Anda di halaman 1dari 9

IKLH digunakan untuk menilai kenerja program perbaikan kualitas

lingkungan hidup dan digunakan sebagai bahan informasi dalam mendukung


proses pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup

Kriteria yang digunakan untuk menghitung IKLH adalah (1) Kualitas Air,
yang diukur berdasarkan parameter-parameter TSS, DO, BOD,COD, Total Fosfat,
Fecal Coli, dan Total Coliform;(2) Kualitas udara, yang diukur berdasarkan
parameter-parameter : SO2 dan NO2; dan (3) Kualitas tutupan lahan yang diukur
berdasarkan luas tutupan lahan dan dinamika vegetasi.

Tabel. Kriteria dan Indikator IKLH

No. Indikator Parameter Bobot

1. Kualitas Air Sungai TSS

DO

BOD

COD

Total Fosfat 30%

Feecal Coli

Total Coliform

2. Kualitas Udara SO2

NO2
30%

3. Kualitas Tutupan Lahan Luas Tutupan Lahan


Adan Dinamika
40%
Vegetasi

Struktur dan Indikator Kualitas Lingkungan Hidup

1. Indeks Kualitas Air


Berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115
Tahun 2003 , bahwa salah satu metode untuk menentukan indeks kualitas air
digunakan metode indeks pencemaran air sungai (PIj). Indeks pencemaran air
digunakan untuk menilai kualitas badan air, dan kesesuaian peruntukan badan
air apabila terjadi penurunan kualitas dikarenakan kehadiran senyawa
pencemar.

Indeks pencemaran air dapat dihitung menggunakan rumus sebagai


berikut:

Keterangan :

PIj = Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j)

Ci = Konsentrasi parameter kualitas air ke i

Lij = Konsentrasi parameter kualitas air I yang dicantumkan dalam baku


mutu peruntukan air j

M = Nilai maksimum

R = Nilai rata-rata

Nilai PIj > 1 mempunyai arti bahwa air sungai tersebut tidak
memenuhi baku peruntukan air kelas I sebagaimana yang dimaksud oleh PP
No. 82 Tahun 2001, dalam hal ini untuk menghitung Indeks Kualitas Air
(IKA) dilakukan langkah-langkah berikut :

1) Setiap titik pantau pada lokasi dan waktu pemantauan kualitas air sungai
dianggap sebagai satu sampel

2) Hitung indeks pencemaran (PIj) setiap sampel untuk parameter TSS, DO,
BOD, COD, Total Fosfat, Fecal Coli dan Total Coliform
3) Penentuan IKA berdasarkan nilai dari PIj sebagai berikut :

a. IKA = 100, untuk PIj ≤ 1

b. IKA = 80, untuk PIj > 1 dan PIj ≤ 4,67 (4,67 adalah nilai PIj baku mutu
kelas II terhadap kelas I)

c. IKA = 60, untuk PIj >4,67 dan PIj ≤ 6,32 (6,32 adalah nilai PIj dari
baku mutu kelas III terhadap kelas I)

d. IKA = 40, untuk PIj> 6,32 dan PIj ≤6,88 (6,88 adalah nilai PIj dari
baku mutu kelas IV terhadap kelas I)

e. IKA = 20, untuk PIj > 6,88

Nilai IKA dipengaruhi oleh berbagai variabel antaralain :

a) Penurunan beban pencemaran serta upaya pemulihan (restorasi) pada


beberapa sumber air

b) Ketersediaan dan fuktuasi debit air yang dipengaruhi oleh perubahan


fungsi lahan serta faktor cuaca lokal, iklim regional dan global

c) Penggunaan air

d) Tingkat erosi dan sedimentasi

2. Indeks Kualitas Udara

Pencemaran udara timbul karena adanya kecenderungan penurunan


kualitas udara dibeberapa kota besar di Indonesia dan partikel (PM10,
PM2.5), oksigen/ozon yang semakin meningkat, serta kebutuhan akan
transportasi dan energy semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya
jumlah penduduk.

Indeks Kualitas Udara pada umumnya dihitung berdasarkan lima


pencemar utama yaitu oksigen/ozon dipermukaan, bahan partikel, karbon
monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen dioksida (NO2). Namun
sekarang penghitungan indeks kualitas udara menggunakan dua parameter
yaitu NO2 dan SO2. Parameter NO2 mewakili emisi dari kendaraan
bermontor yang menggunakan bahan bakar bensin, dan SO2 mewakili emisi
dari industry dan kendaraan diesel yang menggunakan bahan bakar solar
serta bahan bakar yang mengandung sulfur lainnya.

Metodologi perhitungan IKU mengadopsi Program European Union


melalui European Regional Development Fund pada Regional Initiative
Project, yaitu “Common Information to European Air” (Citeair II) dengan
Judul CAQI Air Quality Index : Comparing Urban Air Quality accros
Borders-2012. Common Air Quality Index (CAQI) ini digunakan melalui
www.airqualitynow.eusejak 2006. Indeks ini dikalkulasi untuk data rata-rata
perjam, harian dan tahunan.

Penghitungan indeks IKU adalah dengan membandingkan nilai rata-


rata tahunan terhadap standar European Union (EU) Directives. Apabila
nilai indeks > 1, berarti bahwa kualitas udara tersebut melebihi standar EU.
Dan sebaliknya apabila nilai indeks ≤ 1 maka kualitas udara memenuhi
standar EU. Indeks udara model EU (IEU) dikonversi menjadi Indeks
Kualitas Udara (IKU) melalui persamaan berikut:

Rumus ini diasumsikan bahwa data kualitas udara yang diukur


merupakan data konsentrasi pencemar. Sehingga harus dilakukan konversi
kedalam konsentrasi kualitas udara dengan melakukan pengurangan dari
100 persen.

3. Indeks Kualitas Tutupan Lahan

Indeks kualitas tutupan lahan (IKTL) merupakan penyempurnaan


dari indeks tutupan hutan (ITH) yang digunakan sebelum tahun 2015. Pada
metode perhitungan IKLH sebelumnya, terdapat keterbatasan dalam metode
perhitungan indikator tutupan lahan sebagai satu-satunya indikator yang
mewakili isu hijau. Olehkarena itu dilakukan penyempurnaan metode
perhitungan IKTL yang mengelaborasikan beberapa parameter kunci yang
menggambarkan adanya aspek konservasi, aspek rehabilitasi dan karateristik
wilayah secara spasial, namun dapat disajikan secara sederhana dan mudah
dipahami.

Rumus IKTL :

IKTL = 0,23 ITH +0,24 IPH+ 0,30 IKT +0,15 IKBA + 0,08 IKH

Keteranngan :

IKTL = Indeks Kualitas Tutupan Lahan

ITH = Indeks Tutupan Hutan

IPH = Indeks Performance Hutan

IKT = Indeks Kondisi Tutupan Tanah

IKBA = Indeks konservasi Badan Air

IKH = Indeks Kondisi Habitat

a. Indeks Tutupan Hutan (ITH)

Penghitungan indeks tutupan hutan diawali dengan melakukan


penjumlahan luas hutan primer dan hutan sekunder untuk setiap provinsi.
Penghitungan indeks tutupan hutan menggunakan rumus :
Kemudian dilakukan konversi persentase yang merupakan perbandingan
luas tutupan hutan dngan luas wilayah provinsi melalui persamaan sebagai
berikut:

b. Indeks Performance Hutan (IPH)

Metode perhitungan IPH:

a) Langkah pertama dalam perhitungan indeks performance hutan


(kinerja) adalah memberi attribute nilai MODIS EVI secara series per
16 hari (komposit) pada polygon hutan di masing-masing wilayah
provinsi per periode (tahun). Setiap polygon hutan per periode
memiliki nilai rataan EVI, yang selanjutnya akan dihitung perbedaan
nilai dari dua tahun secara berurutan (successive years) dengan
formula jarak, seperti dibawah:

Keterangan :

dk,I = jarak antara dua segmen tahun secara berurutan,

N = jumlah data yang diobservasi

(N new = Nk +NI) dan µ = nilai rataan segmen

b) Setiap polygon yang terdeteksi sebagai area yang signifikan berubah,


baik positif maupun negative, akan dihitung luasan dan presentase
terhadap luas wilayah, sehingga nilai performance dapat dihitung
dengan rumus di bawah:
c. Indeks Kondisi Tutupan Tanah (IKT)

IKT merupakan nilai dari fungsi tutupan lahan atau tanah terhadap
konservasi tanah dan air. Indeks ini terkait dengan parameter koefisien
tutupan lahan (C) dalam perhitungan erosi tanah atau air limpasan. Nilai
parameter C ditentukan berdasarkan fungsi konservasi tanah dan air. Nilai
indeks kondisi tanah dihitung dengan memberikan nilai indeks terbesar
sebesar 100 dan terkecil sebesar 50.

d. Indeks Konservasi Badan Air (IKBA)


Prinsip perhitungan nilai indeks konservasi badan air sama dengan
perhitungan indek tutupan hutan. Nilai indeks konservasi badan air bernilai
100 apabila tutupan lahan di sempadan sungai atau danau adalah 100%
hutan dan bernilai 50 apabila 30% adalah hutan.

Nilai indeks didapatkan dengan formula:

Rumus :

Keterangan :

TH buffer : Proporsi hutan disempadan sungai/danau

IKA : indeks Konservasi Bahan Air

LTH : Luas Tutupan Hutan

e. Indeks Kondisi Habitat (IKH)

Menurut teori biogeografi pulau (Island Biogeography Theory),


keanekaragaman hayati di suatu habitat ditentukan oleh luas habitat
tersebut. apabila semakin luas core/interior hutan dalam setiap patch maka
semakin tinggi nilai keanekaragaman hayati habitat tersebut. Dalam
penilaian kualitas lahan/lanskap ini hanya satu indeks yang digunakan
yaitu Total Core Area Index(TCAI) dengan rentang nilai 0 – 100%.
Penghitungan TCAI dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
fragstatatau habitat analysis.
Keterangan :

TCAI = Total Core Area Index

aijc = Patch dengan core area

aij = Patch

Nilai IKTL dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kegiatan pembukaan
lahan, kejadian kebakaran hutan/lahan, penebangan liar, kegiatan rehabilitasi
hutan/lahan, rehabilitasi kawasan pesisir, kegiatan pemulihan lahan bekas
tambang, dan pemulihan lahan terkontaminasi B3.

Anda mungkin juga menyukai