Anda di halaman 1dari 10

Data Pengamatan

Hasil Pengamatan Collembola Literatur

Pseudosinella sp. diberi pewarna eosin Y


Keterangan : Sumber : M. Iksan., Utina dkk. 2012
1. Antenna tipe filiform
2. Caput
3. Toraks 2 segmen
4. Abdomen 6 segmen
5. furkula

Genus Pseudosinella Schäffer, 1897


Sumber : Winkler, Daniel & Matoes, Eduardo.
2018
Famili : Entomobrydae

Keterangan : Acherontiella sp.


1. Caput Sumber : Deharveng L. 1895 dalam Bounab H,
2. Toraks Brahim dkk. 2017
3. Abdomen Famili : Hypogastruridae
4. Furkula kecil pada manubrium
Keterangan :
1. Antenna tipe filiform
2. Caput
Coecobrya sp.
3. Toraks 1 segmen
Sumber : Zhang, Feng., Bedos, Anne &
4. Abdomen 7 segmen
Deharveng, Louis. 2016
5. Furkula
Subfamili : Entomobryinae
Terdapat kaki 3 pasang

Analisis Data
Pengamatan Morfologi
Berdasarkan data hasil pengamatan ditemukan 3 jenis Collembola, yaitu Pseudosinella
sp. dari famili : Entomobrydae, Acherontiella sp. dari famili : Hypogastruridae dan Coecobrya
sp. dari subfamili : Entomobryinae. Collembola ditemukan dari sampel tanah area kandang
bebek dan digunakan teknik dekantasi basah. Pada collembola Pseudosinella sp. dari famili :
Entomobrydae tubuh terdiri atas caput, toraks dan abdomen, bentuk tubuhnya silindris dan warna
tubuh putih transparan. Pada bagian caput terdapat antenna dengan tipe filiform dan terdiri dari 3
segmen, toraks terdiri dari 2 segmen dan abdomen terdiri dari 6 segmen, pada abdomen terdapat
furkula, kaki berjumlah 3 pasang yang terdiri dari koksa, trokanter, femur dan tibia.
Acherontiella sp. dari famili : Hypogastruridae tubuh terdiri atas caput, toraks dan abdomen,
caput terdapat antenna bertipe gada, bagian toraks terdiri dari 2 segmen, dan abdomen terdiri dari
6 segmen, bagian posterior abdomen terdapat furkula yang pendek warna tubuh putih dan
Coecobrya sp. dari subfamili : Entomobryinae tubuhnya terdiri atas caput, toraks dan abdomen.
Caput terdapat antenna dengan tipe filiform, toraks terdiri 1 segmen, abdomen terdapat 7 segmen
dengan 3 pasang kaki, kakinya terdiri atas koksa, trokanter, femur dan tibia, memiliki furkula
yang panjang sertang bercabang. Warna tubuh yang ditemukan say pengamatan adalah putih
bening.

Pembahasan
Morfologi Collembola
Hasil pengamatan collembola dihasilkan Pseudosinella sp. tubuh terdiri atas caput, toraks
dan abdomen, bentuk tubuhnya silindris dan warna tubuh putih transparan. Pada bagian caput
terdapat antenna dengan tipe filiform dan terdiri dari 3 segmen, toraks terdiri dari 2 segmen dan
abdomen terdiri dari 6 segmen, pada abdomen terdapat furkula, kaki berjumlah 3 pasang yang
terdiri dari koksa, trokanter, femur dan tibia, hal tersebut sesuai dengan dasar teori yang
menjelaskan bahwa Pseudosinella sp. dari famili Entomobrydae mempunyai Tubuh silindris
tidak bersisik dan hanya dengan setae yang sederhana, warna tubuh tidak memiliki pigmen atau
putih bening seperti berlemak, Abdomen terdiri dari 6 ruas yang jelas. panjang ruas abdomen IV
hampir dua kali ruas abdomen III, Panjang tubuh 1,87 - 3,11 mm., nisbah antena I:II:III:IV
bervariasi, memiliki rambut atau duri atau setae dibagian dorsal, furkula berkembang dengan
bagus, bentuk mukro melebar, tridentata, mempunyai dua lamella, empat gigi yang tajam dan
meruncing. mata 8 + 8 ( M. Iksan., Utina dkk. 2012). Berdasarkan habitatnya Pseudosinella sp.
ditemukan pada area kandang bebek dengan serasah untuk mencari bahan organik untuk sumber
makanannya dan juga collembola berperan dalam decomposer tanah, hal tersebut sesuai
berdasarkan (Tjahyana, 2007) jenis Collembola yang dominan pada habitat vermikompos dalam
penelitian yaitu Pseudosinella sp. Selain ditemukan pada habitat vermikompos, jenis ini juga
banyak ditemukan di luar gua di antara seresah dan menurut Widyawati (2008), jenis
Pseudosinella sp. juga dijumpai pada seresah. Collembola dari jenis Entomobrydae umumnya
ditemukan pada lapisan teratas serasah daun. Jenis Collembola yang hidup pada atau dekat
dengan permukaan tanah umumnya memiliki tubuh dengan warna yang lebih mencolok, indera
yang berkembang dengan baik, serta memiliki antena dan furcula. Jenis lain yang berukuran
lebih kecil lebih banyak ditemukan pada bagian tanah yang lebih dalam dengan karakteristik
sebaliknya, yaitu warna yang pucat, indera yang kurang berkembang dengan baik, dan tanpa
furcula. Bahan organik yang biasa dicerna mencakup hifa dan spora fungi, sisa-sisa tanaman, dan
ganggang hijau uniseluler (Widyawati, 2008). Collembola berpengaruh pada dinamika populasi
fungi karena kebiasaannya memakan hifa dan spora fungi (Widyawati, 2008).
Ciri morfologi yang didapatkan dari Acherontiella sp. famili Hypogastruridae tubuh
terdiri atas caput, toraks dan abdomen, caput terdapat antenna bertipe gada, bagian toraks terdiri
dari 2 segmen, dan abdomen terdiri dari 6 segmen, bagian posterior abdomen terdapat furkula
yang pendek dengan manubium yang lebar, warna tubuh putih dengan habitat pada area
berserasah pada kandang bebek, berdasarkan (Deharveng & Hamra Kroua, 2004 dalam Bounab
H, Brahim dkk. 2017) dijelaskan bahwa famili Hypogastruridae memiliki mata reduksi 4+4,
memiliki chaetotaxy tibiotarsus (tibiotarsi I, II dan III dengan 17, 17 dan 16 chaetae sebagai
ganti 18, 18 dan 17), warna tubuhnya biasanya putih dan warna seperti lemak, segmen tubuhnya
rata-rata pada abdomen 5-8 segmen, pada toraks terdiri dari 3 segmen, memiliki tiga duri anal
tanpa papillae dan cakar, memiliki manubrium yang luas dan terdapat furkula yang sangat kecil,
tubuhnya banyak ditumbuhi cheta. Acherontiella sp. yang banyak ditemukan di area serasah
kandang bebek karena kebutuhannya untuk mencari bahan organik sebagi sumber makanan
utamanya, hal ini sesuai berdasarkan Aktifitas collembola (famili Hypogastruridae) membantu
jasad renik dalam merombak bahan bahan organik sehingga proses dekomposisi menjadi lebih
cepat dengan cara: 1) menghancurkan sisa-sisa tumbuhan sehingga berukuran lebih kecil, 2)
menambahkan protein atau senyawa-senyawa yang merangsang pertumbuhan mikroba, dan 3)
memakan sebagian bakteri yang berakibat merangsang pertumbuhan dan kegiatan metabolik dari
populasi mikroba (Amir, 2008).
Ciri morfologi yang didapatkan dari Coecobrya sp. subfamily Entomobryinae tubuhnya
terdiri atas caput, toraks dan abdomen. Caput terdapat antenna dengan tipe gada, toraks terdiri 1
segmen, abdomen terdapat 7 segmen dengan 3 pasang kaki, kakinya terdiri atas koksa, trokanter,
femur dan tibia, memiliki furkula yang panjang sertang bercabang. Warna tubuh yang ditemukan
saat pengamatan adalah putih bening. Hal tersebut sesuai dengan pengamatan (Zhang, Feng.,
Bedos, Anne & Deharveng, Louis. 2016) bahwa Coecobrya sp. sub famili Entomobryinae
merupakan famili terbesar pada ordo collembola, tubuhnya berwarna kecoklatan, putih, hingga
tidak berpigmen, ukuran panjang maksimal ±3.03 mm, panjang antenna pada caput atau kepala
±2.14-2.77 mm, tidak terdapat chaetae halus panjang pada antenna, Annulated Ant.IV berlemak,
tidak memiliki mata (blind), memiliki chaetea di sisi ventral kepala, serta cheatea halus di
tibiotarsal, ventral tube dan dorsal caetotaxy. Memiliki antenna panjang bertipe gada, Segmen
pada abdomen ±6-8 segmen dan ruas andomen keempat sangat besar dengan protoraks menyusut
biasanya tidak terlihat dari atas dan tidak memiliki rambut-rambut duri atau seta di bagian dorsal,
tubuhnya bersisik dan seta kadang berbentuk gada, toraks pada spesies modifikasi ada yang
memiliki segmen toraks ada yang tidak, furkula berkembang baik pada manubrium panjang dan
bercabang. Collembola Coecobrya sp. subfamily Entomobryinae yang ditemukan saat
pengamatan pada area serasah kandang bebek karena pada area tersebut banyak bahan organik
untuk bahan makanan dan membantu proses decomposer tanah, sesuai dengan (Greenslade, P.
2015) bahwa subfamily Entomobryinae memiliki peran sebagai detritivor tanah. Habitat alami
adalah permukaan tanah yang banyak mengandung humus dan serasah, humus dan serasah yang
akan diolah oleh collembolan dengan proses nitrifikasi dan denetrifikasi untuk menjadi tanah
menjadi subur (nitrogen), selain itu mempunyai peran aktif dalam pengaturan perbandingan
Carbon dan Nitrogen tanah. Perbandingan Carbon dan Nitrogen pada tanah merupakan
parameter laju perombakan bahan organik. Tumbuhan tidak dapat mengasimilasi apabila
perbandingan Carbon dan Nitrogen bahan organik dalam tanah lebih dari 20 (Susetya, 2012).

Prosedur pembuatan preparat collembola


Menurut (Ganjari, Leo Eladisa. 2012) pembuatan preparat collembola adalah dengan
reknik Vermikomposting meliputi :
Alat dan Bahan
Bahan : jerami, cacing tanah (Lumbricus rubellus), serbuk gergajian kayu, kotoran ayam, kapur,
alkohol 70 %, gliserin, dan air.
Alat : bak plastik, timbangan, alat sampling vermikompos (ukuran: 3 cm x 3 cm x 3 cm), alat
Belese Tulgren, pipet kaca, mikroskop, gelas benda, gelas penutup, kuas ukuran 1, botol flacon (
10 ml), kantong plastik, pH meter tanah, termometer, hidrometer tanah, karung plastik, kertas
tissue, kertas label, alat tulis, dan kamera digital.
Cara Kerja
A. Penyiapan Vermikomposting
1. Disiapkan bahan media vermikomposting berupa: jerami, serbuk gergajian kayu, kotoran
ayam dan kapur.
2. Jerami dipotong dengan ukuran 1-2 cm.
3. Bahan media dicampur dengan perbandingan berat: 5 kg jerami: 2,5 kg serbuk gergajian
kayu: 2,5 kg kotoran ayam.
4. Campuran bahan media disiram dengan air kapur sampai basah
5. Media ditutup dengan karung plastik didiamkan selama 7 hari.
6. Media dibuka dan diukur suhu, kelembaban dan pH-nya, disesuaikan dengan kebutuhan
hidup cacing tanah. Menurut (Rukmana 1999 dalam Ganjari, Leo Eladisa. 2012), cacing
tanah membutuhkan suhu media 15 ºC – 25 ºC, kelembaban 15 % - 30 %, dan pH media
6,0 – 7,2.
7. Media dimasukkan ke dalam bak vermikomposting, dengan ketinggian 20 cm.
8. Cacing tanah dimasukkan ke dalam bak vermikomposting sebanyak 100 gram.
B. Sampling Vermikompos
1. Dilakukan sampling vermikompos sebanyak 5 kali selama proses
2. vermikomposting (yaitu minggu ke-I, minggu ke-II, minggu ke-III, minggu
3. ke IV dan minggu ke V).
4. Dilakukan 3 kali ulangan untuk setiap sampling vermikompos.
C. Pemisahan Collembola dari Vermikompos
1. Pemisahan Collembola dari bahan vermikompos dilakukan dengan menggunakan alat
Belese Tulgren (Michael, 1994; Suin, 1997)
2. Disiapkan alat Belese Tulgren
3. Sampel vermikompos diletakkan pada bagian saringan alat Berlese Tulgren.
4. Alat penampung Collembola diisi dengan alkohol 70 % yang sudah dicampur gliserin
dengan perbandingan 1:1.
5. Lampu pada alat Berlese Tulgren dinyalakan
6. Proses pemisahan Collembola berlangsung selama satu seminggu
7. Tempat penampung Collembola diambil dan Collembola dimasukkan ke dalam botol
flacon yang berisi cairan alkohol 70 % dan gliserin.
8. Botol flacon diberi label
9. Kemudian diindentifikasi collembolan yang ditemukan.
Lanjut mengunakan teknik paraffin, Metode parafin termasuk metode dengan pengamatan
secara mikroskopis dari suatu jaringan atau hewan melalui preparat permanen yang dibuat
dengan metode parafin. Pembuatan preparat dengan metode parafin adalah metode yang paling
umum digunakan untuk pembuatan preparat permanen, baik pada tumbuhan ataupun pada hewan
(Michael, 1994), untuk Embendding (penanaman) dibuat cetakan paraffin pada kaca benda,
setelah hewan dimasukkan dalam cetakan terdapat beberapa medium yang dapat digunakan
untuk preparat seperti gliserol atau gliserin yang berfungsi membuat hewan dalam keadaan
isotonik. Pada teknik paraffin tahap awal adalah :
(Pencucian atau washing) pencucian pada pembuatan preparat hewan menggunakan larutan
garam fisiologis. Larutan garam fisologis yang bisa dipakai:
a. NaCl 0.8-0.9%
b. Larutan Ringer, dapat digunakan untuk hewan berdarah panas dan dingin. Komposisi
larutan ringer adalah:
 NaCl, CaCl, KCl, K2CO3, air untuk hewan berdarah panas.
 NaCl, CaCl, KCl, Na2CO3, air untuk hewan berdarah dingin.
NaCl merupakan larutan fisologis yang umumnya digunakan, biasanya dalam waktu 15 menit.
Perlu diperhatikan, jangan sekali-kali dicuci dengan air, karena akan menyebabkan
pembengkakan sel.
Fiksasi (Fixation), Fiksasi adalah usaha yang dapat mempertahankan elemen-elemen sel atau
jaringan agar tetap berada pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun
ukuran.
FAA ini juga dapat digunakan untuk jaringan hewan. Formula FAA untuk jaringan hewan
adalah:
Formalin 10 ml
Alkohol 70% 90 ml
Asam asetat grasial 2 ml
Lama fiksatif 3 jam, tanpa pencucian.
Lama jaringan disimpan dalam larutan fiksatif tergantung pada:
 Jenis jaringan, misalnya jaringan tendon perlu waktu lebih lama dari jaringan
intestinum
 Tebal atau tipisnya jaringan atau ukuran jaringan, makin tebal dan besar jaringan
yang difiksasi maka semakin lama waktu yang diperlukan
 Jenis fiksatif, setiap fiksatif memiliki kecepatan penetrasi yang berbeda.
Tujuan dilakukan fiksasi dalam pembuatan preparat dengan menggunakan metode paraffin
adalah:
1. mematikan (menghentikan proses-proses metabolisme)jaringan dengan cepat, sedangkan
keadaan sedikit banyaknya mendekati keadaan semula.
2. mencegah terjadinya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh mikroorganisme ataupun
kerusakan oleh jenis enzim yang terkandung oleh jaringan itu sendiri, yang dikenal
dengan autoloisis.
3. Meningkatkan daya pewarnaan karena adanya bahan-bahan keras (mordant) yang
merupakan komponen jaringna fiksatif.
Kemudian penananaman dan pemberian larutan afiksasi sebagai tahap akhirnya.

Teknik lain pembuatan preparat collembola adalah dapat mengunakan tenik Hoyer’
menurut (Henderson. 2001 dalam Affandi. 2008) dengan membuat cetakan dari lilin diatas kaca
benda, kemudian setees medium Hoyer’s ditempatkan pada preparat kaca. Collembola atau
Aracnida (tungau) dengan metode berlese funnel atau dekantasi yang terdpaatpada botol berisi
alcohol dipindahkan ke dalam cawan petri. Dengan jarum ose yang sudah diolesi dengan
medium hoyer’s diambil dan dipindahkan ke preparat kaca yang berisi medium hoyer’s
kemudian ditutup dengan kaca penutup dan dipanaskan di atas Bunsen berner untuk
merelaksasikan semua organ tubuh Collembola atau Aracnida (tungau) serta menghilangan
gelembung udara yang terkandung pada medium Hoyer’s serta tubuh Collembola atau Aracnida
(tungau) selain mengunakan bunsen berner dapat dipanaskan mengunakan oven suhu 43-45˚C
hingga medium Hoyer’s mengering, tahap akhirnya diolesi cat kuku untuk mencegah rehidrasi
dari medium. Fungsi dari medium hoyer’s adalah Hoyer's medium adalah agen encapsulating
untuk persiapan mikroskopis, terutama cocok untuk hewan mikroskopis agar mudah untuk
dipelajari, karena indeks biasnya cocok untuk mengamati bagian transparan. Medium sebagian
besar terdiri dari hidrat kloral gliserol atau gliserin yang berfungsimmebuat sel dalam tubuh
hewan tetap isotonik.
Daftar Rujukan

Affandi. 2008. Koleksi Dan Indentifikasi Tungau Predator (Ascidae: Asca) Serta Kelimpahannya
Pada Ekosistem Jeruk Mandarin. Jurnal Holtikultura 18(3):331-342. Balai Penelitian
Tanaman Buah Tripoka : Solok.
Amir, Andi Muhammad. 2008. Peranan Serangga Ekor Pegas (Collembola) dalam Rangka
Meningkatkan Kesuburan Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. .Warta,Volume 14, Nomor 1 April 2008 :16-
17ISSN-0853-8204.
Bounab H, Brahim., M. Bendjaballah & S Kroua, Hamra. 2017. Some Poduromorpha
(Hexapoda: Collembola) of Northeastern Algeria. Journal of Entomology and Zoology
Studies 5(4): 966-971. Département de Biologie Animale, Université des Frères Mentouri
Constantine : Algérie.
Eladisa Ganjari, L. 2012. Kemelimpahan Jenis Collembola pada Habitat
Vermikomposting. Widya Warta, 36(2). Universitas Widya Mandala : Madiun.
Henderson, R.C. 2001. Technique for ositional Slide-Mounting of Acari. Sys. And Allp. Acarol.
Special Publication 7:1-4.
Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Penerbit
Universitas Indonesia : Jakarta.
Rukmana, R. 1999. Budi Daya Cacing Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Suin, N. M. 1997. Ekologi Hewan Tanah. Penerbit: Bumi Aksara.
Susetya, Darma. 2012. Panduan Lengkap Pembuatan Pupuk Organik. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Greenslade, P. 2015. Updating the New Zealand checklist of Collembola: a synonymy
and new combinations. New Zealand Journal of Zoology, 42(4), 259-269.
Tjahyana., Nurcahya, A. Eddy., D. Setiadi, E. Guhardja, M. Y. Setiadi. 2007. Populasi
Collembola di Lahan Revegetasi Tailing Timah di Pulau Bangka. Biodiversitas 8( 4): 309-
313.
Windyawati., Indriyati dan L. Wibowo. 2008. Keragaman dan Kemelimpahan Collembola serta
Arthropoda Tanah di Lahan Sawah Organik dan Konvensional pada Masa Bera. J.HPT
Tropika. 8(2): 110-116.
Winkler, Daniel & Matoes, Eduardo. 2018. New species of Pseudosinella Schäffer, 1897
(Collembola, Entomobryidae) from Hungary. Zootaxa 4382 (2): 347–366. Faculty of
Forestry, Institute of Wildlife Management and Vertebrate Zoology, Hungary : Mongolia
Press.
Zhang, Feng., Bedos, Anne & Deharveng, Louis. 2016. Cave-Dwelling Coecobrya From
Southern China With A Survey Of Clypeal Chaetae In Entomobryoidea (Collembola).
European Journal of Taxonomy 226: 1–21. Nanjing Agricultural University : China.

Anda mungkin juga menyukai