Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

METODE ANALISIS INSTRUMEN

PERCOBAAN 2
ANALISIS KUANTITATIF SEDIAAN TABLET ASPIRIN DENGAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-SINAR TAMPAK

Disusun Oleh:
Kelompok 5/E

Dwina Syafira Arzi 10060316210


Dini Wahidah 10060316211
Marwa Safira R.A. 10060316213
Farah Yumna Ambaro 10060316215
Dilla Nurul Aisyah 10060316216
Indarti Ulfayani 10060316217

Asisten : Fatya Najah, S. Farm.


Tanggal Praktikum : 27 Februari 2019
Tanggal Pengumpulan : 06 Maret 2019

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT E


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1440 H/ 2019 M
PERCOBAAN 2
ANALISIS KUANTITATIF SEDIAAN TABLET ASPIRIN DENGAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-SINAR TAMPAK

I. Tujuan Percobaan
1. Melakukan analisis kualitatif zat aktif dalam sediaan tablet aspirin
dengan metode Spektrofotometri UV- sinar tampak.
2. Melakukan analisis kuantitatif zat aktif dalam sediaan tablet aspirin
dengan metode Spektrofotometri UV- sinar tampak.
3. Menyimpulkan mutu sediaan tablet aspirin dengan data spektrum UV-
sinar tampak dan hasil penetapan kadar zat aktif.

II. Teori Dasar


Aspirin (ASP) yang secara kimia disebut asam 2-asetoksibenzoat dan
digunakan sebagai analgetik, antipiretik, antiinflamasi, dan zat anti-trombosit
(D.Vijay, dkk, 2012). Asetosal atau aspirin (USAN), juga dikenal sebagai asam
asetilsalisilat merupakan obat golongan salisilat, sering digunakan sebagai
analgetik untuk menghilangkan rasa sakit, sebagai antipiretik untuk mengurangi
demam, dan sebagai pengobatan antiinflamasi. Aspirin juga dapat mengecilkan
pembuluh darah sehingga meningkatkan tekanan darah (R. S. Murthy et al, 2012).
Asetosal merupakan obat golongan asam salisilat yang merupakan obat
antiradang nonsteroid. Obat antiradang bukan steroid atau yang lazim dinamakan
non streroidal antiinflammatory drugs (NSAIDs) adalah golongan obat yang
terutama bekerja perifer, memiliki aktivitas penghambat radang dengan
mekanisme kerja menghambat biosintesis prostaglandin melalui penghambatan
aktivitas enzim siklooksigenase. Pada tahun 1899 asam asetil salisilat sebagai obat
anti radang bukan steroid sintetik dengan kerja antiradang yang kuat untuk
pertama kalinya digunakan dalam pengobatan simptomatis penyakit-penyakit
rematik. Dibandingkan dengan obat antiradang bukan steroid yang lain,
penggunaan asam asetil salisilat jauh lebih lebih banyak, bahkan termasuk produk
farmasi yang paling banyak digunakan dalam pengobatan dengan kebutuhan dunia
mencapai 36.000 ton/tahun. Di samping sebagai obat antiradang, asam asetil
salisilat memiliki peranan lain dalam terapi obat yang tidak kalah pentingnya,
yaitu sebagai zat penghambat agregasi trombosit (Krishnaiaha, 2012).
Aspirin juga menghambat agregasi platelet. Aksi obat sebagai
antiinflamasi dan antirematik dapat menghambat sintesis dan pelepasan
prostaglandin. Aspirin menghambat agregasi platelet dengan inhibisi ireversibel
pada platelet siklooksigenase sehingga menghalangi pembentukan
trombooksioksigenase A2 yang menginduksi kuat terhadap agregasi platelet dan
vasokonstriksi (Krishnaiaha, 2012). Asetosal yang merupakan asam salisilat yang
gugus hidroksinya telah teresterkan mudah larut dalam natrium hidroksida dan
terhidrolisa dalam basa yang berlebihan pada pemanasan dalam penangas air
(Sudjadi dan Rohman A., 2004).
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika
energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang (Khopkar, 2010).
Prinsip kerja spektrofotometri UV-Sinar tampak yaitu adanya interaksi
yang terjadi antara energi yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar
dengan materi yang berupa molekul. Besar energi yang diserap tertentu dan
menyebabkan electron tereksitasi dari ground state ke keadaan tereksitasi yang
memiliki energi lebih tinggi (Underwood, 1986).
Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh
larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan.
Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada bebeapa pembatasan, yaitu sinar yang
digunakan dianggap monokromatis, penyerapan terjadi dalam suatu volume yang
mempunyai penampang luas yang sama, senyawa yang menyerap dalam larutan
tersebut tidak tergantung terhadap yanglain dalam larutan tersebut, dan tidak
terjadi fluororesensi atau fosforinses, serta indeks bias tidak tergantung pada
konsentrasi larutan.
Analisis kuantiatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis dapat
digolongkan atas tiga macam pelaksanaan pekerjaan, yaitu (Gandjar dan Rohman,
2007):
1. Analisis zat tunggal atau analisis satu komponen
2. Analisis kuantitatif campuran dua macam zat atau analisis dua
komponen
3. Analisis kuantitatif campuran tiga macam zat atau lebih (analisis
multi komponen).
Dalam nomenklatur spektroskopi, absorpsi merupakan suatu proses
penyerapan energi frekuensi radiasi tertentu secara selektif oleh species kimia di
dalam medium tranparan. Disini energi radiasi elektromagnetik tersebut
dipindahkan ke dalam atom atau molekul materi itu. Akibatnya terjadi suatu
peningkatan energi elektronik atom-molekul tersebut (terjadi eksitasi elektron dari
tingkat pemukaan energi dasar ke tingkat energi pemukaan energi eksitasi).
Menurut teori kuantum, setiap partikel dasar (atom,ion, atau molekul) memiliki
satu tingkat permukaan energi yang khas, dengan yang terendah disebut tingkat
permukaan energi dasar (ground state) dan yang lebih tinggi disebut tingkat energi
eksitasi (Skoog et al, 1998).
Molekul-molekul melibatkan tiga tipe transisi terkuantisasi bila
berinteraksi dengan radiasi elektromagnetik. Interaksi dengan energi radiasi sinar
ultraviolet-sinar tampak (UV-vis), menyebabkan terjadinya promosi elektron
orbital dari atom ataupun molekul dari tingkat energi elektronik rendah ke tingkat
energi lebih tinggi (Skoog et al, 1998).
Suatu spektrometer serapan bekerja pada daerah panjang gelombang
sekitar 200 nm (pada ultra-violet dekat) sampai sekitar 800 nm (pada infra-merah
sangat dekat). Lompatan elektron yang mungkin menyerap sinar pada daerah itu
jumlahnya terbatas. Lompatan yang mungkin terjadi pada specktrum UV-vis
ditunjukan dengan panah hitam, dan yang tidak mungkin dengan warna abu-abu.
Panah dengan titik-titik abu-abu menunjukan lompatan yang menyerap sinar di
luar daerah spektrum yang diamati (Khopkar, 2010).
Lompatan yang lebih besar membutuhkan enrgi yang lebih besar dan
menyerap sinar dengan panjang gelombang yang lebih pendek. Lompatan yang
ditunjukan dengan tanda panah abu-abu menyerap sinar UV dengan panjang
gelombang yang lebih rendah dari 200 nm. Artinya untuk menyerap sinar pada
daerah antara 200 – 800 nm (pada daerah dimana spektra diukur), molekul harus
mengandung ikatan pi atau terdapat atom dengan orbital non-ikatan. Ingat bahwa
orbital non-ikatan adalah pasangan elektron bebas, misalnya pada oksigen,
nitrogen, atau halogen. Bagian molekul yang dapat menyerap sinar disebut
kromofor (Khopkar, 2010).

III. Alat dan Bahan


No. Alat Bahan
1. Batang pengaduk Asam salisilat
2. Erlenmeyer Aspirin
3. Hot plate Aquadest
4. Labu takar 10 mL FeCl3 0,02 M
5. Pipet volume 1 mL NaOH 1 M
6. Pipet volume 10 mL
7. Spektrofotometer UV-1800

IV. Sifat Fisik dan Kimia Bahan


1. Aspirin/ Asam asetil salisilat/ Asetosal (Ditjen POM, 2014: 144)
Pemerian : hablur, padat, putih tidak berbau atau berbau lemah.
Kelarutan : sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, larut
dalam kloroform dan dalam eter, agak sukar larut dalam eter mutlak.
BM : 180,15 g/mol
Titik didih : 139ºC
Penanganan pertama ketika kontak dengan (NSF Reference Standards,
2011) :
Mata: periksa dan lepaskan lensa kontak dan bilas mata dengan air hangat
selama 15 menit.
Kulit: bilas dengan air mengalir dan beri emolien.
Terhirup: pindahkan ke udara segar.
Tertelan: jangan induksi muntah.
2. Asam Salisilat (Emprove, 2008)
Pemerian : padat, putih, tak berbau
pH : 2,4
Titik lebur : 157-159ºC
Titik didih : 211ºC
Penanganan pertama ketika kontak dengan:
Mata : bilas dengan air yang banyak.
Kulit : cuci dengan air yang banyak.
Terhirup : hirup udara segar.
Tertelan : segera beri minum air putih (paling banyak 2 gelas).
3. NaOH (Emprove, 2008)
Pemerian : solid, putih, berbau.
Titik didih : 1388ºC
Titik leleh : 323ºC
BM : 40 g/mol
Penanganan pertama ketika kontak dengan:
Mata : segera siram mata dengan banyak air selama 15 menit.
Kulit : segera basuh dengan banyak air selama 15 menit.
Terhirup: pindahkan ke udara segar.
Tertelan: jangan mengusahakan muntah kecuali ada arahan dokter.
4. FeCl3 (Emprove, 2008)
Bentuk : padat
BM : 162,21 g/mol
pH :2
Titik didih : 316ºC
Titik leleh : 306ºC
Penanganan pertama ketika kontak dengan:
Mata : bilas dengan air dingin.
Kulit : basuh dengan air selama 15 menit.
Terhirup: pindahkan ke udara segar.
Tertelan: jangan induksi muntah.

V. Diagram Percobaan dan Prosedur


V.1. Diagram Percobaan
Baku asam salisilat Tablet Aspirin

Pembuatan larutan Pembuatan larutan


standar uji

Pengukuran Absorbansi dengan Spektrofotometri UV-


Vis

Absorbansi Absorbansi
larutan standar larutan uji

Kurva kalibrasi Penentuan Konsentrasi


aspirin dalam tablet

Kadar aspirin

V.2. Larutan Standar


Baku pembanding Asam salisilat ditimbang sebanyak 160 mg. Kemudian
dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL dan ditambahkan 5 mL NaOH 1 M, lalu
digenapkan dengan aquadest sampai tanda batas dan dihomogenkan. Selanjutnya,
dipipet masing-masing 0,5; 0,4; 0,3; 0,2; dan 0,1 mL larutan tersebut ke dalam
labu takar 10 mL. Kemudian masing-masing labu digenapkan dengan aquadest
sampai tanda batas dan dihomogenkan. Diukur absorbansi masing-masing larutan
menggunakan spektrofotometer UV-1800.
V.3. Larutan Uji
Tablet aspirin sebanyak 5 buah ditimbang. Kemudian, tablet aspirin
digerus dan ditimbang setara dengan 160 mg aspirin. Kemudian, ditambahkan
NaOH sebanyak 5 mL. Pengenceran larutan stok standar ASA dibuat dengan
memipet 0,3 mL larutan stok standar ASA ke dalam labu takar 10 mL, lalu
encerkan dengan larutan FeCl3 0,02 M hingga tanda batas. Kemudian, dipipet 1
mL ke dalam labu takar 10 mL dan encerkan dengan larutan FeCl3 0,02 M hingga
tanda batas. Kemudian, diukur dan dicatat absorbansi dari larutan tersebut pada
panjang gelombang 530 nm. Selanjutnya, ditentukan kadar aspirin dalam tablet
aspirin dengan menggunakan persamaan regresi linier yang didapat dari kurva
kalibrasi.

VI. Data Pengamatan dan Perhitungan


VI.1. Data Pengamatan
a. Larutan standar
λmaks = 526,8 nm
Amaks = 0,504
Konsentrasi Absorbansi
16 ppm 0,164
32 ppm 0,329
48 ppm 0,499
64 ppm 0,787
80 ppm 0,853

b. Larutan uji
Konsentrasi Absorbansi
43,594 0,476

VI.2. Perhitungan
a. Larutan standar
 Bobot Asam salisilat yang ditimbang = 160 gram
 Perhitungan konsentrasi

x = = 1600 ppm

 Pengenceran
V1 . N1 = V2 . N2 V1 . N1 = V2 . N2
0,1 . 1600 = 10 . N2 0,4 . 1600 = 10 . N2
N2 = 16 ppm N2 = 64 ppm

V1 . N1 = V2 . N2 V1 . N1 = V2 . N2
0,2 . 1600 = 10 . N2 0,5 . 1600 = 10 . N2
N2 = 32 ppm N2 = 80 ppm

V1 . N1 = V2 . N2
0,3 . 1600 = 10 . N2
N2 = 48 ppm
 Persamaan regresi
a = -0,024
b = 0,011
r = 0,987
y = bx + ab
y = 0,011x - 0,024
b. Larutan uji
 Kadar uji
y = absorbansi uji = 0,476

y = 0,011x – 0,024
0,0476 = 0,011x - 0,024
0,5 = 0,011 x
x = 45,455 ppm (Kadar Uji)
 Cara Kurva Kalibrasi
Kadar uji sebenarnya:

x x 45,55= 15151,67 ppm

= 151,517 mg/10 mL

Kadar uji per tablet:

= x Kadar uji sebenarnya

= x 151,517

= 75,759 mg/ tablet


Persen kadar:
% Kadar = x 100 %

= x 100 %

= 94,7 %
 Cara One Point

Cu = x Cs

= x 48 ppm

= 45, 787 ppm


Kadar uji sebenarnya:

x x 45,787 = 15262,33 ppm

= 152,62 mg/10 mL

Kadar uji per tablet:

= x kadar uji sebenarnya

= x 152,62

= 76,31 mg/ tablet


Persen kadar:

% Kadar = x 100 %

= x 100 % = 95,4 %

VII. Pembahasan
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu laju larutan berwarna pada
panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi
di fraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur
transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasarkan sumber cahaya yang
digunakan, yaitu Spektofotometri UV (Ultra Violet), spektrofotometri visible
(Sinar Tampak), spektrofotometer UV-Vis, dan Spektrofotometri IR (Inframerah),
memiliki prinsip kerja yang sama yaitu adanya interaksi antara materi materi
dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Perbedaannya terletak
pada panjang gelombang yang digunakan.
Spektrofotometri UV-Vis dapat digunakan baik untuk sampel yang
berwarna maupun tidak berwarna. Metode spektrofotometer UV-Vis lebih banyak
dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Konsentrasi dari analit
di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang
gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis yaitu suatu molekul yang dikenai
sinar dari sumber radiasi akan diteruskan menuju monokromator. Cahaya dari
monokromator di arahkan terpisah melalui sampel dengan sebuah cermin berotasi.
Detektor menerima cahaya dari sampel secara bergantian dan berulang, sinyal
listrik dari detektor diproses sehingga di dapatkan nilai absorbansi. Pada
percobaan kali ini dilakukan penentuaan kadar aspirin (asam asetil salisilat) di
dalam suatu sediaan farmasi dengan cara analisis kuantitatif. Aspirin merupakan
asam organik yang lemah, mengandung gugus kromofor yaitu karboksil (asam
karboksilat) dan benzene. Gugus kromofor pada aspirin merupakan gugus yang
dapat menghasilkan warna. Sesuai dengan literatur penentuan kadar aspirin
dilakukan pada panjang gelombang 530 nm. Akan tetapi dilakukan pemastian
kembali untuk penentuan panjang gelombang yang digunakan pada aspirin.
Setelah didapatkan panjang gelombang yang pasti, barulah dapat dilakukan
pemilihan metode yang akan digunakan. Pemilihan metode ini didasarkan pada
karakteristik dari aspirin. Karena aspirin memiliki gugus kromofor dan panjang
gelombang penyerapan cahayanya berada pada daerah visible yaitu 350 – 800
nm, maka dipilihlah metode spektrofotometri visible atau spektrofotometer berkas
tunggal dimana blanko dimasukkan atau disinari secara terpisah. Keuntungan alat
ini yaitu mempunyai sensitivitas yang relatif tinggi, pengerjaanya mudah sehingga
pengukuran yang dilakukan cepat, dan mempunyai spesifisitas yang baik.
Pada percobaan larutan standar, asam salisilat ditambahkan dengan NaOH
yang berfungsi sebagai penghidrolisa. Lalu, asam salisilat yang telah ditambahkan
NaOH tersebut dipindahkan ke labu takar untuk diencerkan menggunakan
aquadest, aquadest tersebut berfungsi untuk melarutkan sampel. Lalu dilakukan
beberapa seri pengenceran, pengenceran tersebut menggunakan FeCl3, FeCl3 akan
membentuk kompleks ungu dengan asam salisilat karena dalam gugus asam
salisilat terdapat atom O (nukleofil) dalam gugus OH akan menyerang atom Fe
dengan melepaskan atom H nya untuk membentuk ikatan O-FeCl2. Selain itu,
FeCl3 berfungsi menggeser dari UV ke visibel, sebagai blanko, dan kromotag.
Setelah diencerkan menggunakan FeCl3 lalu diukur absorbansi masing-masing
larutan, pengukuran tersebut dimulai dari konsentrasi yang paling encer.
Pengukuran dilakukan dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi untuk
memperkecil persentase kesalahan pengukuran. Karena jika dilakukan dari
konsentrasi tinggi, ditakutkan sisa larutan dari konsentrasi tersebut masih
menempel pada kovet, sehingga mempengaruhi hasil pengukuran.
Setelah dilakukan pengukuran absorbansi menggunakan alat
spektrofotometer UV-Vis, diperoleh panjang gelombang maksimum 526,8 nm.
Nilai tersebut sesuai literatur (Khopkar, 2010) penentuan kadar aspirin pada
panjang gelombang 530 nm. Kemudian diperoleh nilai absorbansi pada masing-
masing konsentrasi (ppm) berturut-turut yaitu 0,164; 0,329; 0,499; 0,787; dan
0,853. Nilai tersebut sesuai dengan rentang nilai absorbansi teoritisnya yaitu 0,2-
0,8 , walaupun pada konsentrasi 16 ppm kurang dari 0,2. Hal tersebut disebabkan
karena larutan yang terlalu encer.
Pada penetapan kadar aspirin dilakukan dengan menggunakan larutan uji
dan larutan standar. Pada pembuatan larutan standar baku pembanding yang
digunakan yaitu asam salisilat, sedangkan pada larutan uji digunakan tablet
aspirin, tujuan dibuat larutan standar dan uji adalah dengan membandingkan kadar
yang diperoleh keduanya sama atau tidak. Hal pertama yang dilakukan adalah
ditimbang tablet aspirin, kemudian dihaluskan dengan cara digerus didalam
mortar hingga hancur sempurna atau homogen, kemudian serbuk aspirin tersebut
ditimbang setara dengan 160 mg aspirin, sehingga serbuk yang ditimbang adalah
451,7 mg. serbuk dimasukan kedalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan NaOH,
tujuan ditambahkan NaOH adalah mengubah dari bentuk asetosal menjadi asam
salisiat, dan NaOH berfungsi juga sebagai penghidrolisa. Setelah itu larutan
kemudian dipanaskan pada Hotplate agar mempercepat serbuk dapat melarut
sempurna. Kemudian larutan dipipet sabanyak 1 mL kemudian dimasukan
kedalam labu ukur 10mL dan digenapkan menggunakan FeCl3. FeCl3 berfungsi
sebagai blanko dan kromotag (menghasilkan warna). FeCl3 pada aspirin tidak
membentuk kompleks berwarna ungu karena tidak memiliki gugus OH.
Sedangkan, FeCl3 digunakan sebagai blanko supaya alat spektrofotometer UV/Vis
mengenal matriks selain sampel sebagai pengotor. Kemudian setting blank
sehingga ketika pengukuran hanya sampel yang diukur absorbansinya. Sebelum
pengukuran absorbansi sampel/ standar, harus dilakukan blanko terlebih dahulu.
Selama proses pemeriksaan ini, bagian bening kuvet tidak boleh disentuh
oleh tangan karena sumber sinar akan diteruskan melalui bagian bening kuvet.
Jika bagian bening kuvet terkontaminasi oleh tangan, maka akan mempengaruhi
nilai absorbansi. Hal ini akan memungkinkan kesalahan dalam
menginterpretasikan data yang diperoleh. Prinsip penetapan kadar aspirin, dimana
terjadi reaksi pembentukan kompleks aspirin yang diencerkan dengan
penambahan basa kemudian terjadi reaksi hidrolisis yang cepat atau lambat
menjadi salisilat dan asetat tanpa tergantung pada konsentrasi ion OH. aspirin
yang terhidrolisis dengan katalis NaOH terurai menjadi salisilat dianion dan
asetat anion. Selanjutnya, senyawa asam salisilat bereaksi dengan larutan FeCl 3
sehingga atom -H terlepas menjadikan asam salisilat mengandung Fenol. maka
reaksi FeCl3 dengan asam salisilat akan membentuk kompleks ungu. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terbentuk senyawa kompleks dari Fe3+ dengan fenol.
Fenol merupakan senyawa yang mengandung gugus hidroksil yang terikat pada
karbon tak jenuh, sehingga dapat bereaksi dengan besi (III) klorida menghasilkan
larutan berwarna. Dengan membuat sederet larutan standar dengan konsentrasi
yang telah diketahui secara pasti. Selanjutnya diukur absorbansinya dan dibuat
kurva antara absorbansi dengan konsentrasi sehingga diperoleh garis
linear. Menurut hukum lambert beer, absorbansi berbanding lurus dengan
konsentrasi. Namun demikian pada kenyataannya penyimpangan sering terjadi.
Kurva kalibrasi menunjukkan hubungan antara konsentrasi larutan
(sumbu-x) dengan absorbansi larutan (sumbu-y) dari kurva standar dihasilkan
suatu persamaan yang di regresi linierkan, didapatkan persamaan y = 0,011x –
0,024 dengan regresi yang dihasilkan sebesar 0,987. Nilai ini menunjukkan
koefisien korelasi antara absorbansi dengan konsentrasi besar sehingga linearitas
dari kurva adalah baik. Dimana semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar
pula nilai absorbansinya
Setelah dihitung kadar larutan uji aspirin dengan mengukur absorbansi
setiap larutan pembanding dan larutan uji menggunakan kurva kalibrasi atau
persamaan garis dan didapatkan kadar uji per tablet sebesar 75,75 mg/tablet dan
%kadar sebesar 94,7%.
Selain menggunakan kurva kalibrasi dalam menghitung kadar sampel uji
asetosal, digunakan juga One Point Method yaitu dengan mengambil absorban
salah satu larutan standar yang kemudian digunakan untuk menghitung kadar
larutan (menggunakan rumus yang terlampir di data pengamatan). Absorban
larutan standar yang diambil atau dipilih yaitu absorbansi sebesar 0,499 dengan
konsentrasi sebesar 48 ppm. Dipilih absorbansi pada konsentrasi tersebut karena
nilai absorbansi uji aspirin yang sebesar 0,476 nilainya berdekatan dengan nilai
absorbansi pada konsentrasi larutan standar tersebut yaitu 0,499 sehingga
didapatkan konsentrasi larutan uji sebesar 45,787 ppm. Kemudian, sebelumnya
sudah dilakukan pengenceran dan dikonversi didapatkan hasil kadar uji
sebenarnya 152,62 mg/10 mL dan didapatkan kadar uji aspirin pertablet sebesar
76,31 mg/ tablet dengan %kadar sebesar 95,39%.
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan kadar uji aspirin menggunakan
kurva kalibrasi dan One Point Method, hasil keduanya menunjukkan masuk ke
dalam rentang tablet aspirin pada literatur. Dimana berdasarkan (Ditjen POM,
2014: 145) menyatakan bahwa tablet asam asetilsalisilat mengandung asam
asetilsalisilat tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%.
VIII. Kesimpulan
1. Berdasarkan pengujian analisis kualitatif asam salisilat dengan metode
spektrofotometri UV-Vis diperoleh panjang gelombang maksimum sebesar
526,8 nm dengan absorbansi 0,504.
2. Berdasarkan pengujian analisis kuantitatif tablet aspirin menggunakan
metode spektrofotometri yang dilakukan dengan dua cara yaitu kurva
kalibrasi dan one point method diperoleh kadar uji per tablet dan persen
kadar berturut-turut 75,759 mg/tablet dan 94,7% untuk cara kurva
kalibrasi serta 152,62 mg/tablet dan 95,4 % untuk one point method.
3. Mutu sediaan tablet asam asetilsalisilat memenuhi syarat, yaitu
mengandung asam asetilsalisilat tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 110,0%.

DAFTAR PUSTAKA

Day, R. A. Underwood, A.L. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.


Penerbit Erlangga: Jakarta.
Ditjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope
Indonesia, edisi V. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Gandjar, Prof. Dr. Ibnu Gholib, DEA., Apt dan Rohman, Abdul, M. (2007). Kimia
Farmasi Analisis. Pustaka Belajar: Yogyakarta.
Khopkar, S. M. (2010). Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia
Press: Jakarta.
Krishnaiaha, V., dan Reddy, Y. V. Rami. (2012). Development and validation of
HPLC method for the simultaneous determination of aspirin. Journal of
Chemical and Pharmaceutical Research, Vol.4, No.3.
R. S. Murthy., Kumar, Maram Ravi., Mallu, Useni Reddy., dan Bapatu, Hanimi
Reddy. (2012). A Simple RP- HPLC Method Simultaneous Analysis of
Aspirin, Atenolol, Hydrochlorothiazide. Ramipriland: and Simvastatin in
Pharmaceutical Solid Dosage Form, International Journal of Science
Innovations and Discoveries, Vol. 2, No.1.
Skoog, D. A., F. J. Holler and T. A. Nieman. (1998). Principles of Instrumental
Analysis,5th edition. Saunders College Publishing: USA.
Sudjadi dan Abdul Rohman. (2004). Analisis Obat dan Makanan. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai