Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN STERIL

Kelompok : 4 (Empat)

Kelas : Farmasi 4D

Anggota : Candra Agustin (31116156)

Dede Maulana Sidik (31116158)

Delita Retna Purwanti (31116159)

Dinia Mutiara Arti (31116161)

Fitrinalis (31116165)

Gema Nurahman (31116166)

Rini Arsini (31116185)

Silfia Salma Salisa B ((31116189)

Titan Shufina Rahmi T (31116195)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA


2019

I. Judul praktikum : Sediaan Infus Glukosa 5%


II. Tanggal praktikum : 3 Oktober 2019
III. Tujuan praktikum :

1. Mahasiswa mampu membuat sediaan steril infus glukosa 5%


2. Mengetahui kejernihan suatu sediaan infus

IV. Ruang lingkup :

Dilakukan pembuatan sediaan steril infus glukosa 5% sediaan


ampul dalam pembawa yang cocok dengan atau tanpa bahan tambahan.

V. Dasar Teori
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10
ml yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan
peralatan yang cocok. Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui
makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam jumlah yang relatif sama.
Rasionya dalam tubuh adalah air 57%; lemak 20,8%; protein 17,0%;
serta mineral dan glikogen 6%. Ketika terjadi gangguan hemeostatis
(keseimbangan cairan tubuh), maka tubuh harus segera mendapatkan
terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit.
Tujuan penggunaan infus :
a. Apabila tubuh kekurangan air, elektrolit, dan karbohidrat maka
kebutuhan tersebut harus diganti.
b. Pemberian infus memeberikan keuntungan karena tidak harus
menyuntik pasien berulang kali
c. Mudah mengatur keasaman dan kebasaan obat dalam darah
d. Sebagai penambah nutrisi bagi pasien yang tidak dapat makan
secara oral
e. Larutan penambah zat parenteral volume besar berfungsi sebagai
dialisa pada pasien gagal ginjal.
Persyaratan infus :
a. Sediaan parenteral volume besar harus steril dan bebas pirogen
b. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan didalam etiket dan
yang ada dalam sediaan
c. Penggunaan wadah yang cocok yang tidak hanya memungkinkan
sediaan tetap steril
d. Tersatukan tanpa terjadi reaksi

Terapi Intravena (IV) adalah menempatkan cairan steril melalui


jarum, langsung ke vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit
(natrium, kalsium, kalium), nutrient (biasanya glukosa), vitamin atau obat
(Brunner & Sudarth, 2002). Terapi intravena adalah pemberian sejumlah
cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena
(pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat
makanan dari tubuh (Darmadi,2010). Terapi intravena (IV) digunakan untuk
memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi
atau syok, untuk memberikan garam yang dirperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan
untuk metabolisme dan memberikan medikasi (Perry & Potter, 2006).

Tujuan Pemberian Terapi Intravena (Infus) yaitu Memberikan atau


menggantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,vitamin, protein,
lemak, dan kalori, yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui
oral, memperbaiki keseimbangan asambasa, memperbaiki volume
komponen-komponen darah, memberikan jalan 14 masuk untuk pemberian
obat-obatan kedalam tubuh, memonitor tekanan vena sentral (CVP),
memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan mengalami gangguan (Perry
& Potter, 2006).

Menurut Perry & Potter (2006) vena-vena tempat pemasangan infus:


Vena Metakarpal, vena sefalika, vena basilica, vena sefalika mediana, vena
basilika mediana, vena antebrakial mediana.

Larutan glukosa (5%) terutama diberikan untuk mengganti


kekurangan air dalam tubuh dan harus diberikan tunggal hanya bila tidak
terdapat kehilangan elektrolit yang berarti. Rata-rata kebutuhan air pada
orang dewasa sehat adalah 1,5-2,5 liter sehari dan ini diperlukan untuk
mengimbangi hilangnya air yang tak dapat dihindarkan melalui kulit dan
paru-paru dan untuk memenuhi kebutuhan untuk ekskresi urin. Dehidrasi
cenderung timbul bila pengeluaran ini tidak diimbangi dengan asupan yang
sebanding, misalnya dapat timbul pada koma, disfagia, atau pada pasien
lanjut usia atau pasien apatis yang tidak mau minum cukup air.
Hilangnya air secara berlebihan tanpa kehilangan elektrolit jarang
terjadi, ini timbul pada demam, hipertiroidisme, dan pada diuresis berlebihan
yang jarang sekali terjadi, misalnya diabetes insipidus atau hiperkalsemia.
Volume larutan glukosa yang diperlukan untuk menggantikan defisit
bervariasi menurut keparahan penyakit, tetapi biasanya berkisar antara 2
hingga 6 liter. Untuk anak, kecepatan infus harus disesuaikan dengan
kembalinya kadar natrium plasma ke normal dalam 48 jam. Larutan glukosa
juga diberikan dalam pengobatan dengan kalsium, bikarbonat, dan insulin
untuk pengelolaan darurat hiperkalemia. Juga diberikan setelah koreksi
hiperglikemia, pada pengobatan ketoasidosis diabetik yang harus diberikan
bersama infus insulin yang berkesinambungan.

Injeksi yang mengandung glukosa lebih dari 10% dapat bersifat iritan
dan harus diberikan kedalam central venous line (vena utama). Namun
larutan yang mengandung glukosa sampai 12,5% dapat diberikan dalam
jangka waktu sedang ke vena perifer.

VI. Preformulasi

Zat Aktif

A. Bahan Berkhasiat : Glukosa


Pemerian : Hablur tidak berwarna , serbuk hablur atau serbuk
granul putih, tidak brbau
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air mendidih, sukar larut
dalam etanol
Titik lebur/leleh : 2,5% - 11% untuk intravena 0,5-0,8g/kg/jam untuk
hipoglikemia 20-50 mL (konsentrasi 50 %)
B. Dosis : 2,5% - 11% untuk intravena 0,5-0,8g/kg/jam
untuk hipoglikemia 20-50 mL (konsentrasi 50 %)
C. Daftar Obat
Obat Keras : Sediaan Injeksi (Semua obat suntik termasuk obat
keras)
D. Sediaan obat
Pemerian : Larutan infus
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Dekstrosa stabil dalam
keadaan penyimpanan yang kering dengan pemansan
tinggi, dapat menyebabkan reduksi pH dan
karamelisasi dalam larutan.
OTT : Sianokobalamin, Kanamisin, SO4, Novabiorin, Na
dan Warfa, eritromisin, vitamin A kompleks
pH : 3,2 – 6
Stabilisator :-
Larutan harus bebas pirogen + karbon aktif 0,1 %

Zat Tambahan

1. NaCl (Natrium Chlorida)


Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk
hablur putih; tidak berbau; rasa asin.
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian
gliserol P; sukar larut dalam etanol (95%) P.
pH : 4,5 –7(DI 2003 hal 1415) 6,7-7,3 ( Excipient hal
672)
Konsentrasi/dosis : Lebih dari 0,9% (Excipient hal 440). Injeksi IV
3-5% dalam 100ml selama 1 jam (DI 2003 hal
1415). Injeksi NaCl mengandung 2,5-4 mEq/ml.
Na+ dalam plasma = 135-145 mEq/L ( steril
dosage form hal 251 )
OTT : Larutan natrium klorida bersifat korosif dengan
besi; membentuk endapan bila bereaksi dengan
perak; garam merkuri; agen oksidasi kuat
pembebas klorine dari larutan asam sodium
klorida; kelarutan pengawet nipagin menurun
dalam larutan sodium klorida
Stabilitas : Larutan sodium klorida stabil tetapi dapat
menyebabkan perpecahan partikel kaca dari tipe
tertentu wadah kaca. Larutan cair ini dapat
disterilisasi dengan cara autoklaf atau filtrasi.
Dalam bentuk padatan stabil dan harus disimpan
dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan tempat
kering.
Titik Leleh dan Titik Lebur : 801 °C (1074 K) dan 1465 °C (1738 K)
(FI III, hal 403-404)

2. Aqua Pro Injection


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Sterilisasi : Kalor basah (autoklaf)
Kegunaan : Pembawa dan melarutkan
Alasan pemilihan : Karena digunakan untuk melarutkan zat aktif dan
zat-zat tambahan
Cara pembuatan : Didihkan aqua dan diamkan selama 30 menit,
dinginkan. (FI IV hal 112, FI III hal 97)

Alat Dan Bahan

Alat dan Bahan Sterilisasi Waktu

A. Alat

Beaker glass Autoclave 121oC 15’


Corong Autoclave 121oC 15’

Botol infus + tutup botol infus Autoclave 121oC 15’

Gelas ukur 10 ml Autoclave 121oC 15’

Batang pengaduk Autoclave 121oC 15’

Syringe - -

Spuit 1 ml - -

B. Bahan

Glukosa Oven pada suhu 105oC 30’

Natrium klorida Oven pada suhu 105oC 30’

Karbon Oven pada suhu 105oC 30’

Aqua pro injection - -

Perhitungan

Perhitungan Tonsisitas

Zat Δtb C

Glukosa 0,091 5

0,52 – (∆𝑡𝑏 .𝐶)


W = 0,576

0,52 – (0,091 . 5)
W = 0,576

W = 0,113%

Untuk membuat supaya larutan tersebut menjadi isotonis maka


ditambahkan NaCl sebanyak 0,113% (𝐵⁄𝑉 ).

VII. Prosedur Kerja


Larutan dipanaskan Larutan disaring
Tambahkan karbon Didihkan aqua pro
pada suhu 60-70˚ panas-panas dan
aktif ke dalam aqua injection diatas
dan diaduk selama filtrate pertama
pro injection. selama 20-30 menit
15 menit dibuang.

Dilarutkan 0,38 Dilarutkan 17,67


Cek pH sediaan.
Campurkan larutan gram NaCl kedalam gram glukosa
Lalu ditambahkan
1 dan 2 sebagian a.p.i kedalam sebagian
a.p.i ad 336,6 ml
(larutan 2) a.p.i (larutan 1)

Larutan kemudian Sterilisasi dalam Sediaan yang telah


Terakhir, kemas
diisikan kedalam autoklaf pada suhu disterilikan
sediaan, beri etiket
botol infus 115˚ selama 30 kemudian
dan brosur.
sebanyak 102 mL menit. dievaluasi.

VIII. Perhitungan
Dibuat sediaan Infus glukosa 5% 1 botol @100 mL

Untuk evaluasi 2 botol

Jumlah Jumlah Volume Jumlah


Sediaan botol

Tugas 1 x 100 ml 100 ml

Evaluasi 2 x 100 ml 200 ml

Jumlah 3 x 100 ml 300 ml

Total dibuat 3 botol

 Volume sediaan 100 mL, dilebihkan 2%


2% x 100 mL x 3 botol = 6 mL

Total volume = 300 ml + 6 ml

= 306 mL
 Dilebihkan volume total 10%
Volume total = 306 mL + 30,6 mL

= 336,6 mL

Jumlah bulk = 336,6 mL

336,6 𝑚𝐿
 Glukosa = 𝑥 5 𝑔 = 16,83 𝑔
100 𝑚𝐿

 Zat aktif dilebihkan 5% (ada proses absorpsi karbon aktif)


5% x 16,83 g = 0,8415 g

Total zat aktif yang ditimbang = 16,83 g + 0,8415 g

= 17,6715 g

 Karbon aktif 0,1%


0,1
𝑥 336,6 𝑚𝐿 = 0,3366 𝑔
100

 NaCl
0,113
𝑥 336,6 𝑚𝐿 = 0,380 𝑔
100

 A.P.I add 336,6 mL

Penimbangan

Bahan Satuan Dasar Volume Paraf


Produksi

A.P.I 100 ml 336,6 ml

Glukosa 5 gr 17,6715 gr

NaCl 0,113 gr 0,380 gr


Karbon Aktif 100 mg 0,3366 gr

IX. Data Pengamatan


No Jenis Evaluasi Penilaian

1 Penampilan fisik wadah Baik

2 Jumlah sediaan 3

3 Kejernihan Jernih

4 Keseragaman volume Seragam

5 Brosur Baik

6 Kemasan Baik

7 Etiket Baik

8 pH 7

X. Pembahasan

Pada praktikum kali ini kami melakukan pembuatan sediaan steril


berupa sediaan infuse dengan bahan aktif berupa glukosa. Tujuan sediaan
dibuat steril, karena berhubungan langsung dengan darah atau cairan tubuh
dan jaringan tubuh lain yang pertahannya terhadap zatasing tidak selengkap
pada saluran cerna atau gastrointestinal. Menurut WHO pemberian sediaan
intravena digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat
menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa
yang diperlukan untuk metabolism, atau untuk diberikan medikasi.

Pembuatan infuse glukosa yang pertama yaitu glukosa yang


ditimbang dilarutkan dengan aqua pro injeksi, penggunaan aqua pro injeksi
ini digunakan untuk bahan pelarut dalam injeksi. Selain sebagai bahan
dalam pembuatan injeksi karena bebas pirogen, alasan dari penggunaan
A.P.I yaitu dalam ilmu farmasi, air dapat bereaksi dengan obat dan zat
tambahan lainnya yang mudah terhidrolisis (mudah terurai dengan karena
adanya kelembaban). Glukosa merupakan bahan yang berfungsi sebagai
kalorigenik artinya sebagai sumber energi. Bentuk alaminya disebut juga
dekstrosa. Penggunaan glukosa pada sediaan ini sebagai bahan utamanya
dimaksudkan untuk menambah energy pada pasien yang kehilangan banyak
cairan tubuh karena hipokelemik dehidrasi. Kemudian penambahan NaCl
digunakan sebagai pengisotonis karena mempunyai tekanan osmosis yang
sama dengan cairan tubuh yakni 0,9%. NaCl merupakan zat tambahan yang
digunakan untuk membuat larutan membuat larutan isotonis. Sediaan infuse
haruslah isotonis karena jika hipotonis maka akan menyebabkan sel darah
menjadi pecah sehingga itu berbahaya. Selain itu, perlunya sediaan injeksi
ini dibuat isotonis agar pada saat penyuntikan tidak menimbulkan rasa nyeri.

Larutan akhir disaring sebelum dimasukkan ke dalam wadah,


Dengan tujuan untuk mencegah masuknya partikel yang tidak diinginkan ke
dalam produk parenteral, sejumlah tindakan pencegahan harus dilakukan
selama pembuatan dan penyimpanan.

Dalam pembuatan suatu produk parenteral pelarut atau pembawanya


harus tepat dan harus mengikuti prosedur aseptic. Prosedur aseptic ini
diperlukan jika bahan produk parenteral yang akan dipakai harus bebas dari
mikroorganisme, mulai dari pelarut (air) dan bahan-bahan zat aktif hingga
bahan tambahan. Pada proses pembuatan larutan parenteral, melarutkan
bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan CPOB atau farmakope. Hasil
produk parenteral ini disterilkan kembali menggunakan autoklaf.

Persyaratan utama dari larutan yang diberikan secara parenteral


ialah kejernihan. Sediaan itu harus jernih berkilauan dan bebas dari semua
zat-zat khusus yaitu semua yang bergerak, senyawa yang tidak larut, yang
tanpa disengaja ada. Termasuk pengotoran-pengotoran seperti debu, serat-
serat baju, serpihan-serpihan gelas, kelupasan dari wadah gelas atau plastik
atau tutup atau zat lain yang mungkin ditemui, yang masuk ke dalam produk
selama proses pembuatan, penyimpanan dan pemberian.
Hasil evaluasi sediaan yang telah diamati sediaan yang jumlah
seluruhnya 3 buah botol infus semua penampilan fisik wadahnya baik,
kemudian kejernihan dari sediaan jernih dan keseragaman volume dari 3
botol infuse tersebut seragam, hasil ini telah sesuai pesyaratan dari sediaan
parenteral.

XI. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat


disimpulkan bahwa larutan infus glukosa 5% tersebut mempunyai %
tonisitas yaitu 0,113 %, Jumlah botol infuse pada pembuatan infus glukosa
ini yaitu 3 botol infus, semua botol infuse baik secara penampilan fisik
wadah dan secara visual, sediaan yang telah dibuat memenuhi syarat
kejernihan.

DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada

Universitas Press.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia

Edisi IV. Jakarta : Dirjen POM.

Departement of Pharmaceutical Sciences. Martindale The Extra

Pharmacopedia, twenty eight edition. 1982. London : The

Pharmaceutical Press.

Agoes, goeswin.2009. sediaan farmasi steril seri farmasi Industri-4 ITB:Bandung

Logawa, benny dan Noerono, soendani.s.1986.Teknologi farmasi sediaan

steril.ITB:Bandung

Anda mungkin juga menyukai