PERCOBAAN 2
ANALISIS KUANTITATIF SEDIAAN TABLET ASPIRIN DENGAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-SINAR TAMPAK
Disusun Oleh:
Kelompok 5/E
I. Tujuan Percobaan
1. Melakukan analisis kualitatif zat aktif dalam sediaan tablet aspirin
dengan metode Spektrofotometri UV- sinar tampak.
2. Melakukan analisis kuantitatif zat aktif dalam sediaan tablet aspirin
dengan metode Spektrofotometri UV- sinar tampak.
3. Menyimpulkan mutu sediaan tablet aspirin dengan data spektrum UV-
sinar tampak dan hasil penetapan kadar zat aktif.
Absorbansi Absorbansi
larutan standar larutan uji
Kadar aspirin
b. Larutan uji
Konsentrasi Absorbansi
43,594 0,476
VI.2. Perhitungan
a. Larutan standar
Bobot Asam salisilat yang ditimbang = 160 gram
Perhitungan konsentrasi
x = = 1600 ppm
Pengenceran
V1 . N1 = V2 . N2 V1 . N1 = V2 . N2
0,1 . 1600 = 10 . N2 0,4 . 1600 = 10 . N2
N2 = 16 ppm N2 = 64 ppm
V1 . N1 = V2 . N2 V1 . N1 = V2 . N2
0,2 . 1600 = 10 . N2 0,5 . 1600 = 10 . N2
N2 = 32 ppm N2 = 80 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
0,3 . 1600 = 10 . N2
N2 = 48 ppm
Persamaan regresi
a = -0,024
b = 0,011
r = 0,987
y = bx + ab
y = 0,011x - 0,024
b. Larutan uji
Kadar uji
y = absorbansi uji = 0,476
y = 0,011x – 0,024
0,0476 = 0,011x - 0,024
0,5 = 0,011 x
x = 45,455 ppm (Kadar Uji)
Cara Kurva Kalibrasi
Kadar uji sebenarnya:
= 151,517 mg/10 mL
= x 151,517
= x 100 %
= 94,7 %
Cara One Point
Cu = x Cs
= x 48 ppm
= 152,62 mg/10 mL
= x 152,62
% Kadar = x 100 %
= x 100 % = 95,4 %
VII. Pembahasan
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu laju larutan berwarna pada
panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi
di fraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur
transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasarkan sumber cahaya yang
digunakan, yaitu Spektofotometri UV (Ultra Violet), spektrofotometri visible
(Sinar Tampak), spektrofotometer UV-Vis, dan Spektrofotometri IR (Inframerah),
memiliki prinsip kerja yang sama yaitu adanya interaksi antara materi materi
dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Perbedaannya terletak
pada panjang gelombang yang digunakan.
Spektrofotometri UV-Vis dapat digunakan baik untuk sampel yang
berwarna maupun tidak berwarna. Metode spektrofotometer UV-Vis lebih banyak
dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Konsentrasi dari analit
di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang
gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis yaitu suatu molekul yang dikenai
sinar dari sumber radiasi akan diteruskan menuju monokromator. Cahaya dari
monokromator di arahkan terpisah melalui sampel dengan sebuah cermin berotasi.
Detektor menerima cahaya dari sampel secara bergantian dan berulang, sinyal
listrik dari detektor diproses sehingga di dapatkan nilai absorbansi. Pada
percobaan kali ini dilakukan penentuaan kadar aspirin (asam asetil salisilat) di
dalam suatu sediaan farmasi dengan cara analisis kuantitatif. Aspirin merupakan
asam organik yang lemah, mengandung gugus kromofor yaitu karboksil (asam
karboksilat) dan benzene. Gugus kromofor pada aspirin merupakan gugus yang
dapat menghasilkan warna. Sesuai dengan literatur penentuan kadar aspirin
dilakukan pada panjang gelombang 530 nm. Akan tetapi dilakukan pemastian
kembali untuk penentuan panjang gelombang yang digunakan pada aspirin.
Setelah didapatkan panjang gelombang yang pasti, barulah dapat dilakukan
pemilihan metode yang akan digunakan. Pemilihan metode ini didasarkan pada
karakteristik dari aspirin. Karena aspirin memiliki gugus kromofor dan panjang
gelombang penyerapan cahayanya berada pada daerah visible yaitu 350 – 800
nm, maka dipilihlah metode spektrofotometri visible atau spektrofotometer berkas
tunggal dimana blanko dimasukkan atau disinari secara terpisah. Keuntungan alat
ini yaitu mempunyai sensitivitas yang relatif tinggi, pengerjaanya mudah sehingga
pengukuran yang dilakukan cepat, dan mempunyai spesifisitas yang baik.
Pada percobaan larutan standar, asam salisilat ditambahkan dengan NaOH
yang berfungsi sebagai penghidrolisa. Lalu, asam salisilat yang telah ditambahkan
NaOH tersebut dipindahkan ke labu takar untuk diencerkan menggunakan
aquadest, aquadest tersebut berfungsi untuk melarutkan sampel. Lalu dilakukan
beberapa seri pengenceran, pengenceran tersebut menggunakan FeCl3, FeCl3 akan
membentuk kompleks ungu dengan asam salisilat karena dalam gugus asam
salisilat terdapat atom O (nukleofil) dalam gugus OH akan menyerang atom Fe
dengan melepaskan atom H nya untuk membentuk ikatan O-FeCl2. Selain itu,
FeCl3 berfungsi menggeser dari UV ke visibel, sebagai blanko, dan kromotag.
Setelah diencerkan menggunakan FeCl3 lalu diukur absorbansi masing-masing
larutan, pengukuran tersebut dimulai dari konsentrasi yang paling encer.
Pengukuran dilakukan dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi untuk
memperkecil persentase kesalahan pengukuran. Karena jika dilakukan dari
konsentrasi tinggi, ditakutkan sisa larutan dari konsentrasi tersebut masih
menempel pada kovet, sehingga mempengaruhi hasil pengukuran.
Setelah dilakukan pengukuran absorbansi menggunakan alat
spektrofotometer UV-Vis, diperoleh panjang gelombang maksimum 526,8 nm.
Nilai tersebut sesuai literatur (Khopkar, 2010) penentuan kadar aspirin pada
panjang gelombang 530 nm. Kemudian diperoleh nilai absorbansi pada masing-
masing konsentrasi (ppm) berturut-turut yaitu 0,164; 0,329; 0,499; 0,787; dan
0,853. Nilai tersebut sesuai dengan rentang nilai absorbansi teoritisnya yaitu 0,2-
0,8 , walaupun pada konsentrasi 16 ppm kurang dari 0,2. Hal tersebut disebabkan
karena larutan yang terlalu encer.
Pada penetapan kadar aspirin dilakukan dengan menggunakan larutan uji
dan larutan standar. Pada pembuatan larutan standar baku pembanding yang
digunakan yaitu asam salisilat, sedangkan pada larutan uji digunakan tablet
aspirin, tujuan dibuat larutan standar dan uji adalah dengan membandingkan kadar
yang diperoleh keduanya sama atau tidak. Hal pertama yang dilakukan adalah
ditimbang tablet aspirin, kemudian dihaluskan dengan cara digerus didalam
mortar hingga hancur sempurna atau homogen, kemudian serbuk aspirin tersebut
ditimbang setara dengan 160 mg aspirin, sehingga serbuk yang ditimbang adalah
451,7 mg. serbuk dimasukan kedalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan NaOH,
tujuan ditambahkan NaOH adalah mengubah dari bentuk asetosal menjadi asam
salisiat, dan NaOH berfungsi juga sebagai penghidrolisa. Setelah itu larutan
kemudian dipanaskan pada Hotplate agar mempercepat serbuk dapat melarut
sempurna. Kemudian larutan dipipet sabanyak 1 mL kemudian dimasukan
kedalam labu ukur 10mL dan digenapkan menggunakan FeCl3. FeCl3 berfungsi
sebagai blanko dan kromotag (menghasilkan warna). FeCl3 pada aspirin tidak
membentuk kompleks berwarna ungu karena tidak memiliki gugus OH.
Sedangkan, FeCl3 digunakan sebagai blanko supaya alat spektrofotometer UV/Vis
mengenal matriks selain sampel sebagai pengotor. Kemudian setting blank
sehingga ketika pengukuran hanya sampel yang diukur absorbansinya. Sebelum
pengukuran absorbansi sampel/ standar, harus dilakukan blanko terlebih dahulu.
Selama proses pemeriksaan ini, bagian bening kuvet tidak boleh disentuh
oleh tangan karena sumber sinar akan diteruskan melalui bagian bening kuvet.
Jika bagian bening kuvet terkontaminasi oleh tangan, maka akan mempengaruhi
nilai absorbansi. Hal ini akan memungkinkan kesalahan dalam
menginterpretasikan data yang diperoleh. Prinsip penetapan kadar aspirin, dimana
terjadi reaksi pembentukan kompleks aspirin yang diencerkan dengan
penambahan basa kemudian terjadi reaksi hidrolisis yang cepat atau lambat
menjadi salisilat dan asetat tanpa tergantung pada konsentrasi ion OH. aspirin
yang terhidrolisis dengan katalis NaOH terurai menjadi salisilat dianion dan
asetat anion. Selanjutnya, senyawa asam salisilat bereaksi dengan larutan FeCl 3
sehingga atom -H terlepas menjadikan asam salisilat mengandung Fenol. maka
reaksi FeCl3 dengan asam salisilat akan membentuk kompleks ungu. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terbentuk senyawa kompleks dari Fe3+ dengan fenol.
Fenol merupakan senyawa yang mengandung gugus hidroksil yang terikat pada
karbon tak jenuh, sehingga dapat bereaksi dengan besi (III) klorida menghasilkan
larutan berwarna. Dengan membuat sederet larutan standar dengan konsentrasi
yang telah diketahui secara pasti. Selanjutnya diukur absorbansinya dan dibuat
kurva antara absorbansi dengan konsentrasi sehingga diperoleh garis
linear. Menurut hukum lambert beer, absorbansi berbanding lurus dengan
konsentrasi. Namun demikian pada kenyataannya penyimpangan sering terjadi.
Kurva kalibrasi menunjukkan hubungan antara konsentrasi larutan
(sumbu-x) dengan absorbansi larutan (sumbu-y) dari kurva standar dihasilkan
suatu persamaan yang di regresi linierkan, didapatkan persamaan y = 0,011x –
0,024 dengan regresi yang dihasilkan sebesar 0,987. Nilai ini menunjukkan
koefisien korelasi antara absorbansi dengan konsentrasi besar sehingga linearitas
dari kurva adalah baik. Dimana semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar
pula nilai absorbansinya
Setelah dihitung kadar larutan uji aspirin dengan mengukur absorbansi
setiap larutan pembanding dan larutan uji menggunakan kurva kalibrasi atau
persamaan garis dan didapatkan kadar uji per tablet sebesar 75,75 mg/tablet dan
%kadar sebesar 94,7%.
Selain menggunakan kurva kalibrasi dalam menghitung kadar sampel uji
asetosal, digunakan juga One Point Method yaitu dengan mengambil absorban
salah satu larutan standar yang kemudian digunakan untuk menghitung kadar
larutan (menggunakan rumus yang terlampir di data pengamatan). Absorban
larutan standar yang diambil atau dipilih yaitu absorbansi sebesar 0,499 dengan
konsentrasi sebesar 48 ppm. Dipilih absorbansi pada konsentrasi tersebut karena
nilai absorbansi uji aspirin yang sebesar 0,476 nilainya berdekatan dengan nilai
absorbansi pada konsentrasi larutan standar tersebut yaitu 0,499 sehingga
didapatkan konsentrasi larutan uji sebesar 45,787 ppm. Kemudian, sebelumnya
sudah dilakukan pengenceran dan dikonversi didapatkan hasil kadar uji
sebenarnya 152,62 mg/10 mL dan didapatkan kadar uji aspirin pertablet sebesar
76,31 mg/ tablet dengan %kadar sebesar 95,39%.
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan kadar uji aspirin menggunakan
kurva kalibrasi dan One Point Method, hasil keduanya menunjukkan masuk ke
dalam rentang tablet aspirin pada literatur. Dimana berdasarkan (Ditjen POM,
2014: 145) menyatakan bahwa tablet asam asetilsalisilat mengandung asam
asetilsalisilat tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%.
VIII. Kesimpulan
1. Berdasarkan pengujian analisis kualitatif asam salisilat dengan metode
spektrofotometri UV-Vis diperoleh panjang gelombang maksimum sebesar
526,8 nm dengan absorbansi 0,504.
2. Berdasarkan pengujian analisis kuantitatif tablet aspirin menggunakan
metode spektrofotometri yang dilakukan dengan dua cara yaitu kurva
kalibrasi dan one point method diperoleh kadar uji per tablet dan persen
kadar berturut-turut 75,759 mg/tablet dan 94,7% untuk cara kurva
kalibrasi serta 152,62 mg/tablet dan 95,4 % untuk one point method.
3. Mutu sediaan tablet asam asetilsalisilat memenuhi syarat, yaitu
mengandung asam asetilsalisilat tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 110,0%.
DAFTAR PUSTAKA