Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kaitan antara polaritas eluen dengan harga Rf
Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak sterol yang ditemukan pada
membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah. merupakan sejenis lipid yang
merupakan molekul lemak atau yang menyerupainya. Kolesterol ialah jenis khusus lipid
yang disebut steroid. Steroids ialah lipid yang memiliki struktur kimia khusus. Struktur
ini terdiri atas 4 cincin atom karbon. Steroid lain termasuk steroid hormon seperti kortisol,
estrogen, dan testosteron. Nyatanya, semua hormon steroid terbuat dari perubahan
struktur dasar kimia kolesterol.(Simanjuntak, 2004)
KLT merupakan contoh dari kromatografi adsorpsi. Fase diam berupa padatan dan f
ase geraknya dapat berupa cairan dan gas. Zat terlarut yang diadsorpsi oleh permukaan
partikel padat. Prinsip KLT adalah adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah penyerap
an pada pemukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau kemampuan suatu zat yan
g ada dalam larutan untuk berpisah kedalam pelarut yang digunakan. Kecepatan gerak se
nyawa-senyawa ke atas pada lempengan tergantung pada (Soebagio,2002).
Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut, hal ini bergantung pada bagaimana be
sar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut. Bagaimana senyawa melek
at pada fase diam, misalnya gel silika. Hal ini tergantung pada bagaimana besar atraksi a
ntara senyawa dengan gel silika. Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yang d
ilapisi dengan adsorben seperti silika gel, aluminium oksida (alumina) maupun selulosa.
Adsorben tersebut berperan sebagai fasa diam Fasa gerak yang digunakan dalam KLT se
ring disebut dengan eluen. Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas senyawa dan biasa
nya merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda polaritas, sehingga didapatkan p
erbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih dengan cara trial and error. Kepolaran eluen san
gat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang diperoleh (Gandjar,2007).
Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal terseb
ut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel. Se
nyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah, begit
u juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebi
h polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah.
Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakuka
n adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya (Gandjar, 2007).
KLT digunakan pada pemisahan zat secara cepat dengan menggunakan zat penyerap
berupa serbuk halus yang dilapiskan sama rata pada lempeng kaca. Pemisahan didasarkan
pada penyerapan, pembagian atau gabungannya, tergantung dari jenis zat penyerap dan ca
rapembuatan lapisan zat penyerap dan jenis pelarut. Harga Rf yang diperoleh pada KLT ti
dak tetap jika dibandingkan dengan yang diperoleh pada kromatografi ketas. Karena itu p
adalempeng yang sama disamping kromatogram dari zat yang diperiksa perlu dibuat krom
atogram zat pembanding kimia, lebih baik dengan kadar yang berbeda-beda. Perkiraan ide
ntifikasi diperoleh dengan pengamatan 2 bercak dengan harga Rf dan ukuran yang lebih k
urang sama. (Gandjar, 2007).
Etil asetat
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak
beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan hidrogen yang
lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang
bersifat asam yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti flor, oksigen,
dan nitrogen. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air
hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih
tinggi. Namun, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam.
(Gritter,1991)
Kloroform
Metanol
2.4 Harga Rf
Nilai Rf didefinisikan sebagi perbandingan jarak yang ditempuh oleh senyawa pada
permukaan fase diam dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut sebagai fase
gerak. Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya
senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. Saat membandingkan dua sampel
yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila
senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat
kromatografi lapis tipis ( Handayani, 2008).
Rumus Rf:
Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut
dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel.
Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah,
begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang
lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang
rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus
dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya (Ewing Galen Wood,
1985).
Kemampuan suatu analit terikat pada permukaan silika gel dengan adanya pelarut
tertentu dapat dilihat sebagai pengabungan 2 interaksi yang saling berkompetisi. Pertama,
gugus polar dalam pelarut dapat berkompetisi dengan analit untuk terikat pada permukaan
silika gel. Dengan demikian, jika pelarut yang sangat polar digunakan, pelarut akan
berinteraksi kuat dengan permukaan silika gel dan hanya menyisakan sedikit tempat bagi
analit untuk terikat pada silika gel. Akibatnya, analit akan bergerak cepat melewati fasa
diam dan keluar dari kolom tanpa pemisahan. Dengan cara yang sama, gugus polar pada
pelarut dapat berinteraksi kuat dengan gugus polar dalam analit dan mencegah interaksi
analit pada permukaan silika gel. Pengaruh ini juga menyebabkan analit dengan cepat
meninggalkan fasa diam. Kepolaran suatu pelarut yang dapat digunakan untuk
kromatografi dapat dievaluasi dengan memperhatikan tetapan dielektrik (ε) dan momen
dipol (δ) pelarut. Semakin besar kedua tetapan tersebut, semakin polar pelarut tesebut.
Sebagai tambahan, kemampuan berikatan hidrogen pelarut dengan fasa diam harus
dipertimbangkan. (Underwood, 1999).
Alat
Pipet kapiler
Plat KLT (4)
Cawan porselen
Pipet tetes
Bahan
Larutan kolesterol
Kloroform
n-Heksan
Etil asetat
Metanol
Penampak noda anisaldehida asam sulfat
III.Hasil
Perhitungan nilai Rf :
6,2
- Plat 1 : = 0,78
8
3
- Plat 2 : 8 = 0,38
6,7
- Plat 3 : = 0,84
8
4,5
- Plat 4 : = 0,56
8
Harga konstanta dielektrik campuran eluen
- Eluen 1 = n-heksane 50% KD:2,00 : Etil asetat 50% KD: 6,00
(50𝑋2,00)+(50𝑋6,00)
KD = = 4,00
100
- Eluen 2 = n-heksan 80% KD: 2,00 : Etil asetat 20% KD : 6,00
(80𝑋2,00)+(20𝑋6,00)
KD = = 2,80
100
- Eluen 3 = Kloroform 80% KD: 4,8 : Metanol 20% KD : 33,1
(80𝑋4,8)+(20𝑋33,0)
KD = = 10,46
100
- Eluen 4 = Kloroform 80% KD: 4,8 : Etil asetat 20% KD : 6,00
(80𝑋4,8)+(20𝑋6,00)
KD = = 5,04
100
Setelah dieluasi sinar UV 365 Setelah di eluasi Sinar UV 254
1 2 3 4 3 4
1 2
2 3 4
1
Ewing, Galen Wood. 1985. Instrumental of Chemical Analysis Fifth edition. McGraw-Hill.
Singapore
Fessenden R.J dan J.S Fessenden., 2003, Dasar-dasar kimia organik. Jakarta, Erlangga
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman., 2007,Kimia Farmasi Analisis, pustaka pelajar,
yogyakarta
Gritter, G.dkk.1991. Pengantar Kromatografi, Bandung: Penerbit ITB
Soebagio., 2002, Kimia Analitik, Universitas Negeri Makassar Fakultas MIPA, Makassar.
Simanjuntak, jojo.2004. Intisari Kimia Farmasi Edisi II. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Underwood.1999.Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi VI. Erlangga. Jakarta.
JURNAL PRAKTIKUM
TUGAS VI
Disusun Oleh :
NIM : 201510410311002
Kelompok :6
Kelas : Farmasi A
2018
Semprot penampak
noda anisaldehid
asam sulfat
Dihitung Rf
masing-masing
plat
Panaskan 100o C ad
timbul noda merah
ungu/ungu.