Garam atau lebih dikenal dengan nama garam meja, termasuk dalam kelas
mineral halida atau dikenal dengan nama halite, dengan komposisi kimia sebagai
Natrium Klorida (NaCl) terdiri atas 39,3% Natrium (Na) dan 60,7% Klorin
(Cl)”.
Beberapa sifat garam atau Natrium Klorida yaitu bisa berbentuk kristal atau
bubuk putih dengan sistem isomerik berbentuk kubus, bobot molekul 58,45
g/mol, larut dalam air (35,6 g/100 g pada 0°C dan 39,2 g/100 g pada
100°C). Dapat larut dalam alkohol, tetapi tidak larut dalam asam Klorida pekat,
mencair pada suhu 801°C, dan menguap pada suhu diatas titik didihnya
(1413°C). Hardness 2,5 skala MHO, bobot jenis 2,165 g/cm3, tidak berbau, tidak
mudah terbakar dan toksisitas rendah, serta mempunyai sifat higroskopik
sehingga mampu menyerap air dari atmosfir pada kelembaban 75%”.
Kalium Iodat memiliki rumus molekul KIO3 dan bobot molekul 214,02 g mol -1
serta mempunyai komposisi I= 59,3%, K= 18,27%, O= 22,43%, berupa serbuk
hablur putih atau kristal yang tidak berbau, tidak leleh 560 oC dan bobot jenis
3,89 g/ml”
Iodium dalam garam dihitung dengan kadar Kalium Iodat (KIO3), dimana yodium
merupakan kandungan terpenting dalam kelenjar tiroid. Kandungan yodium yang
dikonsumsi tidak seluruhnya diserap atau disintesa oleh hormon tiroid
melainkan hanya sekitar 33%, sedangkan 67% dikeluarkan melalui urine dan
feses. (Santoso dalam Manalu, 2007). Berdasarkan kestabilannya kandungan
Kalium Iodat (KIO3) pada saat ini merupakan senyawa yodium yang banyak
digunakan dalam proses iodisasi garam. Kalium Iodat (KIO 3) merupakan garam
yang sukar larut dalam air, sehingga dalam membuat larutannya diperlukan
larutan yang baik. Untuk iodisasi diperlukan larutan Kalium Iodat (KIO 3)
4% yang dibuat dengan jalan melarutkan 40 gram Kalium Iodat dalam tiap 1
liter air (1 Kg KIO3/25 liter air)”.
Titrasi Iodometri
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung yang melibatkan iod. Ion iodida
berlebih ditambahkan ke dalam suatu sgen pengoksidasi, yang membebaskan iod,
kemudian dititrasi dengan Na2S2O3. Titrasi iodometri merupakan titrasi redoks.
Banyak volume natrium tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan
iodium yang dihasilkan sebagai titrat dan setara dengan banyaknya sampel.
Penentuan zat mereduksi, iod bebas bereaksi dengan larutan natrium tiosulfat
sebagai berikut :
Larutan Na2S2O3 akan bereaksi dengan lartan iodin yang dihasilkan oleh reaksi
antara analit dengan larutan KI berlebih. Dalam iodometri memungkinkan
melakukan titrasi tanpa menggunakan indikator. Karena itu lebih disukai
menggunakan reagen yang sensitif terhadap iod sebagai indikator, yaitu larutan
kanji yang membentuk senyawa kompleks yang stabil berwarna biru dengan iod.
Dimungkinkan untuk menitrasi larutan iod dengan larutan Na 2S2O3 sampai
kelebihan satu tetes untuk menghilangkan wara biru larutan.
A. Alat
Erlenmeyer 250 mL, beker glass 50, 100, 250 mL, pipet volume 5, 25
mL, pipet ukur 5 mL, buret 25 dan 50 mL, pipet tetes, statif buret,
cawan arloji ᴓ 100mm, neraca analitik elektrik, batang pengaduk kaca,
spatula tanduk, botol akuades
B. Bahan/Reagensia
KIO3 0,005N; Na2S2O3. 5H2O 0,005N ; amylum 1%, H3PO4 85%; KI
kristal, NaCl kristal
C. Sampel
Garam dapur dan garam konsumsi
D. Perhitungan :
1. Pembakuan
N KIO3 = ( N x V ) Na2S2O3
V larutan
2. Kadar KIO3
Keterangan :
V1= volume Na2S2O3 pada titrasi sampel, dinyatakan dalam mililiter (mL)
V2= volume Na2S2O3 pada titrasi standarisasi, dinyatakan dalam mililiter
(mL)
W = berat sampel/contoh, dinyatakan dalam miligram (mg)
Atau :
E. DAFTAR PUSTAKA
A TUJUAN
B PRINSIP
C PROSEDUR KERJA
D DATA
PENGAMATAN
E PERHITUNGAN
PENGAMATAN 2 : PK . KIO3
A TUJUAN
B PRINSIP
Penetapan Kadar
D DATA Standarisasi :
PENGAMATAN Normalitas Na2S2O3 = N
Volume Na2S2O3 = mL (peniter)
Volume KIO3 = mL
Penetapan Kadar KIO3 pada sampel :
Berat sampel = gram
Volume Na2S2O3 = mL
E PERHITUNGAN Standarisasi :
Kadar KIO3
II. PEMBAHASAN/DISKUSI
III. KESIMPULAN
3. DAFTAR PUSTAKA
.............................................. .....................................................
NIM.