Anda di halaman 1dari 28

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

EMULSI
Disusun oleh :
Kelompok 6
Diah Siti Fatimah 260110160041
Shella Widiyastuti 260110160042
Shinta Lestari 260110160046
Indah Pertiwi 260110160049
Hanifah Kamilah Asshidiq 260110160065
Meidiana Putri Widyapuri 260110160073
Dwi Prihastuti 260110160077
DEFINISI TIPE EMULSI

TUJUAN
EVALUASI SEDIAAN
PEMAKAIAN EMULSI

TEORI TERBENTUKNYA
CONTOH SEDIAAN
EMULSI

CARA MEMBEDAKAN TIPE


KESTABILAN EMULSI
EMULSI
EMULSI
CARA KEUNTUNGAN
PEMBUATAN DAN KERUGIAN

FORMULA

BAHAN-BAHAN
PENGEMULSI ALAT

HAL YANG HARUS


SYARAT EMULSI
DIPERHATIKAN
KRITERIA BAHAN
2
DEFINISI

3
TIPE EMULSI

4
SYARAT EMULSI

5
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

6
TUJUAN PEMAKAIAN EMULSI

7
TEORI TERBENTUKNYA EMULSI

8
CARA MEMBEDAKAN TIPE EMULSI

1. Pengenceran fase 2. Pewarnaan


Diencerkan sesuai Zat warna akan tersebar merata
fase eksternalnya. jika larut dalam fase
eksternalnya.
Emulsi o/w oleh air
Emulsi + lar. Sudan III =
Emulsi w/o oleh
merah (tipe w/o, karena
minyak
sudan III larut dalam
minyak)
Emulsi + lar. Metilen blue = Syamsuni, 2006
biru (tipe o/w, karena
metilen blue larut dalam air ) 9
Cont

3. Kertas saring 4. Konduktivitas Listrik


Emulsi diteteskan ke Alat : kawat dan stop kontak, kawat (k ) watt dan neon
kertas saring, terjadi : watt.
Noda minyak = tipe Hubungkan secara seri
w/o
Jika elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi o/w =
Basah merata = neon nyala
tipe o/w
Jika elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi w/o =
neon mati

Syamsuni, 2006 10
KEUNTUNGAN
1. Tipe emulsi minyak dalam air memungkinkan mempunyai rasa yang lebih enak (Ansel, 1989).
2. Beberapa bahan obat menjadi lebih mudah diabsorpsi bila obat-obat tersebut diberikan secara
oral dalam bentuk emulsi (Lachman, dkk., 1994).
3. Pengguanaan emulsi pada sediaan topical contohnya kosmetik lebih baik karena cepat dan
mudah dalam penyebaranya dan sempurna pada area yang digunakan (Martin, dkk., 1993).
4. Emulsi memiliki derajat elegansi tertentu dan mudah dicuci bila diinginkan (Lachman, dkk.,
1994).
5. Pembuatan emulsi juga dapat memengontrol viskositas dan derajat kekasaran (greasiness)
dari emulsi dan kosmetik maupun emulsi dermatologis (Lachman, dkk., 1994).

11
KERUGIAN

1. Suatu emulsi dapat mengalami flokulasi dan creaming, penggabungan


dan pemecahan, berbagai jenis perubahan kimia dan fisika dan
perubahan fase (Martin, dkk, 1993).
2. Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air
mempermudah pertumbuhan mikroorganisme (Dirjen POM, 1995).
3. Kerusakan yang lebih besar dari pada creaming dari suatu emulsi adalah
penggabungan bulatan-bulatan fase dalam dan pemisahan fase menjadi
suatu lapisan (Ansel, 1989).

12
ALAT

13
KRITERIA BAHAN

14
BAHAN-BAHAN PENGEMULSI

15
FORMULA

16
CARA PEMBUATAN
Metode Gom Kering Metode Gom Basah (Inggris) Metode Botol (Botol Forbes)
(Kontinental)
Zat pengemulsi ditambahkan Digunakan untuk minyak
Zat pengemulsi dicampur ke dalam air agar membentuk menguap, zat bersifat minyak
dengan minyak terlebih musilago, perlahan dan viskositas rendah. Serbuk
dahulu, kemudian ditambah tambahkan minyak gom dimasukkan ke dalam
air untuk membentuk dicampurkan untuk botol kering, ditambhakan 2
korpus emulsi, lalu membentuk emulsi, bagian air, botol ditutup, lalu
diencerkan dengan sisa air. kemudian diencerkan dengan campuran dikocok kuat.
sisa air. Tambahkan sisa air sambal
dikocok.
(Syamsuni, 2006)
17
KESTABILAN EMULSI

18
Creaming Koalesensi dan Flokulasi
cracking (breaking)
Terpisah menjadi 2 Peristiwa
lapisan (mengandung Pecahnya emulsi terbentuknya
fase disper lebih karena film yg meliputi kelompok-kelompok
banyak dari lapisan partikel rusak dan globul yang yang
lain), bersifat butir minyak akan posisinya tidak
reversible. koalesensi (menyatu), beraturan
bersifat irreversible.
reversible
Creaming akibat
perbedaan konsentrasi
Syamsuni, 2006 19
CONTOH SEDIAAN
Champs Scotts Emulsion
Emulsion Emulsion Big
Fish

20
CONTOH SEDIAAN (Cont.)
Laxadine
ELKANA CL
Kompolax Emulsi

21
CONTOH SEDIAAN (Cont.)
Cleansing Cream
Lotion
Shampoo

22
EVALUASI SEDIAAN
EVALUASI FISIK

24
EVALUASI KIMIA

25
EVALUASI BIOLOGI

26
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI


Press.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.
Lachman, L., Herbert, A.L., Joseph, K.N., 1994. Teori dan Praktik
Farmasi Industri 2. Jakarta: UI Press.
Martin, A., James, S., ArthurC. 1993. Farmasi Fisik II. Jakarta: UI
Press.
Syamsuni, H. A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : EGC

27
28

Anda mungkin juga menyukai