Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM Ke-4

PENETAPAN KADAR KIO3 PADA GARAM


I. TUJUAN
Setelah mengikuti pembelajaran praktikum ini mahasiswa mampu :
A. Melakukan pemeriksaan KIO3 pada sampel garam dengan metode
Iodometri dengan tepat.
B. Melakukan perhitungan kadar KIO3 pada sampel
C. Menyimpulkan hasil pemeriksaan KIO3 pada sampel

II. DASAR TEORI


Garam adalah tambahan makanan yang dipergunakan oleh masyarakat sebagai
penyedap makanan. Garam adalah salah satu komoditas strategis, selain sebagai
kebutuhan konsumsi juga merupakan bahan baku industri kimia seperti soda api,
soda abu sodium sulfat dan lain-lain.

Garam atau lebih dikenal dengan nama garam meja, termasuk dalam kelas
mineral halida atau dikenal dengan nama halite, dengan komposisi kimia sebagai
Natrium Klorida (NaCl) terdiri atas 39,3% Natrium (Na) dan 60,7% Klorin
(Cl)”.

Beberapa sifat garam atau Natrium Klorida yaitu bisa berbentuk kristal atau
bubuk putih dengan sistem isomerik berbentuk kubus, bobot molekul 58,45
g/mol, larut dalam air (35,6 g/100 g pada 0°C dan 39,2 g/100 g pada
100°C). Dapat larut dalam alkohol, tetapi tidak larut dalam asam Klorida pekat,
mencair pada suhu 801°C, dan menguap pada suhu diatas titik didihnya
(1413°C). Hardness 2,5 skala MHO, bobot jenis 2,165 g/cm3, tidak berbau, tidak
mudah terbakar dan toksisitas rendah, serta mempunyai sifat higroskopik
sehingga mampu menyerap air dari atmosfir pada kelembaban 75%”.

Garam alami selalu mengandung senyawa Magnesium Klorida, Magnesium


Sulfat, Magnesium Bromida, dan senyawa runut lainnya, sehingga warna garam
selain merupakan kristal transparan juga bisa berwarna kuning, merah, biru
atau ungu”. (BRKP, 2006).
Kalium Iodat (KIO3)

Kalium Iodat memiliki rumus molekul KIO3 dan bobot molekul 214,02 g mol -1
serta mempunyai komposisi I= 59,3%, K= 18,27%, O= 22,43%, berupa serbuk
hablur putih atau kristal yang tidak berbau, tidak leleh 560 oC dan bobot jenis
3,89 g/ml”

Iodium dalam garam dihitung dengan kadar Kalium Iodat (KIO3), dimana yodium
merupakan kandungan terpenting dalam kelenjar tiroid. Kandungan yodium yang
dikonsumsi tidak seluruhnya diserap atau disintesa oleh hormon tiroid
melainkan hanya sekitar 33%, sedangkan 67% dikeluarkan melalui urine dan
feses. (Santoso dalam Manalu, 2007). Berdasarkan kestabilannya kandungan
Kalium Iodat (KIO3) pada saat ini merupakan senyawa yodium yang banyak
digunakan dalam proses iodisasi garam. Kalium Iodat (KIO 3) merupakan garam
yang sukar larut dalam air, sehingga dalam membuat larutannya diperlukan
larutan yang baik. Untuk iodisasi diperlukan larutan Kalium Iodat (KIO 3)
4% yang dibuat dengan jalan melarutkan 40 gram Kalium Iodat dalam tiap 1
liter air (1 Kg KIO3/25 liter air)”.

Persyaratan umum kalium iodat yang digunakan yakni:


1. Kadar (KIO3) : Min 99 %
2. Kehalusan : 100 Mesh
3. Logam berbahaya (Pb, Hg, Zn, Cu, As) : Nihil
4. Grade : Food Grade
Garam Beryodium
Garam beryodium adalah suatu produk yang ditawarkan kepada konsumen atau
setiap keluarga untuk mencegah kekurangan yodium sebagai upaya jangka
panjang. Kualitas garam beryodium mengacu kepada Standar Nasional Indonesia
(SNI) No. 01-3741-2013.

Titrasi Iodometri
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung yang melibatkan iod. Ion iodida
berlebih ditambahkan ke dalam suatu sgen pengoksidasi, yang membebaskan iod,
kemudian dititrasi dengan Na2S2O3. Titrasi iodometri merupakan titrasi redoks.
Banyak volume natrium tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan
iodium yang dihasilkan sebagai titrat dan setara dengan banyaknya sampel.

Metode iodometri dalam analisis volumetri didasarkan pada prses oksidasi


reduksi yang melibatkan :

I2(s) + 2e- 2I-(s)

Penentuan zat mereduksi, iod bebas bereaksi dengan larutan natrium tiosulfat
sebagai berikut :

2Na2S2O3 + I2 2NaI + Na2S4O6

Pada reaksi tersebut terbentuk senyawa natrium tetrationat, Na 2S4O6 merupakan


garam dari asam tetrationat. Reaksi iodometri yang paling penting ini dapat
ditulis dalam bentuk ion sebagai berikut :

IO3- + 5I- 6H- 3I2 + H2O

I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-

Larutan Na2S2O3 akan bereaksi dengan lartan iodin yang dihasilkan oleh reaksi
antara analit dengan larutan KI berlebih. Dalam iodometri memungkinkan
melakukan titrasi tanpa menggunakan indikator. Karena itu lebih disukai
menggunakan reagen yang sensitif terhadap iod sebagai indikator, yaitu larutan
kanji yang membentuk senyawa kompleks yang stabil berwarna biru dengan iod.
Dimungkinkan untuk menitrasi larutan iod dengan larutan Na 2S2O3 sampai
kelebihan satu tetes untuk menghilangkan wara biru larutan.

Pada pemeriksaan metode iodometri perlu dijaga kestabilan pH (pondus


hydrogen). Laritan harus dijaga pada pH kurang dari 8. Jika lebih dari 8 atau
dalam suasana alkalis I2 akan bereaksi dengan hidroksida (OH-) membentuk
iodida dan hyphodit yang selanjutnya terurai menjadi iodida dan iodidat yang
dapat mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat. Sehingga reaksi berjalan tidak
kuantitatif ( Day dan Underwood, 2002)

III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat
Erlenmeyer 250 mL, beker glass 50, 100, 250 mL, pipet volume 5, 25
mL, pipet ukur 5 mL, buret 25 dan 50 mL, pipet tetes, statif buret,
cawan arloji ᴓ 100mm, neraca analitik elektrik, batang pengaduk kaca,
spatula tanduk, botol akuades
B. Bahan/Reagensia
KIO3 0,005N; Na2S2O3. 5H2O 0,005N ; amylum 1%, H3PO4 85%; KI
kristal, NaCl kristal
C. Sampel
Garam dapur dan garam konsumsi

IV. PROSEDUR KERJA

A. Penetapan kadar air :


1. Timbang seksama 1 – 2 g cukup cuplikan pada botol timbang yang
sudah diketahui beratnya.
2. Keringkan pada oven 105 C selama 3 jam
3. Dinginkan pada deksikator
4. Lakukan penimbangan. Ulangi pekerjaan sampai didapatkan bobot
tetap.

B. Pebakuan larutan Na2S2O3 0,005 N terhadap KIO3 0,005 N

1. Timbang 25 g NaCL p.a masukkan dalam erlenmeyer 250 ml


2. Larutkan dengan 125 ml air suling
3. Tambahkan 5,0 ml larutan baku KIO3 0,005 N kocok sampai
homogen
4. Tambahkan 2 ml H3PO4 85% dan 0,1 gram kristal KI dan 2 ml
larutan amilum 1%
5. Titrasi dengan larutan baku Na2S2O4 0,005 N sampai warna biru
tepat hilang
6. Catat volume yang diperlukan sebagai V1

C. Penetapan Kadar KIO3

1. Timbang 25 g cuplikan masukkan dalam erlenmeyer 250 ml


2. Larutkan dalam 125 ml air suling
3. Tambahkan 25 ml H3PO4 85%, 0,1 gr kristal KI dan 2 ml larutan
amilum 1%
4. Titrasi dengan larutan baku Na2S2O3 0,005 N sampai warna biru
tepat hilang
5. Catat volume yang diperlukan sebagai V2

D. Perhitungan :
1. Pembakuan
N KIO3 = ( N x V ) Na2S2O3
V larutan

2. Kadar KIO3

Kadar Iodium sebagai KIO3 = 890 x V2


Berat contoh x V1

Keterangan :
V1= volume Na2S2O3 pada titrasi sampel, dinyatakan dalam mililiter (mL)
V2= volume Na2S2O3 pada titrasi standarisasi, dinyatakan dalam mililiter
(mL)
W = berat sampel/contoh, dinyatakan dalam miligram (mg)

Atau :

Kadar KIO3 = (Np x Vp x BE) KIO3 x 100


W sampel
Perhitungan Kadar Air
Kadar Air = W – W1 x 100 %
Berat Sampel
Keterangan :W = Bobot Krus + cuplikan sebelum dikeringkan (g)
W1 = Bobot krus + cuplikan dikeringkan (g)

E. DAFTAR PUSTAKA

Arika,F. 2015. Penetapan Kadar Iodium pada Garam Dapur dengan


Metode Iodometri. In DGKM, Gizi dan Kesehatan Masyarakat (pp.5-6).
Universitas Sumatera Utara
LAPORAN/JURNAL PRAKTIKUM

I. PENGAMATAN 1 : Kadar Air

A TUJUAN

B PRINSIP

C PROSEDUR KERJA

D DATA
PENGAMATAN

E PERHITUNGAN
PENGAMATAN 2 : PK . KIO3

A TUJUAN

B PRINSIP

C PROSEDUR KERJA Standarisasi KIO3

Penetapan Kadar

D DATA Standarisasi :
PENGAMATAN Normalitas Na2S2O3 = N
Volume Na2S2O3 = mL (peniter)
Volume KIO3 = mL
Penetapan Kadar KIO3 pada sampel :
Berat sampel = gram
Volume Na2S2O3 = mL

E PERHITUNGAN Standarisasi :
Kadar KIO3

II. PEMBAHASAN/DISKUSI

III. KESIMPULAN

3. DAFTAR PUSTAKA

Bandar Lampung, ..................................


Pembimbing Praktikum Praktikan

.............................................. .....................................................
NIM.

Anda mungkin juga menyukai