Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

UJI VITAMIN

Nama : Annisa Fitriya

Nim : 1710211012

Kelompok : 2 ( dua )

Tanggal Praktikum : 09 Mei 2018

Tanggal Penyerahan : 23 Mei 2018

Dosen Pengampu : Ir. Arief Noor Akhmadi M.P.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN
Mempelajari penentuan kadar vitamin C dalam tablet dan buah.
1.2 DASAR TEORI
Asam askorbat atau lebih dikenal dengan vitamin C adalah vitamin untuk jenis
primat tetapi tidak merupakan vitamin bagi hewan-hewan lain. Asam askorbat
merupakan suatu reduktor kuat (Winarno, 1997). Bentuk teroksidasinya, asam
dehidroaskorbat mudah direduksi dengan berbagai reduktor seperti glutation karena
asam ini tidak dapat berikatan dengan protein manapun. Sifat fisik dan kimiawi asam
askorbat merupakan derivat monosakarida yang mempunyai gugus enediol dan
mempunyai 2 rumus bangun yang erat, yaitu sebagai asam askorbat dan dehidro asam
askorbat. Dehidro asam askorbat terjadi karena oksidasi spontan dari udara. Keduanya
merupakan bentuk aktif yang terdapat dalam cairan tubuh yang merupakan kristal
putih tidak berbau, larut dalam air dan kurang stabil serta tidak larut dalam lemak
(Hawab, 2005).
Asam askorbat (vitamin C) banyak diperlukan dalam metabolisme. Sumber
vitamin C antara lain buah sitrun, arbei, semangka, cabai, tomat, apel, jeruk, kol
merah, dan sayur-sayuran yang berdaun hijau. Vitamin C berperan sebagai anti
sariawan, anti oksidan dan dapat meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit
ynag disebabkan oleh virus (Wahyudi, 2010). Kebutuhan vitamin C pada orang
dewasa sekitar 45 mg/hari, pada anak-anak 35 mg/hari (Hawab, 2005). Kekurangan
vitamin C dapat menyebabkan gusi berdarah, sariawan, nyeri otot atau gangguan
syaraf. Kekurangan lebih lanjut mengakibatkan anemia, sering mengalami infeksi dan
kulit kasar. Sedangkan kelebihan vitamin C dapat menyebabkan diare. Bila kelebihan
vitamin C akibat penggunaan suplemen dalam waktu yang cukup lama dapat
mengakibatkan batu ginjal, sedangkan bila kelebihan vitamin C yang berasal dari
buah-buahan umumnya tidak menimbulkan efek samping (Anonim, 2008).
Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu
vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Hanya terdapat 2
vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin
A, D, E, dan K bersifat larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak akan
disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian
akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis
vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis
vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam tubuh.
Pentingnya reaksi-reaksi dikenali sejak awal kimia. Reaksi oksidasi dan
reduksi ialah reaksi kimia yang di sertai dengan perubahan bilangan oksidasi. Reaksi
redoks ada yang berlangsung spontan ada juga yang berlangsung tidak sepontan.
Reaksi redoks yang berlangsung sepontan digunakan sebagai sumber arus yaitu dalam
sel volta seperti baterai dan aki reaksi redoks yang berlangsung non. Spontan dapat
berlangsung dengan menggunakan arus listrik yaitu dalam elektrolisis yang
diterapkan dalam industry pengolahan aluminium dan pengolahan lainnya. Penentuan
vitamin C dapat dikerjakan dengan titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri merupakan
titrasi langsung berdasarkan reaksi redoks yang menggunakan larutan baku I 2 untuk
mengoksidasi analatnya.
AReduksi + I2 Û AOksidasi + I-
Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang
merupakan reduktor yang cukup kuat dapat dititrasi. Indikator yang digunakan ialah
amilum, dengan perubahan dari tak berwarna menjadi biru. Harga vitamin C (asam
askorbat) sering ditentukan kadarnya dengan titrasi ini. Vitamin C dengan iod akan
membentuk ikatan dengan atom C nomer 2 dan 3 sehingga ikatan rangkap hilang
(Harjadi,1990).
Pada pengujian uji vitamin ini yaitu menggunakan beberapa bahan kimia,
dimana setiap bahan kimia yang digunakan memiliki sifat fisika dan sifat kimia, yaitu:
yang pertama adalah iodium 0,1 N. Iodium merupakan padatan kristalin abu tua
dengan uap ungu, Karena itu Iodium merupakan padatan bertitik leleh rendah.
Kristalinitas memberikan susunan molekul yang teratur. Iod tergolong unsur halogen,
terdapat dalam bentuk iodida dari air laut yang terasimilasi dengan rumput laut,
sendawa Chili, tanah kaya nitrat (dikenal sebagai kalis, yakni batuan sedimen kalsium
karbonat yang keras), air garam dari air laut yang disimpan, dan di dalam air payau
dari sumur minyak dan garam. Unsur yodium dalam kerak bumi, diantaranya adalah
lautarit (IO3)2 atau kalsium yodat, dan dietzet (Ca (IO3)2 (CrO4)/ kalsium
yodatkromat. iodium memiliki sifat fisika dan kimia yaitu, iodium berbentuk padatan
dengan memiliki titik didih 120 °C, berwarna perak-keunguan. Iodium juga memiliki
titik lebur sebesar 0 °C serta iodium berbau iodine dan juga iodium memiliki
densitas: 1,07. Iodium dapat larut dalam air yang dididihkan dengann tekanan Uap : 1
mmHg (146 °C). Asam sulfat atau H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang
kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai
banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. H2SO4
memiliki sifat fisika da kimia yaitu, H2SO4 memiliki keadaan fisik berbentuk cairan
dengan ditandai rasa asam yang kuat. H2SO4 memiliki berat molekul sebesar 98,08 g
/ mol. H2SO4 adalah larutan kimia yang tak berwarna serta H2SO4 memiliki titik
didih 270°C (518F 543K) dengan densitas uap sebesar 3.4 g/cm3. H2SO4 mudah
larut dalam air dingin, dapat larut juga dalam air dengan pembebasan banyak panas,
dan H2SO4 dapat larut dalam etil alcohol. Natrium Tiosulfat berupa hablur besar,
tidak berwarna, atau serbuk hablur kasar. Mengkilap dalam udara lembab dan mekar
dalam udara kering pada suhu lebih dari 33°C. Larutannya netral atau basa lemah
terhadap lakmus. Sangat mudah larut dalam air dan tidak larut dalam etanol. Natrium
tiosulfat juga berperan sebagai antidot untuk keracunan sianida (Puput, 2010).
Natrium Tiosulfat ( Na2S2O3) adalah salah satu jenis dari garam terhidrat. Garam
terhidrat adalah garam yang terbentuk dari senyawa - senyawa kimia yang dapat
mengikat molekul-molekul air pada suhu kamar.
Pada uji vitamin ini menggunakan beberapa titrasi dan salah satunya adalah
titrasi blanko. Titrasi blanko adalah titrasi yang berfungsi untuk memastikan
komponen larutan yang sedang di uji.

BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Alat:
1. Labu erlenmeyer
2. Gelas piala
3. Pipet volume
4. Pipet tetes
5. Stamper dan mortar.
Bahan:
1. Tablet vitamin C (5 tablet)
2. Buah jeruk
3. Buah pepaya
4. Buah jambu
5. Buah mangga
6. Aquades
7. Larutan pati (kanji)
8. Iodium 0,1 N
9. H2SO4 2 N
10. Larutan Thiosulfat 0,1 N.
2.2 Cara Kerja
1. Penentuan Kadar Vitamin C dalam Tablet
a. Menyiapkan satu tablet vitamin C kemudian melarutkan ke dalam 5 mL
aquades dingin yang telah didihkan sebelumnya, selanjutnya menuangkan
larutan tersebut ke dalam labu erlenmeyer.
b. Setelah itu, menambahkan 3 mL H2SO4 2 N dan 5 mL larutan iod 0,1 N ke
dalam larutan vitamin C tersebut.
c. Setelah tercampur, melakukan penitaran dengan larutan tiosulfat 0,1 N dan
sebagai indikator menggunakan larutan pati (kanji).
d. Menitrasi lagi dan menghitung jumlah Thiosulfat yang digunakan dan
menentukan pula kadar vitamin yang terdapat dalam tablet tersebut.
2. Penentuan kadar vitamin C pada Sari Jeruk
a. Metode penentuan vitamin C dalam buah dilakukan sama seperti metode
penentuan vitamin C dalam tablet, tetapi tablet vitamin C diganti dengan sari
buah jeruk sebanyak 5 mL.
b. Kemudian menambahkan 3 mL H2SO4 2 N dan 5 mL larutan iod 0,1 N ke
dalam larutan vitamin C tersebut.
c. Setelah tercampur, melakukan penitaran dengan larutan Thiosulfat 0,1 N dan
sebagai indikator menggunakan larutan pati.
d. Tahap selanjutnya menghitung jumlah Thiosulfat yang terpakai untuk
menentukan kadar vitamin C yang terkandung dalam sari buah, 1 mL
Thiosulfat 0.1 N yang digunakan setara dengan 8,08 mg vitamin C.
3. Penentuan Kadar Vitamin C pada Buah Pepaya
a. Membersihkan kulit pepaya dengan menggunakkan pisau, kemudian
memotong kecil-kecil berbentuk dadu, menumbuk dengan mortar dan stamper
hingga halus, selanjutnya menambahkan air sebanyak 1,5 mL untuk
mengambil sarinya.
b. Setelah itu, mengambil sari pepaya sebanyak 5 mL, kemudian menambahkan
3 mL H2SO4 2 N dan 5 mL larutan iod 0,1 N ke dalam larutan vitamin C
tersebut.
c. Setelah tercampur, melakukan penitaran dengan larutan Thiosulfat 0,1 N dan
sebagai indikator menggunakan larutan pati.
d. Tahap selanjutnya menghitung jumlah Thiosulfat yang terpakai dihitung untuk
menentukan kadar vitamin C yang terkandung dalam sari buah, 1 mL
Thiosulfat 0.1 N yang digunakan setara dengan 8,08 mg vitamin C.
4. Penentuan Kadar Vitamin C pada Buah Jambu
a. Membersihkan kulit buah jambu dengan menggunakkan pisau, kemudian
memotong kecil-kecil berbentuk dadu, menumbuk dengan mortar dan stamper
hingga halus, selanjutnya menambahkan air sebanyak 1,5 mL untuk
mengambil sarinya.
b. Setelah itu, mengambil sari buah jambu sebanyak 5 mL, kemudian
menambahkan 3 mL H2SO4 2 N dan 5 mL larutan iod 0,1 N ke dalam larutan
vitamin C tersebut.
c. Setelah tercampur, melakukan penitaran dengan larutan Thiosulfat 0,1 N dan
sebagai indikator menggunakan larutan pati.
d. Tahap selanjutnya menghitung jumlah Thiosulfat yang terpakai dihitung untuk
menentukan kadar vitamin C yang terkandung dalam sari buah, 1 mL
Thiosulfat 0.1 N yang digunakan setara dengan 8,08 mg vitamin C.
5. Penentuan Kadar Vitamin C pada Buah Mangga
a. Membersihkan kulit mangga dengan menggunakkan pisau, kemudian
memotong kecil-kecil berbentuk dadu, menumbuk dengan mortar dan stamper
hingga halus, selanjutnya menambahkan air sebanyak 1,5 mL untuk
mengambil sarinya.
b. Setelah itu, mengambil sari mangga sebanyak 5 mL, kemudian menambahkan
3 mL H2SO4 2 N dan 5 mL larutan iod 0,1 N ke dalam larutan vitamin C
tersebut.
c. Setelah tercampur, melakukan penitaran dengan larutan Thiosulfat 0,1 N dan
sebagai indikator menggunakan larutan pati.
d. Tahap selanjutnya menghitung jumlah Thiosulfat yang terpakai dihitung untuk
menentukan kadar vitamin C yang terkandung dalam sari buah, 1 mL
Thiosulfat 0.1 N yang digunakan setara dengan 8,08 mg vitamin C.
2.3 Skema Kerja “Penentuan Kadar Vitamin C pada Sari Jeruk”
No. Gambar Tangan Keterangan
1. Menyiapkan alat dan bahan
kemudian melarutkan 5 ml sari
buah jeruk dengan 5 ml aquades
menggunakan tabung erlenmeyer.

2. Menambahkan 3 ml H2SO4 2 N dan


juga menambahkan larutan 5 ml
iodium 0,1 N kedalam tabung
erlenmeyer yang telah bersisikan
sari buah jeruk dan aquades.

3. Setelah itu, melakukan penitraan


dengan meneteskan larutan
thiosulfat 0,1 n sampai larutan
berubah warna.
4. Terakhir, menteskan larutan pati
sebagai indikator. Dan mengamati
perubahan yang terjadi.
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1 Tabel Hasil Pengamatan
1. Penentuan Kadar Vitamin C dalam Tablet
Volume Thiosulfat Kadar Vitamin C
Bahan Vterkoreksi
Vawal Vakhir Vterpakai (mg)
Blanko 13 17 4 -
Sampel 14 17,5 3,5 0,5 3,2
Perhitungan:

H2SO4 +

2. Penentuan kadar vitamin C pada Sari Jeruk


Volume Thiosulfat Kadar Vitamin C
Bahan Vterkoreksi
Vawal Vakhir Vterpakai (mg)
Blanko 13 17 4 -
Sampel 13,5 16 2,5 1,5 12,12
Perhitungan:

H2SO4 +

3. Penentuan Kadar Vitamin C pada Buah Pepaya


Volume Thiosulfat Kadar Vitamin C
Bahan Vterkoreksi
Vawal Vakhir Vterpakai (mg)
Blanko 13 17 4 -
Sampel 13,5 16 2,5 1,5 12,12
Perhitungan:
H2SO4 +

4. Penentuan Kadar Vitamin C pada Buah Jambu


Volume Thiosulfat Kadar Vitamin C
Bahan Vterkoreksi
Vawal Vakhir Vterpakai (mg)
Blanko 13 17 4 -
Sampel 18 25 7 -3 -24
Perhitungan:

H2SO4 +
5. Penentuan Kadar Vitamin C pada Buah Mangga
Volume Thiosulfat Kadar Vitamin C
Bahan Vterkoreksi
Vawal Vakhir Vterpakai (mg)
Blanko 13 17 4 -
Sampel 15,5 19,5 4 0 0
Perhitungan:

H2SO4 +
3.2 Dokumentasi
1. Penentuan Kadar Vitamin C dalam Tablet
Titrasi Sebelum Sesudah Keterangan

Titrasi I Sebelum larutan tablet dititrasi


dengan larutan Thiosulfat, larutan
berwarna kuning kecoklatan.
Sesudah dititrasi dengan
Thiosulfat warna larutan tablet
tetap kuning kecoklatan tetapi
sedikit memudar.
Titrasi
II Sebelum dititrasi dengan pati,
larutan tablet berwarna kuning
kecoklatan pudar. Sesudah
dititrasi dengan pati warna larutan
tablet menjadi putih kekuningan.

2. Penentutan kadar vitamin C dalam buah jeruk.

Titrasi Sebelum Sesudah Keterangan


Sebelum larutan jeruk dititrasi
Titrasi I
dengan larutan Thiosulfat, larutan
jeruk berwarna coklat kehijauan
dan berbau jeruk. Sesudah dititrasi
dengan Thiosulfat warna larutan
jeruk berwarna bening kehujauan
dan berbau menyengat seperti
betadine.
Titrasi Sebelum dititrasi dengan pati,
II larutan jeruk berwarna bening
kehijauan dan bebrbau menyengat.
Sesudah dititrasi dengan pati
warna larutan jeruk menjadi outih
kehijauan dan berbau semakin
menyengat.

3. Penentuan Kadar Vitamin C dalam Pepaya


Titrasi Sebelum Sesudah Keterangan

Titrasi I Setelah pepaya sebanyak 5


mL ditambah 3 mL H2SO4 2
N dan 5 mL larutan iod 0,1 N
larutan yang tadinya berwarna
orange berubah menjadi lebih
kecoklatan, dan setelah
dititrasi menggunakan
Thiosulfat 0,1 N warna pudar
berubah menjadi kuning
Titrasi II Sebelum larutan dititrasi pati
sebanyak ml dan berbau
seperti obat merah. Kemudian
setelah dititasi dengan pati
sebanyak 2 ml warna berubah
putih agak orange dan berbau
obat tablet.

4. Penentuan Kadar Vitamin C dalam Jambu


Titrasi Sebelum Sesudah Keterangan

Titrasi I
Sebelum dititrasi Thiosulfat
berwarna merah jabu dan berbau
jamu. Sesudah dititrasi Thiosulfat
warna larutan semakin pudar, dan
berbau menyengat .

Titrasi II Sebelum dititrasi pati larutan


berwarna merah muda dan berbau
menyengat. Sesudah dititrasi pati
warna larutan menjadi pink susu
dan berbau semakin menyengat.
5. Penentuan kadar vitamin C pada buah mangga
Titrasi Sebelum Sesudah Keterangan

Titrasi I Sebelum ditetesi thiosulfat


bewarna coklat kehitaman dan
bau iodin, setelah ditetesi
thiosulfat 50 tetes bewarna putih
keruh dan berbau menyengat.

Titrasi Sebelum dititrasi larutan larutan


II bewarna putih keruh dan berbau
mneyengat, sesudah di titrasi
larutan pati sebanyak 30 tetes
bewarna putih sus dan bau
menyengat.

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dengan judul acara “Uji Vitamin” memiliki tujuan kompetensi
yang harus dicapai yaitu dalam pengujian vitamin bertujuan untuk mempelajari penentuan
kadar vitamin C dalam tablet dan buah. Pada pengujian ini menggunakan sampel tablet
vitamin C, buah jeruk, buah pepaya, buah jambu, dan buah mangga. Kadar vitamin C dalam
sampel ditentukan dengan metode titrasi. Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu
larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya (titran) dan mengukur volumenya secara pasti. Pada percobaan uji vitamin
menggunakan larutan thiosulfat sebagai titran. Kestabilan thiosulfat dipengaruhi oleh pH
rendah, sinar matahari, dan bakteri yang dapat memanfaatkan sulfur (Harjadi 1986). Oleh
karena itu, percobaan dilakukan dengan penambahan asam sulfat sehingga pH menjadi
rendah. Larutan pati berfungsi sebagai indikator yang menandai titik akhir penambahan
titran. Larutan H2SO4 berfungsi sebagai katalis yang mempercepat laju reaksi dengan
mengurangi energi aktivasi. Bersama dengan larutan iodium, larutan H2SO4 pun berperan
sebagai titran. Titran sendiri adalah suatu larutan yang mengandung reagensia dengan
konsentrasi yang telah diketahui (Cairns 2004).
Pada uji vitamin ini percobaan pertama yang dilakukan yaitu penentuan kadar vitamin C
dalam tablet. Prosedur cara kerja yang dilakukan yaitu pertama menyiapkan satu tablet
vitamin C kemudian melarutkan ke dalam 5 mL aquades dingin yang telah didihkan
sebelumnya, selanjutnya menuangkan larutan tersebut ke dalam labu erlenmeyer. Setelah itu,
menambahkan 3 mL H2SO4 2 N dan 5 mL larutan iodium 0,1 N ke dalam larutan vitamin C
tersebut. Setelah tercampur, melakukan penitaran dengan larutan htiosulfat 0,1 N dan sebagai
indikator menggunakan larutan pati (kanji). Hasil yang diperoleh dari titrasi I sebelum larutan
tablet dititrasi dengan larutan Thiosulfat, larutan berwarna kuning kecoklatan. Sesudah
dititrasi dengan Thiosulfat warna larutan tablet tetap kuning kecoklatan tetapi sedikit
memudar. Dan hasil yang diperoleh dari titrasi II yaitu sebelum dititrasi dengan pati, larutan
tablet berwarna kuning kecoklatan pudar. Sesudah dititrasi dengan pati warna larutan tablet
menjadi putih kekuningan. Terakhir, menghitung jumlah yang digunakan dan menentukan
pula kadar vitamin yang terdapat dalam tablet tersebut. Sebelum menghitung jumlah kadar
vitamin C, terlebih dahulu menghitung volume awal larutan yang digunakan, selanjutnya
menghitung volume akhir, kemudian menghitung volume yang terpakai, dan menghitung
volume terkoreksi. Dan hasil dari perhitungan tersebut, diperoleh volume awal larutan yang
digunakan sebesar 15,5 ml, kemudian hasil perhitungan pada volume akhir yaitu sebesar 19
ml, pada volume yang terpakai yaitu sebesar 3,5 ml, selanjutnya pada volume terkoreksi
didapatkan hasil perhitungan yaitu sebesar 0,5 ml, sehingga dari perhitungan tersebut dapat
ditentukan kadar vitamin C pada tablet yaitu sebesar 3,2 ml.
Kemudian pada percobaan kedua yang dilkakukan yaitu penentuan kadar vitamin C pada
sari jeruk. Prosedur cara kerja yang dilakukan yaitu metode penentuan vitamin C dalam buah
dilakukan sama seperti metode penentuan vitamin C dalam tablet, tetapi tablet vitamin C
diganti dengan sari buah jeruk sebanyak 5 ml, sari buah jeruk tersebut dimasukkan ke dalam
tabung erlenmeyer. Kemudian menambahkan 3 mL H2SO4 2 N dan 5 mL larutan iodium 0,1
N ke dalam larutan vitamin C atau sari buah jeruk tersebut. Setelah tercampur, melakukan
penitaran dengan larutan Thiosulfat 0,1 N dan sebagai indikator menggunakan larutan pati.
Hasil yang diperoleh dari titrasi I yaitu sebelum larutan jeruk dititrasi dengan larutan
Thiosulfat, larutan jeruk berwarna coklat kehijauan dan berbau jeruk. Sesudah dititrasi
dengan Thiosulfat warna larutan jeruk berwarna bening kehujauan dan berbau menyengat
seperti betadine. Dan hasil yang diperoleh dari titrasi II yaitu sebelum dititrasi dengan pati,
larutan jeruk berwarna bening kehijauan dan bebrbau menyengat. Sesudah dititrasi dengan
pati warna larutan jeruk menjadi putih kehijauan dan berbau semakin menyengat. Tahap
selanjutnya menghitung jumlah Thiosulfat yang terpakai untuk menentukan kadar vitamin C
yang terkandung dalam sari buah, 1 mL Thiosulfat 0.1 N yang digunakan setara dengan 8,08
mg vitamin C. Sebelum menghitung jumlah kadar vitamin C, terlebih dahulu menghitung
volume awal larutan yang digunakan, selanjutnya menghitung volume akhir, kemudian
menghitung volume yang terpakai, dan menghitung volume terkoreksi. Dan hasil dari
perhitungan tersebut, diperoleh volume awal larutan yang digunakan sebesar 13,5 ml,
kemudian hasil perhitungan pada volume akhir yaitu sebesar 16 ml, pada volume yang
terpakai yaitu sebesar 2,5 ml, selanjutnya pada volume terkoreksi didapatkan hasil
perhitungan yaitu sebesar 1,5 ml, sehingga dari perhitungan tersebut dapat ditentukan kadar
vitamin C pada sari buah jeruk yaitu sebesar 12,12 ml.
Pada percobaan ketiga yang dilakukan yaitu penentuan kadar vitamin C pada buah
pepaya. Prosedur cara kerja yang dilakukan yaitu pertama membersihkan kulit pepaya dengan
menggunakan pisau, kemudian memotong kecil-kecil berbentuk dadu, menumbuk dengan
mortar dan stamper hingga halus, selanjutnya menambahkan air sebanyak 1,5 mL untuk
mengambil sarinya. Setelah itu, mengambil sari pepaya sebanyak 5 mL, kemudian
menambahkan 3 mL H2SO4 2 N dan 5 mL larutan iod 0,1 N ke dalam larutan vitamin C
tersebut. Setelah tercampur, melakukan penitaran dengan larutan Thiosulfat 0,1 N dan
sebagai indikator menggunakan larutan pati. Hasil yang diperoleh dari titrasi I setelah pepaya
sebanyak 5 mL ditambah 3 mL H2SO4 2 N dan 5 mL larutan iod 0,1 N larutan yang tadinya
berwarna orange berubah menjadi lebih kecoklatan, dan setelah dititrasi menggunakan
Thiosulfat 0,1 N warna pudar berubah menjadi kuning. Dan hasil yang diperoleh dari titrasi II
yaitu sebelum larutan dititrasi pati sebanyak ml dan berbau seperti obat merah. Kemudian
setelah dititasi dengan pati sebanyak 2 ml warna berubah putih agak orange dan berbau obat
tablet. Tahap selanjutnya menghitung jumlah Thiosulfat yang terpakai dihitung untuk
menentukan kadar vitamin C yang terkandung dalam sari buah, 1 mL Thiosulfat 0.1 N yang
digunakan setara dengan 8,08 mg vitamin C. Sebelum menghitung jumlah kadar vitamin C,
terlebih dahulu menghitung volume awal larutan yang digunakan, selanjutnya menghitung
volume akhir, kemudian menghitung volume yang terpakai, dan menghitung volume
terkoreksi. Dan hasil dari perhitungan tersebut, diperoleh volume awal larutan yang
digunakan sebesar 13,5 ml, kemudian hasil perhitungan pada volume akhir yaitu sebesar 16
ml, pada volume yang terpakai yaitu sebesar 2,5 ml, selanjutnya pada volume terkoreksi
didapatkan hasil perhitungan yaitu sebesar 1,5 ml, sehingga dari perhitungan tersebut dapat
ditentukan kadar vitamin C pada buah pepaya yaitu sebesar 12,12 ml.
Pada percobaan ke empat yang dilakukan yaitu penentuan kadar vitamin C pada buah
jambu. Prosedur cara kerja yang dilakukan yaitu pertama, membersihkan kulit buah jambu
dengan menggunakkan pisau, kemudian memotong kecil-kecil berbentuk dadu, menumbuk
dengan mortar dan stamper hingga halus, selanjutnya menambahkan air sebanyak 1,5 mL
untuk mengambil sarinya. Setelah itu, mengambil sari buah jambu sebanyak 5 mL, kemudian
menambahkan 3 mL H2SO4 2 N dan 5 mL larutan iod 0,1 N ke dalam larutan vitamin C
tersebut. Setelah tercampur, melakukan penitaran dengan larutan Thiosulfat 0,1 N dan
sebagai indikator menggunakan larutan pati. Hasil yang diperoleh dari titrasi I yaitu sebelum
dititrasi Thiosulfat berwarna merah jabu dan berbau jamu. Sesudah dititrasi Thiosulfat warna
larutan semakin pudar, dan berbau menyengat. Dan hasil yang diperoleh dari titrasi II yaitu
Sebelum dititrasi pati larutan berwarna merah muda dan berbau menyengat. Sesudah dititrasi
pati warna larutan menjadi pink susu dan berbau semakin menyengat. Tahap selanjutnya
menghitung jumlah Thiosulfat yang terpakai dihitung untuk menentukan kadar vitamin C
yang terkandung dalam sari buah, 1 mL Thiosulfat 0.1 N yang digunakan setara dengan 8,08
mg vitamin C. Sebelum menghitung jumlah kadar vitamin C, terlebih dahulu menghitung
volume awal larutan yang digunakan, selanjutnya menghitung volume akhir, kemudian
menghitung volume yang terpakai, dan menghitung volume terkoreksi. Dan hasil dari
perhitungan tersebut, diperoleh volume awal larutan yang digunakan sebesar 18 ml,
kemudian hasil perhitungan pada volume akhir yaitu sebesar 25 ml, pada volume yang
terpakai yaitu sebesar 7 ml, selanjutnya pada volume terkoreksi didapatkan hasil perhitungan
yaitu sebesar -3 ml, sehingga dari perhitungan tersebut dapat ditentukan kadar vitamin C pada
buah jambu yaitu sebesar -24,24 ml. Pada percobaan ke empat ini terjadi kegagalan karena
praktikan terlalu berlebihan meneteskan larutan thiosulfat sehingga kadar vitamin yang
terkandung pada buah jambu menjadi hilang. Hal itu terjadi karena praktikan kurang teliti
dalam mengamati perubahan warna pada larutan tersebut, seharusnya jika praktikan teliti
dalam mengamati perubahan warna yang terjadi, larutan jambu akan berubah warna ketika
ditetesi larutan thiosulfat sebanyak 10—15 tetes.
Pada percobaan yang terakhir atau percobaan ke lima yang dilakukan yaitu penentuan
kadar vitamin C pada buah mangga. Prosedur cara kerja yang dilakukan yaitu, pertama
membersihkan kulit mangga dengan menggunakkan pisau, kemudian memotong kecil-kecil
berbentuk dadu, menumbuk dengan mortar dan stamper hingga halus, selanjutnya
menambahkan air sebanyak 1,5 mL untuk mengambil sarinya. Setelah itu, mengambil sari
mangga sebanyak 5 mL, kemudian menambahkan 3 mL H2SO4 2 N dan 5 mL larutan iod 0,1
N ke dalam larutan vitamin C tersebut. Setelah tercampur, melakukan penitaran dengan
larutan Thiosulfat 0,1 N dan sebagai indikator menggunakan larutan pati. Hasil yang
diperoleh dari titrasi I sebelum ditetesi thiosulfat bewarna coklat kehitaman dan bau iodin,
setelah ditetesi thiosulfat 50 tetes bewarna putih keruh dan berbau menyengat. Dan hasil yang
diperoleh dari titrasi II yaitu Sebelum dititrasi larutan larutan bewarna putih keruh dan berbau
mneyengat, sesudah di titrasi larutan pati sebanyak 30 tetes bewarna putih sus dan bau
menyengat. Tahap selanjutnya menghitung jumlah Thiosulfat yang terpakai dihitung untuk
menentukan kadar vitamin C yang terkandung dalam sari buah, 1 mL Thiosulfat 0.1 N yang
digunakan setara dengan 8,08 mg vitamin C. Sebelum menghitung jumlah kadar vitamin C,
terlebih dahulu menghitung volume awal larutan yang digunakan, selanjutnya menghitung
volume akhir, kemudian menghitung volume yang terpakai, dan menghitung volume
terkoreksi. Dan hasil dari perhitungan tersebut, diperoleh volume awal larutan yang
digunakan sebesar 15,5 ml, kemudian hasil perhitungan pada volume akhir yaitu sebesar 19,5
ml, pada volume yang terpakai yaitu sebesar 4 ml, selanjutnya pada volume terkoreksi
didapatkan hasil perhitungan yaitu sebesar 0 ml, sehingga dari perhitungan tersebut dapat
ditentukan kadar vitamin C pada buah mangga yaitu sebesar 0 ml. Pada percobaan ke lima
ini juga terjadi kegagalan pada uji kadar vitamin buah mangga, faktor yang mempengaruhi
kegagalannya karena prakttikan meneteskan larutan thiosulfat kedalam larutan buah mangga
sangat berlebihan sehingga kandungan vitamin yang ada dibuah mangga menjadi hilang. Hal
itu terjadi karena kurangnya ketilitian pada praktikan dan praktikan tidak memahami
prosedur cara kerja dengan baik
Tubuh kita sangat membutuhkan vitamin, Vitamin itu sendiri dapat di definisikan yaitu
merupakan nutrien organic yang dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk berbagai fungsi
biokimiawi dan yang umumnya tidak disintesis oleh tubuh sehingga harus dipasok dari
makanan.Vitamin yang pertama kali ditemukan adalah vitamin A dan B , dan ternyata
masing-masing larut dalam lemak dan larut dalam air. Kemudian ditemukan lagi vitamin-
vitamin yang lain yang juga bersifat larut dalam lemak atau larut dalam air. Sifat larut dalam
lemak atau larut dalam air dipakai sebagai dasar klasifikasi vitamin.Vitamin yang larut dalam
air, seluruhnya diberi symbol anggota B kompleks kecuali (vitamin C ) dan vitamin larut
dalam lemak yang baru ditemukan diberi symbol menurut abjad (vitamin A,D,E,K). Vitamin
yang larut dalam air tidak pernah dalam keadaan toksisitas di didalam tubuh karena kelebihan
vitamin ini akan dikeluarkan melalui urin. Berikut adalah deskripsi dari beberapa vitamin,
antara lain: yang pertama adalah vitamin B, vitamin B ii memiliki beberapa kelompok
golongan vitamin B (B Komplek) dan secara umum manfaat vitamin B berperan penting
dalam metabolisme tubuh, terutama dalam hal pelepasan energi saat kita melakukan aktivitas.
peranan Vitamin B di dalam tubuh sebagai senyawa koenzim yang dapat meningkatkan laju
reaksi metabolisme tubuh terhadap berbagai jenis sumber energi. Selain itu beberapa jenis-
jenis vitamin B ini juga berperan dalam pembentukan sel darah merah Sumber vitamin B
berasal dari susu, gandum, ikan, dan sayur-sayuran hijau. Adapun jenis dan kelompok
golongan Vitamin B sebagai berikut
1. Vitamin B1
Nama lain Dari Vitamin B1 adalah Tiamin Hidroklorida --> salah satu jenis vitamin yang
memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan membantu proses pembakaran
karbohidrat menjadi energi, membantu proses metabolisme protein dan lemak.
2. Vitamin B2
Nama lain dari Vitamin B2 adalah Riboflavin. Fungsi vitamin B2 di dalam tubuh
berperan penting dalam metabolisme. vitamin B2 berperan sebagai komponen Koenzim
Flavin Mononukleotida dan Flavin Adenine Dinukleotida. Kedua enzim ini berperan penting
dalam regenerasi energi bagi tubuh, dan oxsidasi asam lemak dan juga berperan dalam
pembentukan sel darah merah serta menyokong pertumbuhan berbagai organ tubuh, seperti
kulit, rambut, dan kuku.
3. Vitamin B3
Nama lain Vitamin B3 adalah Niasin. Vitamin B3 berfungsi dan berperan penting
dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein untuk menghasilkan energi. vitamin
B3 berperan besar dalam menjaga kadar gula darah, tekanan darah tinggi dan
penyembuhan migrain. selain itu jenis vitamin ini juga ikut terlibat dalam mentralisir
racun/ keracunan tubuh.
4. Vitamin B5
Nama lain Vitamin B5 adalah asam pantotenat. Fungsi vitamin B5 antara lain yaitu
berperan dalam reaksi Enzim di dalam tubuh dan reaksi pemecahan nutrisi makanan.
selain itu fungsi lain dari vitamin ini adalah sebagai neurotransmiter antara sistem saraf
pusat dan otak serta membantu memproduksi senyawa asam lemak dan hormon tubuh.
5. Vitamin B6
Nama lain Vitamin B6 yaitu Piridoksin. Vitamin B6 merupakan vitamin yang esensial
bagi pertumbuhan tubuh, selain itu fungsi vitamin B6 lainnya yaitu sintesis energi dan
juga berperan dalam metabolisme nutrisi serta memproduksi antibodi sebagai sistem
pertahanan tubuh (imun).
6. Vitamin B12
Nama lain dari Vitamin B12 yaitu Kobalamin. Vitamin jenis ini Khusus hanya
diproduksi oleh hewan dan tidak ditemukan pada tanaman atau tumbuh-tumbuhan.
Kemudiaan vitamin yang kedua yaitu vitamin C, Nama lain Vitamin C yaitu asam
askorbat. Vitamin C ini memiliki banyak sekali manfaat vitamin C bagi kesehatan tubuh
kita. Diantara yaitu berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang merupakan
protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong organ
lain. Selain itu Vitamin C merupakan antioksidan alami yang bisa menangkal berbagai
radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh kita sehingga meminimalisir risiko terjadinya
berbagai penyakit degenaratif, seperti kanker Servik, kanker payudara dan berbagai jenis
penyakit degeneratif lain. Selain itu, vitamin C juga berperan dalam menjaga kebugaran
tubuh dan mencegah penuaan diri, sangat baik dan ber manfaat vitamin c untuk
kecantikan kulit bisa mencegah mencegah berbagai jenis penyakit dan infeksi.
Selanjutnya Vitamin D merupakan prohormo steroid.Vitamin ini diwakili oleh
sekelompok senyawa steroid yang terutama terdapat pada hewan tetapi juga terdapat
dalam tanaman serta ragi. Melalui berbagai proses metabolic,vitamin D dapat
menghasilkan suatu hormon yaitu Kalsitriol, yang mempunyai yaitu peranan sentral
dalam metabolisme kalsium dan fosfat. Vitamin D dihasilkan dari provitamin ergosterol
dan 7- dehidrokolesterol. Ergosterol terdapat dalam tanaman dan 7–dehidrokolesterol
dalam tubuh hewan. Ergokalsiferol (vitamin D2) terbentuk dalam tanaman, sedangkan di
dalam tubuh hewan akan terbentuk kolekalsiferol (vitamin D3) pada kulit yang terpapar
cahaya.Kedua bentuk vitamin tersebut mempunyai potensi yang sama ,yaitu masing-
masing dapat menghasilkan kalsitriol D2 dan D3. Dan terakhir yaitu Vitamin E, Vitamin
ini sangat dikenal oleh wanita karena memiliki manfaat yang penting untuk kulit.
Vitamin ini berfungsi untuk menjaga kesegaran tubuh, keremajaan kulit dan mencegah
kerusakan kulit akibat paparan sinar ultraviolet. Vitamin E dapat diperoleh dari lobak,
cabe rawit, tomat, telur, dan jagung.Fungsi Vitamin E berperan sebagai anti oksidan
alami dan untuk menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam tubuh, mulai dari mata,
sel darah merah, hati dan jaringan kulit,. karena itu Vitamin E bisa menghambat dan
mencegah penuaan dini.

Literatur:
Titran ditambahkan sedikit demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang dititrasi)
sampai terjadi perubahan warna indikator. Titik dalam titrasi pada saat indikator berubah
warna disebut titik akhir atau titik ekivalensi titrasi (Yazid 2006). Percobaan kali ini
menggunakan larutan tiosulfat sebagai titran dan sampel vitamin C yang ditambah larutan iod
serta larutan H2SO4 sebagai titrat.
Suatu senyawa dapat dianalisa menggunakan analisis secara kuantitatif (penetapan banyak
suatu zat tertentu dalam sampel) dan analisis secara kualitatif (identifikasi zat-zat dalam suatu
sampel). Intinya tujuan analisis secara kualitatif adalah memisahkan serta mengidentifikasi
sejumlah unsur. Ada banyak contoh teknik dalam analisis kuantitatif, diantaranya adalah
analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung dan tidak
langsung. Cara langsung disebut iodimetri. Namun, metode iodimetri ini jarang dilakukan
mengingat iodium sendiri merupakan oksidator yang lemah. Sedangkan cara tidak langsung
disebut iodometri (oksidator yang dianalisis kemudian direaksikan dengan ion iodida berlebih
dalam keadaan yang sesuai dan selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi
dengan larutan natrium tiosulfat standar atau asam arsenit) (Day & Underwoord 1989).
Penentuan kadar vitamin C termasuk teknik titrasi iodometri tak langsung karena
Berdasarkan label yang tertera pada kemasan tablet vitamin C dapat diketahui kadar vitamin
C sebesar 50 mg/tablet, sedangkan pada sari buah adalah 1000 mg/mL. Namun,hasil
percobaan menunjukkan kadar vitamin C pada tablet yaitu 46,16 mg/tablet. Sedangkan pada
sari buah 36,34 mg/mL. Pebahasan ini merujuk tabel 1 dan tabel 2. Perbedaan tersebut
disebabkan faktor ketelitian saat praktikum, keterampilan menggunakan buret, larutan
pereaksi maupun reagen sudah terkontaminasi, dan adanya proses pengenceran terhadap
bahan uji. Pada percobaan tablet, larutan blanko yang digunakan awalnya berwarna bening,
sebelum ditetesi pati berwarna jingga dan warna akhirnya kembali menjadi bening.
Sedangkan pada vitamin C bentuk tablet warna awalnya kuning seulas, sebelum ditetesi pai
berwarna merah tua dan warna akhirnya kuning.

Kadar vitamin C dalam tablet dan dalam buah dapat ditentukan melalui percobaan
menggunakan buret dan menggunakan larutan tiosulfat sebagai penitar. Penentuan kadar
vitamin C dalam tablet dan sari buah dapat dilakukan dengan teknik iodometri tak langsung.
Kadar vitamin C rata-rata dalam tablet yang diperoleh dari dua ulangan adalah 46,16mg per
tablet. Sedangkan kadar vitamin C rata-rata dalam sari buah yang diperoleh adalah 31.68 mg
per 1 mL sari buah. Kadar vitamin C dalam tablet dan sari buah lebih rendah dibandingkan
kadar sesungguhnya

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan dengan acara percobaan yaitu “ Uji
Vitamin ” dapat kami simpulkan bahwa dalam pengujian vitamin ini kami dapat
mempelajari penentuan kadar vitamin C dalam tablet dan buah. Pada percobaan uji
vitamin menggunakan sampel yaitu tablet vitamin C, sari buah jeruk, buah pepaya, buah
jambu, dan buah mangga. Semua sampel tersebut mendapatkan perlauan yang sama,
dimana perlakuan tersebut yaitu menggunakan titrasi sebanyak 2 kali. Pada titrasi pertama
larutan sampel diteteskan larutan iodium 0,1 N, dan pada titrasi kedua larutan sampel
ditetesi dengan larutan thiosulfat 0,1 N. Kemudian hasil tetesan titrasi pertama dan kedua
dihitung dengan menggunakan rumur menentukan kadar vitamin C.
Dari setiap percobaan yang dilakukan didapatkan hasil kadar vitamin C yang berbeda-
beda. Hasil kadar vitamin C pada tablet yaitu sebesar 3,2 mg/ml , kemudian hasil kadar
vitamin C pada sari buah jeruk yaitu 12,12 mg/ml , dan hasil kadar vitamin C pada buah
pepaya yaitu 12,12 mg/ml. sedangkan hasil kadar vitamin C pada buah jambu yaitu
-24,24 mg/ml. Hasil penentuan kadar vitamin C pada buah jambu menjadi negatif karena
praktikan terlalu banyak meneteskann larutan thiosulfat sehingga kadar vitamin pada
buah jambu menjadi hilang dan mengakibatkan terjadi kegagalan pada percobaan uji
kadar vitamin pada buah jambu. Selanjutnya, hasil menentukan kadar vitamin C pada
buah mangga juga terjadi kegagalan karena praktikan juga terlalu banyak meneteskan
larutan thiosulfat pada larutan buah mangga sehinggaa kadar vitamin C pada larutan buah
mangga menjai hilang dan hasil kadar vitamin C pada buah mangga yaitu 0 mg/ml.

DAFTAR PUSTAKA
Tim matakuliah biokimia. 2018. Petunjuk Praktikum Biokimia. Jember. Universitas
Muhammadiyah jember.
Diambil dari internet online. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/regina-
tutik-padmaningrum-dra-msi/c3titrasi-asidimetri.pdf. Diakses pada tanggal 18 Mei
2018 pukul 10:14 WIB.
Diambil dari internet online. https://www.scribd.com/doc/248670471/Iodin. Diakses pada
tanggal 18 Mei 2018 pukul 10:20 WIB.
Diambil dari internet online. https://www.scribd.com/doc/114555347/Pembuatan-Natrium-
Tiosulfat. Diakses pada tanggal 18 Mei 2018 pukul 10:35 WIB.
Diambil dari internet online. https://www.punyawawasan.com/2016/12/v-
behaviorurldefaultvmlo.html. Diakses pada tanggal 19 Mei 2018 pukul 08:13 WIB

Anda mungkin juga menyukai