Anda di halaman 1dari 14

RESPIRASI BAKTERI

LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi


Yang Dibimbing Oleh Prof. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd

Oleh:

Kelompok 2
Pendidikan Biologi/Offering B
Atika Aggraini 180341863044
Dea Aulia L 180341663069
Jevi Milda R 180341863008
M. Amin Rais 180341863060
Nikita Rizky 180341863059

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI BIOLOGI
September, 2018
A. Topik
Respirasi Bakteri
B. Hari/Tanggal
Sabtu, 15 September 2018
C. Tujuan
Untuk menentukan sifat respirasi bakteri
D. Dasar Teori
Makanan yang tersedia sehari-hari, terkadang jika disimpan terlalu lama
atau dibiarkan begitu saja, lama-kelamaan dapat menjadi busuk. Hal ini tentu
saja dapat merugikan seseorang apabila makanan tersebut dimaksudkan untuk
dimakan dilain waktu atau bahkan dijual. Salah satu penyebab busuk itu adalah
adanya mikroba yang hidup pada makanan tersebut (Dwijosaputro, 1988).
Setiap organisme di alam selalu melakukan aktivitas metabolisme dasar
untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Begitupula dengan mikroba. Hal
tersebut merupakan proses yang spontan yang dapat mempertahankan
tingkatan organisasi tertentu karena selalu mendapatkan suplai energi dari
lingkungan. Setiap jasad hidup memiliki sifat-sifat yang dapat digolongkan ke
dalam dua kelompok kegiatan, yaitu metabolisme dan pelestarian diri. Di
dalam arti luas metabolisme diartikan dengan fungsi-fungsi nutrisi, síntesis,
dan respirasi(Dwijosaputro, 1988).
Respirasi adalah penggunaan rantai angkut elektron untuk mengantarkan
elektron ke penerima elektron anorganik akhir. Energi dapat diperoleh melalui
fosforilasi oksidatif, tetapi prosesnya dapat menggunakan oksigen sebagai
penerima elektron terakhir (respirasi aerob) atau senyawa anorganik lainnya
(respirasi anaerob) (Volk dan Wheeler, 1988). Kebutuhan akan oksigen bebas
dari udara bagi mikroba untuk respirasi sel sangat berbeda, tergantung pada
adanya system enzim biooksidatif yang ada pada tiap spesies sehingga dikenal
adanya respirasi aerob dan anaerob. Respirasi yang menggunakan oksigen
bebas sebagai penerima electron disebut respirasi aerob, sebagai yang
menggunakan senyawa anorganik sebagai penerima elektron disebut respirasi
anaerob (Utami, 2004).
Medium cair merupakan medium yang tidak mengandung bahan pemadat
(misalnya serbuk agar). Medium cair dapat dipakai untuk menumbuhkan
bakteri yang akan dipelajari sifat respirasinya. Sifat respirasi bakteri tersebut
dapat diketahui dari tempat terkumpulnya sel-sel bakteri yang ditandai dari
letak zona yang tampak keruh pada medium cair itu (Hastuti, 2012). Menurut
Hastuti (2012) dalam pemanfaatan Oksigen (O2) untuk respirasinya, bakteri
dibagi menjadi 4 kelompok yaitu sebagai berikut.
1. Aerob obligat, yaitu kelompok bakteri yang membutuhkan O2 yang
sangat banyak sebagai akseptor akhir dalam oksidasi biologis atau
respirasi aerob.
2. Anaerob obligat yaitu kelompok bakteri yang tidak membutuhkan O2
bebas, bahkan jika kontak dengan oksigen akan mematikan organisme
tersebut.
3. Fakultatif aerob atau fakultatif anaerob, dapat menggunakan O2 sebagai
akseptor elektron, atau sebagai penggantinya, diambil oksigen dari
garam-garam seperti NaNO3. Penggunaan pengganti ini kadang-kadang
disebut juga respirasi anaerob.
4. Mikroaerofil, bakteri kelompok ini akan terhambat pertumbuhnya oleh
oksigen yang jenuh. Pertumbuhan terbaik baik bagi kelompok
organisme ini adalah konsentrasi oksigen terbatas

Gambar 1. Distribusi mikroba dalam medium cair (Hastuti, 2012)


E. Alat dan Bahan
Alat Bahan
 Timbangan  Beef extract
 Watch glass  Bectopepton
 Sendok  Aquades
 Kacapengaduk  Kapas
 Labu Erlenmeyer 500 ml  Kainkassa
 Labu Erlenmeyer 100 ml  Alcohol 70%
 Tabungreaksi  Lisol
 Gelasukur 10 ml  Vaseline
 Otoklaf  Sabuncuci
 Kompor gas  Lap
 Raktabungreaksi  Biakanmurni bakteri (koloni 1
 Gunting dankoloni 2)
 Jaruminokulasiberkolong
 Incubator
 Laminar air flow

F. Cara Kerja
1. Cara Membuat Media Cair
5 kelompok x 2 ulangan x 5 ml = 50 ml100 ml.
1 tabung @ 5 ml
Bahan:
3 𝑔𝑟
 Beef extract 3 gram 1000 𝑚𝑙 x 100 ml = 0,3 gram
5 𝑔𝑟
 Bectopepton 5 gram 1000 x 100 ml = 0,5 gram
 Aquades100 ml
Bahan yang digunakan ditimbang menggunakan neraca analitik (0,3 gram beef
extract, 0,5 gram becto pepton, aquades 100 ml)

Disiapkan 100 ml aquades

Dimasukan 0,3 gram beef extract, 0,5 gram becto pepton, aquades 100 ml ke dalam
gelas beaker 500 ml

Dipanaskan diatas hotplate yang diikuti oleh pengadukan dengan menggunakan


magnetic stire

Dipanaskan hingga homogen

Dimasukan kedalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 5 ml dan mulut tabung


disumbat dengan kapas

Dimasukan ke dalam autoklaf untuk disterilisasi

Otoklaf diisi air hingga di atas sedikit angsang ±1 cm

Dimasukkan panci dan media yang akan disterilisasi ke dalam panci yang disusun
dengan rapi

Dipasang tubuh sterilisator cocok dengan tempatnya, yang terletak pada tutup

Otoklaf ditutup dengan rapat, dipastikan baut-baut yang ada dibagian atas tutup
sudah terpasang

Diputar serentak secara bersama-sama baut-baut yang berlawanan letaknya agar tutup
autoklaf berada pada posisi yang tepat

Dibuka pengatur katup pengaman , agar udara yang ada di dalam autoklaf keluar

Dinyalakan kompor, hingga terdengar bunyi desisan dan katup segera ditutup

Dijaga skala jarum pada 15 lbs ±15 menit lalu kompor dimatikan

Ditunggu hingga tekanan turun menjadi 0 untuk meluruskan katup pengaman dan
dibuka tutup otoklaf untuk mengeluarkan medium steril

Di simpan medium dalam inkubator selama 2 x 24 jam


2. Cara Kerja Pengamatan Respirasi Bakteri

Medium cair dibuat dengan formula seperti medium NA tanpa penambahan


agar powder

Diisi tabung reaksi sebanyak 5 ml

Disterilkan medium dan aquades dengan menggunakan otoklaf

Ditunggu 2 x 24 jam

Dipilih 2 macam koloni yang akan diperiksa

Diinokulasikan kedua macam suspensi koloni bakteri ke dalam medium cair.


tiap medium cair sebanyak 1 kolong jarum inokulasi. kemudian tabung reaksi
diputar putar.

Diamati tipe respirasi setelah 2 x 24 jam

Perhatikan dimana bakteri mengelompok kemudian tentukan sifat respirasi


bakteri tersebut aerob, anaerob, anaerob fakultatif, mikroaerofil
G. Hasil Pengamatan
No Letak Distribusi Tipe Respirasi Gambar
Koloni Sel Bakteri Bakteri
Dalam Tabung
1 Menyebar Anaerob
fakultatif

Kontrol J1

2 Menyebar Anaerob
Fakultatif

Kontrol J2

H. Analisis Data
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan mengenai respirasi
pada bakteri. Medium yang digunakan adalah medium cair yang dibuat
dari nutrien cair tanpa agar, yaitu 0,3 gram beef extract; 0,5 gram bacto
pepton, dan 100 ml aquades yang dicampur dan dipanaskan hingga
mendidih. Medium cair yang telah dibuat dimasukkan dalam tabung
sebanyak 5 ml dan ditutup kapas lalu disterilkan menggunakan otoklaf dan
disimpan selama 2x 24 jam. Cara sterilisasi dengan otoklaf antara lain
mengisi air hingga di atas sedikit angsang ±1 cm lalu memasukkan panci
dan memasukkan media yang akan disterilisasi ke dalamnya yang disusun
dengan rapi, tubuh sterilisator dipasang cocok dengan tempatnya, yang
terletak pada tutup. Otoklaf ditutup dengan rapat, pastikan baut-baut yang
ada dibagian atas tutup sudah terpasang. memutar serentak secara
bersama-sama baut-baut yang berlawanan letaknya agar tutup autoklaf ini
berada pada posisi yang tepat, kemudian pengatur katup pengaman dibuka,
agar udara yang ada di dalam autoklaf keluar. Saat sumber pemanas (api)
dari kompor dinyalakan, dan sudah keluar uap banyak hingga terdengar
bunyi desisan, katup segera ditutup. Skala jarum dijaga pada 15 lbs ±15
menit lalu kompor dimatikan. Tunggu hingga tekanan turun menjadi 0
untuk membuka atau meluruskan katup pengaman dan membuka tutup
otoklaf untuk mengeluarkan medium steril.
Masing-masing koloni yang akan diuji diinokulasikan ke dalam
medium cair menggunakan jarum berkolong, kemudian tabung diputar
putar dengan tujuan menghomogenkan bakteri dalam medium cair.
Inokulum yang telah dibuat disimpan dalam inkubator dengan suhu 37°C
dan diamati setelah 2 x 24 jam. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui
bahwa pada koloni 1 letak distribusi sel menyebar pada tabung, hal
tersebut menandakan bahwa bakteri pada koloni 1 bersifat anaerob
fakultatif. Pada koloni 2 letak distribusi sel menyebar pada tabung, hal
tersebut juga menandakan bahwa bakteri pada koloni 2 bersifat anaerob
fakultatif
I. Pembahasan
Menurut Chan & Pelczar (1986), gas-gas utama yang
mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah oksigen dan karbondioksida.
Bakteri memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal respon terhadap
oksigen bebas. Dan atas dasar tersebut maka mudah sekali untuk membagi
mereka menjadi empat kelompok aerob, anaerob, anaerob fakultatif,
mikroanaerob, dan kelompok ini dapat dibedakan menurut pola
pertumbuhan didalam tabung-tabung reaksi.
Menurut Mader (2010) Bakteri sangat beragam dalam hal gaya
hidup metaboliknya. Sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya,
bakteri tidak jauh berbeda dengan organisme lain. Satu perbedaan,
bagaimanapun, menyangkut kebutuhan oksigen. Beberapa bakteri bersifat
anaerob obligat dan tidak dapat tumbuh di hadapan oksigen bebas.
Beberapa penyakit serius seperti botulism, gangren gas, dan tetanus-
disebabkan oleh bakteri anaerob yang menginfeksi lingkungan yang bebas
oksigen di tubuh manusia, seperti usus atau luka tusuk yang dalam.
Bakteri lain, yang disebut anaerob fakultatif, dapat tumbuh baik di
hadapan atau tidak adanya oksigen gas. Kebanyakan bakteri,
bagaimanapun, adalah aerobik dan, seperti hewan, memerlukan pasokan
oksigen yang konstan untuk melakukan respirasi sel.
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan respirasi bakteri
yang telah diisolasi dari buah busuk. Setelah menumbuhkan bakteri pada
medium lempeng Nutrient agar, koloni tunggal yang terpisah kemudian di
inokulasikan kedalam medium cair. Fungsi pemindahan bakteri kedalam
medium cair NB adalah untuk melihat tipe respirasi dari bakteri yang telah
di isolasi. Respirasi disini menyangkut kebutuhan oksigen. Menurut Hogg
(2005) cara mengetahui tipe respirasi dari bakteri adalah
menumbuhkannya pada medium cair. Mikroorganisme memiliki
kebutuhan oksigen yang berbeda. Dalam medium cair, mikroorganisme
akan tumbuh dan menempati wilayah yang berbeda dari medium dimana
posisi tumbuhnya akan mencerminkan pola penggunaan oksigen mereka.
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh tubuh dimana
jumlahnya sekitar 20 persen dari atmosfer. Sebagian besar organisme
bergantung pada oksigen untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan.
Organisme yang sangat bergantung pada oksigen dalam proses
metabolismenya disebut aerob. Namun, tidak semua organisme bersifat
aerob, ada beberapa organisme yang hidup tanpa memutuhkan oksigen
yang dikenal dengan organisme anaerob.
Bakteri aerobik membutuhkan oksigen untuk bertindak sebagai
akseptor elektron terminal dalam rantai respirasinya. Menurut Hogg
(2005) Bakteri aerob ketika ditanam dalam kultur laboratorium, harus
diberikan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigennya.
Untuk lapisan media yang dangkal seperti dalam cawan petri, oksigen
yang cukup tersedia dilarutkan dalam kelembaban permukaan. Dalam
medium yang lebih dalam seperti tabung reaksi, aerob hanya akan tumbuh
di lapisan permukaan kecuali pada medium tersebut diberikan oksigen
tambahan disediakan (oksigen tidak larut dalam air). Ini biasanya
dilakukan dengan pengadukan atau pengadukan mekanis.
Bakteri anaerob obligat tidak dapat mentoleransi oksigen sama
sekali. Bakteri tersebut dikultur dalam ruang anaerobik khusus, dan
oksigen dikeluarkan dari semua media cair dan padat. Anaerob fakultatif
dapat bertindak seperti aerob di hadapan oksigen, akan tetapi tetapi
memiliki fasilitas tambahan untuk dapat bertahan hidup ketika kondisi
berubah menjadi anaerobik. Aerotolerant anaerobes adalah organisme
yang pada dasarnya anaerobik, akan tetapi meskipun mereka tidak
dihambat oleh oksigen atmosfer, mereka tidak menggunakannya.
Mikroaerofil memerlukan oksigen, tetapi hanya mampu mentolerir
konsentrasi rendah (2–10 persen) bahkan apabila menemukan konsentrasi
yang lebih tinggi akan berbahaya bagi kelangsungan hidupnya. Organisme
yang diinokulasi ke dalam media kultur statis akan tumbuh pada posisi
yang mencerminkan preferensi oksigen mereka.
Menurut Paul (2011) bakteri aerob obligat akan tumbuh di bagian
atas pada medium cair. Hal ini karena bakteri tersebut membutuhkan
oksigen sebanyak 20-21% dari total oksigen sebanyak 20% dalam tabung
reaksi, dan tidak akan di temukan pada daerah lain. Bakteri mikroaerofil
akan tumbuh di sekitar 1/4 dari bawah tabung. Hal tersebut karena bakteri
mikroaerofil hanya membutuhkan oksigen sebanyak 5% dari total oksigen
sebanyak 20% dan akan mengalami kematian bila mendapatkan oksigen
yang melebihi kebutuhannya. Sebaliknya, pada bakteri anaerob fakultatif,
memiliki kemampuan untuk menyesuaikan metabolisme mereka dengan
kondisi oksigen yang tersedia, sehingga pada tabung reaksi akan terlihat
seperti menyebar. Untuk bakteri anaerob obligat akan berada pada dasar
tabung reaksi dikarenakan bakteri anaerob obligat membutuhkan oksigen
sebanyak 0% dan akan mengalami kematian apabila mendapatkan oksigen
melebih kebutuhannya.

Gambar : Posisi bakteri pada medium cair dalam tabung reaksi yang
menunjukkan jenis respirasi dari bakteri tersebut. Sumber : Hogg (2005)
Pada bakteri yang telah di isolasi dari buah jeruk yang telah busuk
pada medium lempeng, dan telah di inokulasi pada medium cair, kedua
bakteri J1 dan J2 menunjukkan bahwa medium menjadi keruh secara
merata yang artinya bakteri tumbuh secara anaerob fakultatif. Berdasarkan
pengamatan, bakteri tipe anaerob fakultatif terdistribusi merata di medium
cair. Sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (1988), jika diinokulasikan di
medium cair, bakteri anaerob fakultatif akan tumbuh tersebar di seluruh
medium. Bakteri anaerob fakultatif dapat menggunakan oksigen jika
tersedia. Dengan adanya oksigen dalam lingkungan hidupnya, maka jasad
ini dapat tumbuh dengan memanfaatkan oksigen tersebut sebagai akseptor
electron akhir. Selain itu juga dapat bertahan dan menyesuaikan hidupnya
pada lingkungan yang tidak mengandung oksigen. Jika tidak ada oksigen,
jasad ini dapat melangsungkan fermentasi atau respirasi anaerob. Hal
serupa juga dijelaskan bahwa kebanyakan bakteri dapat membentuk cukup
ATP untuk hidup dengan fermentasi ataupun respirasi (Campbell, 2011).
Menurut Jessica (2014) buah jeruk yang telah busuk mengandung
bakteri Shigella dysenteriae. Bakteri tersebut tergolong kedalam bakteri
gram negatif yang membentuk endospora. Bakteri tersebut disebarkan oleh
air dan makanan yang terkontaminasi. Bakteri tersebut menyebabkan
disentri yang paling parah karena toksin Shiga yang kuat dan mematikan,
akan tetapi terdapat juga spesies lain juga dapat menjadi agen disentri
(Ryan, 2004). Genus Shigella kebanyakan adalah bakteri yang memiliki
kebutuhan oksigen secara anaerob fakultatif. Sehingga dapat diduga
bakteri yang berasal dari jeruk busuk yang telah diisolasi berasal dari
genus Shigella. Untuk memastikan baik itu genus dan sampai pada tingkat
spesiesnya, diperlukan uji lebih lanjut yaitu uji biokimia dan dengan uji
molekuler dengan skuensing menggunakan primer 16sRNA (Ramya,
2015).
J. Kesimpulan
1. Bentuk koloni bakteri yang terbentuk pada J1 dan J2 letaknya
tersebar, sehingga jenis bakteri yang ditemukan yaitu bakteri
anaerob fakultatif.
2. Bakteri anaerob fakultatif dapat tumbuh tersebar pada media
menandakan bahwa terdapat oksigen dalam medium cair.
3. Bakteri anaerob fakultatif adalah bakteri yang dalam respirasinya
tidak perlu oksigen, akan tetapi masih toleran terhadap oksigen
dalam kadar yang sedikit.
K. Bahan Diskusi
Pertanyaan
1. Jelaskan perbedaan antara 4 macam sifat respirasi berdasarkan letak
distribusi sel dalam medium nutrien cair!
2. Untuk keperluan apakah penentuan respirasi ini dilakukan?
Jawaban
1. Perbedaan 4 macam sifat respirasi bakteri:
a. Bakteri aerobik obligat berkumpul di bagian atas tabung reaksi
untuk dapat menyerap oksigen dengan maksimal.
b. Bakteri anaerob obligat berkumpul di bawah untuk menghindari
oksigen.
c. Bakteri anaerob fakultatif berkumpul terutama di atas, karena
respirasi aerobik yang menguntungkan, namun tidak adanya
oksigen tidak menghambat mereka sehingga dapat ditemukan di
sepanjang tabung.
d. Mikroaerofil berkumpul di bagian atas tabung reaksi tetapi tidak
pada bagian atas. Mereka membutuhkan oksigen, tetapi pada
konsentrasi yang lebih rendah.
Perbedaan tersebut didasarkan pada kebutuhan akan oksigen bebas
dari udara. bagi bakteri untuk respirasi sel sangat berbeda,
tergantung pada adanya sistem enzim biooksidatif yang ada pada
tiap spesies sehingga dikenal adanya respirasi aerob dan anaerob.
2. Untuk keperluan :
a. Mempermudah identifikasi bakteri
b. Memudahkan pegelompokkan bakteri berdasarkan pola
pertumbuhannya bakteri
L. Daftar Rujukan
Campbell, Reece, et al. Biology 9th Edition.US: Benjamin Cummings.
Chan, Pelczhar, Michael. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI
press.
Dwidjoseputro. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Hastuti, Utami Sri. 2012. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Malang:
UMMPress.
Hogg, Stuart. 2005. Essential Microbiology. United Kingdom : Wiley
Press.
Jessica Das Senjuti., Farahnaaz Feroz., Jannatun Tahera., Kamal Kanta
Das., Rashed Noor. 2014. Assessment of microbiological
contamination and the in vitro demonstration of the anti-bacterial
traits of the commonly available local fruit blend within Dhaka
Metropolis. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry.Vol 3
No (1): 73-77.
Meder, Sylvia. 2010. Biology 10th Edition. New York : Mc-Graw Hill.
Paul G. Engelkirk., Janet Duben-Engelkirk. 2011. Microbiology for the
Health Sciences10th Edition. USA : Wolters Kluwer.
Ramya, Srinivasan., Ulas Karaoz., Marina Volegova., Joanna MacKichan.,
Midori Kato-Maeda., Steve Miller., Rohan Nadarajan., Eoin L.
Brodie., Susan V. Lynch. 2015. Use of 16S rRNA Gene for
Identification of a Broad Range of Clinically Relevant Bacterial
Pathogens. Journal Plos One. DOI:10.1371/journal.pone.0117617
February 6, 2015.
Utami, Ulfa. 2004. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: Universitas
Islam Negeri Malang.
Volk and Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar. University Of Southern
Maine.
M. Lampiran

A B

A B

Ket: A : Kontrol Ket : A : Kontrol


B : J1 B : J2

Anda mungkin juga menyukai