Anda di halaman 1dari 36

TUGAS MAKALAH

BIOSISTEMATIKA HEWAN

“KELAS AVES”

Disusun Oleh: Kelompok 9

Dwi Indah P. (1710211010)

Annisa Fitriya (1710211012)

M. Fanny Adam B. (1710211014)

Dosen Pembimbing:

Novy Eurika, S.Si. MPd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2019
KATA PENGATAR

Puji syukur kami ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada kami, sehingga tugas makalah ini yang membahas tentang “ Kelas Aves” dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Serta kami mengucapkan terimakasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Biosistematika Hewan Ibu Novy Eurika, S.Si. M.Pd. yang telah
memberikan tugas makalah ini kepada kami. Makalah ini juga sebagai tugas yang harus
dikerjakan untuk sarana pembelajaran bagi kami mata kuliah Biosistematika Hewan.

Makalah ini kami buat berdasarkan apa yang telah kami terima dan juga kami kutib dari
berbagi sumber literatur, baik dari buku maupun dari media elektronik. Semoga isi dari
makalah ini dapat berguna bagi kita dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan kita.

Selayaknya manusia biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan, maka dalam makalah
ini masih banyak yang harus di koreksi dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran sangat dianjurkan guna memperbaiki kesalahan dalam makalah ini. Demikian, apabila
ada kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Jember, 28 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

COVER ..............................................................................................................................

KATA PENGANTAR .......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................................

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................

1.3 Tujuan ....................................................................................................................

BAB II. ISI .........................................................................................................................

2.1 Pengertian Aves dan Karakteristik Aves .............................................................

2.2 Morfologi Aves, Anatomi Aves, dan Fisiologi Aves ............................................

2.3 Habitat Aves, Ciri-ciri Aves, dan Klasifikasi Aves .............................................

2.4 Peranan Kelas Aves................................................................................................

BAB III: PENUTUP .........................................................................................................

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................

3.2 Saran .......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................


BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biosistematik atau sistematik adalah studi tentang keanekaragaman organisme dan
hubungan kekerabatan antar organisme-organisme tersebut (Simpson, 2006). Misalnya,
suatu kelompok organisme hewan yang memiliki kekebaratan dengan organisme lain
adalah anggota kelompok hewan kelas Aves. Aves atau sebutan untuk anggota kelompok
hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Kelompok hewan
Aves ini berkerabat dekat dengan reptil bersama kerabatnya terdekat, yaitu suku
Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang disebut
Archosauria. Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, dimana
terdapat cakar yang memendek di depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di
badannya. Pada awalnya sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar depan
itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh terbang dan hanya membantunya untuk
bisa melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah (Jasin, 1984:75).
Hewan kelas aves ini atau burung terdapat bulu yang di modifikasi dari sisik yang
berkembang secara evolusioner dari reptilia. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan
dikenal sebagai Archaeopteryx. Jenis-jenis burung begitu bervariasi,mulai dari burung
kalibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari orangg. Diperkirakan
terdapat sekitar 8.800-10.200 spesies burung di seluruh dunia, sekitar 1.500 jenis di
antaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke
dalam kelas Aves (Jasin, 1984:75). Aves juga merupakan kelas dalam kelompok hewan
lainnya yang cukup unik dengan memiliki berbagai macam tipe kaki, tipe paruh, tipe postur
badan, serta juga tipe sayap. Sehingga, dari hal tersebut materi tentang kelas Aves akan
diulas lebih luas lagi pada makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian dan karakteristik anggota hewan kelas Aves?
2. Bagaimana morfologi, antomi, dan fisiologi anggota hewan kelas Aves?
3. Bagaimana sebaran habitat anggota hewan kelas Aves?
4. Apa saja peranan penting dari anggota hewan kelas Aves?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian dan karakteristik dari anggota
hewan kelas Aves.
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang morfologi, antomi, dan fisiologi anggota
hewan kelas Aves.
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang sebaran habitat anggota hewan kelas Aves.
4. Untuk mengetahui dan memahami peranan penting dari anggota hewan kelas Aves.
BAB II. ISI

2.1 Pengertian dan Karakteristik Aves


1. Pengertian Aves
Aves (Burung) diklasifikasikan dari berbagai macam, jenis atas ciri-ciri yang
ditemukan dengan peranan sama dan juga berbeda. Secara umum, Pengertian Aves
adalah vertebrata yang tubuhnya ditutupi oleh bulu yang berasal dari epidermis dan
memiliki berbagai macam adaptasi untuk terbang. Aves meliputi burung, ayam, angsa,
dan bebek (itik). Tubuh aves terdiri atas kepala, leher, badan dan ekor. Pada aves
terdapat sepasang sayap yang digunakan dan berfungsi untuk terbang serta kaki yang
digunakan untuk berjalan. Tungkai belakang bersisik dengan bentuk tungkai belakang
dengan cakar yang bermacam-macam sesuai dengan jenis makanan dan cara hidup pada
aves tersebut.
Aves memiliki sistem pencernaan makanan yang dimisalkan pada ayam, ayam
memiliki sistem pencernaan yang terdiri dari paruh, rongga mulut, esofagus, tembolok,
perut kelenjar, empedal, usus, rektum, dan kloaka. Kloaka adalah muara bersama dari
saluran urine (ureter), saluran reproduksi, dan saluran pencernaan makanan. Aves
memiliki sistem pernapasan yang bernapas dengan paru-paru. Selain dari itu, aves
memiliki kantong udara yang membantu saat aves terbang. Aves memiliki jantung yang
terbagi atas empat ruang, yaitu serambi kanan, bilik kanan, serambi kiri dan bilik kiri.
Darah dari seluruh tubuh yang miskin oksigen tersebut akan masuk ke serambi kanan,
kemudian menuju ke bilik kanan. Bilik kanan tersebut akan memompa darah ke paru-
paru dimana paru-paru akan terjadi pertukaran gas. Karbon dioksida dilepaskan dan
oksigen diikat oleh Hemoglobin. Darah kaya oksigen tersebut kemudian masuk ke
serambi kiri lalu ke bilik kiri. Dari bilik kiri darah akan dipompa ke seluruh tubuh.
Tubuh Aves ditutupi oleh berbagai macam bulu yang terdiri atas zat keratin.
Ada beberapa macam jenis bulu pada Aves. Macam-macam bulu pada Aves adalah
sebagai berikut:

a. Bulu terbang, berfungsi untuk terbang. Bulu terbang terdiri dari bulu ekor dan bulu
sayap. Bulu ekor berfungsi sebagai kemudi
b. Bulu kontur, berfungsi sebagai penutup tubuh dan membentuk tubuh menjadi
langsing
c. Bulu halus, berfungsi untuk menghangatkan tubuh burung. Bulu ini biasanya
merupakan bulu pertama dari pada anak burung. Pada saat itu tumbuh menjadi
dewasa, bulu halus akan rontok kemudian akan diganti dengan bulu terbang dan
bulu kontur. Pada burung dewasa masih memiliki bulu halus yang terdapat
disekeliling ujung kaki.

2. Karakteristik Aves
Karakteristik Umum Aves - Dari berbagai jenis spesies aves, maka perlunya
anda mengenal secara umum ciri-ciri Aves (Burung).

a. Memiliki ukuran tubuh beragam. Tubuh aves terdiri dari kepala, leher, badan,
dan ekor.
b. Mulut berparuh yang tersusun dari zat tanduk, tidak memiliki gigi dan lidah
yang tidak dijulurkan. Bentuk paruh yang beragam sesuai dengan jenis
makanannya.
c. Memiliki mata yang berkembang baik dengan kelopak mata, membrana
niktitans, dan kelenjar air mata. Umumnya mata aves terdapat dibagian sisi
kepala. Mata burung hantu terletak berdampingan. Telinga yang tidak berdaun
telinga dimana bagian tengahnya terdapa osikula auditori. Aves memiliki
sepasang lubang hidung
d. Aves mempunyai sepasang kaki yang digunakan untuk berjalan, bertengger,
berenang, mencakar-cakar rumah, memegang makanan, atau untuk menangkap
dan mencengkeram mangsa. Jumlah jari kaki 2,3, dan 4. Kulit kaki bagian
bawah dan jari-jarinya tersusun dari zat tanduk yang keras.
e. Aves memiliki sayap untuk terbang. Kecepatan terbang sekitar 30-75 km/jam.
f. Aves bernapas dengan paru-paru yang berhubungan dengan pundi-pundi udara
sebagai alat pernapasan tambahan. Pundi-pundi udara berupa kantong selaput
yang ringan, yaitu sepasang di leher, sebuah di antara tulang selangka yang
bercabang-cabang membentuk kantong udara pada lengan atas, sepasang di
dada depan, sepasang di dada belakang, dan sepasang di perut. Cadangan udara
di dalam pundi-pundi udara berguna untuk pernapasan pada saat terbang. Pundi-
pundi udara akan terisi udara kembali pada saat burung melayang tanpa
mengepakkan sayapnya.
g. Aves memiliki alat suara siring yang terdapat pada percabangan trakea.
h. Sistem pernapasan Aves lengkap, meliputi mulut, esofagus (kerongkongan),
tembolok, lambung kelenjar, empedal berdinding tebal (lambung otot), usus
halus, usus besar, dan kloaka. Pada mulut terdapat kelenjar ludah. Di antara usus
halus dan usus besar, terdapat usus buntu (sekum). Aves memiliki pankreas,
hati, dan empedu.
i. Aves bersifat homoioterm karena mempertahankan suhu tubuhnya dengan bulu-
bulu (bulu sebagai isolator panas). Suhu tubuh sekitar 40,5°C-42°C.
j. Alat memiliki peredaran darah ganda, artinya dalam satu kali peredaran darah
ke seluruh tubuh, darah melewati jantung dua kali.
k. Alat ekskresi berupa ginjal metanefros dan tidak memiliki kandung kemih
l. Sistem saraf berupa otak, dengan serebrum dan lobus optikus yang berkembang
baik. Aves memiliki 12 pasang saraf kranial.
m. Aves bersifat ovipar dan fertilisasi terjadi secara internal. Telur bercabang
keras. Aves betina memiliki satu ovarium (di sebelah kiri tubuh) dan beberapa
spesies mengerami telurnya.

2.2 Morfologi aves, Anatomi Aves, dan Fisiologi Aves


1. Morfologi Aves
Menurut (Jasin, 1984: h. 74-75) aves memiliki ciri-ciri morfologi diantaranya
adalah :

a. Tubuh terdiri atas caput atau bagian kepala, collum atau cervix yang biasa
disebut sebagai leher yang bentuknya panjang, mudah digerakkan ke berbagai
arah dilindungi oleh bulu-bulu halus.
b. Mulut mempunyai rostrum atau paruh yang dibangun oleh maxilla pada bagian
atas dan mandibulla pada bagian bawah.
c. Pada bagian atas paruh terdapat lubang hidung yang terdiri dari nares interna
pada sebelah dalam dan nares externa terletak di sebelah luar.
d. Pada basis rostrum atau paruh bagian atas terdapat suatu tonjolan kulit yang
lunak yang disebut dengan cerome.
e. Mata atau organon visus, dikelilingi oleh kulit yang berbulu mempunyai
ukuran yang cukup besar terletak di sebelah lateral dari kepala, dan mata
dilengkapi oleh iris yang berwarna agak jingga ke merah-merahan. Selain itu
pada mata juga terdapat pupil yang bentuknya relatif besar bila dibandingkan
dengan besarnya mata. Sedangkan membrana nictitans terdapat pada bagian
sudut medial mata yang biasanya dapat ditarik menutupi mata.
f. Pada bagian belakang di bawah kedua pasang mata atau di sebelah dorso-
caudal dari mata terdapat porus acusticus externus atau lubang telinga luar,
sedang membrana tympani terdapat di bagian dalamnya yang berfungsi untuk
menangkap getaran suara.
g. Truncus atau badan ditumbuhi oleh bulu-bulu yang biasanya memiliki warna
yang indah, cauda atau ekor bentuknya pendek biasanya dikenal dengan
uropygium. Bulu-bulu yang menutupi ekor disebut rectrices. Pada uropygium
pada bagian dorsal terdapat kelenjar minyak yang disebut glandula uropygialis
yang berfungsi untuk meminyaki bulu-bulu agar tetap mengkilap.
h. Bangsa burung dalam melakukan gerakan terutama pada waktu terbang
dilakukan dengan menggunakan sayap dan bila berjalan dengan menggunakan
kaki. Selain itu cauda atau ekor berfungsi sebagai pengemudi pada waktu
terbang.

2. Anatomi dan Fisiologi Aves


a. Sistem rangka
Sistem rangka tubuh aves (burung) memiliki bentuk yang unik. Secara umum
anggota hewan kelas aves memiliki tulang ringan, terutama pada spesies aves yang
dapat terbang. Kemudian, anggota hewan kelas aves ini juga memiliki tulang besar
yang mengandung lubang berisi udara berkaitan dengan system pernafasan. Tulang
tengkorak, sebagian besar menyatu dan bagian tulang tengkorak bersendi dengan
tulang leher pertama disebut kondilus oksipitalis. Rahang bagian bawah dan atas
memanjang sebagai penopang paruh. Gigi seluruhnya lenyap pada burung modern.
Pada rahang bawah terdiri atas 5 tulang dan bersambungg dengan tulang tengkorak
serta juga alat quadrat yang akan bergerak. Pada kolumna verebralis burung
mengalami banyak adaptasi. Vertebra servikalis bersifat flekssible karena terdapat
artikulasi pada permukaan persendian yang memungkinkan gerakan bebas.
Persendian ini disebut dengan herocoelus. Selain itu, pada vertebrata toraksis
anteriror mampu bergerak. Menurut Brotowidyoyo (1994: 227) menyatakan bahwa
burung memiliki tulang pelvis yang bersatu dengan bagian lumbar, sakrum, dan
aterior kaudal membentuk sinsakrum. Pada beberapa vertebra caudal bebas dan
bagian distal bersatu membentuk pigostile sebagai ekor pendek.

Gambar Kerangka Tubuh Burung


Sumber: Feistyhome (1999)

Menurut Cochran (2004) skeleton terdiri atas ddua bagian yaitu axial dan
appendicular. Axial tersusun atas tulang yang mengelilingi pusat gravitasi tubuh
yaitu skull, vertebrae hyoid apparatus, ribs, dan sternum. Sedangkan,
appendicular tersusun atas tulang belakang. Lawrence dan Fowler (2002)
menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tulang terdiri
atas dua faktor yaitu faktor endogenus yang dipengaruhi oleh hormon dan
eksogenus yang dipengaruhi oleh pakan. Menurut sukiya (2005: 74) menyatakan
bahwa tulang iga burung memiliki bentuk yang rata dan semuanya (selain iga
pertama dan terakhir) membentuk processus uncinatus yang saling berhubungan
dengan iga berikutnya. Processus uncinatus memiliki fungsi untuk memperkuat
torax dan sebagai perlekatan otot. Sternum atau tulang dada sangat lebar dan rata
sehingga memungkinkan untuk terbang. Namun, untuk burung yang termasuk ke
dalam kelompok yang tidak bisa terbang (ratitae) merupakan cerinatae yaitu
burung carina sterni tempat letaknya otot.otot untuk terbang (pectoralis mayor dan
pectoralis minor). Menurut Brotowidjoyo (1994: 227). menyatakan bahwa otot
pektoralis mayor dimulai pada lunas tulang sternum, dan menarik tulang humerus
ke bawah (berarti menariksayap ke bawah). Hal ini berbeda dengan otot pektoralis
minor yang menarik sayap ke atas. Sehingga, dari hal itu dalam anggota hewan
kelas aves terdapat burung yang bisa terbang dan juga ada burung yang tidak bisa
terbang. Aves juga meemiliki tulang belakang yang sebagian besar menyatu.
Tulang dada bersambung dengan perantara tulang iga dan ini memberikan
kerangka sangat kuat meskipun tulang yang terdapat pada anggota kelas aves pada
dasarnya relatif ringan. Pada anggota hewan kelas aves memiliki modofikasi
rangka yang paling mencolok yaitu pada anggota bagian depan yaitu hanya terdapat
dua unsur karpal yang ditemukan. Dimana dua unsur tersebut terdiri dari, radiale
dan ulnare yang masing-masing bersambung dengan radius dan ulna. Pada anggota
bagian belakang tidak mengalami perubahan seperti bagian ddepan tetapi tetap
menunjukkan kekhususan yang menarik yaitu tulang betis (fibula) secara
prporsional kecil dan sebagian besar bersatu dengan tulang kering (tibia).
Pada anggota hewan kelas Aves memiliki bagian-bagian tulang yang dapat
dibedakan menjadi:
1) Tulang Tarsus
Menurut McLelland (1990) menyatakan bahwa tulang tarsus sebagai
tulang campuran yang dibentuk dari gabungan baris distal dari tulang tarsal ke
tiga yaitu tulang-tulang metatarsal (digit II,III, dan IV). Menurut Tyne dan
Berger dengan ujung proksimal tiga tulang metatarsal. Dan tulang tarsus ini
adalah tulang yang ditutupi oleh bulu seluruh atau sebagian saja.
2) Tulang Digit
Menurut McLelland dan King (1975) pada sebagian besar burung
ditemukan digit I sampai IV dengan jumlah tulang jari dua, tiga, empat, dan
lima. Jari pertama secara tepat berada paling belakang. Posisi dari jari-jari dapat
digunakan untuk kepentingan taksonomi yang berkaitan dengan posisi burung
saat bertengger ataupun tidka bertengger.
Gambar. Bagian Tulang Kaki Burung
Sumber: Tyne dan Berger (1976)

3) Tulang Sayap
Hickman e al. (2007) menyatakan bahwa sayap pada burung memiliki
ukuran dan bentuk yang bervariasi karena perbedaan perkembangan yang
disesuaikan dengan habitatnya. Menurut Tyne dan Berger (1976) tulang sayap
burung terdiri atas tulang humerus,radius, ulna, dua tulang carpai,
carpometacarpu, dan tiga jari atau tulang digit.

Bagian Tulang Sayap Burung

Sumber: Tyne dan Berger (1976)


b. Sistem otot
Sistem otot burung berbeda dengan banyak hal dari kebanyakan vertebrata
daratan lainnya. Pada burung memiliki otot-otot leher dan rahang yang
menunjukkan banyak spesialisasi yang dikaitkan dengan kebiasaan makan, fungsi
paruh, dan mobilitas gerakan leher. Pada burung memiliki otot perut yang kurang
berkembang, sedangkan otot sayap ekstrinsik terutama otot pektoralis mayor,
menunjukkan perkembangan yang sangat baik terutama pada burung-burung yang
dapat terbang. Otot pektoralis mayor merupakan otot depresor dan berkaitan
dengan gerakan menurunkan sayap saat terbang. Sedangkan, otot pektoralis minot
berperan dalan mengangkat sayap saat terbang.
Pada burung juga memiliki otot suprakorakid. Otot tersebut berkaitan dengan
gerakan sayap ke atas, dimana terletak pada sternum arah proksimal dari pektoralis
mayor dan masuk pada sisi atas humerus. Otot deltoid dan latissimus dorsi
memiliki aksi yang sama dengan suprakorakoid. Salah satu penegang (tensor)
dikenal sebagai longus, yang memanjang dari pangkal humerus sepanjang batas
pangkal petagium hingga pergelangan. Pada burung juga memiliki otot instrinsik
yang berkaitan dengan gerakan merunduk, membentangkan dan merotasikan sayap
saat terbang. Pada burung pemakan ikan yakni otot yang paling penting adalah otot
fleksor (pelentur) yang memungkinkan jari kaki bisa menangkap ikanikan kecil.

c. Sistem sirkulasi
Sistem sirkulasi pada burung sudah lebih berkembang dari kelas sebelumnya.
Sistem sirkulasi burung sama halnya dengan sirkulasi pada mammalia. Menurut
Brotowidjoyo (1994: 228) menyatakan bahwa sistem peredaran darah tipikal burung
seperti pada mammalia bedanya hanya lengkung arteri tunggal yang terletak pada
sebelah kanan, sedangkan pada mammalia hanya berada pada sebelah kiri.
Gambar. Jantung Pada Aves
Sumber: Johnson, Raven. 2002.
Organ sirkulasi yang paling utama adalah jantung. Jantung terdiri atas 4 ruang
yaitu atrium siniter (serambi kiri) dan dexter (kanan), serta ventrikel sinister (bilik kiri)
dan dexter (kanan). Pada atrium dan ventrikel sudah terdapat alat pemisah sempurna
sehingga darah vena dan arteri terpisah. Sistem aorta meninggalkan bilik kiri dan
membawa darah ke kepala dan seluruh tubuh melalui arkus aortikus kanan ke empat.
Pada burung umumnya memiliki 2 arteri karotis dan ada dua pembuluh prevaka
fungsional dan postkava lengkap. Prekava terbentuk oleh penyatuan pembuluh darah
dari kerongkongan dan bagian tulang selangka (sublakiva) pada tiap sisi. Pada postkava
menerima darah dari anggota badan melalui saluran gerbang ginjal (porta renalis), yang
lewat melalui ginjal tetapi tidak terpecah menjadi kapiler-kapiler dan karenanya tidak
dapat disamakan dengan portal renalis dari vertebrata rendah. Burung memilikii
eritrosit yang lebih besar jika dibandingkan dengan mammalia.

Gambar. Sistem Sirkulasi Pada Aves


Sumber: Johnson, Raven. 2002
d. Sistem pencernaan
Pada sistem pencernaan makanan anggota hewan kelas aves yakni dimulai dari
mulut → kerongkongan → tembolok → lambung kelenjar → lambung otot atau
empedal (ventrikulus) berdinding tebal → usus halus terdiri atas duodenum, jejunum,
dan ileum yang digantung oleh mesentrium → usus besar (terdapat sepasang usus buntu
diantara usus halus dan usus besar) → bermuara pada kloaka di bawah ekor. Empedal
pada aves (burung) berfungsi untuk menghancurkan makanan. Mempunyai kelenjar
ludah, kelenjar pancreas, dan hati yang menghasilkan empedu (Brotowidjoyo, 1990:
227).
Pada mulut anggota hewan kelas aves terdapat paruh yang sangat kuat dan
berfungsi untuk mengambil makanan. Makanan yang diambil oleh paruh kemudian
masuk kedalam rongga mulut lalu menuju kerongkongan. Bagian bawah kerongkongan
membesar berupa kantong yang disebut tembolok. Kemudian masuk ke lambung
kelenjar. Disebut lambung kelenjar karena dindingnya mengandung kelenjar yang
menghasilkan getah lambung yang berfungsi untuk mencerna makan secara kimiawi.
Kemudian makan masuk menuju lambung pengunyah. Disebut lambung pengunyah
karena dindingnya mengandung otot-otot kuat yang berguna untuk menghancurkan
makanan. Di dalam hati,empedal sering terdapat batu kecil atau pasir untuk membantu
mencerna makanan secara mekanis. Kemudian, makanan masuk menuju usus halus.
Enzim yang dihasilkan oleh pankreas dan empedu dialirkan kedalam usus halus. Hasil
pencernaan berupa sari- sari makanan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus
halus. Burung mempunyai dua usus buntu yang terletak antara lambung dan usus. Usus
buntu berguna untuk memperluas daerah penyerapan sari makanan. Sisa makanan
didorong ke usus besar kemudian kedalam poros usus (rektum) dan akhirnya
dikeluarkan melalui kloaka.
Gambar. sistem pencernaan pada burung

e. Sistem respirasi atau pernafasan


Organ pernafasan pada aves melalui hidung, faring yang menghubungkan
rongga mulut dengan trakea, trakea atau batang tenggorok yang di dalam
percabangan batang tenggorok terdapat pita suara yang disebut syrink. Suara
dihasilkan oleh getaran dari membran semilunaris. Kemudian alat selanjutnya
adalah sepasang paru-paru. Selain paru-paru, burung biasanya memiliki 4 pasang
perluasan paru-paru yang disebut pundi-pundi hawa atau kantung udara (saccus
pneumaticus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap. Kantung-kantung
udara ini terdapat pada pangkal leher (saccus cervicalis), rongga dada (saccus
thoracalis anterior dan posterior), antara tulang selangka atau korakoid (saccus
interclavicularis), ketiak (saccus axillaris), dan di antara lipatan usus atau rongga
perut (saccus abdominalis). Kantung udara berhubungan dengan paru-paru,
berselaput tipis, tetapi tidak terjadi difusi udara pernapasan. Adanya kantung udara
mengakibatkan, pernapasan pada burung menjadi efisien (Radiopoetro, 1988: 544).
Aves (burung) bernafas dengan paru-paru yang berhubungan dengan kantong-
kantong udara (sakus pneumatikus) yang berhubungan pula dengan tulang-tulang
pipa. Fungsi kantong udara :
1) membantu pernafasan terutama saat terbang
2) menyimpan cadangan udara (oksigen)
3) memperbesar atau memperkecil berat jenis pada saat burung berenang
4) mencegah hilangnya panas tubuh yang terlalu banyak.
Gambar inspirasi dan ekspirasi pada burung

1) Fase Inspirasi : tulang rusuk bergerak ke depan – volume rongga dada


membesar – tekanan mengecil – udara akan masuk melalui saluran pernapasan.
Saat inilah sebagian oksigen masuk ke paru-paru dan O2berdifusi ke dalam
darah kapiler, dan sebagian udara dilanjutkan masuk ke dalam katong-kantong
udara (Radiopoetro, 1988: 545).
2) Fase Ekspirasi : tulang rusuk kembali ke posisi semula – rongga dada
mengecil – tekanan membesar. Pada saat ini udara dalam alveolus dan udara
dalam kantong-kantong hawa bersama-sama keluar melalui paru-paru. Pada
saat melewati alveolus, O2 diikat oleh darah kapiler alveolus, dan darah
melepas CO2 (Radiopoetro, 1988: 545).
a) Pernapasan burung pada waktu istirahat
Pada waktu tidak terbang, pernapasan terjadi karena gerakan tulang dada
sehingga tulang-tulang rusuk bergerak kemuka dan ke arah bawah.
Akibatnya, rongga dada membesar dan paru-paru mengembang.
Mengembangnya paru-paru menyebabkan udara luar masuk (inspirasi).
Sebaliknya dengan mengecilnya rongga dada, paru-paru akan mengempis
sehingga udara dari kantung udara kembali ke paru-paru. Jadi, udara segar
mengalir melalui parabronkus pada waktu inspirasi maupun ekspirasi
sehingga fungsi paru-paru burung lebih efisien dari pada paru-paru
mamalia.
b) Pernafasan burung pada waktu terbang
Pada waktu terbang, gerakan aktif dari rongga dada tak dapat
berlangsung karena tulang-tulang dada dan tulang rusuk merupakan
pangkal pelekatan yang kuat untuk otot-otot terbang. Akibatnya, inspirasi
dan ekspirasi dilakukan oleh kantung udara diketiak, caranya adalah
dengan menggerak-gerakkan sayap ke atas dan ke bawah. Gerakkan ini
dapat menekan dan melonggarkan kantong udara tersebut sehingga
terjadilah pertukaran udara didalam paru-paru. Semakin tinggi terbang,
burung harus semakin cepat menggerakkan sayap untuk memperoleh
semakin banyak oksigen. Frekuensi bernapas burung kurang lebih 25 kali
permenit, sedangkan pada manusia hanya 15-20 kali permenit.

f. Sistem eskresi
Burung memiliki sepasang ginjal yang bertipe metanefros dengan masing-
masing terdiri atas 3 lobi. Ginjal burung secara proporsional besar, lobus tidak
teratur dan dengan bentuknya yang menyesuaikan ke dalam depresi sinsakrum.
Terdapat pembuluh yang menuju ke ginjal yang disebut arteriae renalis. Selain itu,
juga terdapat saluran ekskresi yang keluar ginjal yang disebut ureter. Ureter ini
berupa tubulus yang sempit dan bermuara langsung ke dalam kloaka karena
sebagian besar burung tidak memiliki vesica urinaria dalam sistem ekskresinya
sehingga urin bercampur dengan fesesnya, kecuali Ostrich (burung unta)
merupakan satu-satunya burung yang diketahui memiliki vesica urinaria. Ginjal
burung seperti halnya ginjal mamalia, yaitu tersusun atas nefron jukstamedulari
yang dikhususkan untuk penghematan air. Akan tetapi, nefron burung mempunyai
lengkung Henle yang lebih pendek jika dibandingkan dengan nefron mamalia
sehingga ginjal burung tidak dapat memekatkan urin hingga mencapai osmolaritas
yang dicapai seperti pada ginjal mamalia (Boolotian, 1979: 293).

g. Sistem reproduksi
Burung berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar) dan pembuahannya
terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Contoh aves antara lain burung elang,
burung merati, burung merak, burung hantu, burung gagak, ayam dan jenis burung
lainnya. Sebagian besar burung membangun sarangnya untuk menyimpan telur dan
mengeraminya, jumlah telur yang di letakan dalam sarangnya yang bervariasi
tergantung spesiesnya, ada yang hanya 1,3, atau ada yang sampai 14 butir. Masa
inkubasi (pengeraman) pada burung berbeda-beda. Burung-burung darat yang
kecilnya masa inkubasinya kurang lebih 14 hari, ayam peliharaan 21 hari, burung
kuau 21 hari, bebek dan rajawali masa inkubasinya 28 hari, sedangkan burung unta
42-60 hari. Anak-anak burung yang bersifat atricial membutuhkan kurang lebih
seminggu setelah menetas untuk meninggalkan sarang. Semua anak-anak burung
memerluka pemeliharaan setelah ditetaskan yang berupa pemberian makan
penjagaan atau perlindungan dari sinar matahari dan hujan.
Pembuahan sel telur dan sperma/fertilisasi terjadi di dalam tubuh induk
(fertilisasi internal). Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.
Pada hewan jantan, terdapat sepasang testis, sedangkan ovarium hanya satu dan
tumbuh dengan baik di sebelah kiri pada hewan betina (Brotowidjoyo 1990: 231).

Gambar system reproduksi aves


(Sumber : Brotowidjoyo, 1990: 230)

h. Sistem saraf
Menurut Radiopoetro (1988 : 552) sistem saraf pusat berupa otak dengan 12
pasang saraf cranial yang terdiri dari saraf olfaktori, saraf opticus, saraf
oculomotorius, saraf trochlearis, saraf trigeminus, saraf abduscens, saraf facialis,
saraf vestibule-cochlearis, saraf glossophayngeus, vagus, saraf accessories, dan
saraf hypoglossus. Selain itu juga terdapat saraf spinal yaitu pada burung berleher
panjang beberapa nervi membentuk plexus yang disebut plexus cervica brachialis.
Kemudian terdapat plexus umbosacralis yang terbagi dalam plexus lumbaris yang
menuju membrane posterior bagian proximal, lexus sacralis yang menuju
membrane posterior bagian distal dan plexus pudendalis yang menuju ke kloaka
dan daerah ekor.
Terdapat kelenjar tiroid, adrenal, dan endokrin pituitary (hipofisis) yang terletak
di dasar otak. Bentuk otak dan bagian-bagiannya tipikal pada burung, lobus
olfaktorius kecil, serebrum besar. Pada ventro kaudal serebrum terletak serebellum,
dan ventral lobus optikus (Manter & Miller, 1959: 452).

i. Organ indera
1) Mata
Mata besar dengan pekten, yaitu sebuah membrane, bervaskulasi dan
berpigmen yang melekat pada mungkok optic, dan melanjut ke dalam humor
vitreus. Saraf optic memasuki sclera mata di tempat yang disebut bingkai
skeral. Mata dengan kelenjar air mata. Penglihatan terhadap warna sangat
tajam dan cepat berakomodasi (berfokus) pada berbagai jarak (Brotwidjoyo,
1990:229).

Gambar organ mata pada aves


(sumber : www.infoburung.com)

2) Hidung
Pada lubang hidung satu pasang dengan indera pencium yang kurang
baik.pemilihan makanan dengan organ perasa yang berada di sisi lidah dan
langit-langit. Sistem saraf pusat berupa otak dengan 12 pasang saraf cranial.
Terdapat kelenjar tiroid, adrenal, dan endokrin pituitary (hipofisis) yang
terletak di dasar otak.
3) Telinga
Lubang telinga Nampak dari luar dengan meatus auditori eksternal
kemudian ke membrane timpani. Telinga tengah dengan saluran-saluran
semisirkular kemudian ke koklea. Pendengaran burung dara termasuk baik
karena menjadi organ kedua setelah mata yang berfungsi secara sempurna.
Dari telinga tengah ada saluran Eustachius menuju ke faring dan bermuara
pada langit-langit bagian belakang (Brotwidjoyo, 1990:229).
4) Organ perasa
Lidah pada umumnya tak dapat dijulurkan. Organ perasa ini terletak di
langit-langit mulut dan sisi lidah. Pemilihan makanan mungkin hanya
tergantung pada oran perasa itu.

2.3 Habitat Aves, Ciri-ciri Aves, dan Klasifikasi Aves


1. Habitat aves
Aves merupakan hewan paling dikenal orang karena dapat dilihat dimana-mana
dan aktif pada siang hari maupun malam hari. Habitat yang kondisinya baik dan jauh
dari gangguan manusia serta di dalamnya mengandung bermacam-macamsember
pakan memungkinkan jenis burung lebih banyak. Ekosistem terdapat berbagai macam
habitat sebagai tempat hidup bagi hewan dari jenis aves untuk bertahan hidup (Widodo,
2009).
Menurut Widodo (2016) dalam ekosistem terdapat berbagai macam habitat
sebagai tempat hidup bagi hewan dari jenis aves untuk bertahan hidup yaitu :
a. Hutan
Aves hutan adalah aves-aves yang tempat hidupnya di dalam hutan. Dalam
mencari pakan dan berkembang biak, aves hutan bergantung dengan kondisi hutan.
Umumnya, aves-aves hutan termasuk aves-aves yang memiliki suara bagus.
Contoh yaitu Cucakrawa (Pycnonotus zeylanicus), Murai batu (Copsychus
malabaricus), dan Poksay kuda (Garrulax rufifrons).
b. Sungai
Aves sungai adalah aves-aves yang secara spesifik hidup untuk mecari makan
dan berkembang biak di sekitar sungai. Beberapa spesies yang sering dijumpai
yaitu menintin kecil (Enicurus velatus), menintin besar (Enicurus leschenaulti),
dan Motacilla cinerea. Umumnya jenis aves yang menempati pada habitat sungai
yang airnya tidak dalam, tidak dangkal, dan banyak terdapat bebatuan.
c. Danau
Aves danau adalah aves-aves yang hidup dan mencari pakan di habitat danau
atau kolam-kolam yang besar, di antaranya aves yang secara spesifik dapat
berenang di perairan danau umumnya mencari makan berupa tanaman alga, ikan-
ikan kecil dan sejenisnya. Contohnya yaitu aves belibis (Dendrocygna arquata),
itik-itikan (Anas superciliosa), dan titihan (Tachybaptus ruficolis).
d. Savana
Aves-aves di habitat gua memiliki sifat yang sangat spesifik. Hal ini disebabkan
kondisi gua yang gelap dan tidak mudah dijumpai di sembarang tempat. Spesies
aves yang menempati habitat gua di antaranya kelompok walet dari suku Apodidae,
yaitu Collocalia fuchiphaga, yang menempati gua bagian paling gelap atau bagian
dalam. Pada bagian luar gua, terutama tebing biasanya dihuni oleh kelompok
Myophonus glaucinus dan Myophonus caeruleus sebagai tempat bersarangnya.
e. Gua
Aves-aves di habitat gua memiliki sifat yang sangat spesifik. Hal ini disebabkan
kondisi gua yang gelap dan tidak mudah dijumpai di sembarang tempat. Spesies
aves yang menempati habitat gua di antaranya kelompok walet dari suku Apodidae,
yaitu Collocalia fuchiphaga, yang menempati gua bagian paling gelap atau bagian
dalam. Pada bagian luar gua, terutama tebing biasanya dihuni oleh kelompok
Myophonus glaucinus dan Myophonus caeruleus sebagai tempat bersarangnya.
Anggota aves yang hidup di alam bebas contohnya merak yang hdiup di dalam
hutan dan tanah pertanian di Sri Langkah dan India. Kalkun dapat ditemukan
diberbagai belahan dunia. Dialam bebas, kalkun hidup didaerah berhutan Amerika
Serikat dan Meksiko. Ayam peliharaan terdapat diseluruh dunia, kecuali di
Antartika dan beberapa kepulauan pasifik. Burung unta hidup didaerah gersang,
semi gurun di afrika. Angsa bintik hitam berasal dari Eropa dan Asia Tengah.
Namun, ia telah merambah berbagai wilayah lain. Kita dapat menemukannya di
Amerika Utara, bagian selatan Afrika, dan di Oceania. Ia hidup didaerah berair.
Angsa peliharan hidup di taman. Bangau abu-abu hidup di Eropa, Asia, Afrika. Ia
dapat ditemukan di semua tempat yang berair dalam, tempatnya dapat menangkap
ikan. Flamingo hidup di Amerika Tengah dan Amerika Selatan (bagian utara),
Antilles, Barat Daya Eropa, Afrika, dan Asia (terutama di Timur Tengah dan
India), dan ia hidup didanau (Hariyanti, 2007).
Faktor yang menentukan keberadaan burung adalah ketersediaan makanan,
tempat untuk istirahat, bermain, kawin, bersarang, bertengger dan berlindung.
Kemampuan areal menampung burung ditentukan oleh luasan, komposisi dan
struktur vegetasi, banyaknya tipe ekosistem dan bentuk areal serta keamanan.
Burung merupakan salah satu margasatwa yang terdapat hampir di setiap tempat,
tetapi untuk hidupnya memerlukan syarat-syarat tertentu yaitu adanya kondisi
habitat yang cocok, baik, serta aman dari segala macam gangguan. Habitat yang
baik harus dapat menyediakan pakan, air, tempat berlindung, empat beristirahat
dan tidur malam, serta tempat untuk berkembangbiak baik ditinjau dari segi
kuantitas dan kualitas ( Muhammad, 2012).
Habitat burung terbentang mulai dari tepi pantai hingga ke puncak gunung.
Burung yang memiliki habitat khusus di tepi pantai tidak dapat hidup di
pegunungan dan sebaliknya. Namun ada pula spesies burung-burung generalis
yang dapat dijumpai di beberapa habitat. Misalnya burung Kutilang (Pycnonotus
aurigaster)yang dapat dijumpai pada habitat bakau hingga pinggiran hutan dataran
rendah (Suryadi, 2008).
Menurut Alikodra (2002) kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan
menentukan komposisi, penyebaran dan produktifitas satwaliar termasuk burung.
Suatu habitat yang baik untuk perkembang biakan burung biasanya adalah habitat
yang dapat memberikan potensi pakan yang cukup besar. Ketersediaan makanan
merupakan faktor yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu jenis burung,
banyak jenis mencari makan pada areal yang lebih luas dan biasanya mereka
memperoleh pakan dari daerah yang telah tereksploitasi (Harris, 2006).
Sejumlah studi telah menunjukkan kuatnya pengaruh struktur vegetasi terhadap
distribusi jenis burung. Selain itu, manusia dapat mempengaruhi burung-burung
dan habitatnya secara langsung melalui modifikasi vegetasi dan perburuan (Bibby
et al, 2000).

2. Ciri-ciri aves
Sebagai suatu kelompok hewan, burung telah berevolusimenjadi berbagai
ukuran. Burung terkecil, Burung Kolibri Madu, memiliki berat hanya 1.6 g, jauh lebih
kecil dari hewan seperti kupu-kupu. Sementara itu, burung terbesar, yakni Burung Unta,
memiliki berat hingga 125 kg, dengan kata lain memiliki berat 80.000 kali yang lebih
besar (Burnie, 2008).
Menurut Irnaningtyas (2016) secara umum aves memiliki ciri-ciri umum
sebagai berikut yaitu :
a. Ukuran tubuh bervariasi terdiri bagian kepala leher,badan,ekor
b. mulutnya pun berparuh yang tersususn atas zat tanduk tidak memiiki gigi
dan lidah yang tidak dapat dijulurkan
c. Mata berkembang baik memiliki kelompak mata,membrana niktitans dan
kelenjar air mata,pada umumnya mata terdapat dibagian sisi pada kepala
d. Selain itu aves memiliki sepasang kaki untuk berjalan, bertengger,
berenang, mencakar, memegang makanan dan mencengkeram mangsa
e. Memiliki sayap untuk terbang.kecepatan terbang berkisar antara 30-75
km/jam
f. Aves bernapas dengan paru-paru berhubungan dengan pundi-pundi udara
sebagai alat pernapasan tambahan
g. Aves memiliki alat suara siring yang terdapat di percabagan
h. Aves memiliki sistem pencernaan lengkapi.Aves bersifat homoiosterm
karena mempertahankan suhu tubuhnya dengan bulu-bulu,suhu tubuh aves
berkisar 40,5-420C
i. Aves memiliki peredaran darah ganda artinya dalam satu kali peredsaran
darah keseluruh tubuh darah melewati jantung dua kali
j. Alat ekskresi berupa ginjal metanefros dn tidak memiliki kandung
kemih.Sistem saraf berupa otak dengan serebrum dan lobus optikus yang
berkembang baik
k. Aves bersifat ovivar dan fertilasi terjadi secara internal.

3. Klasifikasi aves

Aves adalah hewan yang tubuhnya tertutup bulu, tidak memiliki gigi, berjalan dengan
dua kaki, dan memiliki struktur tulang yang termodifikasi untuk terbang (Stevens, 1996). Welty
(1982) menambahkan bahwa Aves memiliki tungkai atau lengan depan termodifikasi untuk
terbang, tungkai belakang teradaptasi untuk berjalan, berenang dan hinggap, jantung memiliki
empat ruang, rangka ringan, memiliki kantong udara, berdarah panas, tidak memiliki kandung
kemih dan bertelur.
Kelas aves terbagi dalam begitu banyak bangsa (Ordo) yang dikenal baik
karakteristiknya. Berikut ini hanya dikemukakan karakteristik pada tingkat sub kelas. Tetapi
sebelum mengenal karakteristik pada masing-masing sub-kelas terlebih dahulu mengerti
tentang ordo-ordo dari kelas Aves yang termasuk dalam masing-masing sub-kelas.
Berdasarkan orr dalam Sukiya kelas Avea emmilki 2 subkelas yaitu Archaeomithes dan
Neornithes. Subkelas Archaeomithes memilki 1 ordo dan subkelas Neornithes memilki 31
ordo. Berikut merupakan klasifikasi dari kelas Aves:
1. Sub kelas Archaeomithes (ansestor burung/burung bengkarung)
Merupakan burung-burung bergerigi, dan termasuk spesies yang telah punah. Hidup
dalam periode jurrasik. Memiliki metakarpal yang terpisah dan tidak memiliki pigostil. Selain
itu vertebral kaudal masing-masing dengan bulu berpasangan.
Contoh, Ordo : Archaeopterygiformes
Genus : Archaeopteryx dan Archaeomis
2. Sub kelas Neornithes
Menurut Brotowidjoyo (1994:220) menyatakan bahwa anggota yang termsuk dalam
sub-kelas Neornithes beberapa ada yang sudah punah, tetapi ada yang termasuk burung
modern. Berikut merupakan ciri-ciri yang dimilki oleh para subkelas Neornithes:
a. Bergerigi atau tidak bergerigi
b. Memiliki metakarpal bersatu
c. Vertebratal kaudal tidak ada yang memiliki bulu berpasangan
d. Kebanyakan memiliki pigosil
e. Stemus ada yang berlunas dan ada pulayang rata
Berikut subkelas Neornithes dari beberapa ordo:
1) Odontognathae
Contohnya adalah Hespornis dan Ichthyornis, keduanya merupakan hewan yang sudah
punah dan ditemukan di Amerika Serikat.
2) Palaeognathae
Merupakan kelompok burung berjalan atau sedikit saja terbang. Tulang sternum sedikit
tidak berlunas. Semua dengan tulang vomer yang membentuk jembatan pada tulang langit-
langit. Tidak memilki gigi, memilki vertebrata kaudal yang bebas dna tulang korakoid dan
skapula kecil. Kelompok ini terdiri dari banyak ordo. Berikut merupakan ordo yang termasuk
dalam Palaeognathae:
a. Ordo Strythioniformes
Spesies yang termasuk ordo ini contohnya adalah burung unta (Struthio
camelus). Hewan ini memiliki tinggi 2,5 m, berat 150 kg, hidup bergerombol,
omnivora, seekor hewan jantan mempunyai 4-5 betina. Hewan ini berasal dari Afrika
dan Arabia.

b. Ordo Rheiformes
Spesies yang termasuk dalam ordo ini adalah Rhea sp. (burung rea). Spesies ini
tidka bisa terbang, tidak berlunas, tinggi 1.2m dan berasl dari Amerika Latin.

c. Ordo Cassuariiformes
Contoh dari spesies ini adalah burung kausari (emu). Burung kausari tidak bisa
terbang, tidak berlunas, dan memiliki sayap kecil. Contoh lainnya adalah
Dromiceilus sp. yang memiliki tinggi 1,7 m. kepala dan leher tidak berbulu. Hewan
ini banyak ditemukan di Australia dan Irian.

d. Ordo Dinornithiformes
Contohnya adalah burung moa. Ciri-ciri dari hewan ini adalah tidak berlunas
dan merupakan spesies yang telah punah. Memiliki tulang karakoid, skapula, sayap
telah tereduksi atau hilang.

e. Ordo Aepyormithiformes
Merupakan anggota yang sudah punah. Karakteristiknya tersusun atas tulang
sternum lebar dan pendek. Tingginya mencapai 3 m lebih dan telurnya 21-30 cm.
Contoh lainnya adalah Aephyornis sp. yang terdapat di Malagasi.
f. Ordo Apterygiformes
Memilki paruh yang panjang, lubang hidung di ujung paruh sayap
berdegenerasi (humerus vestigal, hanya ada satu jari, tidak memiliki bulu pulmea),
tidak berlunas, bulu filophum seperti rambut. Contohnya yaitu Apteryx sp yang
merupakan hewan omnivora, telurnya berjumlah 1 atau 2 butir dengan ukuran 7-12
cm. Hewan ini terdapat di selandia baru.
g. Ordo Tinamifores
Contohnya adalah burung tinamu yang memilki sayap yang dapat digunakan untuk
terbang, berlunas dan pigostil tereduksi. Biasanya berlarinya sedikit terbang. Contoh
: Tinamus sp, Rhynchotus sp. terdapat di Amerika Latin.

3) Immepennes
Ciri sayap (anggota gerak anterior) digunakan untuk berenang dan tidak dapat terbang.
Metatarcus bersatu, tetapi tidak sempurna. Memiliki empat buah jari terarah ke muka, jari-
jari denagn selaput kulit. Bulu-bulu kecil menutupi permukaan tubuh. Pada bagian bawah
kuliat terdapat lapisan lemak tebal. Hewan ini dapat berdiri tegak pada metatarus dan dapat
dengan cepat menyelam. Ordo yang termasuk dalam kelompok ini adalah ordo
Sphenisciformes. Contoh : Aptenodytes fisteri.
4) Neognathae
Merupakan kelompok yang termasuk dalam burung-burung modern. Memiliki
metatarus yang bersatu dan berlunas, memiliki vomer kecil dan tidak membentuk pada
langit-langit. Berikut merupakan berbagai ordo yang termasuk dalam Neognathae:
a. Ordo Gaviiformes
Contohnya adlaah burung lun. Ciri-cirinya adalah memiliki kaki yang pendek
pada ujung tubuh. Memiliki jari-jari yang penuh dengan membran kulit. Patella
kecil-kecil, terbang cepat melayang-layang, dan menukik. Makanannya berupa ikan.
Contohnya spesies lainnya adalah Gavia immer yang berada pada belahan bumi
utara.

b. Ordo Podiciptiformes
Karakteristiknya adalah memiliki ekor berbulu kapas, kaki jauh dibagian
belakang tubuh. Dapat menyelam dengan cepat. Habitatnya dapat hidup di air laut
maupun air tawar. Merupakan hewan pemakan segala sehingga disebut omnivora.
Contoh spesies lainnya adalah Podiceps curitus, Podilymbus podiceps.
c. Ordo Procellariiformes
Memiliki lubang hidung tubular, paruh berlapis beberapa papan. Didalam hidung
terdapat kelenjar. Memiliki jari kaki vestigsl dan bulu filoplum. Habitatnya berada
berada dilaut dan bertelur di pulau-pulau. Contoh spesiesnya lainnya : Diomedea
exulans, Oceanodroma sp.

d. Ordo Pelecaniformes
Ciri-cirinya adalah keempat jari dalam satu membran kulit. Memiliki lubang
hidung yang vestigal. Contoh : Pelecanus erythrorhynchus yang memiliki paruh
besar untuk menyerok ikan dari laut. Contoh lainnya adalah P.occidentalis, Morrus
bassana.

e. Ordo Ciconiiformes
Habitatnya berada disawah, meemilki leher yang panjang dan kaki yang
panjang. Bulu yang ada pada tubuhnya berupa bulu dekoratif, kadang-kadang kepala
gundul, paruh bengkok di bagian tengah seperti pada flamingo dan tidak memilki
membran kulit (kecuali flamingo). Jenis makannaya berupa iakn dan hewan air
lainnya. Hidupnya secara berkoloni. Contoh : Ardea herodias (blekok biru),
Buterides virescens (blekok hijau), Phonenicopterus ruber (flamingo), dan
Casmerodius albus (blekok putih).

Phonenicopterus Ardea Casmerodius


Ruber herodias albus
f. Ordo Anaeriformes
Memiliki paruh lebar tertutup dengan lapisan yang banyak mengandung organ
sensori. Kaki pendek, jari dengan membran kulit, dan memiliki ekor yang pendek.
Selain ini pada hewan muda berbulu kapas. Habitatnya tersebar diseluruh wilayah
dunia dan lebih dari 200 spesies. Contohnya : Anas platyrhynchos, Anas crecca,
Anas aythya vasilineria (bebek liar), Branta sp., (mentok), dan Cygnus sp. (angsa).

Anas crecca Cygnus sp


g. Ordo Falconiformes
Memiliki paruh yang sanagt kuat sekali dengan kiat pada ujungnya. Kaki digunakan
untuk menerkam korbannya,dengan kuku-kuku yang tajam. Meskipun predator yang
aktif di waktu siang hari. Hewan yang termasuk dalam kelompok ini memilikisayap
yang kuat dan dapat terbang dengan cepat. Contoh : Cathartes aura, Coragyps
atratus, Gymnogyps sp, Buteo borealis, Aquila chrysaetos, Heliacetus
leucocephalus.
Heliacetus leucocephalus

Buteo borealis Aquila chrysaetos


h. Ordo Galliformes
Memiliki paruh yang pendek, kaki berfungsi untuk berlari dan mengais. Jenis
makanannya adalah padi-padian. Contohnya adalah : Phasianus colchicus, Pavo
cristatus (merak), Gallus sp (ayam hutan), Gallus domestic (ayam buras), Meleagris
gallopavo (kalkun).

Pavo cristatus Meleagris gallopavo


i. Ordo Gruifformes
Habitatnya hidup di rawa-rawa. Memiliki ekor dan kaki yang panjang. Bulu
bewarna abu-abu. Contohnya : Grus sp, Rallus sp, Fulica sp.
j. Ordo Diatrymiformes
Memiliki sayap aptori tetapi tidak bisa terbang. Paruh berukuran sanagt besar.
Memiliki empat jari pada setiap kaki. Hewan ini terdapat di Amerika Serikat.
Contohnya : Diatryma sp (telah punah).
k. Ordo Charadriiformes
Memiliki jari kaki dengan membran kulit. Bulu filopodhium padat. Hewan ini
memiliki kaki yang panjang dan sayap yang kuat. Telur botol-botol. Banyak
ditemukan didaerah pantai atau masuk kedarat jauh dari pantai. Contohnya :
Oxyechus vociferus, Erolia sp, Sterna sp, Larus sp.
l. Ordo Colombiformes
Memiliki paruh yang pendek dan ramping dengan sera pada bagian pangkal
paruhnya. Tarsus lebih pendek dari jari. Memiliki tembolok yang besar dan berlpais-
lapis sel yang mudah mengelupas dan membentuk “susu merpati”. Susu merpati itu
sewaktu-waktu dimuntahkan untuk memberi makan anak-anaknya. Habitatnya
tersebar di seluruh wilayah dunia. Contoh : Columbia livia, C. Fasciata (merpati),
Ectopistes migratorius (merpati pengembara), Zenaidura macroura (perkutut).

Zenaidura macroura Columbia livia


m. Ordo Psittaciformes
Memiliki paruh yang pendek tetapi kuat dengan pinggiran yang tajam dan
terikat dikedua ujungnya. Memiliki mandibula yang dapat bergerak bebas dari tulang
kepala. Memiliki bulu filophum dan bewarna hijau, biru, kuning, atau merah.
Kelompok hewan berada dihutan, dan jenis makanannya berupa buah-buahan.
Contoh : Rhynchopsitta sp, dan Conurospis sp.
Rhynchopsitta sp

n. Ordo Cuculiformes
Memiliki cakar yang digunakan untuk menangkap korban. Pada hewan betina
suka bertelur dalam sarang burung lain dan merebut makanan burung lain. Contoh :
Geococcyx sp, dan Coccuzus sp.

Geococcyx sp
o. Ordo Stridiformes
Memiliki kepala yang besar dan mata yang besar. Lubang telinga besar kadang-
kadang mempunyai lembaran penutup. Memiliki paruh yang pendek biasanya hewan
ini aktif di malam hari. Jenis makanannya berupa burung kecil dan arthopoda.
Contohnya : Tyto alba, Bubo sp, Otus asio, Nyctea sp, dan Speotyto cunicularia.

Tyto alba Nyctea sp

2.4 Peranan Kelas Aves


Aves memiliki peranan dengan banyak keuntungan yang bermanfaat dalam kehidupan
manusia. Peranan Aves adalah sebagai berikut (Sridianti, 2016).
1. Sebagai bahan industri, misalnya bulu angsa dan entok yang digunakan untuk membuat
kok (Shuttlecock) dan pengisi bantal. Bulu ayam untuk membuat kemoceng.
2. Sebagai bahan membuat obat, misalnya sarang burung walet dan telur itik.
3. Predator alamiah, memangsa ulat dan serangga, burung hantu sebagai predator tikus.
Dalam hal ini aves membantu manusia dalam membasmi hama dan pengendalian hayati
ilmiah.
4. Sebagai hiburan, misalnya pada burung suaranya yang merdu dan burung yang dapat
dilatih dalam permainan sirkus.
5. Telur dan dagingnya dapat dikonsumsi dan kaya akan protein. Sarang walet dapat dibuat
sop sarang burung.
6. Membuka lapangan kerja. Spesies aves contohnya ayam petelur, itik, angsa, merpati dan
walet dapat diternakkan.
7. Dibidang sains digunakan sebagai bahan praktikum para siswa dan mahasiswa.
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3. Aves atau burung, merupakan vertebrata yang tubuhnya ditutupi oleh bulu yang berasal dari
epidermis dan memiliki berbagai macam adaptasi untuk terbang. Aves memiliki
karatkteristik dari struktur bulu, warna bulu, paruh, dan alat gerak. Selain itu aves tersebar
dan hidup di darat, sebagian spesies mendiami di pohon, di laut, dsb. Habitat dari burung
dapat dibedakan atas habitat hutan, habitat persawahan, habitat kebun dan habitat
perkarangan. Terdapat beberapa sub kelas dari aves, yaitu: Sub kelas Archaeomithes
(ansestor burung/burung bengkarung) dan Sub kelas Neornithes. Sub kelas Neornithes
terdiri dari beberapa ordo, yaitu: Odontognathae, Palaeognathae, Immepennes, Neognathae.
Peranan kelas Aves bagi kehidupan manusia adalah sebagai bahan industri, misalnya bulu
angsa dan entok yang digunakan untuk membuat kok (Shuttlecock) dan pengisi bantal,
sebagai bahan membuat obat, misalnya sarang burung walet dan telur itik, spesies Aves juga
menjadi predator alamiah, memangsa ulat dan serangga, burung hantu sebagai predator
tikus, sebagai hiburan, misalnya pada burung suaranya yang merdu dan burung yang dapat
dilatih dalam permainan sirkus, dapat sebagai sumber protein, misalnya telur dan dagingnya
dapat dikonsumsi, dapat menjadi sumber lapangan kerjaan dengan membuka perternakan
ayam, dibidang sains digunakan sebgai bahan praktikum para siswa dan mahasiswa

3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan ialah sebagai mahasiswa, kita seharusnya mengetahui,
menggali info lebih lanjut mengenai kelas Aves. Karena dari segi ilmu pengetahuan,
banyak hal yang dapat diperoleh. Hal ini akan bermanfaat kalau kita mempelajari hewan-
hewan lain yang mempunyai derajat lebih tinggi, selain itu demi keseimbangan bumi kita
ini, mulai dari sekarang marilah kita menjaga bumi dengan melestarikan fauna. Jangan
biarkan keanekaragaman hayati fauna ini menjadi sedikit atau bahkan punah.
DAFTAR PUSTAKA

Kusbiyanto. Ciri-ciri dan Pola Perkembangan Tubuh Hewan Vertebrata. Internet Online.
http://repository.ut.ac.id/4298/1/BIOL4212-M1.pdf. Diakses pada tanggal 31 Maret
2019 pukul 21:32 WIB.

Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Nurzakiyyah. 2014. Struktur Anatomi Sistem Peredaran Darah pada Hewan Vertebrata,
Internet Online, https://nurzakiyyah.wordpress.com/2013/03/28/struktur-anatomi-
sistem-peredaran-darah-pada-hewan-vertebrata-2/. Diakses pada tanggal 01 April 2019
pukul 10:12 WIB

Sridianti. 2016. Peranan Vertebra Bagi Kehidupan Manusia, Internet Online,


http://www.sridianti.com/peranan-vertebrata-bagi-kehidupan-manusia.html, diakses
pada 10 April 2019 Pukul 12:21 WIB.

Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai