Mikroskopis Sel Otot

Sel- sel otot secara unik diadaptasikan untuk melakukan kontraksi.


Untuk memahami bagaimana suatu otot rangka berkontraksi, diperlukan suatu
pengamatan yang mendalam pada sel otot (serabut otot). Bayangkan kita
dapat memisahkan satu serabut otot dari fasikulusnya. Dibawah mikroskop
akan terlihat bahwa setiap serabut otot merupakan suatu silinder panjang yang
dibungkus oleh suatu plasma membrane yang disebut dengan sarcolemma,
memiliki inti banyak yang terletak didaerah tepi sel. Kalau diamati lebih
lanjut, maka di bagian dalam setiap serabut otot tersusun atas serabut-serabut
halus yang disebut myofibril. Di bagian dalam setiap myofibril terdapat
filament tebal dan miofilamen tipisyang tersusun sedemikian rupa sehingga
memberikan gambaran lurik-lurik (garis gelap dan terang)

Kalau diamati pada setiap myofibril, maka setiap pita gelap akan
dibatasi oleh dua pita terang. Pita gelap disebut sebagai pita A =
(Anisotropik), dan pita terang disebut pita I ( = Isotropik). Di tengah-tengah
pita I akan nampak suatu garis tipis berkelok-kelok membentuk gambaran

12
garis Z. Sehingga garis ini disebut garis Z (Z = Zwischensheibe, yang berani
cakram antara). Sedangkan di tengah pita A terdapat daerah yang tidak begitu
gelap. Daerah ini disebut zona H (H = Heller, yang berarti cahaya). Subunit
myofibril yang dibatasi oleh dua garis Z disebut sarkomer. Sarkomer
merupakan unit fungsional dari sel otot rangka. Sarkomer disebut juga unit
kontraksi, sebab peristiwa kontraksi otot terjadi pada setiap sarkomer. Oleh
karena itu untuk memahami kontraksi otot, harus dipahami bagaimana
sarkomer-sarkomer memendek.

(a)

(b) (c)

Gambar 2.3 (a) struktur mikroskopis sarkomer, (b) mikroskop


filament tebal, (c) filament tipis. (Vanputte.dkk., 2014)

1. Struktur Suatu Sarkomer


Setiap sarkomer tersusun atas filament tebal dan filament tipis.
Filament tipis (penampang 8 nm), tersusun terutama atas aktin,

13
tropomyosin, dan troponin. Filament tebal (penampang 12-16 nm ),
tersusun terutama atas miosin. Dalam suatu sarkomer, filament tebal
terletak dibagian tengah sarkomer, sedangkan filament tipis terletak di
bagian pinggir sarkomer. Namun karena filament-filamen tersebut
tersusun paralel, maka ada daerah pada sarkomer yang hanya tersusun
atas filament tipis atau filament tebal saja, da nada daerah yang tersusun
atas filament tipis dan tebal bersama-sama secara tumpeng tindih.
Keadaan inilah yang menyebabkan gambaran gelap terang pada otot
rangka.

2. Struktur Filamen Tipis (Filamen Aktin)

Filament tipis tersusun terutama atas aktin, trompomiosin, dan


troponin. Aktin berada sebagai suatu filament panjang (aktin F) tersusun
atas sarkomer aktin globuler (aktin G). Setiap filament tipis terdiri dari
dua filament aktin yang saling terpilin dalam suatu bentukan spiral
ganda. Suatu sifat khusus dari semua molekul aktin G adalah struktue
asimetrinya. Bila molekul aktin G berpolimeriasi untuk membentuk aktin
F, maka mereka saling berikatan belakang dengan depan, sehingga
menghasilkan suatu filament dengan polaritas yang berbeda. Disamping
itu setiap aktin G mengandung suatu tempat pelekatan miosin (myosin
binding sel).

14
Gambar2.4 Struktur Filament Tipis (Sherwood,2012 : 199)

Tropomyosin pada suatu filament tipis merupakan suatu benang


panjang (panjang 40 nm), tersusun atas 2 polipeptida yang membentuk
suatu spiral α. Rantai polipeptida ini saling berpilin satu sama lain. Pada
setiap filament tipis terdapat dua benang trompomiosin yang berjalan di
atas sub unit aktin sepanjang sisi luar alur antara 2 benang aktin yang
terpilin. Fungsi trompomiosin adalah menutup tempat perletakan miosin
pada molekul aktin pada saat otot istirahat. Troponin pada suatu filament
tipis merupakan suatu kelompok 3 subunit, yaitu subunit TnT (yang
melekat erat pada tropomyosin ), subunit TnC (yang berfungsi mengikat
ion kalsium), dan subunit TnI (yang berfungsi menghambat interaksi
antara aktin dan miosin). Suatu kompleks troponin melekat pada satu
tempat khusus pada trompomiosin. Setiap molekul tropomyosin
menutupi 7 molekul aktin G, akan dibatasi oleh satu kompleks troponin.

3. Struktur Filamen Tebal (Filamen Miosin)


Suatu filamen tebal tersusun atas molekul-molekul miosin.
Miosin merupakan suatu molekul besar seperti batang tipis (panjang
kurang lebih 200 mm dan diameter 2-3 mm) yang tersusun atas dua spiral
peptida yang saling terpilin. Setiap molekul miosin pada salah satu
ujungnya memiliki bulatan kecil yang disebut jembatan silang (cross
bridge) yang menonjol keluar filamen tebal. Untuk memudahkan,
biasanya molekul miosin digambarkan seperti tongkat golf, di mana
bagian yang melengkung adalah jembatan silangnya.

15
Gambar 2.5 struktur filament tebal (a) molekul miosin, (b) filament tebal
(Sherwood, 2012: 198)

D. Proses Kontraksi Otot Rangka


Teori kontraksi otot yang banyak diterima pada saat ini adalah teori
pergeseran(sliding theory), yang didasarkan pada hipotesis ―sliding filament‖
yang dikemukakan oleh H.E Huxley dan J. Hanson, dan oleh A.F. Huxley dan
R. Needergerke tahun 1954. Hipotesis ini terutama berdasarkan penemuannya
bahwa pada saat sarkomer Memendek, panjang filamen tipis dan tebal tidak
berubah, mereka Nampak interdigitate, dan numpang tidih antaa filament tipis
dan tebal terjadi pada seluruh sarkormer. Yang berperan dalam kontraksi otot
adalah filament aktin dan miosin, bila otot berkontraksi, maka filament aktin
akan bergeser kea rah tengah sarkomer, sedangkan filament miosin tetep pada
tempatnya. Yang menyebabkan fiamen aktin bergeser adalah aktivitas
jembatan silang miosin.

Untuk memahami proses kontraksi otot, dalam keadaan istirahat,


tempat pelekatan miosin pada molekul aktin tertutup oleh tropomiosin.
Molekul tropomiosin diikat pada tempat pada tempatnya oleh troponin.
Kontraksi akan dimulai apabila tropomiosin yang menutupi tempat perlekatan
miosin pada aktin dipindah, dan ini terjadi apabila topinin(Subunit TnC)
menerima ionCa++, maka posisinya akan berubah, dan perubahan ini akan di
ikuti oleh berubahnya posisi tropomiosin sehingga tampat perekatan miosin

16
terbuka. Terbukaya tempat perektan miosin pada aktin ini akan diikuti oleh
menempelnya jembatan siang miosin pada tempat perlekatn miosin tersebut.
Dengan bantuan energi dari pemecah ATP oleh ATP-ase menjadi ADP+PI,
maka jembatan silang akan menarik filament aktin kea rah tengah sarkomer.
Dengan demikian akan terjadi kontraksi otot.

Dasar utama teori jembatan silang adalah, bahwa kepala miosin


―mendayung‖ sepanjang filament aktin dan menariknya kearah tengah
sarkomer. Dasar fisikal kekuata aktin. Dasar fisikal kekuatan pergeseran
adalah siklus pembentukan dan pembongkaran gandengan aktomiosin (siklus
jembatan silang miosin) antara kepala miosin (jembatan silang miosin)
dengan monomer aktin. Suatu kepala miosin pertama-tama melekat pada
suatu monomer aktin dan kemudian mengalami suatu perubahan vektorial
dalam konfigurasi atau orientasi sehingga filament aktin di tarik kearah
tengah sarkomer. Jembatan silang kemudian terlepas, kembali ke posisi
semula dan siap memulai siklus dengan melekat pada monomer aktin
berikutnya. Jadi nampak di sini bahwa suatu pemendekan sarkomer
memerlukan pengulangan (ratusan ) siklus jembatan silang. Setiap siklus
jembatan silang akan menggeser filament aktin sejauh 10 nm dan
memerlukan energy dari satu ATP. Satu hal yang penting dari model ini
adalah bahwa aktomiosin dibentuk secara tidak kekal, dan ATP akan dipecah
hanya apabila satu siklus jembatan silang selesai.

Satu siklus jembatan silang terdiri dari:

1. prelekatan jembatan silang miosin dengan aktin

2. gerakan jembatan silang menggeser filament aktin kearah tengah sarkomer


dengan menggunakab energy dari ATP, sampai jembatan silang miring
900

3. perletakan jembatan silang miosin dengan aktin akan terlepas bila


jembatan silang menerima ATP baru.

17
Siklus jembatan silang tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Otot dalam keadaan istirahat, tropomyosin menutup tempat perletakan


miosin pada fibriler. ATP dihidrolisis oleh ATP- ase miosin; namun
ADP dan Pi masih tetap melekat pada miosin; energy tersimpan dalam
jembatan silang.
2) Bila Ca++ dibebaskan ke sarkoplasma karena perangsangan (eksitesi); dan
ditangkap troponin subunit TnC, maka tropomyosin akan bergeser dan
tempat lekat miosin pada aktin terbuka, sehingga jembatan silang
berlekatan dengan aktin.
Atau:
Bila tidak ada perangsangan, maka tidak ada pembebasan Ca++ , tidak ada
perlekatan aktin miosin, otot tetap beristirahat.
3) Jembatan silang mengangguk, dengan menggunakan energy dari
pemecahan ATP, ADP dan Pi dibebaskan ke luar jembatan silang.
4) Bila jembatan silang menerima ATP baru maka jembatan silang akan
terlepas dari aktin, dan kembali ke posisi semula.
Atau:
Bila ATP baru tidak tersedia (setelah mati), aktin dan moosin tetap
berlekatan, sehingga terjadi ―rigor kompleks‖.

E. Peranan ion kalsium dalam kontraksi otot


Setiap ujung akson saraf motor akan berakhir pada sel otot.
Persambungan (sinapsis) antara ujung akson dengan sel otot ini dikenal
sebagai cawan ujung motor atau persambungan saraf otot (neuromuscular
junction). Bila impuls saraf sampai pada ujung akson saraf motor, impuls
akan memicu pembebasan asetilkolin, yaitu suatu neurotransmiter pada ujung
prasinaps saraf motor.

Asetilkolin akan menyebar ke celah sinaps, kemudian akan melekat


pada reseptor yang terdapat pada membran subsinaps. Interaksi antara
asetilkolin dengan reseptor akan menyebabkan peningkatan permeabilitas

18
membran sel otot (sarkolema) terhadap ion Na+, sehingga menimbulkan
depolarisasi pada sarkolema. Depolarisasi ini akan dirambatkan sebagai
impuls sepanjang sarkolema. Impuls yang melalui tubulus T ini akan
menyebabkan ion kalsium (Ca++) yang tersimpan dalam retikulum-
sarkoplasma dibebaskan kedalam sitoplasma, Ca++ yang tersebar dalam
sitoplasma tersebut kemudian melekat pada troponin (subunit TnC). Akibat
dari melekatnya Ca++ pada troponin ini, maka tropomiosin akan bergeser,
sehingga tempat perlekatan miosin pada aktin terbuka. Dengan terbukanya
tempat perlekatan miosin ini maka jembatan silang miosin akan melekat pada
aktin (terbentuk aktomiosin). Melalui siklus jembatan silang yang berkali-kali
(50 sampai 100 kali), maka akan terjadilah proses kontraksi. Kontraksi akan
berakhir apabila Ca++ yang melekat pada troponin secara aktif ditarik kembali
ke dalam retikulum sarkoplasma. Terlepasnya Ca++ dari troponin akan
menyebabkan molekul tropomiosin menutup kembali semua tempat
perlekatan miosin pada filamen aktin, dan otot kembali relaksasi. 6

Gambar 2.6 Ion Kalsium yang Tersimpan dalam Reticulum


Sarcoplasmic

6
Anthony L. Meschel, Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas, Ed. 12, (Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2009), hlm. 186.

19
F. Peranan ATP dan Fosfagen dalam Kontraksi Otot

Otot merupakan salah satu jaringan tubuh yang membutuhkan energi


ATP. Energi tersebut digunakan otot untuk kontraksi sehingga menimbulkan
gerakan-gerakan sebagai aktivitas fisik. ATP yang dikenal dengan
kepanjangan Adenosine Triphosphate dan PC dengan kepanjangan
Phospocreatine, merupakan sumber energi yag sudah terdapat di dalam otot.
Sumber energi ini merupakan suatu ikatan yang sangat penting pada setiap
reaksi yang menghasilkan energi. guna mendukung suatu aktivitas. Sehingga,
sifat aktivitas ototnya ―anaerobic‖.

ATP diperoleh dari makanan yang kita makan melalui proses system
pencernaan. Jadi sumbernya adalah karbohidrat, protein, dan lemak yang
sudah dicerna menjadi nutrisi.ATP dibuat dan disimpan didalam sel otot yang
dikenal dengan nama mitokondria. Menurut Fox (1984:16) mitokondria ini
dapat diumpamakan sebuah pabrik tenaga kecil yag memiliki enzim khusus
yang dapat mengolah sari makanan dan mengubah energy pada makanan
menjadi ATP. Jadi, ATP merupakan suatu zat berenergi tinggi yang
digunakan otot untuk kontraksi.

ATP termasuk energy kimia yang dapat segera digunakan untuk


aktivitas otot, struktur kimia dari ATP digambarkan sebagai molekul yang
terdiri dari satu molekul Adenosine dan tiga rangkaian Phosphate yang saling
berkaitan satu sama lain. Apabila terdapat rangsang, ATP tersebut pecah
sehingga menghasilkan energi yang dapat langsung digunakan untuk
kontraksi otot.

Secara skematis proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

ATP---- ADP + Energi

Sedangkan struktur pecahnya ATP dapat digambarkan sebagai berikut :

20
Proses penguraian ATP sebagai berikut:

ATP—> ADP + Pi + Energi

Keterangan :

ATP = Adenosine Triphosphate

ADP = Adenosine Diphosphate

Pi = Phosphat inorganic

Energi= Energi untuk kontraksi otot

Kontraksi otot memerlukan energi. Energi yang digunakan disuplai


dalam bentuk energi kimia. Energi ini diambil dari molekul ATP (adenosin
trifosfat) dan kreatin fosfat (CP) yang berenergi tinggi. Energi ini
menggerakkan filamen penghubung antara aktin dan miosin. Kreatin fosfat
menyumbangkan fosfor pada ADP selama otot berkontraksi. ATP yang
dihidrolisis akan terurai menjadi ADP , ADP ini pun juga akan terurai
menjadi AM P (adenosin monofosfaf).

ATP ADP + P + E

ADP AMP + P + E

Jumlah ATP didalam otot antara individu yang satu dengan


individu yang lain tidak sama. Menurut Soegiardo7, semakin banyak ATP
yang pecah semakin kuat pula otot berkontraksi. Tenaga yang ditimbulkan
7
Tjalek Soegiardo, Energi Sistem, (Yogyakarta: Seminar fakultas, 1993) hlm.3

21
oleh pecahnya ATP dapat meyebabkan aktin dan myosin saling mendekat
sehingga menyebabkan otot memendek. Bila intensitas kerja otot cukup
tinggi, maka kontraksi otot tidak dapat berlangsung lama, akibatnya
jumlah ATP di dalam otot akan mejadi berkurang, bahkan bisa sampai
habis. Jumlah ATP didalam otot biasanya akan habis digunakan setelah 2-
4 kali kontraksi terus menerus, sedangkan jumlah ATP yang tersedia
hanya cukup digunakan untuk 1-2 detik pada aktivitas maksimum.
Dengan demikian perlunya sumber lain untuk memasok energy tersebut.

Sumber lain tersebut berasal dari system bantuan dalam otot yang
secara konstan membentuk ATP kembali dari ADP yang sudah ada
sehingga jumlah ATP tetap cukup bagi otot untuk melanjutkan aktivitas, .
bantuan tersebut berasal dari Phosphocreatine (PC). Phosphocreatine
adalah energy kimia yang dapat dengan sangat cepat mengubah kembali
ADP menjadi ATP dengan Proses sebagai berikut.

Phosphocreatine + ADP -- Kreatine + ATP

Fosfokreatin (keratin fosfat) adalah senyawa kimia yang


mempunyai ikatan fosfat berenergi tinggi, dengan rumus : keratin -P3-.
Senyawa ini dapat dihancurkan menjadi keratin dan ion fosfat, melepaskan
energy dalam jumlah besar. Kebanyakan sel otot mempunyai fosfokreatin
2 atau 4 kali lebih bayak dibadingkan ATP. Gabungan dari sel ATP dan sel
fosfokreatin disebut sistem energy. Fosfagen dapat menyediakan daya otot
maksimal selama 8-10 detik.

Terdapat tiga jalur biokimia yang menyediakan ATP untuk


kontraksi otot yaitu :

1. Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari keratin fosfat simpanan ke


ADP, yang merupakan sumber pertama ATP pada permulaan
olahraga.

22
2. Fosforilasi oksidatif, yang secara efisien mengekstrasi sejumlah besar
ATP dari molekul nutrient jika tersedia cukup O2 untuk menunjang
sistem ini.

3. Glikolisis, yang dapat mensintesis ATP walaupun tidak tersedia O2


tetapi menggunakan banyak glikogen dan dalam prosesnya
menghasilkan asam laktat

G. Struktuk Otot Polos

Otot polos disebut sebagai otot tak sadar (otot viseral). Istilah viseral
ini mengacu kepada organ internal, yang banyak mengandung sel otot
polos.umumnya, otot polos bertindak untuk mendororng zat-zat melalui organ
dengan kontraksi dan relaksasi. Disebut otot polos karena tidak memiliki
garis atau pita seperti halnya pada otot rangka. Sel otot polos lebih pendek
dari sel otot rangka. Berbentuk spindle,lonjong, tidak berlurik dan meruncing
pada ujungnya dan hanya memiliki satu nukleus yang terletak ditengah.
Dikelilingi membrane basalis dan jaringa ikat retikuler. Panjang bervariasi
berkisar 20 μm pada pembuluh darah kecil hingga 500μm pada uterus dalam
keadaan hamil. Inti 1 di sentral, serat otot lebih kecil dari otot skelet. Tidak
memiliki sarkomer dan T-tubules. 8

Otot polos terdapat di bola mata, dinding usus, dinding lambung


(gaster stomach, kandung kemih, peranakan (uterus), dinding pembuluh
darah, dan organ dalam lainnya. Otot ini mempunyai sel menyerupai butir
beras dan fungsinya diatur oleh system saraf tak sadar. Meskipun implus saraf
dapat menyebabkan kontraksi, otot polos umumnya tidak dapat dirangsang
untuk berkontraksi oleh saraf sadar sehingga disebut sebagai otot tak sadar
Maka walaupun otot diusus seseorang bergerak, yang bersangkutan tidak
akan merasakanya.9

8
Raimundus chalik, Anatomi Fisiologi Manusia, modul bahan ajar cetak farmasi (Pusdik SDM
Kesehatan, 2016) hlm 44
9
Daniel S. Wibowo, Anatomi Tubuh Manusia, (Palembag: Grasindo,2008)hlm 39

23
Memiliki filamen tebal, tipis dan sedang. Filamen tebal dan tipis
saling menyilang membentuk kisi-kisi. Filamen tebal terdiri dari miosin yang
serupa dengan miosin pada otot skelet. Filamen tipis terdiri dari aktin,
tropomiosin dan kalmodulin. Kalmodulin merupakan suatu Ca binding
protein. Filamen sedang terdiri dari desmin yang merupakan protein utama
semua otot polos, dan vimentin sebagai komponen tambahan pada otot polos
vascular.

24
Gambar 2. Mikroskopis Sel Otot Polos

Sel otot polos memiliki tiga jenis filamen:

1. Tebal filamen miosin yang lebih panjang dari pada otot rangka.

2. Filamen aktin tipis yang mengandung tropomiosin tetapi kekurangan


tropopin,

3. Filamen berukuran sedang yang secara tidak langsung berpartisipasi


dalam kontraksi tetapi merupakan bagian dari sitoskeletal yang
mendukung bentuk sel.

H. Otot Polos Sebagai Unit Jamak

Otot polos multiunit atau unit jamak menunjukkan sifat-sifat antara


otot rangka dan otot polos unit tunggal. Sesuai dengan namanya otot polos
multiunit terdiri dari beberapa unit terpisah yang berfungsi secara independen
satu sama lain dan harus distimulasi secara terpisah oleh saraf untuk
menjalani potensi aksi dan kontraksi, mirip dengan unit motorik otot ragka.
Jadi, aktivitas kontraktil dikedua otot rangka dan otot polos multiunit
neurogenik artinya kontraksi pada jenis otot ini dimulai hanya sebagai
respons terhadap rangsangan oleh saraf yang memasok otot. Sedangkan otot
rangka dipersarafi oleh system saraf somatic, otot polos multiunit disuplai
oleh system saraf otonom tak sadar.

25
Otot polos multiunit ditemukan di dinding pembuluh darah besar, di
saluran udara kecil ke paru, di otot mata yang menyesuaikan lensa untuk
penglihatan dekat atau jauh, di iris mata (mengubah ukuran pupil untuk
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk ke mata) dan di folikel rambut,
kontraksi yang menyebabkan "bulu kuduk merinding". 10

Gambar 3. Perbandingan peran kalsium dalam menyebabkan kontraksi


pada otot

I. Otot polos sebagai unit tunggal

Otot Polos dibedakan secara anatomi dari otot rangka dan otot jantung
karena tidak memiliki cross-striations (aktin dan miosin tidak diatur dalam
susunan regular). Otot polos dikategorikan sebagai otot multiunit polieter dan
visceral. Kontraksi otot polos secara kontinyu diatur oleh impuls saraf dan
kontraksi spontan sangat jarang terjadi. Contoh otot polos adalah otot siliaris
mata, iris mata, dan otot polos pada beberapa pembuluh darah besar.

10
Sherwood. L. 2012. Fundamentals of Human Physiology 4th Edition. USA: Brooks/Cole,
Cengage Learning. Hlm 221

26
Sel otot polos memiliki sedikit tubulus-T yang memberikan aliran
listrik ke retikulum sarkoplasma. Namun, sarkolema otot polos memiliki
kantung sakus (caveolae) yang mungkin sebagai kanal kalsium yang
berkolerasi dengan kanal kalsium. Ion kalsium dilepaskan dari reticulum
sarkoplasma ke dalam mioplasma saat terdapat stimulasi neurotransmitter,
hormone dan obat-obat pengikat reseptor pada sarkolema. Kanal ion kalsium
pada reticulum sarkoplasma dari otot polos termasuk reseptor ryanodine dan
inositol 1,4,5-triphospate (IP3). Neurotransmitter atau hormon yang berikatan
dengan reseptor bisamengaktivasi phospholipase C diikuti oleh generasi dari
pesan kedua oleh IP3. Kanal IP3 teraktivasi ketika hormone terikat pada
reseptor bebas kalsium di reticulum sarkoplasma sel otot polos.

Otot polos visceral ditandai oleh selaput sel yang menghubungkan


membrane sel yang berdekatan, membentuk syncytium fungsional yang sering
mengalami kontraksi spontan sebagai satu kesatuan tidak adanya stimulasi
saraf. Potensial aksi spontan ini sangat menonjol pada struktur tubular yang
berperan untuk gerakan peristaltic di tempat-tempat seperti empedu, ureter dan
saluran gastrointestinal. Plateau dari potensial aksi otot polos visceral bisa
terjadi selama 30 detik di area ureter dan rahim. Potensi transmembrane dalam
kondisi istirahat kira-kira 260 mV, kira-kira 30 mV kurang negatif
dibandingkan otot rangka. Stimulasi oleh tidak adanya inervasi ektrinsik, otot
polos menjadi lebh sensitive terhadap hormone dan faktor jaringan. Sebagai
contoh, spasme otot polos bisa bertahan selama beberapa jam sebagai respon
terhadap norepinefrin atau hormone atidiuretik, yang menyebabkan faktor
lokal seperti penurunan oksigen atau akumulasi ion hydrogen akan
menyebabkan vasodilatasi. Faktor lokal dan hormone dapat menyebabkan
kontraksi otot polos melalui mekanisme aktivasi transport ion kasium. Obat
relaksasi otot polos bekerja dnegan meningkatkan konsentrasi siklik adenosine
monophosphate atau siklik guanosine monophosphate intraseluler.11

11
Indrayani, Made dr. Putu Agus Surya Panji, Neuromuscular Physiology 2017

27
Otot polos unit tunggal termasuk aktivitas miogenik (aktivitas
produksi otot), berbeda dengan aktivitaas neurogenic otot rangka dan otot
multiunit. Potensi gelombang lambat spontan. Secara bertahap bergantian
perubahan depolarisasi.

Gambar 4. Aktifitas Listrik yang ada pada Otot Polos

Pada gambar a menjelaskan bahwa potensi alat pacu jantung,


membran berangsur-angsur menurun keambang batas secara berkala tanpa
rangsangan saraf. Depolarisasi regular ini secara bertahap mengalami
perubahan potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi yang diinduksi sendiri.
Ledakan potensial aksi terjadi jika ayunan depolarisasi membawa membrane
keambang batas.

28
Potensi gelombanng lambat spontaneous secara bertahap bergantian
perubahan depolarisasi dan hiperpolarisasi dalam potensi mekanisme yang
diketahui. Mekanisme ini hanya terjadi diotot polos saluran pencernaan.
Potensi gelombang lambat diprakarsai oleh kelompok khusus sel alat pacu
jantung non-otot di dalam dinding saluran pencernaan dan menyebar ke sel
otot polos yang berdekatan melalui sambungan celah. Potensi dipindahkan
lebih jauh dari ambang batas selama setiap ayunan hiperpolarisasi dan lebih
dekat ke ambang batas selama setiap ayunan depolarisasi. Potensi tindakan ini
menyebabkan kontraksi yang diinduksi secara miogenik. Akan tetapi, ambang
batas tidak selalu tercapai, sehingga potensi gelombang lambat yang
berosilasi dapat berlanjut tanpa menimbulkan potensi aksi dan aktivitas
kontraaktil. 12

J. Kontrakasi otot polos

Otot Polos mengandung aktin dan myosin, tetapi tidak seperti otot
rangka, otot polos memiliki troponin yang lebih sedikit. Pada otot rangka
kalsium terikat dengan troponin untuk mengawali cross-bridging, pada otot
polos kalsium akan membentuk kompleks dengan calmodulin yang akan
mengaktifkan enzim untuk fosfolirase dari myosin. Myosin ini memiliki
aktivitas ATPase, dan aktin akan bergerak diatas myosin untuk menghasilkan
kontraksi.

Sumber dari kalsium pada otot polos berbeda dengan otot rangka
karena reticulum sarkoplasma pada otot polos kurang berkembang. Sebagian
besar kalsium yang menyebabkan kontraksi otot polos masuk dari cairan
ekstraseluler pasa saat potensial aksi. Waktu yang diperlukan untuk difusi ini
adalah 200-300 ms, yang mana kira-kira 50 kali lebih lamadari pada otot
rangka. Selanjutnya relaksasi otot polos dicapai dengan transportasi ion

12
Sherwood. L. 2012. Fundamentals of Human Physiology 4th Edition. USA: Brooks/Cole,
Cengage Learning. Hlm 222

29
kalsium yang dipompa kembali ke dalam cairan ekstraseluler atau ke dalam
reticulum sarkoplasma. Pompa ion kalsium ini berlangsung lambat jika
dibandingkan dengan pompapada reticulum sarkoplasma otot rangka.
Sehingga kontraksi otot polos seringkali timbul dalam hitungan detik buka
milidetik. Tidak seperti otot rangka, otot polos jarang mengalami atrofi jika
mengalami kerusakan namun otot menjadi lebih responsive terhadap
rangsangan normal. Hiperssensivitas ini merupakan fenomenan umum yang
sebagian besar terjadi karena adanya sintesis atau aktivasi reseptor yang lebih
banyak.

Pada NMJ sifat yang ada di otot rangka tidak dimiliki oleh otot polos.
Cabang serabut saraf berdifusi di atas serat otot polos tanpa membuat kontak
langsung. Serat saraf ini mensekresikan neurotransmitter ke dalam cairan
interstitial yaitu ruang berukuran beberapa micron di sel otot polos. Dua
neurotransmitter yang berbeda, asetilkolin dan norepinefrin, disekresikan oleh
sistem saraf otonom yang menginervasi otot polos. Asetilkolin adalah
neurotransmiter eksitasi untuk otot polos di beberapa tempat dan berfungsi
sebagai neurotransmitter penghambat di tempat lain. Norepinefrin memiliki
kebalikan dari efek asetilkolin. Hal ini diyakini dengan adanya reseptor
khusus atau reseptor penghambat pada membrane otot polos akan
menentukan respon terhadap asetilkolin atau norepinefrin. Ketika
neurotransmitter berinteraksi dengan reseptor penghambat, potensial
membrane pada serat otot polos menjadi lebih negatif. 13

K. Struktur otot jantung

Sel-sel otot jantung memiliki 1 atau 2 inti. Adhesive Junction Bila vertikal
merah mudaterang pada bagian memanjang, yang terdapat pada sel jantung
untuk mengikat sel-sel pendek bersama-sama dari ujung ke
ujung.Miokardium(Myocardium) jantung vertebrata tingkat tinggi terdiri dari

13
Indrayani, Made dr. Putu Agus Surya Panji,SpAn.KIC. 2017. Neuromuscular Physiology.

30
serabut otot jantung yang berhubungan satu dengan yang lain membentuk
jalinan. Semula otot jantung dianggap sebagai peralihan antara otot polos dan
otot kerangka. Yang jelas bahwa otot jantung tergolong otot bergaris
melintang yang satuannya disebut ―serabut ―. Bangun otot jantung dan otot
kerangka tidak sama dalam beberapa aspek. Hubungan otot jantung melalui
discus interkalatuscukup kuat sehingga sulit dilakukan tepsinguntuk
memperoleh satu serabut secara terpisah. Pada otot kerangka maupun otot
polos hal ini masih mungkin dilakukan.
L. Kontraksi otot jantung

Kontraksi sel otot jantung terjadi oleh adanya potensial aksi yang

dihantarkan sepanjang membran sel otot jantung. Jantung akan berkontraksi

secara ritmik, akibat adanya impuls listrik yang dibangkitkan oleh jantung itu

sendiri. Suatu sifat yang dinamakan autorhytmicity.14 Terdapat dua jenis

khusus sel otot jantung, yaitu: sel kontraktil dan sel otoritmik. Sel kontraktil

melakukan kerja mekanis, yaitu memompa, sedangkan sel otoritmik

mencetuskan dan menghantarkan potensial aksi yang bertanggung jawab

untuk kontraksi sel-sel pekerja. Berbeda dengan sel saraf dan sel otot rangka

yang memiliki potensial membran istirahat. Sel-sel khusus jantung tidak

memiliki potensial membran istirahat, tetapi memperlihatkan aktivitas

―pacemaker‖ (picu jantung), berupa depolarisasi lambat yang diikuti oleh

potensialaksi apabila potensial membran tersebut mencapai ambang tetap.

Dengan demikian, timbulah potensial aksi secara berkala yang akan

menyebar keseluruh jantung dan menyebabkan jantung berdenyut secara

teratur tanpa adanya rangsangan melalui saraf.

14
Maria lousiana, miftah irramah. 2017. Mycadial stunning.. Fakultas kedokteran : univ andalas.
Vol. 40. No. 2, hal 100-110

31
Kontraksi sel otot jantung dalam siklus di picu oleh aksi potensial
yang menyebar ke seluruh membran sel otot. Terdapat dua jenis sel otot
jantung yaitu :15

1. Sel kontraktil yang membentuk 99% dari sel-sel otot jantung, melakukan
kerja mekanis memompa darah. Dalam keadaan normal, sel ini tidak
membentuk
sendiri potensial aksinya.
2. Sel otoritmik, yang tidak berkontraksi tapi khusus memulai dan
menghantarkan potensial aksi yang menyebabkan kontraksi sel-sel jantung
kontraktil. Sel otoritmik jantung merupakan sel ototkhusus yang berbeda
dari sel saraf dan sel otot rangka di mana sel otoritmik jantung tidak
memiliki potensial istirahat. Sel ini memperlihatkan aktivitas pemicu yaitu
potensial membran secara perlahan terdepolarisasi sampai ke ambang
(potensial pemicu). Dengan siklus yang berulang tersebut, sel otoritmik
memicu potensial aksi yang kemudian menyebar ke seluruh jantung untuk
memicu denyut berirama tanpa rangsangan saraf apapun.

Sel-sel jantung otoritmik ini membentuk area tersendiri di:

1. Nodus Sinoatrial (nodus SA), suatu daerah kecil khusus di dinding atrium
kanan dekat pintu masuk vena cava superior.
2. Nodus Atrioventrikuler (nodus AV), suatu berkas kecil sel-sel otot jantung
khusus yang terdapat pada dasar atrium kanan dekat septum, tepat diatas
pertemuan atrium dan ventrikel.
3. Berkas His (berkas atrioventrikuler), suatu jaras sel-sel khusus yang
berasal dari nodus AV dan masuk ke septum antar ventrikel. Disini berkas
tersebut terbagi menjadi cabang berkas kanan dan kiri yang turun
menyusuri septum, melengkung mengelilingi ujung rongga ventrikel dan
berjalan balik kearah atrium di sepanjang dinding luar.

15
Lili irawati. 2015. Aktifitas listrik pada otot jantung. Fakl kedokteran : univ andalas padang. Vol
4(2)

32
4. Serat Purkinje, serat-serat halus terminal yang menjulur ke seluruh
miokardium ventrikel seperti ranting kecil dari suatu cabang pohon.

Potensial Aksi Sel Otoritmik Jantung

1. Fase 0 (Depolarisasi Cepat) Dibawah keadaan normal, serat otot jantung


dapat
berkontraksi sekitar 60-100 kali/menit oleh karena impuls listrik yang
dihasilkan oleh nodus SA.Aksi ini merubah potensial istirahat membran
danmembiarkan masuknya aliran Na+ (sodium) secaracepat ke dalam sel
melalui natrium channel. Dengan masuknya ion natrium (bersifat positif)
ke dalam sel, maka potensial dalam membran sel akan menjadi lebih
positif sehingga ambang potensialnya akan naik (depolarisasi) sekitar 30
mV.
2. Fase 1 (Repolarisasi Awal) Segera setelah fase 0, channel untuk ion K+
(potassium) terbuka dan melewatkan ion kalium keluar dari dalam sel. Hal
ini membuat potensial membran sel menjadi lebih turun sedikit.
3. Fase 2 (Plateu) Segera setelah repolarisasi awal, untuk mempertahankan
ambang potensial di membran sel maka ion kalsium (Ca+) akan segera
masuk
sementara ion kalium tetap keluar. Dengan begini, ambang potensial
membran sel akan tetap datar untuk mempertahankan kontraksi sel otot
jantung.
4. Fase 3 (Repolarisasi Cepat) Aliran lambat ion kalsium berhenti, akan
tetapi aliran ion kalium yang keluar membran sel tetap terjadi sehingga
potensial membran menjadi turun (lebih negatif) dan disebut dengan
repolarisasi.
5. Fase 4 (Istirahat/resting state) Potensial membran menjadi ke fase istirahat
dimana potensialnya sekitar – 90 mV. Dikarenakan ion natrium yang
berlebihan di dalam sel dan ion kalium yang berlebihan di luar sel
dikembalikan ke tempat semula dengan pompa natrium-kalium, sehingga
ion natrium kembali ke luar sel dan ion kalium kembali ke dalam sel. Pada

33
otot jantung, ion Na+ mudah bocor sehingga setelah repolarisasi, ion Na+
akan masuk kembali ke sel disebut depolarisasi spontan (nilai ambang dan
potensial aksi tanpa memerlukan rangsangan dari luar). Sel otot jantung
akan mencapai nilai ambang dan potensial aksi pada kecepatan yang
teratur disebut Natural Rate / kecepatan dasar membran sel.
M. Gangguan pada sistem otot

1. Fibrosis
Menumpuknya serat kolagen yang jumlahnya berlebihan pada ototyang
secara normal tidak ada. Dengan adanya jaringan fibrosa maka otot akan
degenerasi sehingga tidak bias berkontraksi.
2. Fibrositis
Peradangan jaringan fibrosa, menyebabkan rasa sakit karena terjadi
kekacauan pada jarinagn fibrosa dan otot yang dilapisinya.
3. Distrofi otot
Degenerasi otot yang diturunkan dan menyebabkan otot rangka menjadi
lemah sehingga penderita seperti mengalami kelumpuhan.
4. Hipertrofi otot, merupkaan kelainan otot yang disebabkan otot menjadi
lebih kuat karena sering digunakan, misalnya pada binaragawan.
5. Hernia abdormal, kelainan terjadi apabila dinding otot avdominal sobek
dan menyebabkan usus melorot masuk ke rongga perut.
6. Tetanus merupakan penyakit yang menyebabkan otot menjadi kejang
karena bakteri tetanus.
7. Miastenia grafis
Keadaan melemahnya otot rangka terutama daerah muka dan tenggorokan
yang disebabkan gangguan pada persambungan safaf otot.
8. Myositis
Peradangan oto yang menyerang serat-serat otot, sehingga otot menjadi
lemah.
9. Tendinitis

34
Tendinitis merupakan kondisi peradangan atau iritasi yang terjadi pada
tendon, yaitu jaringan yang menghubungkan otot ke tulang. Gangguan ini
mempengaruhi fungsi otot.
10. Atrofi otot
gangguan system gerak pada manusia yang menyerang otot sehingga
menyebabkan penyusutan massa otot.
11. Myalgia atau yang sering disebut dengan nyeri otot merupakan salah satu
masalah system gerak pada manusia yang menyerang otot dan cukup
seringdialami.
12. Fibromyalgia
Hamper sama dengan Myalgia yang menimbulkan rasa nyeri pada otot
hanya saja fibromyalgia bias menyebabkan nyeri otot terasa di sekujur
tubuh secara bersamaan.

35
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Otot merupakan suatu organ/alat yang dapat bergerak, Otot dibedakan


menjadi 3 jenis, yaitu (1) otot rangka, (2) otot polos, dan (3) otot jantung.
Otot umumnya bekerja dalam kelompok untuk menghasilkan berbagai
gerakan tubuh. Dua kelompok otot atau lebih dapat bekerja antagonis atau
sinergis. Otot rangka tersusun atas sel-sel yang panjang dan tidak bercabang,
yang disebut otot (muscle fiber). Otot membutuhkan energi ATP yang
digunakan otot untuk kontraksi sehingga menimbulkan gerakan-gerakan
sebagai aktivitas fisik. Gangguan system otot meliputi fibrosis, fibrositis,
distrofi otot, hipertrofi otot, Hernia abdormal, tetanus, Miastenia grafis,
myositis, tendinitis, atrofi otot, myalgia, fibromy algia

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga penulis bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari
pembaca sebagai bahan pertimbangan dikemudian hari, serta semoga
bermanfaat bagi pembaca.

36
DAFTAR PUSTAKA

Anthony L. Meschel,2009. Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas, Ed. 12,
(Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Daniel S.2008. Wibowo, Anatomi Tubuh Manusia, (Palembag: Grasindo)

Gabriella Bambang R. L. dan Miranti. 2019. Hubungan Kekuatan Otot dan Massa
Otot dengan Proses Penuaan pada Individu Lanjut Usia Yag Sehat
Secara Fisik. Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 5 No. 1

Gerard, J. Torotora dan Bryan Derrickson, 2009, Principles of Anatomy and


Physiology, (America: John Wiley & Sons, Inc.),

Indrayani, Made dr. Putu Agus Surya Panji, Neuromuscular Physiology 2017

Lauralee Sherwood. 2006. Fundamental of Human Physiology. 4th Edition.


Departement of Physiology and Pharmacology, West Virginia University

Lili irawati. 2015. Aktifitas listrik pada otot jantung. Fakl kedokteran : univ
andalas padang. Vol 4(2)

Maria lousiana, miftah irramah. 2017. Mycadial stunning.. Fakultas kedokteran :


univ andalas. Vol. 40. No. 2

Raimundus chalik,2016, Anatomi Fisiologi Manusia, modul bahan ajar cetak


farmasi (Pusdik SDM Kesehatan)

Sonny J.R Kalangi. 2013. Histologi Kulit. Fakultas Kedokteran: Univ Sam
Ratulangi Manado

Sunny wangko. 2014. Jaringan otot rangka (membrane dan struktur halus unit
kontraktil. Fakultas kedokteran : univ sam ratulangi manado.

Tjalek Soegiardo, Energi Sistem, (Yogyakarta: Seminar fakultas, 1993)

Ville dkk. 1984. Zoologi Umum. PT Gelora Aksara Pratama. Jakarta.

37
Lampiran

REVIEW JURNAL

Judul Hubungan Penurunan Kekuatan Otot dan Massa Otot


dengan Proses Penuaan pada Individu Lanjut Usia
yang Sehat Secara Fisik
Jurnal Jurnal Kesehatan Tadulako
Volume dan halaman Vol. 05 No. 1
Tahun terbit Januari 2019
Penulis Gabriella Bamba Ratih Lintin dan Miranti
Reviewer 1. Fitria Anggraini
2. Binti Musrifah
3. Kurnia Azizah
4. M. Mab’asul Fikri
Tanggal 31 Maret 2021
Tujuan penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
penurunan kekuatan otot dan massa otot dengan
proses penuaan pada individu lanjut usia yang sehat
secara fisik.
Pendahuluan Penurunan kekuatan otot merupakan faktor
penting terhadap penurunan aktivitas fungsional dan
terjadinya disabilitas pada lanjut usia. Untuk
meningkatkan kekuatan otot tersebut diperlukan
latihan fisik (Visser et al., 2005). Massa otot, kekuatan
otot, serta pengaruh infiltrasi lemak dalam otot dapat
dimodifikasi melalui latihan gerakan dan intervensi
farmakologi. Suplemen hormon, intervensi nutrisi, dan
latihan kekuatan paling sering digunakan untuk
meningkatkan massa otot dan kekuatan otot serta
dapat menurunkan jumlah infiltrasi lemak dalam otot.

38
Untuk mencegah atau memperlambat penurunan
fungsi fisik dengan penuaan, penting untuk
mengetahui komponen otot mana yang secara
independen sangat berkontribusi pada kehilangan
fungsional. Oleh karena itu, akan membantu
mengoptimalkan strategi yang berfokus pada otot,
karena berbagai aspek integritas otot dapat merespons
berbagai perlakuan (Visser et al., 2005). Di negara-
negara Skandinavia, para dokter menyarankan
mengikuti latihan untuk meningkatkan kebugaran
yang memungkinkan individu mempertahankan gaya
hidup aktif dan hidup yang lebih lama. Peningkatan
persentase lanjut usia pada populasi negara maju
termasuk Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang
menghadirkan masalah sosioekonomi. Oleh karena itu
banyak studi yang terfokus pada proses penuaan dari
sistem muskuloskeletal (Burini & Maestá, 2012).
Kekuatan otot
Kekuatan otot didefinisikan sebagai
kemampuan kelompok otot untuk mengerahkan gaya
kontraktil maksimal terhadap resistensi dalam
kontraksi tunggal. Daya tahan otot adalah kemampuan
kelompok otot untuk mengerahkan gaya submaksimal
untuk waktu yang lama (Keller & Engelhardt, 2013).
Proses penuaan mengubah pola serat otot dan ini
menyebabkan perlambatan waktu kontraksi dan
perlambatan kecepatan kontraksi otot.
Kekuatan otot sangat berkorelasi dengan massa otot
namun jumlah massa otot yang sama mampu
menghasilkan tingkat kekuatan yang berbeda. Dengan
demikian, ukuran kekuatan otot yang harus digunakan

39
untuk menentukan penurunan kekuatan otot.
Massa otot
Massa otot dapat dinilai dengan menggunakan
metode seperti antropometri, Bio Impendance
Analysis (BIA), atau Dual Energy X-ray
Absorptiometry (DXA) scan. Akan tetapi pemeriksaan
tersebut tidak dapat membedakan komponen cair dan
padat dari massa otot. Hal tersebut dapat
meningkatkan perkiraan presentasi massa otot skelet
sehingga didapatkan data yang tidak akurat. Namun,
pada beberapa studi dilaporkan adanya korelasi yang
kuat (r> 0,94) antara hasil DXA scan dan MRI
terhadap massa otot (Burini & Maestá, 2012).
Pemeriksaan yang lebih baik untuk menilai massa otot
dapat dinilai dengan Computed Tomography (CT)
atau Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Proses penuaan mempengaruhi penurunan massa
otot dan kekuatan otot
Patofisiologi kehilangan kekuatan otot dan massa
otot oleh proses penuaan merupakan hal kompleks.
Pertambahan usia akan menurunkan kemampuan
sintesis protein otot serta berukrangnya kapasitas
perbaikan yang berefek pada kehilangan massa otot
(Keller & Engelhardt, 2013). Kehilangan massa otot
disebabkan oleh berkurangnya jumlah serabut otot dan
motor unit serta penurunan ukuran serat otot. Jika
serat otot memiliki ukuran sangat minimal, maka akan
terjadi apoptosis oleh karena terjadi denervasi dan
hilangnya neuron. Kehilangan serat otot mengurangi
kapasitas kekuatan otot, metabolisme otot dan
meningkatkan risiko kerusakan otot (Lambert &

40
Evans, 2002).
Salah satu penyebab utama kehilangan kekuatan
dan massa otot dengan proses penuaan adalah
penurunan hormon anabolik seperti testosteron,
dehidroepiandrosteron, growth hormone, dan insulin-
like growth factor-I yang menghasilkan efek katabolik
pada otot dan tulang. Hormonehormon tersebut akan
mengalami perubahan pada usia di atas 50 tahun.
Sehingga penurunan sintesis hormon menyebabkan
perubahan yang nyata pada tubuh manusia.
Menurunnya kekuatan otot disebabkan oleh banyak
faktor. Faktor penyebab yang utama yaitu penurunan
massa otot. Penurunan kekuatan otot ini dimulai pada
40 tahun dan prosesnya akan semakin cepat setelah
usia 75 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh
Colombia University Medical Center menemukan
bahwa menurunkan kekuatan otot pada penuaan
terjadi akibat kebocoran kalsium dari kelompok
protein dalam sel otot yang disebut ryanodine yang
kemudian memicu rangkaian yang membatasi
kontraksi serabut otot. Dengan berkurangnya kalsium
yang tersedia, kontraksi otot melemah. Selain
hilangnya faktor anabolik seperti faktor pertumbuhan
saraf, hormon pertumbuhan, androgen dan estrogen,
dan kurangnya aktivitas fisik, peningkatan factor
katabolic seperti sitokin-sitokin inflamasi seperti IL-
1β, tumor necrosis factor (TNF)-α, dan IL-6 dapat
menyebabkan penurunan massa otot dan kekuatan
otot. Untuk memperbaiki keadaan penurunan massa
dan kekuatan otot tersebut dapat dilakukan dengan
meningkatkan kekuatan otot pada disabilitas lebih

41
efektif secara klinis daripada meningkatkan massa
otot. Penanganan yang efektif dari penurunan massa
otot dan kekuatan otot adalah olahraga, terutama
latihan peregangan atau kekuatan dengan tujuan
meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot. Latihan
peregangan dapat membantu sistem neuromuskular,
dan hormon. Latihan ini juga membantu memperbaiki
kemampuan mengkonversi protein menjadi energi
pada orang tua sekurang-kurangnya dalam dua
minggu. Jumlah, intensitas, dan frekuensi latihan
peregangan yang tepat sangat penting untuk
mendapatkan manfaat dengan risiko yang minimal.
Namun, peningkatan massa otot lebih penting untuk
mendapatkan hasil yang baik juga pada beberapa
studi, seperti protein stores atau thermogenesis
Penutup Pertambahan usia akan menurunkan jumlah dan
ukuran serabut otot skelet sehingga menurunkan
massa otot tersebut secara progresif efeknya adalah
hilangnya kekuatan otot. Untuk mempertahankan
kondisi otot tetap baik maka diperlukan latihan fisik,
asupan nutrisi yang adekuat. Penurunan kekuatan otot
manusia, < 40 tahun, dibandingkan dengan > 40 tahun
berkisar antara 16,6% dan 40,9%
Kelebihan  Pada jurnal dijabarkan secara sistematis dari
permasalahan terjadinya menurunnya fungsi dan
massa otot sampai dengan cara pencegahannya pada
usia lanjut.
 Bahasa yang mudah dipahami sehingga tidak
menimbulkan multitafsir
Kekurangan  Tidak menyertakan gambar yang relefan sehingga

42
mengurangi minat baca pembaca.
 Pembahasan pada pencegahan kurang dijabarkan
secara rinci.

43

Anda mungkin juga menyukai