Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekerabatan merupakan salah satu aspek yang di pelajari dalam taksonomi hewan.
Kekerabatan mencakup dua pengertian, yaitu kekerabatan filogenetik dan kekerabatan
fenetik. Kekerabatan filogenetik adalah kekerabatan yang didasarkan pada hubungan filogeni
antara takson yang satu dan takson yang lain, sedangkan kekerabatan finetik adalah
kekerabatan yang didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri-ciri yang tampak pada
takson (Clifford dan Stephenson, 1975).
Klasifikasi sistem filogenetik muncul setelah teori evolusi dikemukakan oleh para ahli
biologi. Pertama kali dikemukakan oleh Charles Darwin pada tahun 1859. Menurut Darwin,
terdapat hubungan antara klasifikasi dengan evolusi.
Sistem filogenetik disusun berdasarkan jauh dekatnya kekerabatan antara takson yang
satu dengan yang lainnya. Selain mencerminkan persamaan dan perbedaan sifat morfologi
dan anatomi maupun fisiologinya, sistem ini menjelaskan mengapa makhluk hidup semuanya
memiliki kesamaan molekul dan biokimia, tetapi berbeda-beda dalam bentuk susunan dan
fungsinya pada setiap mahluk hidup (Conway, 2000).
Menentukan kekerabatan filogenetik mutlak diperlukan fosil yang representative yang
dapat memberikan gambaran hubungan antara takson, dengan demikian kekerabatan
filogenetik sulit dipelajari tanpa tersedianya fosil yang representatif tersebut (Gotto,1982).
Penentuan kekerabatan finetik dapat dilakukun secara kualitatif dan kuantitatif. Kekerabatan
finetik secara kualitatif umumnya dilakukan dengan cara membadingkan persamaan dan
perbedaan ciri-ciri taksonomik yang dimiliki oleh masing-masing takson.











BAB II
PEMBAHASAN
A. Filogenetik Hewan dan Tumbuhan
Makhluk hidup terdiri dari beragam jenisnya. Bahkan, jika kita mampu
menghitungnya terdapat milyaran jenis makhluk hidup yang ada di alam ini. Setiap makhluk
hidup memiliki karakter dan ciri tertentu yang tidak dimiliki individu lain. Tentunya akan
sulit mempelajari makhluk hidup yang sangat beranekaragam tersebut. oleh karena itu, perlu
dicari cara penyelesaiannya. Para ilmuwan telah melakukan pengelompokkan atau klasifikasi
makhluk hidup sebagai solusinya. Klasifikasi akan mempermudah kita dalam mempelajari
makhluk hidup. Dengan klasifikasi objek kajian akan lebih sederhana.
Para ahli Biologi telah membuat cabang Biologi khusus yang disebut Taksonomi.
Taksonomi merupakan ilmu tentang identifikasi tatanama dan klasifikasi makhluk hidup
berdasarkan aturan tertentu.
Klasifikasi yang dilakukan oleh para ahli Biologi bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap-iap jenis, agar
mudah dikenal;
2. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri-cirinya;
3. Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup; dan
4. Mengetahui evolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatannya.
Klasifikasi makhluk hidup menggunakan dasar atau kriteria tertentu, yaitu persamaan ciri
atau sifat morfologi, fisiologi, dan anatomi yang terdapat pada makhluk hidup. Sistem
klasifikasi makhluk hidup terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya Taksonomi. Saat ini diketahui terdapat 3 (tiga) system klasifikasi
makhluk hidup, yaitu Sistem Artifisial (Buatan), Sistem Alami, dan Sistem Filogenetik.
Secara berurutan kita mulai dari klasifikasi makhluk hidup menurut Sistem Artifisial atau
buatan.
1. Sistem Artifisial atau Buatan
Sistem Artifisial adalah klasifikasi yang menggunakan satu atau dua ciri pada
makhluk hidup. Sistem ini disusun dengan menggunakan ciri-ciri atau sifat-sifat yang sesuai
dengan kehendak manusia, atau sifat lainnya. Misalnya klasifikasi tumbuhan dapat
menggunakan dasar habitat (tempat hidup), habitus atau berdasarkan perawakan (berupa
pohon, perdu, semak, ternak dan memanjat).
Tokoh sistem Artifisial antara lain Aristoteles yang membagi makhluk hidup menjadi
dua kelompok, yaitu tumbuhan (plantae) dan hewan (animalia). Ia pun membagi tumbuhan
menjadi kelompok pohon, perdu, semak, terna serta memanjat. Tokoh lainnya adalah Carolus
Linnaeus yang mengelompokkan tumbuhan berdasarkan alat reproduksinya.
2. Sistem Alami
Klasifikasi sistem alami dirintis oleh Michael Adams dan Jean Baptiste de
Lamarck. Sistem ini menghendaki terbentuknya kelompok-kelompok takson yang alami.
Artinya anggota-anggota yang membentuk unit takson terjadi secara alamiah atau sewajarnya
seperti yang dikehendaki oleh alam.
Klasifikasi sistem alami menggunakan dasar persamaan dan perbedaan morfologi (bentuk
luar tubuh) secara alami atau wajar. Contoh, hewan berkaki dua, berkaki empat, tidak
berkaki, hewan bersayap, hewan bersirip, hewan berbulu, bersisik, berambut dan lain-lain.
Sedangkan pada tumbuhan, ada kelompok tumbuhan berkeping biji satu, berkeping biji dua.
3. Sistem Filogenetik
Klasifikasi sistem filogenetik muncul setelah teori evolusi dikemukakan oleh para ahli
biologi. Pertama kali dikemukakan oleh Charles Darwin pada tahun 1859. Menurut Darwin,
terdapat hubungan antara klasifikasi dengan evolusi.
Sistem filogenetik disususn berdasarkan jauh dekatnya kekerabatan antara takson
yang satu dengan yang lainnya. Selain mencerminkan persamaan dan perbedaan sifat
morfologi dan anatomi maupun fisiologinya, sistem ini pun menjelaskan mengapa makhluk
hidup semuanya memiliki kesamaan molekul dan bio kimia, tetapi berbeda-beda dalam
bentuk susunan dan fungsinya pada setiap makhluk hidup.
Jadi pada dasarnya, klasifikasi sistem filogenetik disusun berdasarkan persamaan
fenotip yang mengacu pada sifat-sifat bentuk luar, faal, tingkah laku yang dapat diamati, dan
pewarisan keturunan yang mengacu pada hubungan evolusioner sejak jenis nenek moyang
hingga cabang-cabang keturunannya.

Gbr. pohon filogeni dari beruang dan rakoon
B. KLASIFIKASI FILOGENETIK
Diciptakan oleh charles darwin 1859,menerbitkan buku tentang teori revolusi
Ia menyatakan bahwa kesamaan struktur tubuh menunjukkan hubungan kekerabatan yang
lebih dekat
Didasarkan urutan perkembangan makhluk hidup (Filogeni) serta mengetahui hubungan
kekerabatan antara satu dengan yang lainnya
Sistem klasifikasi filogenetik disusun berdasarkan kekerabatan antara taksonomi yang
satu dengan yang lainnya dan berdasarkan persamaan fenotifnya

Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah dikebun binatang. Disitu kita akan
menemukan kelompok hewan reptilia, amphibia, unggas, mamalia, dan sebagainya . Didalam
kehidupan kita, penamaan makhluk mungkin sering kita temukan berbeda-beda.
Agar nama-nama tersebut dimengerti semua orang, maka setiap makhluk hidup diberi nama
ilmiah menggunakan nama latin.
1. Tingkatan Taksonom
a. Regnum/Kingdom(dunia/Kerajaan)
b. Divisio/Phylum (Tumbuhan/Hewan)
c. Classis(kelas)
d. Ordo (Bangsa)
e. Familia (Suku)
f. Genus (Marga)
g. Spesies(jenis)

2. Cara pemberian nama kelas
1. Nama kelas : Nama genus + nae
contoh : equesetum + nae menjadi equesetumnae

3. Cara pemberian nama suku(Famili)
1. Nama Famili: Genus +aceae /idea
contoh : canna + aceae menjadi cannacea aceae untuk Tumbuhan idea untuk
hewan
4. Cara pemberian nama marga (genus)
1. Pemberian nama Genus merupakan kata benda berbentuk tunggal (mufrad). Huruf
pertamanya ditulis dengan huruf besar.
Contoh : marga tumbuhan Solanum (terong-terongan) marga hewan Felis (kucing)

5. Cara Pemberian Nama Jenis
Sistem nama yang digunakan binominal nomenclatur
misalnya : padi (oryza sativa)
Kata depan : nama marga (genus)
Kata belakang: nama jenis (spesies)
Dipopulerkan oleh carolus linnaeus.

C. Nama Ilmiah
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita menemukan suatu jenis makhluk hidup
dengan sebutan yang berbeda-beda sesuai daerahnya. Misalnya orang Jawa Tengah
menyebutnya pelem, paoh bagi orang Jawa Timur, sedangkan di Sumatera Barat disebut
pauh. Nama tersebut hanya dapat dimengerti oleh masyarakat setempat saja.
Untuk memperoleh keseragaman, Corolus Linnaeus meletakkan dasar pemberian
nama makhluk hidup. Dasar cara pemberian nama tersebut dikenal dengan istilah sistem tata
nama ganda atau binomial nomenklatur. Sistem ini digunakan sebagai nama ilmiah, artinya
setiap jenis makhluk hidup mempunyai nama ilmiah yang terdiri atas dua kata. Kata di depan
penulisannya menggunakan huruf kapital menunjukkan nama marga atau genusnya. Kata di
belakang merupakan penunjuk jenis atau epitheton specificum. Contoh, nama ilmiah padi
Oryza sativa. Oriza adalah marganya, sedangkan sativa adalah penunjuk jenisnya.

Ada beberapa alasan untuk menggunakan nama ilmiah sebagai pengganti nama daerah.
1. Tidak ada kekeliruan dalam mengidentifikasi suatu makhluk hidup karena tidak ada
makhluk hidup yang mempunyai nama ilmiah yang sama. Contoh, dua makhluk hidup
yang berbeda, namun mempunyai nama daerah sama, misalnya gedang, di Jawa
Timur dan Jawa Tengah adalah nama daerah untuk pisang (Musa paradisiaca L.),
tetapi di Jawa Barat gedang adalah nama daerah dari pepaya (Carica papaya L.).
2. Nama ilmiah jarang berubah.
3. Nama ilmiah ditulis dalam bahasa yang sama di seluruh dunia dan berkembang lebih
lanjut.
4. Bahasa yang digunakan untuk nama ilmiah adalah bahasa Latin. Bahasa Latin
digunakan karena bahasa ini tidak berubah.


Sistem klasifikasi yang berkembang saat ini dikelompokkan ke dalam satu kelompok
besar yang disebut dengan kingdom. Ada sistem klasifikasi tertentu yang mengelompokkan
makhluk hidup ke dalam lima kingdom (kerajaan). Lima kingdom tersebut adalah Monera,
Protista, Fungi, Plantae (tumbuhan) dan Animalia (hewan). Penempatan makhluk hidup
dalam suatu kingdom ini didasarkan atas empat karakteristik. Karakteristik pertama
didasarkan pada ada atau tidak adanya membrane inti sel, kedua atas dasar organisme bersel
saru uniseluler) atau organisme bersel banyak (multiseluler), ketiga yaitu cara membuat
makanan (dilakukan sendiri atau menggantungkan pada makhluk hidup lain) dan yang
keempat adalah didasarkan pada cara gerak dari makhluk hidup tersebut.

























FILOGENETIK HEWAN DAN TUMBUHAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK II
NAMA : FITRIANA NST
RISMA PANJAITAN
MEI SARAH PARINDURI
DEWI DERIANTI HRP
ETRINA NASTION
JURUSAN : PEND. BIOLOGI VII-

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP
TAPANULI SELATAN PADANGSIDIMPUAN
2014

Anda mungkin juga menyukai