Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kaitan antara polaritas eluen dengan harga Rf.
6.2.
Tinjauan Pustaka
Pemberian
: Lembaran atau butiran ; putih atau agak kuning ; hampir tidak berbau.
Kelarutan
Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak sterol yang ditemukan pada
membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah. Merupakan sejenis lipid yang
merupakan molekul lemak atau yang menyerupai, kolestrrol ini ialah jenis khusus lipid
yang disebut steroid. Steroid adalah lipid yang memilki struktur kimia khusus. Steroid
ini terdiri dari 4 cincin atom karbon.
6.2.2 Larutan Eluen
Kloroform
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3). Kloroform dikenal
karena sering digunakan sebagai bahan pembius, akan tetapi penggunaanya sudah
dilarang karena telah terbukti dapat merusak liver dan ginjal.Kloroform kebanyakan
digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium. Wujudnya pada suhu ruang
berupa cairan bening, mudah menguap, dan berbau khas.
Kloroform (FI III halaman 151)
Kloroform CHCl3
BM
: 119,38
A. Tidak dapat terbakar : uapnya dalam nyala bunsen memberikan nyala berwarna
hijau dan menghasilkan uap berbau khas.
B. Hangatkan 1 tetes dengan 1 tetes anilina P dan 1 ml larutan natrium hidroksida P
8% b/v terjadi fenilkarbilamin yang berbau khas dan beracun.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik tersumbat kaca , terlindung dari cahaya.
Khasiat
: sebagai anastetikum umum, pengawet dan zat tambahan.
Etil Asetat
Etil Asetat (HPE ,6th ed p : 253)
Ethyl acetate C4H8O2 BM : 88,1
Struktur :
Dalam sediaan farmasi, etil asetat terutama digunakan sebagai pelarut, meskipun juga
telah digunakan sebagai perasa dalam makanan. Sebagai pelarut, termasuk dalam
topikal dan gel, dan dimakan tinta cetak yang digunakan untuk tablet. Etil asetat juga
telah terbukti meningkatkan kelarutan klortalidon dan memodifikasi bentuk kristal
polimorfik untuk memperoleh piroksikam pivalat, asam mefenamat, dan flukonazol.
Etil asetat adalah, tidak berwarna, cairan yang mudah menguap dengan aroma
buah, harum, dan bau sedikit acetous, dan memiliki rasa yang menyenangkan bila
diencerkan. Etil asetat mudah terbakar.
Kelarutan
: 1 bagian larut dalam 10 bagian air pada 25C ; etil asetat lebih larut
dalam air pada suhu yang lebih rendah dari pada suhu yang lebih
tinggi. Larut dengan aseton , kloroform , diklorometana , etanol ( 95
%) , dan eter , dan dengan sebagian besar cairan organik lainnya.
Etil asetat harus disimpan dalam wadah kedap udara , dilindungi dari cahaya dan
pada suhu yang tidak melebihi 30C . Etil asetat perlahan-lahan terurai oleh air dan
menjadi asam. Etil asetat digunakan dalam makanan , dan farmasi oral dan formulasi
topikal . Ethyl acetate umumnya dianggap srelatif tidak beracun dan bahan nonirritant
bila digunakan sebagai eksipien . Namun , etil asetat mungkin dapat mengiritasi selaput
lendir dan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat . Potensi
gejala paparan yang lama termasuk iritasi dari mata , hidung , dan tenggorokan ,
pembiusan, dan dermatitis.
Metanol
Metanol yang dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus, adalah
senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Ia merupakan bentuk alkohol paling
sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap,
tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih
ringan daripada etanol). metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut,
bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industri.
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil
proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa
hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar matahari
menjadi karbon dioksida dan air.
n-Heksan
Heksana (n-heksana) adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia
C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3). Awalan heksmerujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran ana berasal
dari alkana, uang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon
tersebut. Seluruh isomer heksana amat tidak reaktif, dan sering digunakan sebagai
pelarutorganik yang inert. Heksana juga umum terdapat pada bensin dan lem sepatu,
kulit dan tekstil. Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna
yang tidak larut dalam air.
6.2.3 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
(Sholeh, 2009)
Nilai Rf didefinisikan sebagi perbandingan jarak yang ditempuh oleh senyawa
pada permukaan fase diam dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut sebagai fase
gerak. Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya
senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. Saat membandingkan dua sampel
yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila
senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat
kromatografi lapis tipis ( Handayani, 2008).
Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal
tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam
sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang
rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar.
Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan
nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu
tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya
(Ewing Galen Wood, 1985).
Ada beberapa faktor yang menentukan harga Rf yaitu (Underwood, 1999):
1. Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan yang
sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahan-perubahan
harga Rf.
2. Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran.
3. Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari
atmosfer jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen
pelarut dari kertas. Jika bejana besar digunakan, ada tendensi perambatan lebih
lama, seperti perubahan komposisi pelarut sepanjang kertas, maka koefisien
partisi akan berubah juga. Dua faktor yaitu penguapan dan kompisisi
mempengaruhi harga Rf.
4. Kertas, pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan
serapan, yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi
kecepatan aliran juga mempengaruhi kesetimbangan partisi.
5. Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi diantara volumevolume yang sama dari fasa tetap dan bergerak. Mereka hampir selalu
mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu terhadap lainnya hingga terhadap
harga Rf mereka.
Kemampuan suatu analit terikat pada permukaan silika gel dengan adanya pelarut
tertentu dapat dilihat sebagai pengabungan 2 interaksi yang saling berkompetisi.
Pertama, gugus polar dalam pelarut dapat berkompetisi dengan analit untuk terikat pada
permukaan silika gel. Dengan demikian, jika pelarut yang sangat polar digunakan,
pelarut akan berinteraksi kuat dengan permukaan silika gel dan hanya menyisakan
sedikit tempat bagi analit untuk terikat pada silika gel. Akibatnya, analit akan bergerak
cepat melewati fasa diam dan keluar dari kolom tanpa pemisahan. Dengan cara yang
sama, gugus polar pada pelarut dapat berinteraksi kuat dengan gugus polar dalam analit
dan mencegah interaksi analit pada permukaan silika gel. Pengaruh ini juga
menyebabkan analit dengan cepat meninggalkan fasa diam. Kepolaran suatu pelarut
yang dapat digunakan untuk kromatografi dapat dievaluasi dengan memperhatikan
tetapan dielektrik () dan momen dipol () pelarut. Semakin besar kedua tetapan
tersebut, semakin polar pelarut tesebut. Sebagai tambahan, kemampuan berikatan
hidrogen pelarut dengan fasa diam harus dipertimbangkan (Tim Penyusun, 2010).
6.3.
Bahan
Kolesterol
Gelas Ukur
Kloroform
Batang pengaduk
Etil Asetat
Cawan penguap
N-heksana
Chamber
metanol
Plat KLT
Pipet
Pipet mikro
6.4.
Prosedur Kerja
1. Larutkan sedikit kolesterol kedalam kloroform.
2. Totolkan pada 4 plat KLT( kiesel gel 254)
3. Siapkan 4 macam eluen (fase gerak) yaitu :
n-heksan-etil asetat (1:1)
n-heksan-etil asetat (4:1)
kloroform-metanol (4:1)
kloroform:etil asetat (4:1)
4. Elusi 4 plat KLT tersebut dengan eluen yang dibuat
5. Semprot dengan penampak noda anisaldehida asam sulfat
6. Panaskan 1000C sampai timbul noda berwarna merah/ungu
7. Hitung harga Rf pada masing-masing plat KLT
8. Diskusikan, mengapa harga Rf pada masing-masing plat berbeda.
6.5.
Skema Kerja
Kloroform : Metanol
(4 : 1)
n-Heksana : EA
(4 : 1)
Totolkan pada 4
Plat KLT
Siapkan 4
macam eluen
n-Heksana : EA
(1 : 1)
Kloroform : EA
o
Panaskan 100 C
(hingga timbul noda
merah ungu/ungu)
Semprot dengan
penampak noda
anisaldehid
asam sulfat
Hitung harga
Rf
6.6.
Hasil Praktikum
Konstanta dielektrik pelarut (eluen)
Eluasi 4 Plat
KLT
(4 : 1)
Metanol
: 33,0
Etil asetat
: 6,0
Kloroform
: 4,8
n-Heksana
: 2,0
( 2 x 1 ) +(6 x 1)
2
=4
( 2 x 4 ) +(6 x 1)
5
= 2,8
( 4,8 x 4 ) +(33 x 1)
5
= 10,44
( 4,8 x 4 ) +(6 x 1)
5
= 5,04
6,5
8
= 0,8125
2,2
8
= 0,2750
7,8
8
= 0,9750
4,7
8
= 0,5875
6.7.
Pembahasan
Dalam percobaan ini digunakan beberapa macam perbandingan kombinsai eluen
antara n-Heksan, Etil Asetat, Kloroform dan metanol. Hal
ini1,2,3
dikarenakan
dapat
Plat
&4 setelahagar
di eluasi
dan di beri
penampak noda dilihat di dan di hitung nilai Rfny
diketahui kepolaran yang tepat untuk pemisahan senyawa
fitokimia yang diinginkan.
Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam mencampur fase gerak adalah hanya
pelarut yang memepunyai kepolaran yang sama yang dapat dicampur.
Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu.
Penggunaan eluen yang berbeda-beda bertujuan untuk membandingkan polaritas eluen
dari harga Rf yang didapatkan. Rf merupakan faktor yang digunakan untuk mengetahui
perpindahan senyawa yang asli dengan jarak pelarut yang sesungguhnya. Nilai Rf selalu
bergantung pada penampak noda yang dihasilkan dan selalu berbentuk perbandingan.
Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang
rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fase diam bersifat polar.
Senyawa yang lebih besar polar akan tertahan kuat pada fase diam, sehingga
menghasilkan nilai Rf yang rendah. Nilai Rf pada KLT yang bagus berkisar antara 0,2
sampai dengan 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi
kepolaran eluen dan sebaliknya.
Pada identifikasi noda atau penampak noda, jika noda sudah berwarna dapat
langsung diidentifikasi dan ditentukan harga Rf. Faktor yang mempengaruhi gerak dan
harga Rf, yaitu :
Sifat dari penyerap dan derajat aktivitas
Stuktur kimia dari senyawa dipisahkan
Kerapan dari satu pasang penyerap
Pelarut (derajat kemurnian) fase gerak.
Telah disebutkan bahwa polaritas sampel dan laju pergerakan berbanding terbalik.
Semakin tinggi polaritasnya maka makin lambat pula pergerakannya. Sedangkan bila
dilihat dari pengaruh eluen yang digunakan semakin tinggi polaritas eluen maka nilai Rfnya juga semakin tinggi. Bila polaritas eluen rendah maka nilai Rf-nya juga semakin
rendah.
6.8.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Nilai Rf yang tertinggi adalah yang paling polar dan nilai Rf yang terendah
adalah yang plaing non-polar.
Nilai Rf tertinggi dan paling polar adalah kloroform : metanol (4 : 1 ) yakni
0,9750
Nilai Rf terendah dan paling non-polar adalah n-Heksan : Etil Asetat (4 :1).yakni
0,2750
DAFTAR PUSTAKA
Edge, S., Kibbe, A.H., and Shur, J., 2009, , Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6 th
Edition, 364-369, Pharmaceutical Press, London.
Ewing, Galen Wood. 1985. Instrumental of Chemical Analysis Fifth edition. McGraw-Hill.
Singapore.
Farmakope Indonesia 1979, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Farmakope Indonesia 1995, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Handayani, 2008. Sintesis Senyawa Flavonoid--Glikosida secara Reaksi Transglikosilasi
Enzimatik dan Aktivitasnya sebagai Antioksidan. Vol. 9, No. 1, Januari 2008, hal. 1-4
Underwood, AL dan JR. Day R.A. 1988. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keempat. Jakarta:
Erlangga