Anda di halaman 1dari 10

14.

ISONIAZID (INH)

ISONIAZID (Farmakope Indonesia Ed.V)


Kandungan Isoniazid mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak
lebih dari 102,0% C6H7N3O
Pemerian Hablur atau serbuk hablur; putih atau tidak berwarna; tidak
berbau, perlahan-lahan dipengaruhi oleh udara dan cahaya.
Kelarutan Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol; sukar
larut dalam etanol, sukar larut dalam kloroform dan eter.
pKa 1,8 ; 3,5; 10,8 (20oC)
Color Test Cyanogen bromide-orange

Nessler’s reagent-Black
BM 137,14

A. Kompleksometri

Prinsip

Penentuan kadar Isoniazid dengan menggunakan metode titrasi kompleksometri yaitu karena
isoniazid dapat membentuk suatu senyawa kompleks dengan titran pengkompleks untuk
membentuk ion atau senyawa kompleks dengan menggunakan indikator.

Sampel disini berperan sebagai ligan yang mana bertindak sebagai donor elektron dan ion
logam sebagai aseptor elektron. Adanya atom Nitrogen pada struktur isoniazid ini akan
terjadi reaksi pembentukan senyawa kompleks antara zat pembentuk kompleks (ligan)
dengan ion logam (atom pusat), dimana logam akan mengikat 2 ligan (Ligan Bidentat yaitu
ligan yang menyerahkan dua pasang electron untuk membentuk ikatan kovalen dengan ion
logam) dan senyawa tersebut sedikit terdisosiasi didalam air.

Persamaan Reaksi

 Pembakuan Natrium EDTA


 Reaksi Sampel dengan Logam

b. Iodometri

Prinsip

Prinsip iodometri berdasarkan reaksi reduksi-oksidasi yang melibatkan oksidator dan


reduktor. Isoniazid dapat direduksi karena memiliki gugus karbonil.

Isoniazid bersifat oksidator dan KI bersifat reduktor. KI dalam suasana asam akan
berubah menjadi I- yang kemudian akan mereduksi gugus karbonil dari isoniazid. Karena I-
mereduksi jadi I- mengalami oksidasi menjadi I2. I2 yang terbentuk mereduksi natrium
tiosulfat. Kemudian I2 teroksidasi menjadi I- lagi. Cara memastikan I2 sudah terbentuk yaitu
dengan ditambahkan amylum yang akan berubah warna menjadi warna biru jika I2 sudah
terbentuk kemudian ditirtasi dengan natrium tisulfat earna biru tersebut akan hilang (titik
akhir titrasi).

1. Reaksi
a. Pembakuan Na2S2O3 dengan K2Cr2O7
b. Reaksi Isoniazid dengan Kalium Iodida

c. Metode Argentometri volhard

a. Prinsip

Titrasi argentometri volhard didasarkan atas pengendapan perak tiosianat dalam


asam nitrat dengan menggunakan ion besi (III) untuk mengetahui adanya ion
tiosianat berlebih, titik akhir titrasi ditandai terbentuknya larutan berwarna merah.
Karena indikator Fe3+ yang bereaksi dengan SCN membentuk Fe(SCN)2+ yang
berwarna merah darah
15. ETAMBUTOL

a. argentometri volhard

16. VITAMIN C
Monografi
 Vitamin C

Rumus kimia : C6H8O6


Berat molekul : 176,12
Pemerian : serbuk atau kristal putih atau sedikit kuning, tidak berbau atau hampir tidak
berbau, asam yang tajam menyenangkan.
Kelarutan : larut dalam 1 dari 1,3 dalam air, sangat sedikit larut dalam etanol, praktis
tidak larut dalam kloroform, eter dan benzen.
Konstanta disosiasi : asam askorbat adalah asam organik yang cukup kuat. Dua konstanta
ionisasi Pk1 = 4,17 Pk2 = 11,57. pH 3 (5mg/ml) dan pH 2 (50mg/ml).
Tes Warna : + Perak Nitrat Amoniakal = hitam
+ Reagen Benedicts = merah
+ Reagen Nesler’s = hitam

b. Titrasi Iodimetri
Prinsip

Vitamin C (Asam Askorbat) memiliki daya reduksi yang tinggi sehingga dapat digolongkan
sebagai reduktor kuat. Dengan demikian, vitamin C dapat ditetapkan kadarnya secara titrasi
Iodimetri. Vitamin C (Asam Askorbat) dapat dititar dengan I2 dan mengalami oksidasi
menjadi Asam Dehidroaskorbat. Sebagai indikator digunakan kanji yang ditambahkan pada
awal titrasi dengan TA biru.

Reaksi
15. PIRIDOKSIN HCL (VITAMIN B6)

Monografi

Pyridoxine HCl (FI V halaman 1025)

Rumus struktur kimia :

RM / BM : C8H11NO3.HCl / 205,64

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur; putih atau hampir putih; stabil di udara; secara
perlahan-lahan dipengaruhi oleh cahaya matahari.

Kelarutan : Mudah larut dalam air; sukar larut dalam metanol; tidak larut dalam eter. Larutan
mempunyai pH lebih kurang 3,0 .

a. Metode Argentometri Volhard


Prinsip
Pyridoxine HCL dapat ditentukan kadarnya dengan titrasi argentometri volhard karena
dalam strukturnya terdapat unsur halogen yaitu Cl yang dapat di destruksi menjadi NaCl
dengan penambahan Na2SO (Natrium Bikarbonat). NaCl yang terbentuk ditambahkan
AgNO3 berlebih membentuk endapan AgCl. AgCl dipisahkan dari larutan. Kelebihan
AgNO3 dititrasi kembali dengan tiosianat.

Reaksi
1. Reaksi antara piridoxin HCl dengan AgNO3
2. Reaksi pembakuan AgNO3 oleh NaCl

AgNO3 + NaCl AgCl (putih) + NaNO3

Ag+ + K2CrO4 Ag2(CrO4) (orange) + NO3-

3. Reaksi pembentukan NH4CNS oleh AgNO3

NH4CNS + AgNO3 AgCNS + NH4NO3

CNS- + FeNH4 (SO4)2 Fe (CNS)2+ (merah)

16. VITAMIN B1

Sifat fisiko kimia senyawa vitamin B1

Thiamin hidroklorida (FI Edisi V Hal : 1265)

a. Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih, berbau khas lemah. Jika bentuk anhidrat terpapar
udara dengan cepat menyerap air lebih kurang 4%. melebur pada suhu kurang 248°c disertai
peruraian.
b. Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam glierin, sukar larut dalam etanol, tidak larut
dalam eter atau benzen.
c. Pka Vitamin B1 : 4,5 (asam lemah)

a. Titrasi Asam Basa Tidak Langsung

A. Prinsip Dasar
Penetapan kadar Vitamin B1 dengan metode titrasi asam basa tidak langsung yang didasarkan
pada reaksi antara asam lemah yaitu vitamin B1 dengan basa kuat yaitu natrium hidroksida
(NaOH). Reaksi asam lemah dengan basa kuar akan menghasilkan suatu garam yang bersifat
basa karena kation dari garam tersebut merupakan basa terkonjungasi dan asam lemah dapat
mengalami hidrolisis menghasilkan io OH- sehingga larutan garam bersifat basa.

17. VITAMIN B12

Uraian Zat Aktif

VITAMIN B12 (C63H88CoN14O14P)


Nama Cyanocobalamin: Cobamin: Cycobamin: Vitamin B12
(Clarke’s)
Pemerian Kristal atau serbuh merah gelap bersifat higroskopis
(Clarke’s), serbuk kristal merah tua, tidak berbau,
higroskopis (Florey)
Kelarutan Larut dalam 80 bagian air dan 80 bagian etanol (90%),
praktis tidak larut dalam kloroform dan eter.
Color Test Α naftol + β naftol (Biru Coklat)
BM 1355,4

b. DESTRUKSI BASAH-TITRASI IODOMETRI

Prinsip Praktikum :

Sampel sianokobalamin untuk dapat di titrasi dengan metode iodometri, harus melewati
destruksi terlebih dahulu untuk melepaskan ikatan kompleks pada atom N, yang nantinya
akan menghasilkan senyawa cobalt nitrat yang bersifat oksidator dan kemudian akan
mereduksi KI dan membentuk I2 lalu dititrasi dengan natrium tiosulfat, sehingga kadarnya
dapat ditentukan.

Persamaan Reaksi

 Destruksi Vitamin B12

 Pembakuan Na2S2O3

 Penetapan Kadar Vitamin B12

Anda mungkin juga menyukai