Anda di halaman 1dari 8

I.

JUDUL PERCOBAAN : MENGHITUNG KELIMPAHAN DAN


KEANEKARAGAMAN FAUNA TANAH PADA SUATU
EKOSISTEM DENGAN METODE BARLESS
TULGREN DAN METODE PENGAPUNGAN DENGAN
LARUTAN MgSO4

II. TUJUAN PERCOBAAN :

1. Mengetahui apa faktor penyebab tidak ada satupun fauna tanah yang di dapat
2. Mengetahui kelebihan serta kekurangan metode barless-tulgren
3. Mengetahui kelebihan serta kekurangan metode pengapungan dengan Larutan
MgSO
4. Mengetahui kegunaan lampu pada metode barless-tulgren
5. Mengetahui kegunaan larutan Larutan MgSO pada metode pengapungan

III. TINJAUAN TEORITIS :

Serangga (disebut juga insekta) adalah kelompok utama dari hewan beruas
(Arthropoda) yang bertunkai 6 (3 pasang), karena itulah mereka disebut pula Hexapoda.
Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran
serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi (Campbell, 2003).
Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam komunitas karena
batas yang tajam terbentuk oleh perbahan yang mendadak dalam sifat fisika lingkungan.
Angka banding antara jumlah spesies dan jumlah total individu
dalam suatu komunitas dinyatakan sebagai keanekaragaman spesies. Ini berkaitan
dengan kestabilan lingkungan dan beragam komunitas berbeda (Wolf, 1992).
Tubuh serangga terdiri dari 3 bagian yaitu kepala, thoraks, dan abdomen.
Kutikula dibangun oleh lapisan epikutikula, eksokutikula, dan endokutikula. Kepala
dibangun oleh cranium dimana terletak mulut, antena, dan mata. Thoraks terdiri dari 3
segmen prothoraks, mesothoraks, metathoraks. Pasangan struktur organ reproduksi
terdapat pada bagian abdomen. Serta untuk mendukung proses kehidupannya, serangga
memerlukan kesetimbangan dalam makan dan pencernaan, pernapasan, peredaran ,
ekskresi, syaraf, dan reproduksi. Saluran makan serangga terdiri dari foregut, midgut,
dan hindgut. Zat makanan yang diperlukana serangga adalah karbohidrat, asam amino,
lemak, vitamin, kolestrol, air dan mineral (Sugeng, 2010).
Hewan tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan
tanah maupun yang hidup didalam tanah. Tanah itu sendiri adalah suatu bentangan
alam yang tersusun dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil proses pelapukan
batu-batuan dan bahan organik yang terdiri dari organisme tanah dan hasil pelapukan
bisa tumbuhan dan hewan lainnya. salah satu contoh dari hewan tanah adalah serangga
(Muhamad, 1989).
Light Trap atau perangkap cahaya pada dasarnya digunakan berdasarkan
perilaku kebanyakan serangga yang tertarik akan sumber cahaya. Dapat digunakan pada
berbagai panjang gelombang cahaya sebagai agen atraktan. Jenis-jenis variasi perangkat

1
jebakan ini dapat dilengkapi dengan menggunakan corong yang mengarahkan pada bak
pengumpulan koleksi (Joshua, 2012).

IV. ALAT DAN BAHAN :

a. Alat
No. Nama Alat Jumlah
1. Lem Secukupnya
2. Hekter Secukupnya
3. Stoples 2 buah
4. Bor Tanah 1 buah
5. Sekop 1 buah
6. Kantong Plastik 2 buah
7. Karton Hitam 1 lembar
8. Lampu 45 watt 1 buah
9. Kawat jaring 1 buah

b. bahan
No. Nama Bahan Jumlah
1. Tanah Secukupnya
2. Larutan MgSO4 Secukupnya
3. H2O Secukupnya

V. PROSEDUR KERJA :

No. Cara Kerja


Cari titik stasiun yang sesuai untuk pengambilan sempel tanah
1.
Bor tanah sampai kedalaman 10 cm, bersihkan dahulu permukaan tanah dari
2.
serasah ataupun sampah
3. Masukkan sempel tanah ke dalam kantung plastik untuk tempat sementara
Setelah sampai di laboratorium, pecah-pecahkan tanah dan pindahkan ke dalam
4.
stopless yang telah di isi dengan Larutan MgSO
Aduk secara merata dan biarkan selama kira-kira 4 jam sampai tanahnya
5.
mengendap
6. Amati fauna yang mengapung dan lakukan penyaringan
7. Untuk metode Barless-tullgren, gunakan karton hitam untuk menyerap cahaya
8. Rangkai alat sebaik mungkin sehingga mampu untuk menampung tanah

9. Lakukan ekstraksi kira-kira 4 jam dan amati hewan apa yang di dapat.

2
VI. HASIL PENGAMATAN :

Pada praktikum kali ini, kelompok kami sama sekali tidak mendapatkan hasil
apapun. Atau tidak ada hewan yang terperangkap dengan menggunakan metode
pengapungan dan metode Barless-tullgren. Jadi tidak ada data yang dapat kami sajikan.
Faktor penyebabnya ialah bisa saja kondisi tanah yang di jadikan sebagai sampel
bukan merupakan tempat habitat atau tempat mencari makan oleh fauna tanah. Karena
kondisi fisik tanah yang terlihat sedikit kering dan tidak ada tanaman yang berada di
dekatnya. Bias juga akibat dari kondisi fisik lain, seperti ph tanah yang tidak cocok untuk
kebanyakan fauna tanah. Hal ini juga ada hubungannya dengan pemilihan metode yang
memang memiliki banyak kekurangan jika di terapkan pada lahan yang luas.

VII. PEMBAHASAN :

Fauna tanah adalah fauna yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan
tanah maupun yang terdapat di dalam tanah. Beberapa fauna tanah, seperti herbivora,
sebenarnya memakan tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas akarnya, tetapi juga hidup
dari tumbuh-tumbuhan yang sudah mati. Jika telah mengalami kematian, fauna-fauna
tersebut memberikan masukan bagi tumbuhan yang masih hidup, meskipun ada pula
sebagai kehidupan fauna yang lain.
Menurut Adianto (1980) dalam fatawi (2002), fauna tanah secara umum dapat di
kelompokkan berdasarkan ukuran tubuh ketergantungan terhadap air, kehadirannya di
tanaha dan menurut tempat hidupnya.
Berdasarkan ukurannya, Van Der Drift (1951) dalam Fatmawati (2002) membagi
fauna tanah menjadi empat kategori sebagai berikut :
Mikrofauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 20-200 mikron
Mesofaun : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 200 mikron 2mm
Makrofauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 2-20mm
Megafauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 20-200 mm

Berdasarkan kehidupannya, fauna tanah dibagi menjadi :


Fauna tanah temporer
Fauna tanah yang periodic
Fauna tanah yang transien
Fauna tanah yang permanen

Menurut Barnes (1997), fauna tanah memainkan peranan yang sangat penting
dalam perombakan zat atau bahan-bahan organic dengan cara :

Menghancurkan jaringan secara fisik dan meningkatkan ketersediaan daerah


bagi aktivitas bakteri dan jamur
Melakukan perombakan bahan pilihan seperti gula
Merubah sisa-sisa tumbuhan menjadi humus

3
Fauna tanah merupakan salah satu kelompok heterotrof (makhluk hidup di
luar tumbuh-tumbuhan dan bakteria yang hidupnya tergantung dari tersedianya
makhluk hidup produsen) utama di dalam tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak
akan mampu berjalan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah.
Keberadaan mesofauna tanah dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi
dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik dan
biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah.
Dengan ketersediaan energi dan hara bagi mesofauna tanah tersebut, maka
perkembangan dan aktivitas mesofauna tanah akan berlangsung baik dan timbal
baliknya akan memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah. Dalam sistem tanah,
interaksi biota tanah tampaknya sulit dihindarkan karena biota tanah banyak terlibat
dalam suatu jaring-jaring makanan dalam tanah (Arief, 2001).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan fauna tanah adalah :

Kelembaban tanah dan kandungan hara berpengaruh terhadap perkembangan


dalam daur hidup
Suhu tanah mempengaruhi peletakan telur
Cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya

Menurut fatmawati (2006) untuk mendapatkan infauna tanah, dapat digunakan


metode barles tulgren funnel dan dekantasi basah.

Metode Barles Tullgren


o Metode
Cara kerjanya adalah tanah sampel yang di ambil di taruh di atas saringan atau
kasa nyamuk yang telah ada di dalam corong. Kemudian set barles berisi tanah di
tempatkan di bawah sinar matahari atu lampu selama 4 jam. Prinsipnya, hewan tanah
tersebut akan jatuh kedalah wadah penampung karena hewan tersebut bersifat
fototaksis negative.
o Fungsi lampu
Lampu dengan ukuran 45 watt berfungsi sebagi pengganti panas cahaya
matahari, yaitu untuk mempengaruhi fauna tanah yang berada di dalam corong
penampungan tanh turun ke wadah. Hal tersebut terjadi karena hewan akan merasa
panas dengan cahaya lampu yang bersinar, maka mereka akan mencari suhu yang lebih
rendah yaitu di wadah penampungan.
o Kelebihan dan Kekurangan Metode Barles Tullgren
Kelebihan dari metode ini adalah alat yang di gunakan mudah di dapat, serta
rangkaian alat yang tidak begitu sulit dalam pengerjaannya. Waktu pengamatan juga
tidak lama.
Hanya saja kekurangan dari metode ini masih terbilang banyak, yaitu bola lampu
yang di gunakan harus memiliki ukuran watt yang tinggi agar pengerjaan atau
pengamatan dapat berjalan dengan cepat. Atau dengan kata lain, kecepatan pengamatan
di pengaruhi oleh ukuran watt dari bohlam. Kemudian metode ini juga sulit untuk di

4
terapkan dalam skala besar. Karena perhitungan jumlah lampu yang di gunakan serta
wadah penampung yang di perlukan juga harus besar jika ingin melakukan penelitian
dengan ukuran volume tanah yang banyak. Dan belum tentu dana yang telah di
keluarkan akan menghasilkan data sesuai dengan harapan, karena kemungkinan besar
dalam tanah sampel tidak terdapat fauna tanah atau hanya sedikit. Kalaupun ingin
melakukan dalam skala kecil, maka tanah sempel harus benar-benar yang berpotensi
sebagai habitat atau tempat tinggal fauna tanah. Dalam artian, keakuratan menggunakan
metode ini, sangan sedikit persen keberhasilannya.

Metode Pengapungan Dengan Mgso


o Metode
Metode pengapungan dengan MgSO di lakukan dengan cara memasukkan tanah
kedalam stopless. Lalu di campur dengan larutan MgSO untuk membuat fauna tanah
mengapung di permukaan. Prinsipnya adalah hewan tanah akan mengapung di
permukaan karena larutan MgSO yang berada di bagian atas.
o Fungsi Larutan MgSO
MgSO merupakan salah satu jenis garam dan senyawa kimia yang mengandung
magnesium, sulfur dan oksigen dengan berat jenis 1,260 (282 gr/l). berfungsi sebagai
zat yang membuat serangga di dalam tanah mengapung ke permukaan karena
perbedaan massa jenis di antara keduanya.
o Kelebihan dan Kekurangan Metode Pengapungan MgSO
Kelebihan metode ini adalah, bahan serta alat yang di gunakan terbilang murah
dan mudah di dapat. Pembuatan trap yang mudah dan cepat, tidak memakan waktu
lama. Waktu percobaan juga terbilang cepat, yaitu hanya beberapa jam saja.
Kekurangan metode ini, adalah keefektifannya dalam menjebak organisme
terbilang rendah. Bisa saja, hasil jenis hewan yang terperangkap tidak ada seperti
praktikum yang kami lakukan. Juga sampai saat ini belum ada acuan pasti waktu
pengapungan yang belum di ketahui ketepatannya. Jika terlalu lama, hewan yang
terperangkappun bisa saja hancur terkena larutan MgSO. Metode ini juga sulit, jika
ingin di kerjakan dalam skala besar. Karena memerlukan wadah pengapungan yang
besar. Maka persentasi keberhasilan dalam menggunakan metode ini terbilang sangat
kecil.

Kelimpahan Hewan dan Faktor yang Mempengaruhi


Faktor cuaca mempunyai peranan penting dalam siklus kehidupan serangga.
Dalam batas yang luas, cuaca mempengaruhi penyebarannya, kelimpahanya, dan
sebagai salah satu faktor utama penyebab timbulnya serangan hama.
Kelimpahan serangga berhubungan erat dengan :
1. Perbandingan antara kelahiran dan kematian pada suatu waktu tertentu. Kelahiran
dipengaruhi antara lain oleh cuaca, makanan dan taraf kepadatannya.
2. Kematian terutama dipengaruhi oleh cuaca dan musuh alami. Kepadatan dapat
mengakibatkan emigrasi yang dapat berarti sebagai kurangnya individu di suatu
lokasi yang dianggap suatu kematian.

5
3. Cuaca berpengaruh langsung terhadap tingkat kelahiran dan kematian, secara tidak
langsung cuaca mempengaruhi terhadap kelimpahan organisme lain. Namun,
organisme khususnya serangga mempunyai daya menahan pengaruh faktor
lingkungan fisik sehingga menjadi kebal. Organisme serangga dapat mengatasi
keadaan yang ekstrem berupa adaptasi yang berhubungan dengan faktor genetis
atau penyesuain yang sifatnya fisiologis. Serangga sesuai dengan sifatnya
mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan serta memiliki
insting yang kuat terhadap cuaca.

6
VIII. KESIMPULAN :

1. Faktor penyebab tidak di dapat fauna tanah dalam praktikum ini adalah karena bisa
saja kondisi tanah yang di jadikan sebagai sampel bukan merupakan tempat habitat
atau tempat mencari makan oleh fauna tanah. Karena kondisi fisik tanah yang
terlihat sedikit kering dan tidak ada tanaman yang berada di dekatnya, ph tanah
yang tidak cocok untuk kebanyakan fauna tanah. Hal ini juga ada hubungannya
dengan pemilihan metode yang memang masih memiliki banyak kekurangan.
2. Kelebihan dari metode ini adalah alat yang di gunakan mudah di dapat, serta
rangkaian alat yang tidak begitu sulit dalam pengerjaannya. Waktu pengamatan juga
tidak lama. Hanya saja kekurangan dari metode ini masih terbilang banyak, yaitu
kecepatan pengamatan di pengaruhi oleh ukuran watt dari bohlam. Kemudian
metode ini juga sulit untuk di terapkan dalam skala besar. Dan belum tentu dana
yang telah di keluarkan akan menghasilkan data sesuai dengan harapan. Kalaupun
ingin melakukan dalam skala kecil, maka tanah sempel harus benar-benar yang
berpotensi sebagai habitat atau tempat tinggal fauna tanah. Dalam artian,
keakuratan menggunakan metode ini, sangan sedikit persen keberhasilannya.
3. Lampu dengan ukuran 45 watt berfungsi sebagi pengganti panas cahaya matahari,
yaitu untuk mempengaruhi fauna tanah yang berada di dalam corong penampungan
tanh turun ke wadah. Hal tersebut terjadi karena hewan akan merasa panas dengan
cahaya lampu yang bersinar, maka mereka akan mencari suhu yang lebih rendah
yaitu di wadah penampungan.
4. Kelebihan metode ini adalah, bahan serta alat yang di gunakan terbilang murah dan
mudah di dapat. Pembuatan trap yang mudah dan cepat, tidak memakan waktu
lama. Waktu percobaan juga terbilang cepat, yaitu hanya beberapa jam saja.
Kekurangan metode ini, adalah keefektifannya dalam menjebak organisme terbilang
rendah. Bisa saja, hasil jenis hewan yang terperangkap tidak ada seperti praktikum
yang kami lakukan. Juga sampai saat ini belum ada acuan pasti waktu pengapungan
yang belum di ketahui ketepatannya. Jika terlalu lama, hewan yang
terperangkappun bisa saja hancur terkena larutan MgSO. Metode ini juga sulit, jika
ingin di kerjakan dalam skala besar. Maka persentasi keberhasilan dalam
menggunakan metode ini terbilang sangat kecil.
5. MgSO merupakan salah satu jenis garam dan senyawa kimia yang mengandung
magnesium, sulfur dan oksigen dengan berat jenis 1,260 (282 gr/l). berfungsi
sebagai zat yang membuat serangga di dalam tanah mengapung ke permukaan
karena perbedaan massa jenis di antara keduanya.

7
IX. DAFTAR PUSTAKA :

Campbell, et al. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Joshua, N. 2012. Metode Pit Fall Trap. Jakarta : PT. Ikhtisar Baru.

Muhammad, N. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta : Bumi Aksara.

Sugeng, L. 2010. Sensus Populasi Serangga dengan Metode Capture dan Recapture.
Bogor : IPB.

Wolf, L. 1992. Ekologi Umum. Yogyakarta : UGM.

Anda mungkin juga menyukai