PENDAHULUAN
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui prinsip umum komunikasi sel
2. Mengetahui macam komunikasi sel
3. Mengetahui sinyal transduksi pada sel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada gambar diatas (1). Pertukaran faktor perkawinan. Setiap tipe sel
menyekresikan faktor perkawinan yang berikatan dengan reseptor pada
permukaan tipe sel yang satu lagi (2). Perkawinan. Pengikatan faktor-faktor ke
reseptor akan menginduksi perubahan dalam sel yang menyebabkan keduanya
berfusi. (3). Sel a/α baru. Nukleus sel hasil fusi mencakup semua gen dari sel a
maupun α.
c) Synaptic signaling
Dilakukan dengan neuron yang meneruskan sinyal-sinyal secara elektrik
sepanjang akson dan melepaskan neurotransmiter di sinapsis, yang seringkali
berlokasi jauh sekali dari sel. Sel saraf (neuron) dimana khususnya
menyampaikan proses-proses panjang (akson) memungkinkan sel saraf untuk
kontak dengan sel target yang letaknya jauh sekali. Ketika diaktivasi oleh
sinyal-sinyal dari lingkungan atau dari sel-sel saraf lainnya, neuron
mengirimkan impuls elektrik secara cepat di sepanjang akson; ketika impuls
mencapai ujung akson, hal ini menyebabkan ujung saraf mensekresikan sinyal
kimiawi yang disebut neurotransmiter. Sinyal ini disekresikan ke cell junctions
khusus yang disebut chemical synapses.
Gambar 6. Sinyal Synaptic dilakukan oleh neuron yang mentransmi sikan sinyal
secara elektrik di sepanjang akson dan melepaskan neurotransmitter pada sinaps
(Sumber: Albert, 2008: 882).
d) Endokrin Signaling
Sebuah strategi yang cukup berbeda untuk sinyal jarak jauh
memanfaatkan sel endokrin. Sel endokrin mengeluarkan molekul sinyal
mereka, yaitu hormon, ke aliran darah, yang membawa molekul dalam jarak
jauh dan daerah yang luas, yang memungkinkan mereka untuk bertindak atas
sel target yang mungkin terletak di mana saja di tubuh.
Gambar 7. Sinyal endokrin bergantung pada sel endokrin, yang meng eluarkan hormon
ke dalam aliran darah untuk didistribusikan ke seluruh tubuh (Sumber: Albert,
2008: 882)
Gambar di bawah ini merupakan perbandingan mekanisme yang
memungkinkan sel endokrin dan sel saraf untuk mengkoordinasikan perilaku
sel melalui jarak jauh pada hewan. Karena pensinyalan endokrin bergantung
pada difusi dan aliran darah, maka relatif lambat. Pensinyalan sinaptik,
sebaliknya, jauh lebih cepat, dan juga lebih tepat. Kecepatan respon terhadap
sinyal ekstraselular tidak hanya tergantung pada mekanisme pengiriman sinyal,
tetapi juga pada sifat dari respon sel target.
Gambar 8. Perbedaan antara strategi endokrin dan saraf untuk sinyal jarak jauh. Pada
hewan yang kompleks, sel-sel endokrin dan sel saraf bekerja sama untuk
mengkoordinasikan kegiatan sel-sel di bagian yang terpisah dalam tubuh. Sedangkan sel
endokrin yang berbeda harus menggunakan hormon yang berbeda untuk berkomunikasi
secara khusus dengan sel target mereka, sedangkan sel-sel saraf dapat menggunakan
neurotransmitter yang sama dan dapat berkomunikasi dengan cara sangat spesifik. (A)
sel endokrin mensekresikan hormon ke dalam darah, dan tindakan tersebut hanya pada
sel-sel target yang membawa reseptor sesuai: reseptor mengikat hormon tertentu,
dimanasel target "menarik" hormon daricairan ekstraselular. (B) Dalam sinyal sinaptik,
sebaliknya, spesifisitas muncul dari kontak sinaptik antar
sel saraf dan sel target tertentu yang disebut sinyal. Biasanya, hanya sel target yang dalam
komunikasi sinaptik dengan sel saraf terkena neurotransmitter yang dilepaskan dari
terminal saraf (meskipun beberapa neurotransmitter bertindak dalam model parakrin,
melayani sebagai mediator lokal yang mempengaruhi sel target di beberapa daerah)
(Sumber : Albert, 2008:883)
2. Komunikasi Fisik
Komunikasi fisik biasanya terdapat pada sel-sel yang menyusun tubuh
organisme multiseluler. Organisme multiseluler memiliki sel yang selalu berada
pada tempatnya, kecuali sel darah. Seperti sel-sel epitel penyusun lapisan epitel
pada saluran pencernaan. Setiap sel tersebut diikatkan ke sel lainnya atau ke
substratnya melalui struktur yang disebut junction. Terdapat berbagai junction
yaitu hemidesmosom, focal contact, desmosome (molecule adherens), adheren
junction, tight junction, gap junction, dan plasmodesmata.
Berdasarkan bentuk dan fungsi, komunikasi fisik berfungsi untuk (a)
melekatkan sel dengan substrat, yaitu hemidesmosom dan focal contact, (b)
melekatkan sel dengan sel yaitu adheren junction dan desmosom, (c) membatasi
ruang antar sel yaitu dengan tight junction dan (d) memfasilitasi lalu lintas materi
antar sel yaitu gap junction dan plasmodesmata.
1. Hemidesmosom
Hemidesmosom merupakan salah satu ikatan antara sel dengan substratnya
dengan difasilitasi protein integrin. Integrin adalah suatu kelompok protein
integral yang tersusun atas dua polipeptida yaitu rantai α dan β. Hemidesmosom
mengikat sel dengan substratnya yang berupa matriks ekstra sel yang berbentuk
jaringan ikat. Hemidesmosom sangat berperan penting dalam mempertahankan
ikatan antara jaringan epitel dengan membran di bawahnya atau lamina basal.
Hemidesmosom tersusun atas suatu plak protein yang berada di bagian
sitoplasmik yang dilengkapi dengan filamen-filamen dari kelompok filamen
intermediet. Salah satu filamen yang menyusun hemidesmosom yaitu keratin.
Filamen-filamen tersebut yang memberikan kekuatan pada sel untuk menahan
tekanan. Pada bagian dalam sel, filamen menjulur ke sitoplasma, sedangkan pada
bagian luar sel filamen berhubungan dengan matriks ekstrasel melalui molekul
integrin. Molekul integrin tersebut yaitu α6β4 yaitu plektin dan dystonin.
Gambar 9. Hemidesmosom terletak pada sel epitel lamina basal,
menghubungkan laminin di luar sel menuju filamen keratin yang ada di
dalamnya. b. Molekul komponen hemidesmosom. Integrin khusus (α6β4)
mencakup membran, menghubungkan filamen keratin intra seluler melalui
protein yang disebut plactin dan dystonin, dan laminin ekstrasel. Merekat
secara paralel dengan integrin, memiliki membran domain melekat
ekstraseluler collagen. Kegagalan komponen hemidesmosom dapat
menimbulkan penyakit kulit (Albert, hal. 1171)
2. Focal Contact
Focal Contact merupakan bentuk lain dari struktur yang mengikatkan sel
dengan substrat. Focal contact ditemukan pada sel-sel yang dipelihara dalam
kondisi in vitro. Dalam beberapa waktu setelah suspensi sel diteteskan ke cawan,
sel-sel akan mulai menempel pada permukaan cawan yang menjadi substratnya.
Penempelan selanjutnya akan membentuk juluran-juluran sel. Juluran yang
semakin panjang membuat perlekatan sel dengan substratnya menjadi semakin
kuat. Sel selanjutnya akan memipih dan melebar (spreading) di atas permukaan
substrat.
Membran sel yang melekat pada substrat banyak mengandung integrin
yaitu α5β1. Integrin tersebut mengikat substrat yang melapisi substrat dengan
sitoskeleton. Hal ini merupakan struktur focal contact. Sitoskeleton yang terlibat
dalam struktur focal contact adalah mikrofilamen atau filamen aktin. Pada saat
membran sel mulai menempel pada substrat, protein integrin dan mikrofilamen
akan menyusun diri dan membentuk focal contact di tempat membran menempel
pada substrat.
Gambar 10. Langkah-langkah proses penyebaran atau spreading sel. Proses
perlekatan sel fibroblas tikus di atas kaca penutup. Sel difiksasi setelah (a)
30 menit, (b) 60 menit, (c) 2 jam, dan (d) 24 jam setelah dikultur. (Karp, hal
242)
3. Desmosome (molecule adherens)
Desmosom menghubungkan intermediet filamen-filamen dari sel ke sel.
Desmosom (maculae adheren) ditemukan pada berbagai jaringan terutama
jaringan epitel. Desmosom juga ditemukan dalam jaringan otot dimana mereka
mengikat sel-sel otot ke sel yang lainnya. Desmosom berbentuk lingkaran
(diskus). Membran plasma dari dua sel yang berdekatan terpisah sekitar 20-35
nm, dan celah ini terisi materi ekstra sel yang kental. Pada bagian sitoplasmik
terdapat plak sebagai tempat tertanamnya filamen-filamen intermediet. Filamen-
filamen memanjang hingga mencapai plak dari desmosom sel yang
berseberangan.
Rentangan filamen intermediet memberikan kekuatan pada sel terhadap
tarikan atau rentangan. Ikatan yang terjadi pada desmosom melibatkan molekul
dari kelompok chaderin yaitu desmoglein dan desmocollin yang menghubungkan
sitoskeleton dengan materi ekstrasel. Kedua protein tersebut memiliki 4 domain
ekstraseluler dan memiliki domain pengikatan kalsium. Penyakit-penyakit
blistering (melepuh) seperti Pemphigus vulgaris dapat berkenaan dengan cacat
genetik dalam protein desmosom atau berkenaan dengan respon autoimun.
Gambar 11. Struktur komponen Desmosom. Pada permukaan sitoplasma, membran
plasma berinteraksi yaitu sebuah plakat tebal terdiri dari intaseluler protein. Filamen
keratin intermediet melekat ke permukaan pada setiap plak. Protein transmembran
dari famili cadherin mengikat plak dan berinteraksi melalui domain extracellular. b.
Molekul komponen desmosom. Desmoglein dan desmokolin termasuk cadherin dari
protein adeson. Bagian ekor smengikat plakoglobin dan plakopilin yang nantinya
mengikat desmoplakin. Desmoplakin berikatan dengan sisi filamen intermediet.
Dengan demikian desmosom berikatan dengan flamen (Albert, hal 1144)
4. Adheren Junction
Adheren junction (zonula adheren) berfungsi untuk membentuk ikatan
yang kuat antara dua sel yang bersebelahan. Adheren junction ditemukan pada
berbagai tempat di seluruh tubuh. Pada jaringan epitel usus ikatan ini membentuk
zona melingkar (belt) dibagian dekat apeks dan melekatkan sel-sel yang
bersebelahan. Membran plasma dari kedua sel yang bersebelahan dipisahkan oleh
celah selebar 20-35 nm sebagai tempat molekul-molekul chaderin berikatan
dengan bantuan ion-ion kalsium. Pada bagian sitoplasmik cadherin terdapat suatu
plak protein. Ujung sitoplasmik chaderin berikatan dengan mikrofilamen melalui
protein sistemik catenin.
Gambar 12. Skema molekul Adherens Junction. Molekul-molekul aderin yang
menghubungkan kedua membran sel yang bersebalahan berikatan melalui
jembatan kalsium. Domain sitoplasma setiap molekul cadherin terhubung ke
aktivitas filamen dari Sitoskeleton dengan menghubungkan protein, catenin,
dan mengikat berbagai aktivitas protein. Salah satu protein aktin adalah
formin, yang berpartisipasi dalam aktivitas polimerisasi filamen. (Karp, hal
252)
Tight junction berfungsi sebagai penghalang bagi difusi air dan zat terlarut
bebas dari kompartemen ekstraseluler pada satu sisi lembaran epitel pada sisi
yang lain. Persimpangan ketat juga berfungsi sebagai "pagar" yang membantu
mempertahankan karakter polarisasi sel epitel. Proses ini dengan menghalangi
difusi protein integral antara domain apikal dari membran plasma dan domain
lateral dan basalnya (Gambar 15).
Setiap sambungan yang ketat menyegel untai terdiri dari barisan panjang
protein adhesi transmembran yang tertanam di masing-masing dari dua membran
plasma yang saling berinteraksi. Domain ekstraseluler dari protein ini melekat
langsung satu sama lain untuk menutup ruang antarseluler (Gambar 17).
Gambar 17. Model thight junction. (A) Sealing strand mengunci membran plasma yang
berdekatan secara bersamaan. (B) Komposisi molekuler dari sealing strand.
6. Gap Junctions
Tipe lain dari struktur persimpangan yang memiliki fungsi yang sangat
berbeda dari tipe persimpangan sebelumnya yaitu menghubungkan sitoplasma
pada dua sel yang berdekatan. Pada sel hewan disebut gap junction, dan pada sel
tanaman disebut plasmodesmata. Namun kedua tipe penyimpangan ini memiliki
fungsi serupa, yaitu memfasilitasi pertukaran materi antar sel. Pertukaran materi
antar sel ini dilakukan dengan car mengikatkan dua membrane sel tang berdekatan
melalui ikatan subunit connexin. Saluran yang terbentuk oleh protein gap junction
memungkinkan ion anorganik dan molekul kecil yang larut dalam air untuk
langsung melewati sitoplasma dari satu sel ke sel yang lain (Albert et.al, 2008 ).
Dari percobaan dengan molekul dye yang disuntikkan dengan ukuran yang
berbeda, Ketika molekul fluorescent berbagai ukuran disuntikkan ke salah satu
dari dua sel yang bergandengan, molekul dengan massa kurang dari sekitar 1.000
dalton dapat masuk ke sel lain, tetapi molekul yang lebih besar tidak bisa masuk.
Dengan demikian, sel-sel yang berdekatan akan berbagi jenis mikromolekul
seperti ion anorganik, gula, asam amino, nukleotida, vitamin, mediator intraseluler
AMP siklik dan inositol trisphosphate, bukan jenis makromolekul seperti protein,
asam nukleat, dan polisakarida (Gambar 18).
Gambar 19. Gab Juntions (A) Interaksi membran plasma dari dua sel yang berdekatan yang
dihubungkan oleh gap junction. Kumpulan protein disebut connexons (hijau), yang terdiri
dari enam connexins subunit, yang menembus bilayer lipid (merah). (B) Connexin, connexon
dan saluran interseluler. Connexon dapat homomer atau heteromer, dan saluran interseluler
dapat homotypic atau heterotypic
Gap junction di jaringan yang berbeda dapat memiliki sifat yang berbeda
karena mereka terbentuk dari kombinasi connexins yang berbeda. Kebanyakan
tipe sel mengekspresikan lebih dari satu jenis connexin, dan dua protein connexin
berkumpul menjadi connexon baik heteromerik atau homomerik, dengan sifat
yang berbeda. Selain itu, sel-sel yang berdekatan mengekspresikan connexon
yang berbeda dapat membentuk saluran interseluler dengan tipe yang bisa juga
berbeda. Setiap gap junction adalah struktur dyramic yang dapat dengan mudah
dirakit, dibongkar, atau digantikan, dan dapat berisi beberapa hingga ribuan
connexon. Studi dengan connexin berlabel fluorescently di sel-sel hidup
menunjukkan bahwa connexon baru terus ditambahkan di sekitar pinggiran gap
junction, sementara connexon tua akan digantikan dan hancur. Pergantian ini
berlangsung dengan cepat. Mekanisme penghilangan connexon lama berawal dari
tengah plak tidak diketahui kapan terjadinya, tetapi connexon baru ketika
menempel pada pinggiran gap junction terlihat jelas. Connexon baru akan masuk
ke dalam membran plasma dengan eksositosis, seperti protein membran integral
lainnya, kemudian menyebar di bidang membran hingga mereka menabrak
pinggiran gap junction (Albert et.al, 2008 ).
7. Plasmodesmata
Jaringan tumbuhan berada di dalam dinding sel yang keras yang terdiri
dari matriks ekstraseluler kaya selulosa dan polisakarida lainnya. Dengan
demikian, sel tumbuhan hanya memiliki satu saluran interseluler, yaitu
plasmodesmata. Seperti gap junction, plamodesmata secara langsung
menghubungkan sitoplasma antar sel yang berdekatan. Plasmodesmata dilapisi
oleh membran plasma dan biasanya mengandung struktur sentral padat,
desmotubule, berasal dari retikulum endoplasma halus dari dua sel (Karp et.al,
1984). Diantara bagian luar desmotubule dan dan bagian dalam terdapat saluran
silinder yang dibentuk oleh membran plasma yang merupakan anulus sitosol,
yang merupakan tepat molekul kecil dapat berpindah dari sel ke sel yang lain
(Gambar 20).
2. G-protein-coupled receptors
Reseptor ini bertindak secara tidak langsung karena bekerja dengan bantuan
protein G.
B. Saran
Beberapa saran dan rekomendasi kepada:
1. Penulis
Makalah ini diharapkan untuk diperbaiki lagi agar lebih berguna dan
bermanfaat bagi pembaca.
2. Mahasiswa dan Siswa
Makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran bagi
mahasiswa dan siswa, sumber infromasi, dan dapat digunakan sebagai referensi
DAFTAR RUJUKAN
Alberts, B., Johnson, A., Lewis, J., Morgan, D., Raff, M., Roberts, K., & Walter,
P. 2008. Molecular Biology of the Cell (5thEdition). New York: Garland
Science, Taylor & Francis Group.
Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchel, L.G. 2008. Biologi. Edisi Kedelapan
Jilid I.. Jakarta : Erlangga.
Karp, G. 1984. Cell Biology. McGraw Hill: New York.