Anda di halaman 1dari 23

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM 4

ALKOHOL DAN FENOL

Dosen Pengampu :
apt. Siti Rahmah K.R, M.Si

Disusun oleh :
Ine Sri Irmanda (2104277021)
Saviera Calista Nabilavashti Azura (2104277038)
Sindy Oktaviani (2104277041)

PROGRAM STUDI D-3 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
TAHUN AKADEMIK
2022/2023
A. LATAR BELAKANG

Alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus fungsi hidroksil (-OH) yang
terikat pada atom karbon jenuh. Rumus umum alkohol adalah R-OH, dimana R
adalah alkil, alkil tersubstitusi atau hidrokarbon siklik (Riswiyanto, 2009). Gugus
–OH merupakan gugus yang polar dimana atom hidorgen berikatan dengan atom
oksigen yang lebih elektronegatif (Basri, 2003). Alkohol yang paling sederhana
adalah metanol (CH3OH) yang dibuat dari gas sintesis. Alkohol yang lebih tinggi
berikutnya adalah etanol (C2H5OH) yang dapat dibuat dari fermentasi glukosa
(Oxtoby, 2003).

Hidrokarbon suatu alkohol bersifat hidrofobik (sukar larut dalam air) semakin
panjang bagian hidrokarbon ini maka kelarutannya semakin rendah didalam air.
Bila rantai karbon cukup panjang, sifat hidrofobik ini akan mengalahkan sifat
hdrofil gugus hidroksil. Kelarutan dalam air disebabkan oleh ikatan hidrogen
antara alkohol dan air. Alkohol yang mempunyai massa molekul rendah dapat
larut dalam air, sedangkan alkil halida padanannya tidak larut (Fessenden &
Fessenden, 1994). Alkohol-alkohol rendah (metanol dan etanol) dapat larut dalam
air dengan tidak terbatas. Alkohol mempunyai berat jenis yang lebih tinggi dari
pada alkana tetapi masih lebih rendah dari pada air. Titik didih alkohol jenuh
lebih tinggi dari titik didih alkana yang mempunyai atom C yang sama
(Fessenden & Fessenden, 1982).

Gambar 1. 1. StrukturAlkohol Fenol merupakan senyawa

organik yang mengandung gugus hidroksil (-OH) yang terikat langsung dengan
atom karbon pada suatu cincin benzena (Martin, 2012). Fenol dibuat dengan
penggabungan garam asam sulfanoat dengan natrium hidroksida membentuk
garam natrium dan fenol (Riawan, 2002). Senyawa fenol yang banyak terikat
dengan gula dikenal sebagai glukosida yang biasa terdapat pada vakuola sel
tanaman. Salah satu golongan terbesar fenol adalah flavonoid, yaitu senyawa
metabolit skunder pada tumbuhan yang brfungsi sebagai antioksidan (Petrucci,
1987).

Fenol adalah asam yang lebih kuat dari pada alkohol karena ion fenoksidanya
distabilkan oleh resonansi (Casey, 2000). Fenol mudah dioksidasi oleh udara dan
memberikan zat warna. Mempunyai sifat antiseptik, beracun, dan mengikis
dengan nilai ka=1x10-10(Riawan,2000).Pada uji besi klorida, kebanyakan fenol
bereaksi dengan besi (III) klorida membentuk warna merah, ungu, biru, atau hijau
yang tergantung pada konsentrasi atau senyawa fenolik yang digunakan (Casey,
2000). Fenol merupakan senyawa berhidrat satu dengan titik didih 182°C dan jika
dibiarkan di udara dan cahaya fenol menjadi merah atau cokelat. Fenol jika
dicampur dengan air akan membentuk 2 fasa, dibawah larutan air dalam fenol dan
diatas larutan fenol dalam air. Kelarutan air dalam fenol dan sebaliknya akan
bertambah dengan naiknya suhu pada 68°C (Riawan, 2002). Fenol sedikit larut
dalam air dengan perbandingan 8,3g/ 100ml karena bobot molekul air lebih
rendah dari fenol (Casey, 2000).

Gambar 1. 2. StrukturFenol Berdasarkan golongannya,


alkohol dibagi menjadi alkohol primer (1°), alkohol skunder (2°), dan alkohol
tersier (3°). Alkohol primer memiliki 2 atom H pada C yang bergabung dengan
gugus OH. Alkohol skunder memiliki 1 atom H pada C yang bergabung dengan
gugus OH. Sedangkan alkohol tersier tidak memiliki atom H pada C tersebut.
Alkohol primer mempunyai rumus R-OH, alkohol primer mempunyai rumus RR’-
CHOH, sedangkan alkohol tersier mempunyai rumus RR’R’’-OH (Hart, 2003).
Berdasarkan jumlah gugus OH, alkohol dibagi menjadi monohidroksida (alkohol
monovalen), yaitu alkohol yang mengandung satu gugus OH dan polihidroksida
(alkohol polivalen) yaitu, alkohol yang mengandung lebih dari satu gugus OH.
Alkohol polivalen lebih larut dalam air daripada alkohol monovalen dan semakin
banyak gugus OH yang ada, maka titik didih dan titik leleh semakin tinggi
(Riawan, 2002).

B. RUMUSAN MASALAH

Maksud dari percobaan ini adalah :


1. Mempelajari beberapa sifat fisika dan sifat kimia dari alkohol dan fenol.
2. Membedakan antara alkohol primer, sekunder, dan tersier.

C. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Untuk mengetahui kelarutan alkohol dan fenol dalam air dan n-heksana.
2. Membandingkan kecepatan reaksi alkohol primer, sekunder, dan
tersierdengan membandingkan preaksi lucas.
3. Mengamati reaksi antara alkohol/fenol dengan FeCl3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alkohol merupakan senyawa organik yang cukup populer, rumus molekulnya
secara umum dapat ditulis sebagai R-OH, dengan R- adalah gugus alkil dan gugus
hidroksil, O-H sebagai gugus fungsi. Alkohol adalah senyawa seperti air yang
satu hidrogennya diganti oleh rantai atau cincin hidrokarbon. Gugus –OH pada
alkohol disebut fungsi hidroksi atau gugus hidroksil. Ini bukanlah ion hidroksida
sebab gugus ini terikat pada karbon secara kovalen. Kimiawan sering membagi
alkohol alifatik berdasarkan strukturnya sesuai dengan jumlah gugus R yang
menempel pada penggambar gugus hidroksil (Wilbraham dan Matta, 1992).

Baik nama IUPAC maupun nama biasa digunakan untuk alkohol. Untuk menamai
alkohol rantai lurus maupun tersubsitusi dengan sistem IUPAC hapuslah akhiran –
pada nama alkana induk dan gantilah dengan akhiran –ol. Alkana induk ialah
rantai karbon terpanjang yang mengandung karbon pengemban gugus hidroksil.
Dalam penomoran rantai lurus terpanjang berilah nomor terkecil untuk karbon
pengemban gugus hidroksil Alkohol yang mengandung dua, tiga, atau empat
subsitusi –OH disebut diol, triol, dan tetrol (Wilbraham dan Matta, 1992).

Alkohol dengan sekurang – sekurangnya satu hidrogen melekat pada karbon


pembawa hidroksil dapat dioksidasi menjadi senyawa hidroksil. Alkohol primer
menghasilkan aldehida yang dapat dioksidasi lebih lanjut menjadi asam
karboksilat. Alkohol sekunder menghasilkan keton. Perhatikan bahwa sewaktu
alkohol dioksidasi menjadi aldehid atau keton dan kemudian menjadi asam
karboksilat, jumlah ikatan di antara atom karbon reaktif dan atom oksigan
meningkat dari satu menjadi dua dan menjadi tiga. Dengan kata lain bahwa
bilangna oksidasi karbon itu naik sewaktu kita bergerak dari alkohol menjadi
aldehid atau keton lalu menjadi asam karboksilat. Sedangkan alkohol tersier
karena tidak memiliki atom hidrogen pada karbon pembawa hidroksil, maka
alkohol tersier tidak mengalami jenis oksidasi ini ( Hart, dkk., 2003 ).

Alkohol mungkin merupakan senyawa organik yang paling dikenal oleh para
mahasiswa. Apabila gugus hidroksil dirangkaikan pada suatu atom karbon dari
lingkar benzena, senyawa itu dikenal sebagai fenol, anggota yang paling
sederhana dari golongan ini yakni hidroksibenzena, disebut fenol. Fenol sering
kali ditinjau secara terpisah dari alkohol karena sifat kimianya agak berbeda.
Fenol merupakan zat cair yang bertitik didih tinggi atau zat padat dengan bau khas
yang menusuk. Fenol dan kresol berasal dari ter arang, dan banyak yang
digunakan dalam obat-obatan. Fenolnya sebagai disinfektan (Pine, dkk., 1988).

Fenol termasuk senyawaan yang mempunyai gugus – gugus hidroksil yang


langsung berikatan pada inti benzena.

Sintesis fenol :

 Derivat halogen dari benzen dengan larutan basa pada suhu tinggi, tekanan
tinggi
 Peleburan garam – garam dari asam sulfonat dengan basa
 Penguraian dari garam – garam diazonium.

Cara – cara 1 dan 2 : dalam teknik, cara 3 hanya pada keadaan spesial.

Sifat – sifat ;

 Mempunyai sifat asam, atom H dapat diganti tak hanya dengan logam,
tetapi juga dengan basa. Sifat asam dari fenol lemah dan fenolat ini dapat
diuraikan dengan cara karbonat.
 Mudah dioksidasi, oleh O2 udara dan memberi zat – zat warna, mereduksi
larutan fehling
 Memberi reaksi – reaksi berwarna dengan FeCl3
 Mempunyai sifat antiseptik, beracun. Ka = 1 x 10 -1

Gugus hidroksil di namai sebagai subtituen bila berda dalam molekul yang sama
dengan gugus asam karboksilat, aldehid atau keton ( Hart, dkk., 2003 )

Oleh karena memiliki gugus fungsi uyang sama, alkohol dan fenol mempunyai
banyak kemiripan sifat, akan tetapi, jika dengan katalis asam relatif mudah
memutuskan ikatan C – OH dari alkohol, pemutusan tersebut sukar terjadi pada
fenol, protonisasi gugus hidroksil fenolik dapat terjadi, tetapi lepasnya molekul air
akan menghasilkan kation fenil. Dengan hanya dua gugus yang melekat, karbon
positif pada kation fenil seharusnya terhibridisasi dan bebentuk linear, akan tetapi
geometri ini dicegah oleh struktur cincin benzena, sehingga kation fenil sangat
sulit terbentuk ( Hart, dkk., 2003 ).

Alkohol mirip air dalam hal bersikap sebagai suatu basa dan menerima sebuah
+
proton ( menghasilkan suatu alkohol terprotonkan, ROH ). Seperti air pula,
2
suatu alkohol dapat bersikap sebagai asam dan melepaskan sebuah proton (
-
menghasilkan ion alkoksida, RO ), sepeti air, alkohol adalah asam atau basa
yang sangat lemah ; untuk alkohol murni atau alkohol dalam air, kesetimbangan
ionisasi terletak disebelah kiri ( di daerah alkohol takterionkan ). Dalam larutan
encer dalam air, alkohol mempunyai pKa yang kira – kira sama dengan pKa air,
namun dalam keadaan murni ( tak ada air ) alkohol - alkohol jauh lebih lemah dari
pada air, satu alasan mengapa alkohol murni mempunyai keasaman yang lebih
rendah adalah karena alkohol mempunyai tetapan dielektrik yang lebih rendah.
Karena mereka kurang polar, alkohol kurang mampu mendukung ion dalam
larutan dari pada molekul air. Dalam larutan air yang encer, alkohol mempunyai
nilai pKa yang kira – kira sama seperti air ( Fessenden dan Fessenden, 1982 ).

Adanya gugus –OH atau hidroksil adalah ciri khas alkohol dan fenol. Tergantung
pada sifat atom karbon diman gugus OH menempel digolongkan menjadi tiga
kelas yaitu alkohol primer, sekunder, tersier. Sebagai suatu kelompok senyawa,
alkohol alifatik merupakan cairan yang sifatnya sangat dipengaruhi oleh ikatan
hidrogen. Dengan bertambah panjangnya rantai, pengaruh gugus hidroksilyang
polar terhadap sifat molekul menurun. Sifat molekul yang seperti air berkurang,
sebaliknya sifatnya lebih seperti hidrokarbon. Akibatnya, alkohol dengan bobot
molekul rendah cenderung larut dalam air, sedangkan alkohol berbobot molekul
tinggi tidak demikian. Titik didih dan kelarutan fenol sangat bervariasi,
tergantung pada sifat substituen yang menempel pada benzena (Petrucci-Suminar,
1987).
Atom oksigen yang bervalensi dua, bisa satu atau keduanya berikatan dengan
karbon, bila satu berikatan dengan hydrogen dan yang lain berikatan dengan –C-
O-H. Bentuk senyawa ini merupakan senyawa organik hidroksilat (- OH). Bila
gugus –OH terilat pada atom karbon alifatis disebut alkohol, alifatik dan bila
gugus –OH terikat pada cincin aromatis disebut fenol. Sifat kimia keduanya ini
berbeda. Alkohol alifatis dapat dibagi berdasarkan dimana gugus -OH terikat pada
atom karbon yaitu primer, sekunder, dan tersier (Kimia Organik, 2008)
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu Dan Tempat

Praktikum kimia organik bab 4 percobaan alkohol dan fenol pada hari Selasa ,10
Mei 2022 pukul 09.00 WIB dan bertempat di Labolatorium Kimia, Stikes
Muhammadiyah Ciamis.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Gelas ukur 5 mL
c. Rak tabung
2. Bahan
a. Alkohol
b. Pereaksi lukas
c. Akuades
d. n-heksan
C. Prosedur Kerja

A. Kelarutan dalam air dan n-heksana


1. Menyiapkan dua tabung reaksi yang bersih dan kering.
2. Masing-masing tabung reaksi diisi dengan 0,5 ml air (1) dan n-heksana
(2).
3. Menambahkan metanol pada tabung reaksi (1) dan (2) sebanyak ( ±
tetes).
4. Mengocok dan memperhatikan kelarutannya ( dicatat ).
5. Mengerjakan seperti prosedur 1 s/d 4 dengan menggunakan alkohol yang
lain.
6. Mengerjakan seprti diatas dengan menggunakan fenol.
B. Membedakan Alkohol primer, sekunder, dan tersier
a. Siapkan 3 buah tabung reaksi
b. Masing-masing mabung roaksi dusi dengan 1 ml. perekasi Lukas (
ZnCl2)
c. Tambahkan masing-masing 3-5 tetes alkohol primer, sekunder dan
tersier pada tabung reaksi yang bersesuaian
d. Kocok dan biarkan salama 3-5 menit
e. Perhatikan perubahannya
f. Kerjakan seperti 1 sd 5 dengan menggunakan fenol
C. Beberapa reaksi alkohol dan fenol
a. Reaksi dengan Na CO,
1. Siapkan 3 buah tabung raksi
2. Tabung (1) dengan fenol diisi dengan amil alkohol, tabung (2)
dengan fenol, tabung (3) dengan asam asetat (sebagai pembanding)
masing-masing I mL.
3. Masing-masing tabung reaksi ditambah dengan 0,5 ml. Na₂CO
4. Kocok dan biarkan selama 3-5 menit
5. Perhatikan perubahan dan catat
6. Kerjakan sepeti 1 s/d 5 dengan menggunakn fenol.
b. Reaksi dengan natrium
1. Siapkan 3 buah tabung reaksi
2. Tabung reaksi (1) disisi etanol, tabung (2) dengan butanol dan
tabung (3) dengan fenol masing-masing 1 ml
3. Untuk masing-masing tabung reaksi masukan sepotong logam Na.
4. Biarkan beberapa menit (hingga reaksi selesai)
5. Tambahkan satu tetes indikator PP untuk ketiga tabung reaksi
tersebut. Ke dalam masing-masing tabung reaksi tambahkan
setetes demi setetes HCI 0,1 M sampai warna merah hilang
6. Catat perubahan yang terjadi dan jumlah HCL yang digunakan
c. Reaksi dengan FeCly
1. Siapkan 3 tabung reaksi
2. Tabung (1) siisi dengan metanol, tabung (2) dengan amil alkohol,
dan tabung (3) dengan fenol masing-masing I ml.
3. Ke dalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan beberapa
tetes FeCl
4. Catat perubahan yang terjadi
BAB IV
HASIL
1. Kelarutan dalam air dan n-heksana

Alkohol/fenol Kelarutan dalam Kelarutan dalam n-heksana


air
Butanol Tidak larut Larut
Amyl alkohol Tidak larut Larut
Metanol Larut Tidak larut

2. Alkohol primer, sekunder, dan tersier dengan pereaksi Lucas

Alkohol Pereaksi Lucas


Primer ( butanol) Lambat, keruh
Sekunder (Amyl alkohol) Cepat, bening
Tersier (metanol) Lebih Cepat, lebih keruh

3. Reaksi alkohol dan fenol


a. Reaksi alkohol dan fenol dengan FeCl3

Zat FeCl3 Keterangan


Amyl alkohol Larut agak bening Kuning terang
Metanol Larut Kuning terang
Asam asetat Larut Kuning pekat
Reaksi Kimia
1. Kelarutan dalam air dan n-heksana

2. Alkohol primer, sekunder, dan tersier dengan pereaksi Lucas

 ZnCl2 + 14HCl + C4H9OH → ZnO + 4CCl4 + 12H2


 ZnCl2 + 18HCl + C5H12O → ZnO + 5CCl4 + 15H2
 ZnCl2 + CH3OH → CH3Cl + HCl + ZnO
3. Reaksi alkohol dan fenol
 3CH3OH + FeCl3 → Fe(OH)3 + 3CH3Cl
 C5H12O + FeCl3 → C5H11OFeCl2 + HCl
 3C4H9OH + FeCl3 → Fe(OH)3 + 3C4H9Cl
 3CH3COOH + FeCl3 → Fe(CH3COO)3 + 3HCl
BAB V
PEMBAHASAN
Untuk mengetahui kelarutan alkohol/fenol maka digunakan preaksi air dan n-
heksana, dimana alkohol lebih rendah (C1 – C2) mempunyai sifat yang
menyerupai air karena gugus hidroksil (-OH) mengambil bagian yang lebih besar
dalam molekulnya. Pada metanol yang dilarutkan dalam air dapat larut sedangkan
apabila dilarutkan dalam n-heksana tidak larut karena metanol adalah senyawa
polar yang bisa larut dengan senyawa polar juga. Butanol, tidak dapat larut dalam
air tetapi dapat larut dalam n-heksana karena butanol memiliki sifat yang sama
dengan n-heksana yaitu non polar. amil alkohol (n-pentanol) dapat larut dalam air
maupun n-heksana. Hal ini berarti senyawa tersebut merupaka senyawa semi
polar. Berdasarkan teori atau data pustaka. Hasil percobaan yang menyatakan
bahwa amil alkohol merupakan senyawa semi polar sudah sesuai dengan teori dan
data pustaka dimana kelarutan amil alkohol adalah 27 g/L (pada suhu 20 °C). Hal
ini dikarenakan amil alkohol (n-pentanol) memiliki gugus alkil berantai sedang,
sehingga keelektronegatifan sedikit berubah akibat pengaruh ketidakpolaran yang
dimiliki gugus alkil, sehingga gugus hidroksil (-OH) dan gugus alkil (R) pada zat
tersebut mengambil bagian yang hampir sama besar dalam molekulnya yang
menyebabkannya bersifat semi polar.

Untuk mengetahui kecapatan reaksi antara alkohol primer, sekunder, dan tersier
maka digunakan preaksi lucas yang merupakan suatu preaksi dari campuran
ZnCl2 dan HCl pekat yang digunakan untuk membedakan alkohol primer,
sekunder, dan tersier. Alkohol tersier akan bereaksi segera membentuk lapisan
keruh yang terpisah, sedangkan alkohol primer memerlukan pemanasan beberapa
jam baru terbentuk lapisan keruh. Sehingga kecepatan reaksinya adalah tersier >
sekunder > primer. Alkohol primer lambat bereaksi karena alkohol primer sudah
berada pada tingkat yang hampir stabil sedangkan alkohol sekunder dan alkohol
tersier sangat mudah bereaksi karena lebih tidak stabil dari alkohol primer.

Reaksi antara alkohol dengan hidrogen klorida akan menghasilkan suatu alkil
halida. Cara menandai cepat atau lambatnya bereaksi yaitu dengan terjadinya
larutan yang keruh saat bercampur dan cepat kembalinya keadaan larutan seperti
semula saat sebelum dicampurkan.Sesuai dengan teori, pada percobaan ini
didapatan bahwa butanol bereaksi lambat saat dicampur dengan pereaksi lukas,
Amyl alkohol bereaksi cepat, dan metanol bereaksi lebih cepat (1<2<3). Hal ini
disebabkan karena pada alkohol tersier sangat memungkinkan untuk terjadinya
pemutusan dan pelepasan gugus hidroksil untuk berlangsungnya reaksi subtitusi
karena ketidakstabilan atom karbon yang berikatan langsung dengan gugus
hidroksil dapat diminimalisir oleh atom karbon lain yang berada disekelilingnya.
Pada pernyataan ini, alkohol tersier lebih banyak memiliki atom karbon yang
menyebabkan kurangnya kestabilan atom karbon yang berikatan langsung dengan
gugus hidroksil. Selanjumya, alkohol sekunder dan disusul alkohol primer. Selain
itu, kecepatan dan mekanisme reaksi alkohol dengan hidrogen klorida bergantung
pada struktur alkohol tersebut. Semakin banyak atom yang dapat membantu
menstabilkan karbokation (keadaan stabil pada karbokation mempercepat laju
reaksi). Sehingga alkohol tersier yang memiliki banyak gugus alkil lebih cepat
bereaksi dibandingkan dengan alkohol sekunder dan alkohol primer. Sehingga
urutan kereaktifan alkohol dengan pereaksi Lukas yaitu alkohol tersier > alkohol
sekunder > alkohol primer.

Alkohol dan fenol dengan reaksi FeCl3, pada metanol dan asam asetat yang
dilarutkan pada FeCl3 sangat larut dengan sempurna karena memiliki sifat yang sama,
Tes Ferri Klonda digunakan untuk membedakan alkohol alifatik (rantai terbuka)
dengan alkohol aromatik. FeCl3 digunakan untuk membedakan antara senyawa
alkohol dan fenol, karena FeCl3 mempunyai kemampuan untuk beraksi dengan
fenol (alkohol alifatik) dan tidak beraksi dengan alkohol alifatik. Adanya reaksi
ditandai dengan melihat perubahan warna sesaat setelah dicampurkan. Jika
bereaksi larutan akan berubah warna menjadi merah sampai ungu kehitaman. Dari
hasil percobaan pada amylum alkohol,metanol,dan asam astetat setelah
dicampurkan dengan FeCl, larutan menjadi berubah warna menjadi kuning dan
kuning pekat. Hal ini menunjukkan bahwa amylum alkohol, metanol dan asam
astetat tidak bereaksi dengan FeCl. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa alkohol
tidak dapat bereaksi dengan FeCl. Warna kekuning-kuningan berasal dari larutan
FeCl, bukan hasil reaksi.
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa :

a. Alkohol dan fenol mempunyai kemiripan sifat kimia dan fisika


berdasarkan kelarutannya dalam air dan n-heksana.
b. Kecepatan reaksi pada alkohol primer, sekunder dan tersier dengan urutan
tersier > sekunder > primer.
c. Reaksi alkohol dan fenol yang lebih bagus bereaksi dengan FeCl3 yaitu
yang tidak terlalu asam.
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, R., J. dan Fessenden, J., S., 1982, Kimia Organik, Edisi ketiga, Jilid 1,
Erlangga, Jakarta.

Hart, H., Craine, L.E., Hart, D.J.,2003, Kimia Organik Edisi II, Erlangga,

Jakarta Petrucci-Suminar, R. H., 1985, Kimia Dasar Prinsip dan

Terapan Modern, Erlangga, Jakarta.

Pine, S.H., Hendrickson, J.B., Cram, D.J., Hammond, G.S., Kimia


Organik EdisiIV, ITB, Bandung.

Tim Dosen Kimia, 2008, Penuntun Praktikum Kimia Organik,


UniversitasHasanuddin, Makassar.

Wilbraham, A.C., dan Matta M.S., 1992, Pengantar Kimia Organik dan Hayati,
ITB, Bandung.
LAMPIRAN

zat air n-hexsana

Butanol

Metanol
Amylum Alcohol

Amylum + fecl
Asam asetat + fecl

Fenol + fecl
Metanol + reagen

Butanol + reagen
Amylum + reagen

Anda mungkin juga menyukai