Anda di halaman 1dari 44

OTOT DAN GERAK

MAKALAH
Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Fisiologi Hewan
yang dibimbing oleh Haslinda Yasti Agustin, M.Si

Oleh
Kelompok 3

Safiq Al-Faizar (17208153061)


Anisa Fajar Kumala W (17208153064)
Beta Larasati (17208153070)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
Maret 2017
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas pertama kali diucapan selain ucapan syukur kepada
ALLAH SWT dengan ucapan Alhamdulillahirrabilaalamin yang mana kita telah diberi
nikmat yang luar biasa dan dengan petunjuknya sehingga kita dapat menyelesaikan
makalah tepat dengan waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa kami ucapkan kepada
baginda nabi Muhammad SAW. serta para keluarga, sahabat, tabiin dan para
pengikutnya dan dengan itu kita selalu menantikan syafaatnya kelak di hari
pembalasan.
Pada kesempatan yang sangat baik ini kami menyusun sebuah makalah yang
berjudul Otot dan Gerak. Sebelumnya kami mengucapkan terimakasih kepada.
1. Rektor IAIN Tulungagung Dr. Maftukhin, M.Pd yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk belajar di kampus tercinta ini.
2. Dosen matakuliah Fisiologi Hewan Ibu Haslinda Yasti Agustin, M.S.i yang telah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyusun makalah ini.
3. Teman-teman yang ikut membantu dalam pembuatan makalah ini. Dengan
amanat itu kami akan memberikan hasil yang terbaik untuk makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk mengevaluasi makalah ini. Penyusun berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semuanya.

Tulungagung, Maret 2017

Tim penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Gerak dan Otot...................................................................3
B. Fisiologis Otot ....................................................................................4
C. Jenis- jenis Otot....................................................................................7
D. Macam-macam Kontraksi Otot............................................................17
E. Peran ATP dan Fosfagen dalam Kontraksi Otot ..................................29
F. Gerak Sillia dan Flagel.........................................................................31
G. Sistem gerak pada Hewan Invertebrata................................................34
H. Sistem gerak pada hewan avertevrata..................................................37
I. Kelainan-Kelainan Otot.......................................................................39
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................40
B. Saran........................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja
mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Sel otot memiliki
struktur filamen dalam sitoplasma, bentuk selnya memanjang agar dapat
melangsungkan perubahan sel menjadi pendek. Di balik mekanisme otot yang
secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanik itu, terjadilah beberapa proses
kimiawi dasar yang berseri demi kelangsungan kontraksi otot. Dalam makalah ini,
dengan tujuan akhir pada penjelasan lengkap tentang proses di balik kontraksi otot,
akan dibahas dahulu mengenai zat-zat kimia penyusun filamen-filamen tebal dan
tipis yaitu aktin dan miosin.
Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi untuk alat gerak,
menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh. Terdiri atas otot polos, otot
jantung dan otot rangka. Otot polos adalah salah satu otot yang mempunyai bentuk
yang polos dan bergelondong. Cara kerjanya tidak disadari (tidak sesuai kehendak)
atau invontary, memiliki satu nukleus yang terletak di tengah sel. Otot ini biasanya
terdapat pada saluran pencernaan seperti: lambung dan usus. Otot Lurik (otot
rangka).
Otot rangka merupakan jenis otot yang melekat pada seluruh rangka, cara
kerjanya disadari (sesuai kehendak), bentuknya memanjang dengan banyak lurik-
lurik, memiliki nukleus banyak yang terletak di tepi sel. Contoh otot pada lengan.
Otot jantung hanya terdapat pada jantung. Otot ini merupakan otot paling istimewa
karena memiliki bentuk yang hampir sama dengan otot lurik, yakni mempunyai
lurik-lurik tapi bedanya dengan otot lurik yaitu bahwa otot lirik memiliki satu atau
dua nukleus yang terletak di tengah/tepi sel. Dan otot jantung adalah satu-satunya
otot yang memiliki percabangan yang disebut duskus interkalaris. Otot ini juga
memiliki kesamaan dengan otot polos dalam hal cara kerjanya yakni involuntary
(tidak disadari).

1
B. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian otot dan gerak
2. Menjelaskan fisiologi aktivitas otot
3. Menjelaskan jenis-jenis otot
4. Menjelaskan macam-macam kontraksi otot
5. Menjelaskan peranan ATP dan fosfagen pada kontraksi otot
6. Menjelaskan gerak silia dan flagela
7. Menjelaskan sistem gerak pada hewan Invertebrata
8. Menjelaskan sistem gerak pada hewan vertebrata
9. Menjelaskan kelainan-kelainan pada Otot

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gerak dan Otot


Gerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Hewan berbeda dengan
tumbuhan karena kemampuannya bergerak dengan cepat dan gerak cepat pada
hewan sering dihubungkan dengan adanya otot. Otot merupakan suatu organ/alat
yang bagi organisme. Jaringan otot merupakan kumpulan dari sel sel serabut otot.
Selama perkembangan embrionik, serabut otot dibentuk melalui peleburan ekor
dengan ekor dari banyak sel menjadi struktur yang seperti pipa. Di dalam sel
serabut otot ini terdapat unit kontaksi berupa protein yang terdiri atas miofibril-
miofibril. Miofibril ini merupakan kumpulan dari lapis tebal (miosin) dan lapis tipis
(aktin).Secara umum, fungsi otot pada makhluk hidup adalah sebagai berikut.
1. Otot dapat menghasilkan gerakan
Fungsi otot yang utama ialah untuk menghasilkan gerakan. Rangka otot disusun
berpasangan disisi berlawanan dari sendi. Ketika salah satu otot berkontraksi,
maka otot pasangannya harus rileks, sehingga akan menyebabkan gerakan.
Gerakan seperti ini disebut sebagai penggerak.
2. Otot mampu mempertahankan postur
Fungsi otot ialah untuk mempertahankan postur. Postur dapat menjaga
keselarasan bersama yang optimal yang mampu melawan kekuatan gravitasi
seperti menjaga kepala, menarik bahu, dan mendukung tulang belakang. Otot
yang berkaitan dengan postur dapat menghasilkan jumlah kekuatan rendah yang
disebut sebagai tonik.
3. Otot mampu memberikan kehangatan
Sistem otot akan merespon penurunan suhu inti tubuh dengan menggigil, yang
merupakan respon dimana otot dapat berkontraksi secara cepat untuk
menghasilkan panas.
4. Fungsi lain dari sistem otot
Sistem otot memiiki sejumlah fungsi selain gerakan, postur dan thermogenesis.
Otot polos akan berkontrak mendorong makanan melalui tabung yang berongga

3
berbentuk sistem pencernaan. Selain itu otot juga berfungsi sebagai bantalan
pelindung organ-organ penting dalam tubuh makhluk hidup1
Aktivitas otot biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem saraf. Unit
dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu struktur filamen yang berukuran
sangat kecil yang tersusun dari protein kompleks, yaitu filamen aktin dan miosin.
Pada saat berkontraksi, filamen-filamen tersebut saling bertautan yang
mendapatkan energi dari mitokondria di sekitar miofibil.
Terdapat pula macam macam otot yang berbeda pada vertebrata. Yang
pertama ialah otot jantung, yaitu otot yang menyusun dinding jantung. Otot polos
terdapat pada dinding semua organ tubuh yang berlubang (kecuali jantung).
Pembuluh darah, usus, kandung kemih dan rahim merupakan beberapa contoh dari
struktur yang dindingnya sebagian besar terdiri atas otot polos. Sehingga kontraksi
otot polos melaksanakan bermacam-macam tugas seperti meneruskan makanan kita
dari mulut ke saluran pencernaan, dan mengeluarkan urin. Otot kerangka, seperti
namanya, adalah otot yang melengkat pada kerangka. Otot ini dikendalikan dengan
sengaja. Kontraksinya memungkinkan adanya aksi yang disengaja seperti berlari,
berenang, mengerjakan alat-alat, dan bermain bola.

B. Fisiologi Aktivitas Otot


Seperti halnya jaringan lain, jaringan otot memiliki sifat-sifat umum yaitu: (1)
iritabilitas (peka terhadap rangsangan), (2) konduktivitas (mampu merambatkan
impuls), dan (3) metabolisme. Selain memiliki sifat-sifat umum, jaringan otot juga
memiliki sifat-sifat khusus antara lain kontraktilitas (kemampuan untuk
berkontraksi) yang tinggi, ekstensibilitas, dan elastisitas.2
Sifat iritabilitas merupakan kemampuan otot untuk memberi tanggapan atau
merespon stimulus yang mengenainya baik langsung maupun melewati saraf. Sifat
iritabilitas ini dapat melemah, misalnya otot dalam keadaan lelah akibat pemberian
rangsang yang terus menerus, dan dapat meningkat apabila otot dalam kondisi

1
Anonim, 2016, Fungsi Otot, (online), (http://fungsi.web.id/2015/03/fungsi-otot.html), diakses
pada 21 Maret 2017
2
Soewolo, Pengantar Fisiologi Hewan, (Jakarta: Derektorat Jendral Pendidikan tinggi
Departemen Nasional, 2000), hal. 62

4
optimum, yaitu cukup energi dan oksigen. Berdasarkan intensitasnya, rangsang
dapat dibedakan menjadi 5 antara lain.
1) Rangsang bawah ambang (subminimal atau subliminal)
Rangsang yang tidak mampu menimbulkan respon.
2) Rangsang ambang (minimal atau liminal atau threshold)
Rangsang yang terkecil yang tepat dapat menimbulkan tanggapan
3) Rangsang submaksimal
Rangsang yang intensitasnya bervariasi dari rangsang ambang sampai rangsang
maksimal
4) Rangsang maksimal
Rangsang yang dapat menimbulkan tanggapan maksimal
5) Rangsang supramaksimal
Rangsang yang intensitasnya lebih besar dari rangsang maksimal, tetapi
tanggapan yang ditimbulkan juga maksimal.
Sifat konduktivitas ditunjukkan sel otot dan dari kemampuannya
merambatkan potensial aksi dari sel ke sel melalui persambungan listrik maupun
sarkolemanya. Seperti sel-sel yang lain, sel otot juga melakukan metabolisme yang
mencangkup proses anabolisme dan katabolisme.
Sifat Kontraktilitas atau kemampuan untuk berkontraksi (menegang)
disebabkan sel otot memiliki protein kontraktil. Bila otot mendapat rangsangan
yang cukup kuat maka otot akan memendek. Pemendekan ini dapat mencapai 1/6
kali panjang semula, bahkan pada otot rangka dapat memendek sampai 1/10
panjang semula.
Sifat ekstensibilitas adalah kemampuan otot untuk memanjang apabila diberi
beban atau diberi gaya. Misalnya otot uterus pada ibu hamil, otot-otot lambung
yang berisi penuh makanan, dan otot rangka yang diberi beban akan mengalami
perpanjangan. Sehubungan dengan sifat ekstensibilitas dari otot, hukum Starling
mengatakan bahwa: kuat kontraksi otot berbanding lurus dengan panjang mula-
mula otot tersebut. Bila otot sebelum kontraksi diberi gaya, misalnya ditarik
sehingga sedikit memanjang, maka bila otot berkontraksi akan dihasilkan kerja
yang lebih besar dibanding dengan otot yang tidak diberi gaya.3

3
Ibid.,63

5
Lawan dari sifat ekstensibilitas adalah sifat elastisitas otot, yaitu kemampuan
otot untuk kembali pada bentuk dan ukuran semula apabila gaya atau beban yang
diberikan kepada otot dihilangkan. Sifat ini dapat dilihat pada uterus yang kembali
mengecil setelah kelahiran dan juga lambung akan mengempis kembali apabila
makanan sudah kosong.
Sel otot berkontraksi menurut prinsip all or none (ya atau tidak sama sekali),
yang berarti bahwa bila suatu otot dirangsang, maka ia akan berkontraksi dengan
kapasitas kontraksi penuh, tanpa tergantung pada kekuatan stimulus, asal kekuatan
stimulus lebih besar atau sama dengan stimulus ambang. Stimulus bawah ambang
(stimulus subliminal) tidak akan direspon sama sekali, artinya otot tidak
berkontraksi sama sekali. Stimulus bawah ambang dapat menimbulkan kontraksi
apabila diberikan dengan cara sumasi (penjumlahan), yaitu dua atau lebih stimulus
bawah ambang dikenakan pada otot dengan cepat. Prinsip all or none juga
berlaku pada kontraksi otot jantung.4
Berbeda dengan sel otot, maka kontraksi otot (jaringan otot) tidak mengikuti
prinsip all or none, artinya otot akan berkontraksi lebih kuat apabila dikenai
stimulus yang lebih kuat. Setiap jaringan otot diinervasi oleh beberapa saraf
motoris. Setiap serabut saraf motoris tunggal akan bercabang-cabang menjadi
kurang lebih 100 cabang kecil-kecil. Masing-masing cabang ini akan berakhir pada
satu sel otot. Jadi satu saraf motoris akan menginervasi kurang lebih 100 sel otot.
Satu serabut saraf motoris tunggal bersama-sama dengan sel-sel otot yang
diinervasi disebut unit motorik, dan pada suatu jaringan otot akan terdapat
beberapa unit motorik.
Bila suatu saraf motorik diaktifkan, maka semua sel-sel otot yang diinervasi
akan berkontraksi secara simultan. Makin banyak unit motorik yang diaktifkan
maka makin banyak sel-sel otot yang berkontraksi. Dengan kata lain, makin kuat
stimulus, makin banyak unit motorik yang diaktifkan, makin kuat otot berkontraksi
sehingga akan menghasilkan kontraksi yang semakin meningkat atau grading
contraction.

4
Ibid., 64

6
C. Jenis-Jenis Otot
1. Otot Rangka
Otot rangka merupakan otot yang melekat pada tulang rangka dan
aktivitasnya akan menghasilkan gerakan anggota tubuh, kepala, rahang, bola
mata dan sebagainya. Otot rangka berbentuk silindris atau seperti tabung dan
bila dilihat dibawah mikroskop terlihat berupa sel-sel otot berbentuk serabut-
serabut panjang yang mengandung banyak inti sel (multinuklei) yang terletak di
pinggir, panjangnya 2,5 cm dan diameternya 50 mikron serta nampak adanya
garis-garis melintang gelap dan terang yang berselang-seling hingga memberi
gambaran lurak-lurik pada sel otot.5

Gambar 2.1 Anatomi Otot Rangka

Gambar 2.2 Organisasi Otot Rangka

5
Soewolo, Pengantar Fisiologi Hewan.hal. 54

7
Membran sel otot disebut sarkolema yang dibungkus oleh endomesium
yaitu jaringan ikat yang banyak mengandung serabut kolagen, reticulum dan
elastin. Beberapa serabut tunggal akan gabung menjadi satu berkas yang disebut
fasikulus, dan dibungkus oleh jaringan yang disebut perimesium. Seluruh
fasikulus dibungkus bersama-sama oleh epimesium menjadi berkas yang biasa
kita sebut otot. Endomesium, perimesium dan epimesium bergabung bersama
membentuk tendon atau urat untuk melekatkan otot pada tulang atau jaringan
yang lain. Otot rangka diinervasi oleh (sistem saraf sadar).

Gambar 2.3 Struktur Membujur Otot Rangka

Sel-sel otot secara unik diadaptasikan untuk melakukan kontraksi. Untuk


memahami bagaimana otot berkontraksi diperlukan pengamatan yang lebih
cermat pada sel otot. Bila kita memisahkan satu sel otot dari fasikulusnya maka
dapat dilihat bahwa didalam sel otot tersebut terdapat beratus-ratus serabut halus
yang tersusun sejajar dan homogen, yang dikenal dengan nama miofibril. Bila
diamati lebih lanjut nampak bahwa di dalam setiap miofibril terdapat
mikrofilamen tebal dan mikrofilamen tipis yang tersusun sejajar namun tidak
homogen sehingga memberikan gambaran pita gelap-terang pada myofibril.6

6
Ibid.,55

8
Gambar 2.4 Struktut Mikrofilamen

Pita gelap disebut sebagai pita A (A=Anisotropik), merupakan bagian yang


ditempati filament tebal dan tipis. Ditengah-tengah pita A terdapat daerah yang
agak terang disebut sebagai zona H (H=Heller, yang berarti cahaya). Pita H
merupakan bagian dari miofibril yang dibangun oleh miofilamen tebal. Pita yang
terang disebut pita I (I=Isotropik), yang di tengahnya terdapat garis tipis
berbentuk gambaran garis Z (Z= Zwischensheibe, yang berate cakram antara).
Pita I merupakan bagian pada miofibril yang dibangun oleh miofilamen tipis
saja. Bagian dari myofibril yang dibatasi oleh 2 garis Z disebut sarkomer, yang
panjangnya sekitar 2 m. Jadi setiap sarkomer terdiri atas pita A yang kedua
ujungnya diapit oleh pita I. Dengan adanya pita A dan I yang tersusun berselang-
seling ini maka otot rangka tampak bergaris-garis melintang sehingga disebut
sebagi otot lurik. Sarkomer disebut juga sebagai unit fungsional atau unit
kontraksi otot, sebab peristiwa kontraksi otot terjadi pada setiap sarkomer.
Untuk mengadakan suatu kontraksi yang seragam, otot rangka memiliki
suatu sistem tubulus transversal (tubulus T). Sistem tubulus T ini merupakan
invaginasi sarkolema yang membentuk suatu jaringan tubulus kompleks yang
saling beranstomosis melingkari batas antara pita H dan pita I dari setiap
sarkomer myofibril. Membran tubulus T ini berhubungan dengan sisterna
terminal dari retikulum sarkoplasma. Melalui membrane tubulus T ini potensial
aksi dirambatkan untuk memicu pembebasan Ca++ dari dalam retikulum
sarkoplasma.
Struktur filamen tipis (Filamen Aktin)

9
Filamen ini tipis ini tersusun terutama atas aktin, tropomiosin, dan troponin.
Aktin berada sebagai suatu filament panjang (disebut aktin F), yang tersusun
atas monomer aktin globular (disebut aktin G). Setiap filamen terdiri atas dua
filamen aktin yang salin terpilin dalam suatu bentukan spiral ganda. Suatu sifat
khusus dari semua molekul aktin G adalah struktur asimetrisnya. Bila molekul
aktin G berpolimerisasi membentuk aktin F, maka mereka saling berikatan
belakang dengan depan, sehingga menghasilkan suatu filamen dengan polaritas
yang berbeda. Disamping itu setiap aktin G mengandung suatu tempat perlektan
dengan miosin (miosin binding site).

Gambar 2.5 Struktur Filamen Aktin


Tropomiosin pada suatu filamen tipis merupakan suatu benang panjang
(panjang 40 nm), tersusun atas dua rantai polipeptida yang membentuk suatu
spiral . Rantai polipeptida ini saling berpilin satu sama lain. Terdapat dua
benang tropomiosin yang berjalan diatas sub unit aktin sepanjang sisi luar antara
dua benang aktin yang terpilin. Fungsi tropomiosin adalah menutup tempat
perlekatan miosin pada molekul aktin pada saat otot istirahat.

Gambar 2.6 Troponin pada Filamin Aktin


Troponin pada suatu filamen tipis merupakan suatu kompleks 3 subunit,
yaitu subunit TnT (yang melekat erat pada tropomiosin), subunit TnC (yang

10
berfungsi mengikat ion kalsium), dan subunit TnI (afinitas kuat terhadap aktin).
Setiap molekul tropomiosin menutup 7 molekul aktin G, akan dibatasi oleh satu
kompleks troponin.7
Struktur Filamen Tebal (Filamen Miosin)
Suatu filamen tebal tersusun atas molekul-molekul miosin, yang
merupakan suatu molekul besar seperti batang tipis (panjang +200 nm dan
diameter 2-3 nm), yang tersusun atas dua spiral peptide yang saling terpilin.
Setiap molekul miosin pada salah satu ujungnya memiliki dua bulatan (disebut
bagian kepala) yang panjangnya 20 nm dan lebar 2 nm. Bagian ini disebut
sebagai jembatan silang (cross bridge) miosin yang menonjol keluar filamen
tebal. Untuk memudahkan, biasanya olekul miosin digambarkan seperti tongkat
golf, dimana bagian yang melengkung adalah jembatan silangnya dan
tangkainya adalah bagian leher dan ekornya.

Gambar 2.7 Struktur Myosin


Bila molekul miosin diberi perlakuan dengan tripsin (suatu enzim
proteolitik), maka molekul miosin akan tambah menjadi dua bagian, yaitu
meromiosin ringan (LMM) dan meromiosin berat (HMM). Meromiosin ringan
merupakan bagian ekor dan meromiosin berat membentuk bagian leher dan
kepala miosin. Pada bagian kepala ini terdapat bagian yang mengandung enzim
ATP-ase dan tempat perlekatan aktin. Pada proses kontaksi otot (penggeseran
filamen tipis), bagian kepala ini memegang peranan yang paling dominan.

7
Ibid., 57

11
Gambar 2.8 Struktur Kepala Myosin

Bila jembatan silang miosin bersentuhan dengan molekul aktin, akan


nampak aktivitas ATP-ase mengkatalisis reaksi berikut.

Mg-ATP+aktomiosin Aktomiosin -Mg++ + ATP


Aktomiosin -Mg++ + ADP + Pi
Energi yang dibebaskan oleh ATP ini digunakan untuk menggeser aktin ke
tengah sarkomer dengan gerakan rotasi kepala miosin. Perlu dicatat pula bahwa
pelepasan kepala miosin dari aktin juga menggunakan energi ATP. Jadi kalau
tidak ada ATP baru, maka kepala miosin tidak dapat terlepas dari aktin.8
2. Otot Polos
Otot polos terdiri dari sel-sel otot polos. Sel otot ini bentuknya seperti
gelendongan dengan inti di tengah sel, dibagian tengah membesar dan kedua
ujungnya meruncing. Penampangnya berukuran 2-10 m, sedangkan panjangnya
50-200 m (penampang otot rangka dapat mencapai 20 kali otot polos dan
panjangnya bisa ribuan kali otot polos). Otot polos vertebrata dapat dijumpai
pada dinding organ-organ dalam dan pembuluh darah: saluran pencernaan
makanan, uterus, kandung kencing, ureter, arteri dan arteriole. Juga terdapat
pada iris mata dan otot penggerak rambut. Sering sel-sel otot polos dihubungkan
secara kelistrikan dengan gap junction (persambungan renggang), sehingga
sel-sel pada suatu area dapat berkontraksi sebagai unit fungsional tunggal.
Reticulum sarkoplasma tidak berkembang dengan baik, dan tubulus T tidak ada.9
Struktur internal sel-sel otot polos nampak kurang terorganisasi secara baik
dibandingkan dengan otot dan otot jantung. Susunan filamen tebal dan filamen
tipis dalam otot polos nampak hampir acak, organisasi sarkometrik dan pia Z
nya tidak ada. Proporsi dan organisasi filamen tebal dan filamen tipisnya
berbeda, tidak tersusun sejajar tapi saling menyilang membentuk kisi-kisi. Rasio
8
Ibid.,58
9
Ibid.,59

12
filamen tebal dan tipis pada otot polos sebesar 1:16 (pada otot rangka 1:2).
Filamen tebal mengandung miosin dan filament tipis hanya mengandung aktin
dan tropomiosin tanpa troponin. Serabut otot polos mengandung filamen antara
(intermediate) yang bersifat non-kontraktil, yang melekat pada dense bodies
dan sarkolema. Filamen intermediate ini diduga berfungsi sebagai suatu rangka
internal. Dense bodies juga sebagai melekatnya filamen tipis (sebagai pengganti
garis Z).
Berdasarkan pada perbedaan dalam bagaimana serabut otot menjadi aktif,
otot polos dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu otot polos multi unit
menunjukkan sifat-sifat antara otot rangka dan otot polos unit tunggal. Seperti
nampak pada namanya, suatu otot polos multi unit terdiri atas banyak unit-unit
yang fungsinya secara bebas terpisah satu dengan yang lain, yang distimulus
secara terpisah oleh saraf untuk berkontraksi (mirip dengan unit-unit motor pada
otot rangka).
Jadi otot rangka dan otot polos multi unit keduanya neurogenik, yaitu
kontraksinya tergantung pada impuls dari saraf. Namun berbeda dengan otot
rangka, depolarisasi yang terjadi pada otot polos dalam merespon stimulasi saraf
otonomik untuk menuju ke respon kontraktil adalah potensial depolarisasi
bertingkat (pada otot rangka adalah potensila aksi). Kekuatan kontraktilnya tidak
hanya tergantung pada jumlah unit-unit yang distimulasi dan kecepatan
stimulasinya, tetapi juga pada pengaruh hormone-hormon dan obat-obatan yang
sedang bersirkulasi. Otot polos multi unit terdapat pada (1) dinding pembuluh
darah besar, (2) saluran udara besar ke paru-paru, (3) otot-otot mata yang
mengatur lensa untuk melihat dekat atau jauh, (4) otot iris mata, dan (5) otot
pada dasar folikel rambut.

13
Gambar 2.9 Macam Otot Polos
Otot polos unit tunggal disebut juga otot polos visceral sebab dijumpai
pada dinding organ-organ berongga atau visera (misalnya saluran pencernaan,
alat reproduksi, saluran kencing dan pembuluh darah kecil). Istilah otot polos
unit tunggal diambil dari fakta bahwa serabut-serabut otot polos yang menyusun
otot ini menjadi aktif dan berkontraksi secara serempak sebagai suatu unit
tunggal. Sel-sel otot polos unit tunggal secara kelistrikan dihubungkan bersama
oleh persambungan renggang (gap junction).
Bila suatu potensial aksi terjadi pada suatu daerah pada pembungkus otot
polos unit tunggal, maka potensial aksi ini dengan cepat disebarkan melalui titik-
titik khusus pada kontak kelistrikan ini ke seluruh kelompok sel yang
bersambungan, yang kemudian berkontraksi sebagai suatu unit yang
terkoordinasi tunggal. Kelompok sel-sel otot yang saling bersambunagan seperti
ini, yang fungsinya secara kelistrikan dan mekanik sebagai suatu sinsitsium
fungsional.
Saat berkontraksi, otot polos unit tunggal dapat mengaktifkan diri sendiri
(self-excitable) tanpa memerlukan stimulus melalui saraf. Ternyata dalam otot
polos unit tunggal ini ada kelompok-kelompok sel otot polos khusus yang
mampu menghasilkan potensial aksi tanpa stimulasi eksternal sama sekali.
Berbeda dengan sel-sel otot polos multi unit, sel otot polos unit tunggal ini tidak
menjaga potensial istirahat yang konstan, namun potensial membrannya
berfluktuasi terus tanpa pengaruh faktor eksternal sama sekali. Ada dua macam
depolarisasi spontan yang ditunjukkan oleh sel-sel yang aktif secara spontan,
yaitu aktivitas pengatur irama (pacemaker) dan potensial gelombang (slow-wave
potentials).
Pada aktivitas pengatur irama, membran potensial secara bertingkat
mendepolarisasi diri sendiri, sebab pergantian aliran ionic pasif menyertai

14
perubahan otomatis pada permeabilitas membran. Bila membran telah
didepolarisasi ke ambang, maka suatu potensial aksi dimulai. Setelah
repolarisasi, potensial membran segera didepolarisasi kembali ke ambang, begitu
seterusnya, sehingga dengan siklus sperti ini pengatur irama dapat
membangkitkan sendiri potensial aksinya.
Pada potensial gelombang lemah, terjadi pergantian secara bertingkat
antara hiperpolarisasi dan depolarisasi. Disini terjadi ayunan potensial yang
disebabkan oleh perubahan-perubahan siklikal spontan pada kecepatan transpor
Na+ secara aktif melalui membran. Potensial digerakkan menjauhi potensial
ambang selama ayunan hiperpolarisasi dan mendekati potensial ambang selama
ayunan depolarisasi. Bila potensial ambang tercapai, maka suatu ledakan
potensial aksi terjadi pada puncak ayunan depolarisasi. Potensial ambang tidak
selamanya tercapai, namun osilasi (alunan) potensial gelombang lemah dapat
berlanjut tanpa pembangkitan potensial aksi. Apakah potensial ambang tercapai
atau tidak sangat tergantung pada titik permulaaan dari potensial membran pada
permulaan ayunan depolarisasi.
Tidak semua otot polos mengalami perubahan potensial membran. Namun
bagaimanapun juga, sekali potensial aksi dimulai oleh suatu sel otot polos yang
aktif sendiri, maka potensial aksi akan disebarkan ke sel-sel tetangga dari
sinsitsium-fungsional melalui persambungan renggang sehingga seluruh sel pada
kelompok berkontraksi tanpa input saraf sama sekali. Aktivitas kontraktil yang
bebas dari pengaruh saraf seperti ini dan berasal dari otot itu sendiri disebut
aktivitas miogenik 10
3. Otot Jantung
Otot jantung merupakan otot penyusun dinding jantung dimana memiliki
sifat-sifat antara otot rangka dan otot polos. Serabutnya mirip otot rangka tetapi
disarafi oleh sistem saraf otonom, dan dapat berkontraksi tanpa stimulasi saraf
sama sekali. Sel otot jantung bercabang-cabang membentuk anyaman
(anastomasis).

10
Ibid.,61

15
Gambar 2.10 Otot Jantung
Dibawah mikroskop cahaya sel otot jantung tampak bergaris-garis
melintang seperti otot rangka, mempunyai inti terletak di tengah-tengah sel.
Antara sel satu dengan sel lain di sebelahnya membentuk sinstium yang
dihubungkan oleh cakram sisipan (intercalated disc) yang merupakan
persambungan listrik (electrical junction) yang dapat menyebabkan potensial
aksi ke seluruh jantung seperti terjadi pada otot polos unit tunggal.11

Gambar 2.11 Anatomi Otot Jantung


Sel otot jantung mamalia memiliki reticulum sarkoplasma yang
berkembang baik dan sistem tubulus T yang pada umumnya lebih luas daripada
yang terdapat pada otot rangka. Otot jantung Amfibia terorganisasi lebih
sederhana daripada Vertebrata yang lebih tinggi, sehingga sangat berguna untuk
mempelajari bagaimana kontraksi diatur oleh aktivitas listrik membrane sel. Otot
jantung katak hanya memiliki suatu reticulum dan sistem tubular yang
rudimeter.12 Secara ringkas karakteristik dari otot rangka, otot polos, dan otot
jantung terletak pada table berikut ini.

11
Ibid.,62
12
Ibid.,66

16
Gambar 2.12 Perbedaan Otot Lurik, Polos, dan Jantung

D. Macam-macam kontraksi otot


Frekuensi pemberian stimulus dalam jangka waktu tertentu kepada suatu
serabut otot (sel otot) akan direspon oleh sel-sel otot dengan wujud kontraksi yang
berbeda-beda. Suatu stimulus tunggal (yang menimbulkan potensial aksi) bila
dikenakan pada suatu serabut otot, akan menghasilkan suatu kontraksi tunggal
(single contraction) pada serabut otot tersebut. Bila potensial aksi kedua diberikan
kepada serabut otot setelah otot mencapai relaksasi penuh, maka akan terjadi
kontraksi tunggal kedua dengan kekuatan sama dengan kontraksi pertama. Namun
apabila potensial aksi kedua diberikan pada saat otot belum mencapai relaksasi
penuh, maka akan teriadi kontraksi tambahan pada puncak kontraksi pertama.
Kontraksi demikian disebut penjumlahan kontraksi. Dua kontraksi yang dihasilkan
akibat dua potensial aksi yang diberikan sangat berdekatan, yaitu pada saat periode
kontraksi (periode refrakter), maka rangsang kedua tidak memberikan pengaruh apa-
apa, sehingga grafik yang timbul tampak seperti hasil kontraksi tunggal. Peristiwa
seperti ini dikenal sebagai penjumlahan rangsang, suatu penjumlahan kontraksi akan
terjadi hanya apabila jarak antar dua potensial aksi lebih pendek (hanya 1 sampai 3
mdetik) dari pada jarak pemberian potensial aksi yang menghasilkan kontraksi
tunggal (100 mdetik).
Bila suatu otot diberi stimulus dengan sangat cepat namun di antara dua stimuli
masih ada sedikit relaksasi, maka akan terjadi tetanus tidak sempurna. Bila tidak ada
kesempatan otot untuk relaksasi di antara dua stimuli, maka akan terjadi kontraksi
dengan kekuatan maksimum yang disebut tetanus sempurna. Bila suatu otot diberi
stimuli dengan kecepatan satu atau dua kali per detik dengan kekuatan stimuli yang
konstan, maka otot akan merespon dengan kontraksi yang makin meningkat.

17
Kontraksi demikian disebut treppe atau stair-case phenomenon. Fenomena ini
menunjukkan bahwa keja otot dengan cara yang sama untuk mengerjakan pekejaan
yang berturut-turut, akan menimbulkan kekuatan kontraksi yang makin meningkat.
Prinsip ini dipraktekkan oleh para olahragawan pada saat "warming up"
Diperkirakan produksi panas kimiawi dan panas yang dihasilkan selama warming
up akan meningkatkan iritabilitas otot. Treppe biasanya akan diakhiri dengan
kontraktur, yaitu relaksasi yang semakin lemah.
Kekuatan otot untuk bekerja juga terbatas. Kalau stimuli diberikan berulang-
ulang dalam jangka waktu yang lama, setelah otot mengalami treppe namun masih
terus diberi rangsang, maka otot akan mengalami kelelahan (fatigue). Fatigue
merupakan suatu keadaan menurunnya iritabilitas otot yang ditandai oleh
menurunnya kemampuan otot berkontraksi. Hal ini disebabkan terjadinya
penumpukan zat hasil metabolisme seperti: asam laktat, asam piruvat, asam fosfat,
dan gas CO2. Kelelahan ini dapat dikurangi dengan penambahan larutan garam
fisiologis dan glukosa. Kelelahan juga dapat ditimbulkan oleh kerja yang berebihan,
kurang gizi, gangguan pada sirkulasi darah, sistem pernafasan, infeksi sistem
endokrin, dan sebagainya.13
1) Kontraksi lsotonik Dan Isometrik
Ditinjau dari besarnya perubahan ketegangan dan perubahan panjang otot
pada saat otot berkontraksi, kontraksi otot dapat dibedakan menjadi kontraksi
isotonik dan kontraksi isometrik. Pada suatu kontraksi isotonik (tegangan
konstan), tegangan otot tetap konstan, tetapi otot mengalami perubahan panjang.
Pada kontraksi isometrik (panjang konstan), otot yang berkontraksi tidak
mengalami perubahan panjang tetapi terdapat perubahan pada tegangannya.
Misalnya pada otot bisep dan trisep. Pada saat kita sedang mengangkat beban
yang relatif ringan (lengan bawah menekuk), maka nampak bahwa tegangan
pada bisep sebelum dan sesudah lengan ditekuk relatif konstan. Dalam keadaan
semacam ini bisep mengalami kontraksi isotonik. Sedangkan bila kita
mengangkat beban yang sangat berat sampai beban tidak terangkat, maka
tegangan otot biseps kita sangat meningkat tetapi panjangnya konstan. Dalam
keadaan semacam ini biseps mengalami kontraksi isometrik.

13
Ibid., 69

18
Kontraksi isometrik penting untuk memelihara postur tubuh dan menahan
obyek pada suatu posisi yang tetap. Kontraksi isotonik digunakan untuk gerakan
tubuh dan gerakan memindah benda. Ada dua macam kontraksi isotonik yaitu
konsentrik dan esentrik. Otot pada kedua macam kontraksi ini mengalami
perubahan panjang pada tegengan yang konstan. Pada kontraksi isotonik-
konsentrik, otot memendek sedangkan pada kontraksi isotonk-esentrik otot
memanjang atau meregang selama kontraksi.

2) Kontraksi Otot Rangka


Teori kontraksi otot yang banyak diterima saat ini adalah teori pergeseran
filament (sliding filament theory). Teori ini berbeda dengan teori sebelumnya
yang mengatakan bahwa kontraksi (memendeknya otot) disebabkan oleh
pemendekan molekul protein (pelipatan/perubahan diameter molekul protein).
Teori pergeseran filament mengatakan bahwa kontraksi otot disebabkan oleh
pergeseran flamen tipis oleh aktivitas jembatan silang myosin. Jadi di sini tidak
ada pelipatan atau pemendekan filamen.
Kontraksi otot melibatkan potensial aksi ujung akson saraf motorik, ATP,
dan ion kalsium yang tersimpan dalam retikulum sarkoplasma. Proses kontraksi
otot secara garis besar adalah sebagai benikut: impuls saraf yang sampai pada
ujung akson saraf motorik akan meningkatkan permeabilitas membran prasinaps
terhadap Ca. Masuknya Ca ke dalam neuron prasinaps (secara difusi), akan
memicu pembebasan neurotransmiter (dari dalam vesikel) secara eksositosis ke
celah sinaps. Neurotransmiter yang dibebaskan ke celah sinaps akan berdifusi
dan berinteraksi dengan protein reseptor pada membran sel otot Interaksi ini
akan membangkitkan impuls (potensial aksi) baru pada membran sel otot.

19
Gambar 2.13 Mekanisme Kontraksi Otot
Potensial aksi akan merambat sepanjang sarkolema dan masuk ke tubulus T.
Depolarisasi membran tubulus T akan menyebabkan dibebaskannya inositol-
1.4.5-triphosphate (IP3) ke ujung sisternae dari retikulum sarkoplasma. Zat duta
kimia tersebut memicu pembebasan Ca yang tersimpan di dalam retikulum
sarkoplasma ke dalam mioplasma. Dalam mioplasma, Ca akan diikat oleh
troponin (subunit TnC), yang, menyebabkan tegadinya perubahan posisi molekul
tropomiosin. Sehingga tempat perkekatan miosin pada aktin terbuka. Dengan
bergesernya tropomiosin, jembatan silang miosin melekat ke filament aktin, dan
dengan menggunakan energi ATP, jembatan silang mengangguk menggeser
filamen aktin ke arah tengah sarkomer, sehingga sarkomer memendek
Ketika otot dalam keadaan istirahat tempat lekat miosin pada aktin tertutup
oleh tropomiosin. Molekul tropomiosin diikat pada tempatnya oleh troponin.
Kontraksi akan dimulai apabila tropomiosin yang menutupi tempat lekat miosin
pada aktin dipindahkan, dan ini terjadi apabila troponin (subunit TnC) mengikat
ion Ca. bila troponin menerima ion Ca maka posisinya akan berubah, dan
perubahan ini akan diikuti oleh berubahnya posisi tropomiosin sehingga tempat
lekat miosin terbuka. Terbukanya tempat lekat miosin pada aktin diikuti oleh
menempelnya jembatan silang myosin pada aktin. Dengan bantuan energi dari
pemecahan ATP oleh ATP-ase menjadi ADP + Pi, maka jembatan silang akan
mendayung filamen aktin ke tengah sarkomer.
Konsep utama teori pergeseran adalah bahwa jembatan silang miosin Aken
mendayung" sepanjang filamen aktin dan menariknya ke arah tengah sarkomer.
Dasar fisikal dan kekuatan pergeseran adalah siklus pembentukan dan
pembongkaran aktomiosin, yaitu siklus perlekatan dan pelepasan jembatan
silang miosin dengan monomer aktin. Suatu kepala miosin pertama-tama
melekat pada satu monomer aktin dan kemudian mengalami perubahan vektorial
dalam konfigurasi atau orientasi, sehingga filamen aktin digeser ke arah tengah
sarkomer.

20
Peristiwa berikutnya adalah sehingga terlepasnya perlekatan jembatan
silang myosin dari aktin kemudian kembali ke posisi semula dan siap memulai
siklus baru yang dimulai dengan melekat peda monomer aktin berikutnya.
Proses ini berlangsung sangat cepat, sehingga selama satu kontraksi otot tunggal,
Jembatan silang mengalami siklus gerakan (melekat, menggeser, terlepas)
berkali-kali. Akhimya, bila Ca ditarik kembali secara aktif ke dalam retikulum
sarkoplasma, konsentrasinya dalam mioplasma turun, Ca yang diikat troponin
dilepas, tropomiosin bergeser untuk menutup kembali tempat perlekatan miosin
pada aktin, dan otot relaksasi.
Setiap siklus jembatan silang akan menggeser filamen aktin sejauh 10 nm
dengan memerlukan 1 ATP. Satu hal yang penting dari model ini adalah bahwa
aktomiosin dibentuk secara tidak kekal, dan ATP akan dipecah hanya apabila
siklus jembatan silang selesai.14
Otot rangka atau otot lurik dibagi menjadi 2 macam dilihat dari warna
seratnya antara lain.
1) Serat merah: merah karena banyak mengandung sitokrom dan myoglobin,
pigmen pernafasan dalam otot yang berguna untuk mengikat O 2 dari dalam
darah. Sarkoplasma lebih banyak mengandung mitokondria dan granula,
tetapi lebih sedikit mikrofilamen daripada serat putih. Serat merah juga
berkerut lebih pelan daripada serat putih, tapi labih lama bisa bertahan
berkerut. Pada suatu gumpal otot kedua macam serat ini sama-sam hadir,
cuma serat merah lebih banyak di bagian dalam gumpalan. Serat ini terutama
bernafas secara aerobis.
2) Serat putih: putih, karena mengandung sedikit sitokrom, miogoblin dan
mitokondria. Terdapat di sebelah luar gumpalan otot. Serat ini bernafas
secara anaerobis, dan perlu untuk gerakan mendadak.
Para ahli olahraga menyebut, seseorang yang banyak mengandung serat putih
dalam gumpal ototnya, memiliki tenaga yang luar biasa dan akan dapat diandalkan
bakal jadi calon juara kelak dalam pertandingan. Serat merah terutama bertugas
untuk memelihara agar tubuh dapat dalam posisi tegak (duduk atau berdiri),
sedangkan serat putih terutama untuk pergerakan bagian-bagian tubuh. Serat putih
lebih tahan lama terhadap letih daripada serat merah. Pembuluh darah, pembuluh

14
Ibid., 73

21
limfa, dan urat saraf masuk ke dalam otot lewat selaput jaringan pengikat. Setiap
serat mengandung ujung akar saraf, disebut motor end plate atau lempeng ujung
motoris.15
Neuromuscular Junction
Neuromuscular junction adalah tempat akson dari saraf motorik bertemu
dengan otot dalam upaya transmisi sinyal dari otak yang memerintahkan otot untuk
berkontraksi atau berelaksasi.

Gambar 2.14 Neuromuscular Junction

Secara biokimiawi keseluruhan proses pada neuromuscular junction dianggap


berlangsungdalam 6 tahap, yaitu:
1. Sintesis asetil kolin terjadi dalam sitosol terminal saraf dengan menggunakan
enzimkolin asetiltransferase yang mengkatalisasi reaksi berikut ini:
Asetil-KoA + Kolin Asetilkolin + KoA
2. Asetilkolin kemudian disatukan ke dalam partikel kecil terikat-membran yang
disebut vesikel sinap dan disimpan di dalam vesikel ini.
3. Pelepasan asetilkolin dari vesikel ke dalam celah sinaps merupakan tahap
berikutnya. Peristiwa ini terjadi melalui eksositosis yang melibatkan fusi vesikel
dengan membrane presinaptik. Dalam keadaan istirahat, kuanta tunggal (sekitar
10.000 molekul transmitteryang mungkin sesuai dengan isi satu vesikel sinaps)

15
Dr. Wildan Yatim, Histologi, (Bnadung: Tarsito), hal.68

22
akan dilepaskan secara spontan sehingga menghasilkan potensial endplate
miniature yang kecil. Kalau sebuah akhir saraf mengalami depolarisasi akibat
transmisi sebuah impuls saraf, proses ini akan membuka saluran Ca2+ yang
sensitive terhadap voltase listrik sehingga memungkinkan aliran masuk Ca 2+
dari ruang sinaps ke terminal saraf. Ion Ca 2+ ini memerankan peranan yang
esensial dalam eksositosis yang melepaskan asitilkolin (isi kurang lebih 125
vesikel) ke dalamrongga sinaps.
4. Asetilkolin yang dilepaskan akan berdifusi dengan cepat melintasi celah sinaps
ke dalam reseptor di dalam lipatan taut (junctional fold), merupakan bagian yang
menonjol dari motor end plate yang mengandung reseptor asetilkolin (AChR)
dengan kerapatan yang tinggi dan sangat rapat dengan terminal saraf. Kalau 2
molekul asetilkolin terikat pada sebuah reseptor, maka reseptor ini akan
mengalami perubahan bentuk dengan membukasaluran dalam reseptor yang
memungkinkan aliran kation melintasi membran. Masuknyaion Na+ akan
menimbulkan depolarisasi membran otot sehingga terbentuk potensial endplate.
Keadaan ini selanjutnya akan menimbulkan depolarisasi membran otot di
dekatnya dan terjadi potensial aksi yang ditransmisikan disepanjang serabut
saraf sehingga timbulkontraksi otot.
5. Apabila saluran tersebut menutup, asetilkolin akan terurai dan dihidrolisis oleh
enzimasetilkolinesterase yang mengkatalisasi reaksi berikut:
Asetilkolin + H2O Asetat + Kolin Enzim yang penting ini terdapat dengan
jumlah yang besar dalam lamina basalis ronggasinaps.
6. Kolin didaur ulang ke dalam terminal saraf melalui mekanisme transport aktif di
manaprotein tersebut dapat digunakan kembali bagi sintesis asetilkolin.Setiap
reseptor asetilkolin merupakan kompleks protein besar dengan saluran yang
akan segera terbuka setelah melekatnya asetilkolin. Kompleks ini terdiri dari 5
protein subunit, yaitu 2 protein alfa, dan masing-masing satu protein beta, delta,
dan gamma. Melekatnya asetilkolin memungkinkan natrium dapat bergerak
secara mudah melewati saluran tersebut, sehingga akan terjadi depolarisasi
parsial dari membran post sinaptik. Peristiwaini akan menyebabkan suatu
perubahan potensial setempat pada membran serat ototyang disebut excitatory
postsynaptic potential (potensial lempeng akhir). Apabila pembukaan gerbang

23
natrium telah mencukupi, maka akan terjadi suatu potensial aksi pada membran
otot yang selanjutnya menyebabkan kontraksi otot
Macam-Macam Neurotransmitter
1) Asetilkolin (ACh)
Merupakan neurotransmitter yang tidak diproduksi di dalam neuron.
Ditransportasikan ke otak dan ditemukan diseluruh bagian otak. Ach berada
diseluruh sistem saraf pusat dan perifer. Asetilkolin memiliki konsentrasi tinggi
di basal ganglia dan cortex motorik. Fungsi utama dari Asetilkolin ini adalah
mengatut atensi, memori, rasa haus, pengaturan mood, tidur REM, memfasilitasi
perilaku seksual dan tonus otot. Jika seseorang kekurangan asetilkolin juga dapat
menyebabkan seseorang terkena penyakit Alzheimer karena zat ini sangat
dibutuhkan saat seseorang dalam keadaan sadar dan berkonsentrasi.
2) GABA (Asam gama-aminobutirat)
Ditemukan pada seluruh system saraf pusat. GABA berlokasi di
Hipotalamus, hipocampus, korteks, serebelum,basal ganglia, medula spinalis,
retina. GABA penting didalam otak karena menjaga penembakan banyak
neuron. Ia membantu ketepatan sinyal yang dibawa dari satu neuron ke neuron
berikutnnya.

3) Neropinefrin
Memiliki konsentrasi tinggi di dalam locus ceruleus serta dalam konsentrasi
sekunder dalam hippocampus, amygdala, dan kortex cerebral. Dipindahkan dari
celah synaptic dan kembali ke penyimpanan melalui proses reuptake aktif.
Menghambat penembakan neuron dalam system saraf pusat, tetapi
membangkitkan otot jantung, jantung, usus dan alat urogenitalia. Ia juga
membantu mengendalikan kewaspadaan serta berfungsi dalam proses
pembelajaran dan memory.
4) Dopamin
Dopamin adalah zat yang berfungsi untuk membuat seseorang fokus pada
hal hal tertentu atau agar seseorang memiliki konsentrasi yang tinggi.
Membantu dalam mengatur fungsi pikiran, pengambilan keputusan,

24
mengendalikan pergerakan volunter dan membantu dalam mengintegrasikan
kognisi. Dopamin juga dapat mengatur gerak tubuh dan bentuk tubuh agar
menjadi proporsional. Selain itu jika seseorang kekurangan dopamin akan
menimbulkan penyakit Parkinson.
5) Serotonin (5HT)
Serotonin adalah neurotransmitter yang berfungsi sebagai penenang
sehingga zat ini sangat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas emosi dan membuat
kita tidur. Serotonin juga berperan penting untuk menimbulkan perasaan tenang.
Jika kita kekurangan serotonin sedikit saja, maka hal tersebut dapat
menimbulkan perilaku yang dapat membahayakan orang yang bersangkutan
(misalnya saja akan timbul penyakit bulimia, kecenderungan kecanduan
terhadap bahan berbahaya seperti alkohol dan lainnya).
Kelainan Serotonin (5HT) berimplikasi terhadap beberapa jenis gangguan
jiwa yang mencakup ansietas, depresi, psikosis, migren, gangguan fungsi
seksual, tidur, kognitif, dan gangguan makan. Berfungsi dalam pengaturan tidur,
mengatur suasana hati, perhatian ,belajar, persepsi nyeri dan temperatur tubuh
serta berperan dalam perilaku aggresi atau marah dan libido. Dalam mengatur
tidur dan bangun, serotonin bekerjasama dengan asetilkolin dan norepinefrin
6) Endorfins
Termasuk dalam suatu keluarga zat kimia otak yang tergolong baru yang
menyiarkan ulang informasi neuropeptida. Endorfrins merupakan suatu bahan
kimia yang diproduksi di dalam otak dan spinal cord yang mengurangi rasa
nyeri dan meningkatkan mood. Endorfrins juga dapat melindungi tubuh dari
perasaan sakit dan meningkatkan perasaan tenang serta mempengaruhi perasaan
senang dan bahagia.
7) Oksitosin
Merupakan sebuah hormon dan neurotransmitter yang memainkan peranan
penting dalam pengalaman cinta dan ikatan anatar manusia.
8) Epinefrin (adrenalin)
Meningkatkan detak jantung dan melakukan dilatasi jalan napas untuk
meningkatkan fungsi nafas dan menyempitkan pembuluh darah di dalam usus

25
dan kulit. Bekerja bersama dengan norepinephrine yang dilepaskan oleh kelenjar
adrenal.
9) Glutamate
Glutamat merupakan neurotransmitter excitatory utama pada otak dimana
hampir tiap area otak berisi glutamate.Glutamat memiliki konsentrasi tinggi di
corticostriatal dan di dalam sel cerebellar. Gangguan pada neurotrasmitter ini
akan berakibat gangguan atau penyakit bipolar afektif dan epilepsi.Fungsi
Utama Glutamat adalah pengaturan kemampuan memori dan memelihara fungsi
automatic. 16

3) Kontraksi Otot Polos


Meskipun organisasi internal otot polos kurang jelas, namun terdapat bukti
dari pengamatan dengan mikroskop elektron adanya jembatan silang antara
filament tebal dan tipis, sehingga diyakini mekanisme kontraksi otot polos mirip
model pergeseran filamen seperti pada kontraksi otot bergaris melintang.
Kontraksi otot polos, seperti pada otot rangka dan otot jantung sangat tergantung
pada konsentrasi Ca intraseluler. Perbedaannya terletak pada mekanisme
pengaturan kontraksi oleh Ca. Pada otot rangka aktin diatur oleh reaksi Ca
dengan troponin, sedangkan pada otot polos karena miofilamen tipis hampir
tidak mengandung troponin, maka sebagai penggantinya Ca mengaktifkan otot
polos dengan pengaturan rantai miosin (myosin linked regulation).

16
Arif Mardiono, 2012, Neurotransmiter,(online)
(https://www.scribd.com/doc/111060756/Neurotransmitter#) diakses pada 21 Maret 2017

26
Gambar 2.15 Kontraksi Otot Polos
Mekanisme kontraksi otot polos sebenarnya sama dengan kontraksi otot
rangka: 1) aktin dan miosin berinteraksi melalui mekanisme sliding filament, 2)
pemicu akhir kontraksi adalah naiknya jumlah ion kalsium di lingkungan
intraseluler (di dalam sel), dan 3) proses sliding filament menggunakan energi
berupa ATP.
Selama kontraksi-eksitasi, Ca2+ dilepaskan oleh tubule retikulum
sarkoplasma dan berpindah dari sel ke ruang ekstraseluler. Dengan berikatan
dengan troponin, ion Ca2+ memicu aktivasi miosin. Akan tetapi, pada otot polos,
kompleks troponin-Ca2+ dengan berikatan dengan calmodulin (Eckert dan
Randall, 1983). Calmodulin adalah molekul regulator berupa protein sitoplasmik
yang berikatan dengan ion kalsium. Calmodulin berinteraksi dengan enzim
kinase yang disebut miosin kinase atau myosin light chain kinase (MLCK).
Miosin kinase akan memfosforilasi kepala miosin. Filamen tipis otot polos tidak
memiliki troponin, sehingga selalu berada dalam kondisi siap untuk
berkontraksi. Rangkaian peristiwa ini terjadi secara berurutan seperti berikut:
1) Konsentrasi ion Ca2+ meningkat saat ion Ca2+ memasuki sel dan
dilepaskan oleh retikulum sarkoplasma
2) Ion Ca2+ berikatan dengan calmodulin (CaM)
3) Kompleks ion Ca2+-calmodulin mengaktifkan miosin kinase atau MLCK
4) MLCK memfosforilasi kepala miosin dan meningkatkan aktivitas ATP-ase
miosin
5) Miosin aktif dan menempel dengan aktin, sehingga membentuk tegangan
otot.
Sebagaimana halnya otot rangka, otot polos berelaksasi apabila jumlah
Ca2+ menurun, tetapi mekanisme yang menjelaskan bagaimana otot polos
berhenti sama sekali melakukan aktivitas kontraktil sangat kompleks. Peristiwa
yang diketahui meliputi pelepasan kalsium dari calmodulin, transpor aktif Ca2+

27
kembali reticulum sarkoplasma dan cairan ekstraseluler, defosforilasi kepala
miosin oleh enzim fosforilase yang mengurangi aktivitas ATPase.
Otot polos membutuhkan waktu 30kali lebih lama daripada otot rangka
untuk melakukan kontraksi dan relaksasi, akan tetapi dapat mempertahankan
aktivitas kontraktil dengan periode yan lebih lama dengan energi kurang dari
1%. Jika otot rangka dianalogikan sebagai mobil yang melesat dengan cepat dan
cepat kehabisan tenaga, maka otot polos dapat dianalogikan sebagai mesin berat
yang bergerak dengan lambat, tapi tidak kenal lelah. Keefektifan energi pada
otot polos dipicu oleh kelembaman ATPase-nya dibandingkan ATPase otot
rangka. Selain itu, miofilamen otot rangka tetap bergabung satu sama lain
selama periode kontraksi yang panjang, sehingga energi yang digunakan lebih
efisien. Otot polos nampaknya tetap berikatan satu sama lain meskipun telah
mencapai tahap defosforilasi kepala miosin.
Kontraksi otot polos yang efisien dalam penggunaan ATP berperan sangat
penting dalam homeostasis. Otot polos pada arteriol dan organ-organ viseral
secara berkelanjutan melakukan kontraksi, disebut irama otot polos (smooth
muscle tone), hari demi hari tanpa lelah. Otot polos membutuhkan energi yang
lebih rendah, sehingga ATP yang dihasilkan dari respirasi aerob cukup untuk
memenuhi kebutuhannya untuk melakukan kontraksi-relaksasi.17

E. Peranan ATP dan Fosfagen pada Kontraksi 0tot


Seperti sudah dibahas sebelumnya bahwa urtuk berkoatraksi, otot memerlukin
energi ATP dengan reaksi sebagai berikut :

ATPase
ATP ADP + H3PO4 + energi untuk kontraksi

Selain ATP di dalam otot tersimpan pula fosfagen yang dapat berupa
fosforilkreatin, (atau fosfokreatin), fosforilarginin, fosforiltaurosiamin,
fosfonlglikosianin, atau fosforilambrisin. Apabila karena satu dan lain hal ATP
menurun (misalnya olah raga berat dalam waktu yang lama), maka keadaan dapat
diatasi dengan jalan merombak fosfagen. Fosfagen akan memberikan gugus

17
Ibid., 75

28
fosfatnya kepada ADP untuk resintesis ATP. Sebagai contoh fosfagen kita ambil
fosfokreatin, reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut :

keratin fosfokinase
Fosfokreatin + ADP keratin + ATP

Jika otot bekerja keras dan lama, maka mungkin pasok oksigen ke otot menjadi
kurang dan tidak mencukupi untuk mengoksidasi glukosa secara sempurna. Apabila
hal ini terjadi maka otot akan mendapatkan energinya sebagian besar dari glikolisis
anaerob. Selama glikolisis, glukosa didegradasi menjadi asam laktat dengan
mengeluarkan energi. Namun energi dari glikolisis ini tidak digunakan oleh otot
secara langsung untuk kontraksi, tetapi digunakan untuk mensintesis kembali
fosfokreatin. Persamaan reaksinya:

Glukosa asam laktat energi untuk resintesis fosfokreatin (anaerob)

Reaksi (2) dapat berlangsung bolak-balik, sehingga apabila ATP berlebihan, maka
banyak fosfokreatin dihasilkan dan disimpan dalam otot Jika otot berkontraksi
dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan. Ini berkaitan dengan menurunnya
jumlah atp, glikogen, dan fosfkreatin, sedangkan ADP, AMP dan asam laktat
meningkat kadarnya. Dalam keadaan semacam ini ATP dapat diperoleh dengan
mengubah ADP menjadi ATP dengan bantuan miokinase dan Mg++.

miokinase
2 ADP ATP + AMP
Mg++
Beberapa ATPase otot diaktifkan oleh Ca++, beberapa yang lain diaktifkan oleh Mg+
+. ATPase pada miosin otot bergaris melintang pada Vetebrata diaktifkan oleh Ca++
dan dihambat oleh Mg++ pada pH optimum 7,0. ATPase lain dalam otot diaktifkan
oleh Mg++ dan mempunyai pH optimum 7,0. Setelah otot berkontraksi maka 1/5
dari asam laktat yang tertimbun akan dioksidasi menjadi H 2O + CO2 dan energi
yang dilepas digunakan mengubah 4/5 asam laktat menjadi glikogen yang
selanjutnya disimpan dalam otot. Reaksinya

1
/5 asam laktat + O2 H2O + CO2 + energi

Asam laktat Glikogen

29
Hutang Oksigen
Dari penjelasan di atas nampak bahwa otot mampu beraktivitas dalam
keadaan anerob dengan menggunakan energy dari glikolisis. Konsekuensi dari
aktivotas ini adalah meningkatnya asam laktat dalam otot. Setelah selesai
beraktivitas, asam laktat ini sebagian kecil (1/5) dioksiadsi dan sebagian besar (4/5) di
konversi kembali menjadi karbohidrat (biasanya glikogen). Dengan demikian dapat
bahwa dalam keadaan darurat (kurang oksigen) otot menghutangoksigen , dan
apabila keadaan darurat telah terlampaui maka hutang itu akan segera dibayar 18

Gambar 2.16 Sintesis ATP

F. Gerak Silia dan Flagela


Silia merupakan organel yang sering diklasifikasikan menjadi dua tipe : (1)
flagel, merupakan organel yang relative panjang, biasanya terdapat tunggal atau
beberapa saja pada sel, dan (2) silia sebenarnya, adalah organel yang relatif kecil,

18
Ibid., 76

30
terdapat dalam jumlah besar pada permukaan sel, misalnya Paramecium caudatum,
memiliki silia sekitar 2.500 pada permukaan selnya.
Silia adalah khas pada Siliata, namun dijumpai pula pada permukaan tubuh
Coelenterata, Turbelaria, dan Nematoda. Pada semua filum hewan, kecuali
Nematoda dan Arthropoda, silia biasanya dijumpai pada tempat tertentu pada atau
dalam tubuh hewan. Flagel adalah khas pada Flagelata, namun flagel dijumpai pula
pada sel-sel khoanosit bunga karang, solenosit, dan sel nyata pada nefridia beberapa
Invertebrate, gastrodermis Coelenterata, dan sel-sel sperma beberapa kelompok
hewan.

Gambar 2.17 Silia pada Paramecium


Aktivitas silia terbatas pada medium cair, jadi hanya terdapat pada permukaan
tubuh yang tenggelam atau dikelilingi oleh cairan. Gerak silia menghasilkan salah
satu atau kedua macam akibat tergantung dari inersia permukaan yang bersilia itu.
Bila inersia nya kecil, yang terjadi adalah gerak permukaan yang bersilia itu dalam
mediumnya (berpindah tempat). Sebaliknya bila inersia nya besar atau jika
permukaan yang bersilia itu tidak dapat bergerak bebas, maka medium cair eksternal
yang bergerak melewati permukaan bersilia tersebut. Karena itu permukaan bersilia
paling efektif digunakan untuk berpindah tempat dengan cepat hanya pada hewan
yang amat kecil seperti Protozoa, Rotifera dan larva yang bersilia.19
Diameter silia dan flagela biasanya 0,2 sampai 0,5 mikrometer. Panjang silia
umumnya 10-20 mikrometer, sedangkan flagel dari 20 sampai berapa mm. Struktur
silia dan flagela pada dasarnya sama. Masing-masing mengandung 9 pasang
mikrotubul peripheral dan dua mikrotubul tunggal sentral. Susunan seperti ini
praktis berlaku pada semua silia dan flagela pada dunia hewan. Semua (94 + 2)
mikrotubuli itu disebut aksonema. Aksonema dibungkus oleh suatu membran yang

19
Diah aryulina dkk, Biologi 2, (Jakarta: Esis, 2006), hal.108

31
bersambungan dengan membran sel hewannya. Pada kira-kira titik masuknya
aksonema ke dalam sel kedua mikrotubul sentral berakhir pada semacam lempeng
kecil yang terdapat di dalam lingkaran 9 pasang lainnya, juga di dekat tempat itu
kepada masing-masing pasangan dari kesembilan mikrotubul ditambah suatu
serabut, sehingga dari dasar silia masuk ke arah dalam terdapat serabut triplet yang
tersusun melingkar. Tabung pendek yang terdiri atas 9 triplet itu disebut kinetosom
dan mempunyai struktur yang sama dengan sentriol.

Gambar 2.18 Flagella pada Sel Sperma


Pendapat baru sehubungan dengan gerak silia dan flagela adalah hipotesis
mikrotubul geser. Gerak ini memperoleh tenaga dari energi ATP. Pada masing-
masing pasang mikrotubul tepi pada aksonema terdapat dua tangan kecil yang
mengandung enzim ATP-ase untuk memecah ATP. Jika energi ikatan dalam ATP
dilepaskan, tangan-tangan itu berjalan-jalan ke pasangan sebelahnya, sehingga
mikrotubul relatif bergeser terhadap filamen lain dalam pasangan itu. Karena adanya
tahanan, mengakibatkan aksonema melengkung jika filament-filamen saling
bergeser.20
Perbedaan utama antara silia dan flagel terletak pada pola geraknya. Suatu
flagel bergerak simetris dengan undulasi mirip dengan gerakan ular, sehingga air
didorong sejajar dengan sumbu memanjang flagel. Sebaliknya silia bergerak tidak
simetris, gerak ke arah yang satu berlangsung dengan silia dalam keadaan kaku
disertai tenaga kuat dan gerak cepat (kayuhan efektif); ini diikuti oleh gerak balik
yang lambat dengan silia melengkung berawal dari pangkalnya (kayuhan balik)
sehingga kembali pada posisi semula. Air didorong sejajar dengan permukaan yang
bersilia itu lihat gambar 4.3
Gerak dasar silia terdiri atas (1) gerak pendulum (2) gerak flexural (3) gerak
undulasi dan (4) gerak corong. Ada silia dan flagel yang bergerak sesuai dengan

20
Soewolo, Pengantar Fisiologi Hewan..hal 50

32
salah satu gerak dasar tersebut, ada pula yang gerakannya merupakan kombinasi
dari dua atau lebih gerak dasar.
Gerak yang paling sederhana adalah gerak pendulum; di sini silia bergerak
seperti bandul ke arah depan dan ke belakang; yang dapat melengkung hanya bagian
pangkalnya saja. Gerak pendulum ini dapat dilihat misalnya gerak silia pada hulu
kerongkongan (faring) katak. Bentuk silia relatif tidak berbeda, baik ketika pada
pada kayuhan efektif maupun pada kayuhan balik walaupun kayuhan efektif lebih
cepat daripada kayuan balik.
Pada gerak fleksural, silia mulai melengkung di ujungnya yang dilanjutkan atau
dirambatkan ke arah bawah, kebagian basalnya. Pelurusan kembali dimulai dari
dasar ke arah ujung silia. Pelengkungan seperti ini terlihat misalnya pada silia
laterofrontal pada Lamellibranchiata.
Gerak undulasi atau tidak bergelombang secara khusus terdapat pada flagel.
Gelombang merambat dari dasar menuju ke ujung flagel dan akarnya tidak pernah
terjadi sebaliknya. Gerak silia yang merupakan gabungan antara gerak pendulum
dengan gerak flexural tergolong lazim. Pada silia frontal insang Mytilus (sebangsa
kerang laut) kayuhan efektifnya merupakan gerak pendulum yang cepat dan kaku
dengan sedikit saja melengkung. Kayuhann balik dimulai dengan pelengkungan di
dekat dasar silia dan dirambatkan ke arah ujungnya. Dengan demikian terlihat
bahwa kayuhan balik berkaitan dengan silia yang permulaannya agak lemas dan
berangsur-angsur menjadi kaku dari dasar menuju ke ujung silia.
Gerak bentuk corong dapat dianggap sebagai perpaduan antara gerak pendulum
dengan gerak fleksural. Gerak itu tidak berlangsung hanya pada satu bidang datar
tetapi pada banyak bidang datar.21

G. Sistem gerak pada hewan Invertebrata


Jaringan otot telah dijumpai mulai dari Invertebrata sampai Vertebrata.
Invertebrata telah memiliki otot lurik maupun otot polos dengan banyak variasi.
Otot lurik telah dijumpai pada Caidaria primini sampai Arthropoda. Hewan
invertebrata, misalnya pada cacing pipih, cacing gilig, hewan golongan annelida,
dan coelenterate memiliki sistem rangka hidrostatik. Adanya rangka hidrostatik

21
Ibid, hal 52

33
memungkinkan gerakan peristalsis. Gerakan peristalsis merupakan pergerakan yang
dihasilkan oleh kontraksi otot yang ritmik dari kepala sampai ekor. Gerakan
peristalsis dapat terjadi karena adanya otot sirkuler dan otot longitudinal.

Septa

Otot sirkuler
Otot longitudinal

Kompartemen berisi cairan

Gambar 2.19 Gerakan Peristaltik


Pada invertebrata yang lain membutuhkan sistem rangka untuk melindungi
tubuh mereka. Masalah ini diatasi dengan berkembangnya sistem luar atau
eksoskleton. Eksokeleton terdiri dari shell dan body case. Shell atau cangkang
merupakan eksoskleton yang tidak menutupi seluruh tubuh hewan. Shell terdiri dari
satu atau bagian (kepingan) yang tumbuh bersamaan dengan tubuh hewan
pemiliknya. Shell paling banyak ditemukan pada hewan Bivalvia dan Gastropoda
(molusca) sebaliknya, body case lebih kompleks daripada shell. Body case
merupakan eksoskleton yang menutup seluruh permukaan tubuh hewan. Body case
terdiri dari sejumlah kepingan yang disatukan pada sendi-sendi tertentu yang
fleksibel. Body case tidak dapat tumbuh sehingga secara periodik body case harus
ditinggalkan dan diganti dengan yang baru. Contohnya pada Arthopoda yang
mencangkup kelompok serangga, udang, dan laba-laba.22

22
Diah aryulina dkk, Biologi 2, (Jakarta: Esis, 2006), hal.109

34
Gambar 2.20 Moluska
Beberapa contoh lain otot penting pada invertebrata misalnya otot bivalvia dan
otot terbang pada serangga. Bivalvia atau kerang (tergolong Mollusca) memiliki dua
macam tipe otot. Pertama otot lurik yang dapat berkontraksi dengan cepat yang
memungkinkan kerang dapat mengatupkan cangkangnya dengan cepat bila ada
gangguan. Kedua adalah otot polos yang mampu melakukan kontraksi dengan
lambat dan berlangsung lama. Dengan memanfaatkan otot ini kerang dapat menutup
cangkangnya erat-erat sampai beberapa jam bahkan beberapa hari. Otot seperti ini
jelas bukan merupakan otot biasa. Kini diketahui bahwa otot retraktor atau otot
penutup cangkang memanfaatkan hanya sedikit energi metabolik dan membutuhkan
sedikit impuls untuk melaksanakan aktivitasnya.

Gambar 2.21 Lamella branchiata


Otot terbang pada serangga secara fungsional berlawanan dengan otot pada
bivalvia. Sayap pada beberapa jenis lalat kecil dapat bergerak dengan frekuensi
lebih dari 1000 kali tiap detik. Otot demikian disebut sebagai otot fibrilar. Otot-otot
untuk keperluan terbang itu (sering disebut sebagai otot terbang tak langsung) tidak
melekat langsung pada sayap melainkan pada dinding thorax. Serabut-serabut otot
vertikal yang berkontraksi menyebabkan atap thorax (tergum) turun. Berkat adanya
titik tumpu (untuk pengungkit) yang dibentuk oleh dinding lateral thorax, turunnya
tergum menyebabkan sayap bergerak ke atas. Serabut-serabut longitudinal ketika
berkontraksi akan memperpendek thorax pada arah antero posterior, ini akan

35
meninggikan toraks dan menurunkan sayap. Dua perangkat otot tersebut
antagonistik satu dengan yang lain dan dengan elastisitas dinding thorax, kontraksi
salah satu otot tersebut akan menghasilkan tegangan yang menyebabkan terjadinya
perubahan tiba-tiba pada bentuk thorax dan ini akan menegangkan perangkat otot
yang lain. Penegangan perangkat otot ini akan menginduksi kontraksinya sendiri.
Banyak aktivitas yang bersifat miogenik yaitu aktivitas yang merupakan sifat yang
melekat dalam otot itu sendiri. impuls saraf memang diperlukan agar sayap tetap
aktif, tetapi mungkin untuk setiap 20 atau lebih gerakan sayap diperlukan hanya satu
impuls saraf.23
H. Sistem Gerak Pada Hewan Vertebrata
1) Gerak Pada Hewan Akuatik
Air memiliki kerapatan yang lebih besar dibandingkan udara dan air
memiliki daya angkat yang lebih besar dibandingkan udara. Tubuh hewan yang
hidup di air memiliki massa jenis yang lebih kecil daripada lingkungannya. Gaya
angkat air yang besar dan masa jenis hewan yang kecil menyebabkan hewan
dapat melayang di dalam air dengan mengeluarkan sedikit energi.

Gambar.2.22 Lumba-Lumba

Salah satu bentuk tubuh yang paling banyak dimiliki hewan air adalah
bentuk torpedo. Bentuk tubuh ini memungkinkan tubuh meliuk ke kiri dan ke
kanan. Bentuk tubuh ikan yang streamline berfungsi untuk mengurangi
hambatan ketika bergerak di dalam air. Ekor dan sirip ekor yang lebar berfungsi
untuk mendorong gerakan ikan di dalam air. Untuk memudahkan bergerak di
dalam air, hewan air (ikan) memiliki ciri ciri seperti berikut :

23
Ibid, hal 54

36
a) Bentuk tubuh yang aerodinamis (streamline) untuk mengurangi hambatan
ketika bergerak di dalam air
b) Memiliki ekor dan sirip ekor yang lebar untuk mendorong gerakan ikan
dalam air
c) Memiliki sirip tambahan untuk mencegah gerakan yang tidak diinginkan
d) Mengeluarkan gelembung renang untuk mengatur gerakan naik turun
e) Memiliki susunan otot dan tulang belakang yang fleksibel untuk mendorong
ekor ikan di dalam air.

2) Gerak Pada Hewan di Udara


Gerak hewan di udara hanya dapat dilakukan oleh hampir segala jenis
burung. Beberapa jenis hewan misalnya burung, dapat terbang di udara dengan
cara yang unik. Tubuh hewan-hewan tersebut memiliki gaya angkat yang besar
untuk mengimbangi gaya gravitasi. Salah satu upaya untuk memperbesar gaya
angkat yaitu menggunakan sayap. Burung tebang dengan cara mengepakkan
sayap. Burung mengepakkan sayapnya dari atas ke bawah untuk menimbulkan
gerakan mengangkat dan mendorong tubuhnya di udara. Prinsip cara terbang
burung tersebut diterapkan pada pesawat terbang.
Sayap burung memiliki susunan kerangka ringan, tulang dada kuat dan
otot yang kuat. Bentuk sayap airfoil membuat udara mengalir pada bagian atas
sayap lebih cepat daripada bagian bawah. Dorongan ke bawah tersebut akan
menghasilkan gaya yang berlawanan arah sehinggan burung akan terangkat ke
atas.

Gambar 2. Sistem Gerak Pada Burung

3) Gerak Pada Hewan Terestrial

37
Kecendrungan hewan yang hidup didarat adalah memiliki otot dan tulang
yang kuat. Tulang dan otot tersebut diperlukan untuk mengatasi inersia
(kecendrungan tubuh untuk diam) dan untuk menyimpan energi pegas
(elastisitas) untuk melakukan aktifitas.
Gajah dan kerbau memiliki massa tubuh yang besar, akibatnya untuk
bergerak gajah dan kerbau harus melawan inersia yang nilainya juga besar.
Namun, perbedaan struktur tulang dan otot hewan tersebut masing-masing
hewan menyebabkan hewan tersebut dapat bergerak lebih lincah di banding
hewan lainnya. Misalnya kuda, cheetah, dan kijang. Ketiga hewan tersebut
memiliki struktur rangka dan otot yang sangat kuat, namun kijang dan cheetah
yang memiliki bentuk kaki yang lebih ramping sehingga kijang dan cheetah
memiliki elastisitas yang tinggi. Bentuk kaki yang ramping tersebut
mengakibatkan kijang dan cheetah pada saat berlari, lebih banyak melompat dan
meluncur. Gaya gesek udara yang jauh lebih kecil daripada gaya gesek
permukaan tanah membuat kijang dapat berlari dengan kecepatan yang lebih
tinggi daripada kuda.

I. Kelainan-Kelainan Pada Otot


Kelainan-kelainan otot, antara lain sebagai berikut:
1. Atrofi otot, merupakan penurunan fungsi otot karena otot mengecil atau karena
kehilangan kemampuan berkontraksi, misalnya lumpuh.
2. Distorsi otot, penyakit ini diperkirakan merupakan penyakit genetis dan bersifat
kronis pada otot anak-anak.
3. Hipertrofi otot, merupakan kelainan otot yang menyebabkan otot menjadi lebih
besar dan lebih kuat karena sering digunakan, misalnya pada binaragawan.
4. Hernia abdominal, kelainan ini terjadi apabila dinding otot abdominal sobek dan
menyebabkan usus melorot masuk ke rongga perut.
5. Kelelahan otot, karena kontraksi secara terus-menerus menyebabkan kram atau
kejang.
6. Tetanus, merupakan penyakit yang menyebabkan otot menjadi kejang karena
bakteri tetanus.
7. Keseleo, tertariknya tendon di daerah persendian dan jika terlalu keras bisa
menyebabkan putusnya otot.

38
8. Nyeri otot, aliran darah yang terhambat sehingga menyebabkan peredaran darah
tidak lancer.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
- Gerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Hewan berbeda dengan
tumbuhan karena kemampuannya untuk bergerak dengan cepat dan gerak cepat
pada hewan sering dihubungkan dengan adanya otot sedangkan Otot merupakan
suatu organ atau alat yang dapat bergerak ini adalah suatu penting bagi
organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk.
- Sifat-sifat umum otot yaitu: (1) iritabilitas (peka terhadap rangsangan), (2)
konduktivitas (mampu merambatkan impuls), dan (3) metabolisme. Selain
memiliki sifat-sifat umum, jaringan otot juga memiliki sifat-sifat khusus antara
lain kontraktilitas (kemampuan untuk berkontraksi) yang tinggi, ekstensibilitas,
dan elastisitas
- Jenis-Jenis otot yaitu ada tiga: otot polos terdiri dari sel-sel otot polos, otot
jantung merupakan otot penyusun dinding jantung dimana memiliki sifat-sifat
antara otot rangka dan otot polos dan Otot lurik atau rangka merupakan otot
yang melekat pada tulang rangka dan aktivitasnya akan menghasilkan gerakan
anggota tubuh, kepala, rahang, bola mata dan sebagainya.
- Macam kontraksi otot yaitu kontraksi isotonik dan isometrik, kontraksi otot
rangka, dan kontraksi otot polos.
- Peran ATP dan Fosfgen pada kontraksi Otot yaitu selain ATP di dalam otot
tersimpan pula fosfagen yang dapat berupa fosforilkreatin, (atau fosfokreatin),
fosforilarginin, fosforiltaurosiamin, fosfonlglikosianin, atau fosforilambrisin.

39
Apabila karena satu dan lain hal ATP menurun (misalnya olah raga berat dalam
waktu yang lama), maka keadaan dapat diatasi dengan jalan merombak fosfagen.
- Gerak dasar silia terdiri atas (1) gerak pendulum (2) gerak flexural (3) gerak
undulasi dan (4) gerak corong. Ada silia dan flagel yang bergerak sesuai dengan
salah satu gerak dasar tersebut, ada pula yang gerakannya merupakan kombinasi
dari dua atau lebih gerak dasar.
- Sistem gerak pada hewan invertebrata memiliki otot lurik maupun otot polos
dengan banyak variasi.
- Sistem gerak avertebrata dibagi menjadi tiga yaitu gerak hewan di udara, akuatik
dan tersterial
- Kelainan- kelainan pada otot antara lain atrofi otot, distorsi otot, hipertrofi otot,
Tetanus, kesleo, dan nyeri otot.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi kepada pembaca, serta
dapat dijadikan sebagai sarana untuk menambah wawasan. Penulis mengakui bahwa
dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kami memohon
kritik dan saran yang membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat
lebih baik lagi.

40
DAFTAR RUJUKAN

Aryulina, Diah dkk. 2006. Biologi 2. Jakarta: Esis

Randall, David.,Burggren.,Warren, French, Kathleen.1938. Eckert Animal physiology:


Mechanisms and Adaptations.New York: W.H Freeman and Company

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Derektorat Jendral Pendidikan


tinggi Departemen Nasional.

Yatim, Wildan. Histologi. Bandung: Tarsito

Mardiono, Arif, 2012, Neurotransmiter, (online),


(https://www.scribd.com/doc/111060756/Neurotransmitter#) diakses pada 21
Maret 2017

41

Anda mungkin juga menyukai