Anda di halaman 1dari 22

A.

Judul Percobaan
Isolasi Piperin dari Lada dan Sifat Kimia Piperin

B. Tujuan Percobaan
Pada akhir percobaan ini mahasiswa diharapkan mengetahui:
1. Prinsip isolasi senyawa organik dari bahan alam, khususnya senyawa
alkaloid.
2. Teknik isolasi dalam bahan alam ekstraksi kontinyu, pemisahan lainnya,
dan cara pemurniannya.
3. Mengenal sifat-sifat kimia piperin berdasarkan struktur dan hasil
degradasinya.

C. Landasan Teori
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organic yang terbanyak
ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan-tumbuhan
dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid
mengandung paling sedikit sebuah atom nitrogen yang biasanya bersifat basa,
dan dalam sebagian besarnya atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin
heterosiklik. Batasan mengenal alkaloid seperti dinyatakan diatas perlu
digunakan secara hati-hati, karena banyak senyawa heterosiklik nitrogen lain,
yang ditemukan di alam yang bukan termasuk golongan alkaloid. Misalnya,
senyawa-senyawa pirimidin, pteridin, dan sam nukleat yang tidak pernah
dinyatakan sebagai alkaloid (Achmad, 1986: 47).
Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai
kegiatan fisiologi yang menonjol; jadi digunakan secara luas dalam bidang
pengobatan. Alkaloid biasanya tanwarna, sering kali bersifat optis aktif,
kebanyakan berbentuk Kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan
(misalnya nikotina) pada suhu kamar. Prazat alkaloid yang paling umum
adalah asam amino, meskipun, sebebnarnya, biosintesis kebanyakan alkaloid
lebih rumit. Secara kimia alkaloid merupakan suatu golongan heterogen. Ia
berkisar dari senyawa sederhana seperti komina, yaitu alkaloid utama Conium
maculatum, sampai struktur pentasiklik seperti strikhnina, yaitu racun kulit
Strychnos (Harborne, 1987: 234).
Alkaloid seperti golongan senyawa lainnya, tidak mempunyai atau
memiliki tatanama sistematik, misalnya kuinin, morfin, dan striknin. Hampir
semua atau sebagian nama trivial ini diberi nama akhiran –in yang mencirikan
alkaloid, sama seperti akhiran –osa yang mencirikan karbohidrat. Oleh karena
itu, dalam mempelajari olmu kimia alkaloid perhatian seyogianya ditujukan
kepada ciri-ciri strutur dan kereaktivannya, dan bukan menghafalkan nama
masing-masing senyawa. Dibandingkan dengan steroid dan flavonoid yang
mempunyai jenis struktur dasar yang relative terbatas, alkaloid mempunyai
struktur yang banyak jenisnya. Oleh karena itu, klasifikasi alkaloid yang
didasarkan pada strukturnya, dan dengan tegas dapat membedakan suatu jenis
tertentu dari jenis lainnya, sukar dilakukan (Achmad, 1986: 48).
Menurut Sastrohamidjojo (1996:208-209) alkaloid mempunyai sifat
fisika dan kimia yaitu:
1. Sifat-sifat fisika
Kebanyakan alkaloid telah diisolasi berupa padatan Kristal dengan titik
lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid
yang berbentuk amorf, dan beberapa seperti nikotin (20) dan konini (21)
berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa
senyawa yang kompleks, spesies aromatic berwarna (contoh, berberin (22)
alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudo-
dan protoalkaloid larut dalam air.
2. Sifat-sifat kimia
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada
adanya pasangan electron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang
berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan electron, sebagai gugus
alkil, maka ketersedian electron pada nitrogen naik dan senyawa lebih
bersifat basa. Hingga trietilamin (24) lebih basar dari pada dietilamin (25)
dan senyawa (25) lebih basa daripada etilamin (26). Sebaliknya, bila gugus
fungsional yang berdekatan bersifat menarik electron (contoh, gugus
karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh
yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam.
Piperin adalah senyawa organik bahan alam yang termasuk dalam
golongan turunan piridin. Terdapat dalam tanaman lada hitam (Piper
ningrum), dalam jumlah cukup banyak. Mempunyai bau yang khas dan tajam,
rasa pedas membakar lidah. Sifat racun alkaloid ini paling kecil dibandingkan
sebagian besar alkaloid lainnya (Tim Dosen, 2019: 26)
Piridina (pyridine) memiliki struktur yang mirip dengan benzene,
kecuali bahwa satu unit CH digantikan oleh satu atom nitrogen. Gambaran
orbital untuk benzena dan piridina adalah mirip. Atom nitrogen, seperti halnya
karbon, terhibridisasi sp2, dengan satu electron dalam orbital p tegak lurus
pada bidang cincin.

H H

H NH

H H
Jadi, nitrogen menyumbang satu electron pada enam electron yang
membentuk awan pi aromatic di atas dan di bawah bidang cincin. Sebaliknya,
pasangan electron bebas pada nitrogen terletak pada bidang cincin (seperti
ikatan C-H) dalam orbital sp2. Piridina ialah hibrid resonansi dari struktur
tipe-kekule.

N N N

Berhubung kemiripan ikatannya, bentuk piridina menyerupai benzena.


Bentuknya planar, dengan geometri nyaris heksagonal sempurna,senyawa ini,
aromatik (Hart, 2003: 411).
Struktur piperin sangat menarik karena terdiri dari banyak gugus
fungsional dan system konyugasinya.
O
N
O
O
(2E,4E)-5-(1,3-benzodioxol-5-yl)-1-(piperidin-1-yl)penta-2,4-dien-1-one

Hdirolisis terhadap piperin (C17H19O3N) dalam suasana asam, akan


menghasilkan piperidin (C5H10NH) dan asam tak jenuh piperat. Dalam
percobaan ini akan dicoba menghidrolisis piperin dan mengisolasi piperidin
sebagai hasil degradasi. Sifat kimia piperin sangat menarik, secara
keseluruhan merupakan amida asam, sedangkan masing-masing gugus bila
menunjukkan sifat kimia tersendiri misalnya ketakjenuhan, karbonil dan
epoksi (Tim Dosen, 2019: 26-27).
Sifat-sifat fisika alkaloid, yaitu kebanyakan alkaloid tidak berwarna,
tetapi beberapa senyawa yang kompleks, spesies aromatik berwarna. Pada
umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik. Sedangkan
sifat kimia alkaloid kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut
tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen. Jika gugus
fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron,
sebagai contoh gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan
senyawa lebih bersifat basa. Sebaliknya, bila yang gugus fungsi fungsional
yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh gugus karbonil), maka
ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan
alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh adalah
senyawa yang mengandung gugus amida (Sastrohamidjojo, 1996: 208-209).
Karena regangnya cincin beranggota tiga, epoksida jauh lebih reaktif
dari pada eter biasa dan menghasilkan produk dengan cincin yang telah
terbuka. Contohnya, dengan air,epoksida menjalani pembukaan cincin
berkataliskan asam, menghasilkan glikol. Ingat bahwa pengolahan alkena
denganKMnO4 basa juga menghasilkan glikol.
+
H
H2C CH2 H2C CH2
O + H OH
OH OH
Dengan cara ini, sekitar 4 miliar kg etilena glikol diproduksi setiap tahun di
AS saja. Sekita rsetengahnya digunakan dalam system pendingin mobil sebaga
ainti beku, Kebanyakan dari sisanya digunakan untuk membuat serat poliester.
Nukleofili lain mengadisi epoksida dengan cara yang serup menghasilkan
2_metoksietanol dan dietilena glikol. 2- Metoksietano ialah aditif untuk bahan
bakar jet; digunakan agar air tidak membeku dalam saluran bahan bakar.
Karena tergolong alcohol dan eter sekaligus, senyawa ini larut dalam air
maupun pelarut organik. Dietilena glikol berguna sebagai pemlastis
(pelembut) dalam gasket sumbat dan ubin (Hart, 2003: 261-262).
Pada skala pemanasan yang sama, waktu refluks yang paling singkat
terjadi pada pelarut n-heksana. Senyawa ini memiliki titik didih yang paling
rendah dibandingkan etanol dan aseton. Aseton dalam keadaan murni memang
memiliki titik didih yang lebih rendah. Selama proses ekstraksi berlangsung,
temperatur yang terbaca pada termometer akan sedikit meningkat karena
semakin lama jumlah minyak dalam labu meningkat. Hal ini dicegah dengan
penggunaan pelarut dalam perbandingan yang besar terhadap massa biji yang
akan diekstraksi. Warna kuning larutan di labu bundar paling tua ketika
digunakan pelarut etanol, disusul oleh aseton, dan yang paling muda adalah n-
heksana. Etanol merupakan senyawa pengekstrak zat warna yang baik. Oleh
karena itu, pelarut ini menghasilkan warna larutan yang lebih tua. Etanol dan
aseton termasuk senyawa yang cenderung polar sehingga mudah larut dalam
air atau air mudah larut dalam aseton dan etanol. Oleh karena itu, nilai kadar
air dari minyak hasil ekstraksi Soxhlet aseton dan etanol lebih tinggi
dibandingkan pelarut n-heksana (Arlene, 2013: 7-9).
Banyak alkaloid bersifat terpenoid dan beberapa (misalnya solanina
alkaloid-alkaloid kentang, solamun tuberosum) sebaiknya ditinjau dari segi
biosintesis sebagai terpenoid termodifikasi. Yang lainnya terutama berupa
senyawa aromatic (misalnya kolkhisina, alkaloid tropolon umbi ‘crocus
musim gugur’) yang mengandung gugus basa sebagai rantai samping. Banyak
sekali alkaloid yang khas pada suatu suku tumbuhan atau beberapa tumbuhan
sekerabat. Jadi, nama alkaloid sering kali diturunkan dari sumber tumbuhan
penghasilnya, misalnya alkaloid atropa atau alkaloid tropana, dan sebagainya.
Untuk menggambarkan keperiadaanya secara alamiah, beberapa alkaloid yang
lebih umum dikemukakan, berkaitan dengan penemuannya dalam tumbuhan
tertentu (Harborne, 1987: 236).
Isolasi dalam bahan alam dapat menggunakan beberapa teknik, salah
satunya adalah ekstraksi. Ekstraksi merupakan teknik pemisahan campuran
berdasarkan perbedaan kelarutan. Terdapat dua tipe ekstraksi pelarut yaitu
ekstraksi padat-cair dan cair-cair. Tipe pertama sering juga disebut sebagai
pencucian (leaching) yaitu proses pemisahan bahan dari campuran zat padat
dengan cara mengaduknya dalam suatu cairan (pelarut) dimana bahan yang
diinginkan untuk dipisahkan akan terlarut. Proses ekstraksi cair- cair yaitu
dimana larutan yang mengandung bahan terlarut tersebut dicampurkan dan
dikocok benar- benar dengan cairan (pelarut) yang lain (Cook, 1985:76-77).
Data hasil perhitungan rendemen antara ketiga metode menunjukkan
bahwa metode maserasi, refluks, maupun sokletasi cukup baik untuk
mengekstraksi zat warna walaupun masingmasing metode mempunyai
kelebihan dan kekurangannya, karena kelarutan zat padat dalam zat cair (daya
larut) dipengaruhi oleh: jenis zat pelarut, jenis zat terlarut, temperatur, dan
tekanan. Pengekstrak air dengan metode refluks menunjukkan data tertinggi
tetapi pada metode sokletasi menunjukkan data terendah, hal ini menunjukkan
bahwa pemanasan berpengaruh tetapi waktu kontak antara pelarut pengekstrak
dengan sampel juga menentukan. Kelebihan untuk metode refluks dan
sokletasi yaitu waktu yang dibutuhkan lebih singkat daripada maserasi dan
lebih efisien. Untuk dua pelarut yaitu pelarut air dan aseton lebih cocok
ekstraksinya menggunakan metode refluks dibandingkan metode maserasi dan
sokletasi karena pada metode refluks ekstrak pelarut air dan aseton
rendemennya lebih tinggi dibandingkan dengan metode maserasi dan
sokletasi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu ekstraksi maka
penetrasi pelarut ke dalam bahan semakin mudah (Putra, 2014: 116-117).
Piperin dan guineensin juga terdapat dalam buah cabe jawa P.
retrofractum. Kandungan piperin dalam P. retrofractum sebesar 6% secara
struktural senyawa ini berhubungan dengan capsicin yang memberi rasa
pedas. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak cabe jawa maka persentase
penghambatan makan semakin tinggi. Persentase tertinggi terdapat pada
konsentrasi 12% yaitu (51,67 persen) dan terendah pada konsentrasi 3% yaitu
(26,67 persen). Hal ini disebabkan oleh perbedaan kuantitas senyawa aktif
yang terkandung di dalam setiap konsentrasi ekstrak cabe jawa antara lain
piperin, kavicin, minyak atsiri yang dapat menekan saraf pusat. Sehingga
terjadinya proses penghambatan makan pada N. viridula. senyawa aktif yang
terkandung dalam P. retrofractum seperti piperin dan capsicin bersifat
antifeedant, repellent dan insectisidal sehingga serangga tidak menyukai
makanannya dan menyebabkan kematian (Rusdy dan Hasnah, 2015: 91, 93).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Soklet 1 set
b. Gelas kimia 1000 mL 1 buah
c. Corong biasa 1 buah
d. Spatula 2 buah
e. Rak tabung 1 buah
f. Tabung reaksi 3 buah
g. Gelas ukur 10 mL 1 buah
h. Gelas ukur 25 mL 1 buah
i. Gelas Kimia 250 mL 1 buah
j. Labu bundar 500 mL 1 buah
k. Lap kasar 1 buah
l. Lap halus 1 buah
m. Pipet tetes 5 buah
n. Penangas air 1 buah
o. Statif dan klem 1 set
p. Botol semprot 1 buah
q. Erlenmeyer 250 mL 1 buah
r. Kaca arloji 1 buah
s. Neraca analitik 1 buah
t. Pembakar spiritus 2 buah
u. Kaki tiga dan kasa asbes 1 buah
v. Labu isap 1 buah
w. Corong buchner 1 buah
2. Bahan

a. Lada hitam kering (Piper ningrum)


b. Larutan Etanol (C2H5OH)

c. Larutan natrium hidroksida alkoholis 10% (NaOH)

d. Larutan asam klorida (HCl)

e. Larutan asam klorida encer (HCl)

f. Larutan kalium permanganat (KMnO4)

g. Aquades (H2O)

h. Pereaksi Fehling
i. Kertas saring

j. Batu didih

k. Aluminium foil (Al2O3)

l. Benang wol

m. Label

n. Es batu (H2O)

o. Kertas saring Whatman


p. Tissue
q. Korek api
r. Vaselin
E. Prosedur Kerja
1. Isolasi Piperin
a. Sebanyak 20 gram sampel lada hitam ditimbang.
b. Lada hitam kemudian dibungkus dengan kertas saring berbentuk silinder
sesuai dengan ukuran alat sokhlet dan diikat dengan benang wol putih.
c. Lada hitam yang telah dibungkus kemudian dimasukkan dalam alat
sokhlet.
d. Sebanyak 10 butir batu didih dimasukkan kedalam labu bulat 500 mL.
e. Kemudian pasang alat sokhlet dengan labu bulat.
f. Sebanyak 150 mL etanol dimasukkan kedalam alat sokhlet yang telah
dipasang dengan labu bulat 500 mL.
g. Kemudian dilakukan ekstraksi kontinyu hingga 5 kali sirkulasi.
h. Larutan yang telah diekstraksi kemudin dikisatkan hingga ½ volume
awal.
i. Sebanyak 60 ml NaOH alkoholis 10% ditambahkan kedalam larutan
yang telah dikisatkan sambil diaduk.
j. Larutan didinginkan pada suhu kamar.
k. Larutan disaring menggunakan corong Buchner.
l. Filtrat yang diperoleh kemudian diukur menggunakan gelas ukur,
kemudian larutan dibagi menjadi 2 bagian.
m. 1 bagian larutan dikisatkan hingga pekat.
n. Larutan yang telah dikisatkan didinginkan pada suhu kamar, kemudian
didinginkan dalam air es apabila belum terbentuk kristal.
o. Larutan kemudian disaring menggunakan kertas saring biasa yang telah
dibasahi dengan larutan NaOH 10%
p. Kristal yang diperoleh kemudian dikeringkan dan ditimbang.
q. Kemudian dilanjutkan dengan menentukan titik lelehnya.
2. Degradasi piperin
a. Larutan alkoholis yang telah diperoleh dari isolasi piperin diukur
sebanyak 20 mL, kemudian dimasukkan kedalam labu bulat 500 mL.
b. Sebanyak 10 butir batu didih ditambahkan ke dalam labu bulat,
kemudian larutan direfluks 30 menit
c. Larutan yang telah direfluks kemudian dikisatkan hingga 1/2 volume.
d. Sebanyak 15 mL H2O ditambahkan kedalam larutan yang telah
dikisatkan.
e. Sebanyak 10 mL HCl ditambahkan kedalam larutan.
f. Larutan kemudian disaring menggunakan kertas saring biasa dan dicuci
dengan menggunakan H2O dan C2H5OH
g. Keringkan kertas saring kemudian ditimbang.
h. Kemudian dilanjutkan dengan menentukan titik lelehnya.

3. Reaksi-reaksi piperin
a. Reaksi dengan KMnO4
1) 1 mL larutan alkoholis yang diperoleh dari isolasi dimasukkan
kedalam tabung reaksi
2) Larutan dinetralkan dengan HCl encer
3) Larutan ditambahkan dengan 3 tetes larutan KMnO4
4) Perubahan yang terjadi dicatat
b. Reaksi dengan pereaksi Benedict
1) 1 ml larutan alkoholis yang diperoleh dari isolasi dimasukkan ke
dalam tabung reaksi
2) Larutan dinetralkan dengan HCl encer
3) Lautan ditambahkan 3 tetes pereaksi benedict, kemudian dipanaskan
4) Perubahan yang terjadi diamati
c. Reaksi dengan pereaksi Molisch
1) 1 ml larutan alkoholis yang diperoleh dari isolasi dimasukkan ke
dalam tabung reaksi
2) Larutan dinetralkan dengan HCl encer
3) Larutan ditambahkan dengan 3 tetes pereaksi molisch
4) Perubahan yang terjadi diamati
F. Hasil Pengamatan
1. Isolasi Piperin
No Perlakuan Hasil Pengamatan
.
1. Sampel (Lada Hitam) digerus dan Sebanyak 20 gram
ditimbang
2. Sampel (Lada) dan 150 mL etanol Larutan berwarna kuning
dimasukkan ke dalam soxhlet
3. Campuran lada dan etanol Larutan berwarna kuning
(C2H5OH) dipanaskan pekat
Sirkulasi 1 : 15.03 menit
Sirkulasi 2 : 11.53 menit
Sirkulasi 3 : 11.56 menit
Sirkulasi 4 : 11.38 menit
Sirkulasi 5 : 11.36 menit
Sirkulasi 6 : 11.30 menit
4. Larutan ekstrak dipanaskan Larutan berwarna kuning
pekat
5. Larutan + 60 mL NaOH, diaduk Larutan kuning kemerahan
dan diuapkan, disaring
6. Larutan dibagi 2
-I Disimpan -Larutan kuning keruh
-II Dikisatkan smpai jenuh -Larutan kuning keruh
8. Larutan didinginkan lalu disaring Terbentuk kristal 0,5 gram
11. Ditentukan titik leleh Titik leleh = 130 oC
2. Degredasi Piperin
No Perlakuan Hasil Pengamatan
.
1. 20 mL larutan alkoholis (kuning Larutan kuning keruh pekat.
keruh) dipekatkan Hingga ½
2. 10 ml Larutan direfluks Larutan berwarna kuning
suspensi + 5 mL H2O + HCl 10 keruh
mL
3. Suspensi disaring Endapan Kuning
4. Endapan (kuning) dicuci dengan Larutan keruh dan endapan
dengan etanol, dikristalisasi dalam kuning
etanol
4. Endapan disaring dan dikeringkan Endapan kuning
Berat = 0,5 gram
3. Reaksi – reaksi iperin
No Perlakuan Hasil Pengamatan
.
1. 1 mL larutan alkoholis + 5 tetes Larutan berwarna coklat keruh
HCl encer + 5 tetes KMnO4
2. 1 mL larutan alkoholis + 5 tetes Larutan berwarna biru
HCl encer + 5 tetes Benedict
3. 1 mL larutan alkoholis + 7 tetes Larutan berwarna coklat muda
HCl encer + 3 mL pereaksi dan terdapat cincin ungu
molisch

G. Analisis Data
Dik: Bobot sampel = 20 gram
Bobot kristal (piperidin) = 0,5 gram
Bobot melekul piperin (C17H19O3N) = 285 g/mol
Bobot molekul piperidin (C5H10NH) = 85 g/mol
Dit: % Rendemen=…..?
Penyelesaian:
berat molekul C5 H 10 NH
Berat secara teori =
berat molekul C 17 H 9 O3 N
g
85
mol
=
g
285
mol
= 0,2982
bobot kristal( piperidin)
Berat secara praktek =
berat sampel
0,5 gram
=
20 gram
= 0,025 gram
berat secara praktek
% Rendemen = x 100%
berat secarateori
0,025
= x 100%
0,2982
= 8,38 %
H. Pembahasan
Piperin adalah senyawa organik bahan alam yang termasuk dalam
golongan turunan piridin. Terdapat dalam tanaman lada hitam (Piper
ningrum), dalam jumlah cukup banyak. Mempunyai bau yang khas dan tajam,
rasa pedas membakar lidah. Sifat racun alkaloid ini paling kecil dibandingkan
sebagian besar alkaloid lainnya (Tim Dosen, 2019: 26). Percobaan ini
bertujuan untuk mengisolasi piperin dari lada dan mengetahui sifat kimia dari
piperin, yaitu:
1. Isolasi Piperin
Isolasi merupakan salah satu cara untuk memisahkan senyawa yang
terdapat dalam bahan alam untuk memperoleh atau mengambil satu senyawa
yang diinginkan. Jadi isolasi piperin adalah proses pemisahan piperin dari
bahan alam yaitu lada. Dalam percobaan ini, zat atau senyawa yang akan
dilakukan isolasi adalah piperin. Yang terdapat dalam lada hitam atau piper
ningrum. Teknik isolasi yang digunakan dalam proses isolasi ini adalah
ekstraksi kontinyu, pemisahan lainnya dan cara pemurniannya. Ekstraksi
adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang
lainnya pelarut organik.
Lada hitam ditimbang dengan neraca analitik untuk mendapatkan massa
yang diinginkan dan lada dimasukkan ke dalam mantel kertas atau di
bungkus dengan kertas saring, hal ini dimaksudkan untuk memisahkan
piperin dari lada sebab dengan pori-pori yang kecil lada tidak dapat keluar
dari saring sedangkan piperin yang larut pada etanol dapat dengan mudah
melewati kertas saring. Lada kemudian dimasukkan dalam sokhlet dan
diekstraksi selama 5 kali sirkulasi dengan menggunakan etanol 95 %.
Penggunaan etanol berfungsi sebagai pelarut yang akan mengikat piperin
yang memiliki kepolaran yang sama dengan etanol. Karena etanol
merupakan pelarut universal yang memiliki gugus OH yang dapat mengikat
senyawa polar dan gugus etil yang dapat mengikat senyawa nonpolar, itulah
sebabnya sehingga etanol dapat melarutkan piperin dalam lada yang bersifat
polar. Sifat etanol yang mudah menguap (volatil) sehingga mudah
melarutkan piperin. Titik didih etanol yaitu 760C. Hal ini menyebabkan
etanol mudah melarutkan dalam keadaan panas dan mudah membentuk
kristal saat dingin.
Prinsip dasar dari alat ini yaitu pemisahan komponen zat dalam
sampel menggunakan pelarut yang sesuai yang terjadi secara berulang
(kontinyu). Prinsip kerja dari sokhlet yaitu pemanasan, pengguapan,
pendinginan yang berlangsung secara terus menerus sehingga terjadi
kesetimbangan fasa gas cair dalam soklet.
Percobaan ekstraksi pertama-tama larutan yang diisi dengan etanol
diberi batu didih, di mana batu didih ini berfungsi untuk menjaga suhu dan
tekanan didalam labu bundar dapat terjaga dan stabil serta mengurangi
letupan yang timbul. Batu didih memiliki pori-pori yang besar sehingga
dapat mencegah letupan yang timbul. Batu didih dapat mengurangi dan
menahan letupan karena batu didih dapat menangkap udara pada letupan
dan akan membawanya kepermukaan larutan.
Pada percobaan ini ekstraksi dilakukan sebanyak 5 kali sirkulasi
waktu yang digunakan untuk terjadi silkulasi dari sirkulasi pertama sampai
sirkulasi ketujuh berturut–turut yaitu 35 menit, 12 menit, 13 menit, 10
menit dan 10 menit. Hasil yang diperoleh dari ekstraksi adalah diperoleh
larutan berwarna coklat pekat, hal ini dapat dianggap bahwa piperin yang
terkandung dalam lada hitam telah terikat oleh etanol.
Larutan ekstrak yang diperoleh, dikisatkan sampai larutannya cukup pekat
dengan tujuan untuk menguapkan sisa etanol yang terkandung di dalam larutan
tersebut. Larutan yang telah dikisatkan ditambahkan dengan NaOH 10% alkoholis
dengan tujuan untuk memberikan suasana basa dan juga untuk mengikat piperin
dan mencegah terjadinya dekomposisi atau penguraian pada senyawa tersebut.
Kemudian larutan dibagi menjadi dua, larutan A dan larutan B, dimana larutan A
disimpan dalam sebuah wadah sedangkan larutan B yang diperoleh dikisatkan di
atas penangas air. Hasilnya tetap berwarna cokelat pekat. Agar lebih mudah untuk
mendapatkan kristal sebaiknya didinginkan dalam air es. Kristal yang terbentuk
disaring dengan dengan corong buchner untuk dapat memisahkan zat-zat lain lalu
dikeringkan agar diperoleh kristal piperin. Berdasarkan data yang diperoleh berat
kristal yang diperoleh yaitu 1,1 gram dengan rendemennya sebesar 14,68%.
Kristal yang diperoleh, dilakukan pengujian titik leleh dengan tujuan
membuktikan bahwa kristal yang diperoleh benar-benar kristal piperin. Adapun
persamaan reaksinya:

N C CH CH CH CH + CH CH OH NaOH
3 2

O O

(piperin)

O
O
NH + CH CH CH CH C OH + CH3CH2OH
O

(piperidin) (asam piperat)

Mekanisme reaksinya yaitu:

1)

N C CH CH CH CH + CH CH OH
3 2

O O

N C CH CH CH CH + CH CH O-
3 2
H O O
2)
O

N C CH CH CH CH + CH CH O- + NaOH
3 2
H O O

O
O
N + CH CH CH CH C OH + CH3CH2ONa
H O

(piperidin) (asam piperat)

2. Degredasi Piperin
Degradasi adalah salah satu reaksi perubahan suatu senyawa yang
lebih sederhana secara bertahap. Degradasi piperin adalah peguraian
senyawa piperin menjadi senyawa penyusunya yaitu piperidin dan asam
piperat.
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengenal sifat-sifat kimia
piperin berdasarkan struktur dan degradasinya. Pada percobaan ini larutan
alkaholis yang telah diperoleh dilakukan pengisatan sampai larutan lebih
pekat dengan melakukan pengisatan larutan menjadi setengah dari volume
awal. Pada percobaan ini tidak dilakukan refluks karena dikhawatirkan
larutan akan habis apabila dipanaskan dalam suhu tinggi. Karena prinsip
dasar dari refluks adalah penguapan senyawa pada suhu tinggi.
Kemudian ditambahkan dengan HCl 10 M sebagai katalis, untuk
memberikan suasana asam pada larutan dan untuk menarik kristal,
kemudian diaduk sampai semuanya membentuk warna kuning. Warna
kuning ini menandakan terbentuknya piperidin. Larutan tersebut kemudian
dibiarkan beberapa saat pada suhu kamar lalu didinginkan dalam air es
untuk memudahkan pembentukan kristal setelah itu lakukan penyaringan
agar endapan atau kristal dapat berpisah. Larutan endapan kuning yang
diperoleh sesuai dengan teori, di mana piperidin terbentuk ditandai adanya
endapan kuning.
Dalam percobaan ini diperoleh kristal dengan berat 0,5 gram
dengan kandungan piperin sebesar 0,025 gramSehingga rendemen yang
diperoleh adalah 8,38% %. Secara teori berat kristal yang diperoleh adalah
0,2892 gram dengan 100% dengan titik leleh dari piperidin hidroklorida
yaitu 245-249oC. Adapun mekanisme reaksi yang seharusnya terjadi,
yaitu:
O O
HC l
N
O + H2O
N
+ O +
+
H
+ O
O Cl H OH

Piperin Piperin Asam Piperat


hidroklorida

Mekanisme reaksi yang terjadi:


a.

O O
H C l
N
O
+ H2O N
+
O
+ H2O
+
O H Cl O

b.

O O
N
+
O
+ H2O
N + +
O
+ H2O
+ + O C
H Cl O Cl H

c.

O O
+
N + +
O
+ H OH N + O + H
+ O C + O
Cl H Cl H OH

3. Reaksi – reaksi Piperin


a. Reaksi dengan perekasi Benedict
Percobaan ini dilakukan untuk menguji adanya gula pereduksi
pada piperin. Pada percobaan ini, larutan alkoholis yang diperoleh dari
isolasi ditambahkan dengan HCl encer untuk menetralkan larutan dan
untuk menurunkan pH. Kemudian direaksikan dengan pereaksi
benedict dan dipanaskan, Percobaan ini bertujuan untuk menguji
adanya gula pereduksi pada piperidin. Hal ini menandakan bahwa pada
piperin mengandung gugus karbonil yang dapat direduksi oleh Cu2+.
Larutan tersebut menunjukkan hasil yang positif yaitu terbentuk
larutan berwarna biru pekat. Hal ini sesuai dengan teori, karena
karbonil akan direduksi oleh Cu2+ menjadi Cu+. Hal ini disebabkan
karena larutan yang digunakan terlalu encer sehingga gugus kabonil
sulit untuk dideteksi. Adapun reaksi seharusnya terjadi:

O -
O
O HO O
HCl
N
O
+ 2Cu2+ + 5OH- N + + O + Cu2O + 3H2O
+ O OH
Cl H
O

b. Reaksi dengan KMnO4


Percobaan ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa piperin
mudah teroksidasi. Pada percobaan ini, larutan alkoholis ditambahkan
dengan HCl encer untuk menetralkan larutan dan untuk menurunkan
pH. Kemudian direaksikan dengan KMnO4 encer untuk mengoksidasi
piperin, sehingga menghasilkan larutan berwarna coklat keruh. Hal ini
menandakan bahwa pengujian positif dimana piperin mudah
teroksidasi oleh KMnO4, karena adanya ikatan rangkap dua yang
dimiliki piperin Adapun reaksinya yaitu
O

O O
HCl
N
O
+ KMnO4 N +
OH
+ MnO2
+
O
Cl H O

c. Reaksi dengan pereaksi Mollich


Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya cincin
furfural dalam piperin yaitu gugus epoksi. Pada percobaan ini, larutan
alkoholis yang diperoleh dari isolasi ditambahkan dengan HCl encer
untuk menetralkan larutan dan menurunkan pH. Kemudian direaksikan
dengan pereaksi molisch sehingga menghasilkan larutan berwarna hijau
kecoklatan dan membentuk cincin. Hal ini menandakan bahwa pada
piperin mengandung cincin furfural yakni gugus epoksi. Dan uji positif
yang sesuai dengan teori dimana pada penambahan pereaksi mollich
akan membentuk cincin furfural. Adapun reaksi yang terjadi:
HO
O O

N
O

+ HCl N + HO
CH2
+ O
O +
Cl H
O

I. Penutup
1. Kesimpulan
a. Prinsip isolasi bahan alam yaitu mengambil senyawa yang diinginkan
dari sampel dengan menggunakan pelarut yang sifat kepolarannya sama
dengan kepolaran senyawa tersebut dan dilakukan dengan metode
ekstraksi.
b. Teknik isolasi dalam bahan alam yaitu ekstraksi kontinyu (sokletasi),
pemurnian, penguapan dan kristalisasi.
c. Reaksi piperin dengan KMnO4 menunjukkan bahwa piperin mudak
teroksidasi yang ditandai dengan berubahnya larutan menjadi warna
coklat. Reaksi piperin dengan pereaksi benedict menghasilkan larutan
berwarna biru pekat menandakan piperin dapat mereduksi Cu2+ menjadi
Cu+ sehingga piperin merupakan gula pereduksi. Pengujian molisch,
tidak membentuk cincin furfural yang menunjukkan bahwa dalam
piperin terdapat gugus epoksi
2. Saran
Untuk praktikan selanjutnya agar melakukan sirkulasi sebanyak 7
kali sehingga lebih banyak kandungan piperin yang didapat diakhir
percobaan.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Sjamsul Arifin. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Penerbit
Karunika Jakarta Universitas Terbuka.

Arlene, Arestya. 2013. Ekstraksi Kemiri Dengan Metode Soxhlet Dan


Karakterisasi Minyak Kemiri. Jurnal Teknik Kimia USU. Vol. 2, No. 2.

Cook, T.M., & Cullen, D.J. 1985. Cemical Plant and Its Operation. Jakarta:
Gramedia.

Hasnah & Alfian, R. 2015. Pengaruh Ekstrak Buah Cabe Jawa (Piper
retrofractum VahL) terhadap Perkembangan dan Mortalitas Kepik Hijau.
Jurnal Floratek. Vol. 2 No. 10

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: ITB Bandung.

Hart, Harold. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 1996. Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

Putra, A.A. Bawa, N.W. Bogoriani, N. P. Diantarani, & Ni Luh Utari Sumadewi.
2014. Ektraksi Zat Warna Alam dari Bonggol, Tanaman Pisang (Musa
Paradiasciaca L.) dengan Metode Maserasi, Refluks, dan Sokletasi.
Jurnal Kimia. ISSN 1907-9850.

Tim Dosen. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Makassar: Jurusan
Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Makassar.

JAWABAN PERTANYAAN

1. Jelaskan mengapa digunakan larutan KOH alkoholis untuk mengekstraksi


piperin dari lada hitam?
Jawab:
Digunakan larutan KOH alkoholis untuk mengekstraksi piperin dari lada
hitam karena untuk memberikan suasana basa pada larutan dan juga untuk
mengikat piperin dan mencegah terjadinya dekomposisi atau penguraian pada
senyawa tersebut.
2. Tuliskan reaksi yang terjadi pada persamaan reaksi pada degradasi piperin.
Jawab :
O O
HC l
N
O
+ H2O
N
+ O + H
+

+ O
O Cl H OH

Piperin Piperin Asam Piperat


hidroklorida

Mekanisme reaksinya:
a)

O O
H C l
N
O
+ H2O N
+
O
+ H2O
+
O H Cl O

b)

O O
N
+
O
+ H2O
N + +
O
+ H2O
+ + O C
H Cl O Cl H

c)

O O
+
N + +
O
+ H OH N + O + H
+ O C + O
Cl H Cl H OH

3. Jelaskan dengan persamaan reaksi, mengapa terjadi pengamatan seperti yang


diperoleh pada percobaan reaksi dengan KMnO4, fehling dan molisch!
Jawab:
a) Reaksi dengan KMnO4
O

O O
H C l
N
O
+ KMnO4 N +
OH
+ MnO2
+
O
Cl H O

b) Reaksi dengan Fehling


O

O -
O
O HO O
H Cl
N
O
+ 2Cu 2+
+ 5OH -
N + + O + Cu2O + 3H2O
+ O OH
Cl H
O

c) Reaksi dengan Molisch


HO
O O

N
O

+ H C l N + HO
CH
+ 2
O
O +
Cl H
O

Anda mungkin juga menyukai