Anda di halaman 1dari 55

1

A. Judul Percobaan:
Identifikasi Gugus Alkohol dan Fenol
B. Hari/ tanggal percobaan:
Kamis, 14 Februari 2019, 07.30 WIB
C. Selesai Percobaan:
Kamis, 14 Februari 2019, 12.30 WIB
D. Tujuan Percobaan:
1. Setelah melakukan percobaan mahasiswa dapat membedakan sifat-sifat
antara alkohol dan fenol
2. Setelah melakukan percobaan mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis
reaksi dan pereaksi yang dapat digunakan untuk membedakan antara
senyawa alkohol dan fenol.
E. Dasar Teori
Alkohol mempunyai rumus umum R-OH. Strukturnya serupa dengan
air, tetapi satu hidrogennya diganti dengan satu gugus alkil. Gugus fungsi
alkohol adalah gugus hidroksil –OH (Hart, 1983). Gugus R pada alkohol
dapat berbentuk alkil dan aril. Oleh karena itu senyawa ini sangat luas
dijumpai baik dari hasil sintesis maupun yang terjadi secara alami (Matsjeh,
Sabirin, 1993).
Sifat fisis yang dimiliki oleh alkohol, meliputi:
1. Alkohol memiliki titik didih yang tinggi, yang bobot molekulnya
sebanding. Hal ini dikarenakan alkohol dapat membentuk ikatan
hidrogen antara molekul-molekulnya.
2. Alkohol berbobot molekul rendah larut dalam air. Kelarutan dalam
air ini disebabkan oleh ikatan hidrogen antara alkohol dengan air.
Sifat kimia yang dimiliki oleh alkohol, meliputi:
1. Antar molekul alkohol terdapat ikatan hidrogen.
2. Alkohol bersifat polar karena memiliki gugus -OH. Kepolaran
alkohol akan semakin kecil jika suhunya semakin tinggi.
3. Alkohol kering dapat bereaksi dengan logam K dan Na.
2

4. Alkohol primer dan sekunder dapat dioksidasi dengan menggunakan


oksidator, namun alkohol tersier tidak dapat dioksidasi (Fessenden
& Fessenden, 1986).
Adapun fenol memiliki struktur yang serupa dengan alkohol, tetapi
gugus fungsinya melekat langsung pada cincin aromatik atau gugus alkohol
yang melekat dengan gugus benzena, sehingga dikatakan fenol adalah
senyawa aromatik yang memiliki gugus aril yaitu benzena yang kehilangan
1 atom H yaitu C6H5. Dengan Ar (sebagai aril) maka rumus fenol dituliskan
Ar-OH (Hart, 1983). Fenol merupakan asam yang lebih kuat dari pada
alkohol atau air. Fenol dengan pKa=10 memiliki kekuatan asam kira-kira
diantara etanol dan asam asetat (pKa= 4,75). Ion fenoksida merupakan basa
yang lebih lemah dibandingkan –OH. Oleh karena itu, fenoksida dapat
dibuat dengan mengolah suatu fenol dan NaOH dalam air. Reaktifitas ini
sangat berbeda dengan reaktifitas alkohol. Fenol bersifat lebih asam
dibandingkan alkohol karena anion yang dihasilkan distabilkan oleh
resonansi, dengan muatan negatifnya disebar (delokalisasi) oleh cincin
aromatik (Fessenden & Fessenden, 1986).
Adapun cara untuk mengidentifikasi gugus alkohol dan fenol di antara
senyawa-senyawa alkohol yaitu dengan mengetahui sifat kelarutan antara
alkohol dan fenol, serta jenis-jenis reaksi dan pereaksi yang digunakan
untuk membedakan antara senyawa alkohol dan fenol.
1. Kelarutan
Alkohol memiliki ikatan yang mirip dengan air. Sifat kemiripan
dengan air dikarenakan oleh kesamaan gugus fugsi keduanya yang
rendah. Atom karbon (C1-C5) mempunyai sifat yang menyerupai sifat air
karena gugus hidroksil (-OH) mengambil bagian yang lebih besar dalam
molekulnya, sedangkan alkohol yang lebih tinggi (C6 ke atas)
mempunyai sifat alkana yang hanya sedikit larut dalam air, tetapi mudah
larut dalam pelarut organik.
Alkohol juga tersusun dari molekul polar, dimana atom hidrogen
berikatan dengan atom oksigen yang elektronegatif, sehingga dapat
membentuk ikatan hidrogen intramolekul yang mengakibatkan alkohol
3

memiliki titik didih lebih tinggi daripada titik didih alkil halida atau eter
yang berat molekulnya sebanding. Alkohol dengan berat molekul rendah
mudah larut dalam air, sedangkan alkil halida padanannya tidak larut
dalam air. Kelarutan yang terjadi disebabkan oleh ikatan hidrogen antara
alkohol dan air (Fessenden & Fessenden, 1986).
Alkohol atau rantai hidrokarbon
Alkohol (R─OH) memiliki bagian yang larut adalah air (hidrofilik
= suka air ) yaitu (─OH) dan yang tidak larut dalam air (hidrofobik =
menolak molekul-molekul air) yaitu (─R) atau rantai hidrokarbon.
Semakin panjang rantai hidrokarbon pada alkohol dapat menyebabkan
kelarutan alkohol dalam air semakin rendah. Dengan bertambah
panjangnya rantai, pengaruh gugus hidroksilnya yang polar terhadap sifat
molekulnya akan menurun. Hal ini terjadi karena sifat hidrofob yang
dikalahkan oleh sifat hidrofil (menyukai molekul air) pada gugus
hidroksil. Namun, percabangan pada rantai hidrokarbon dapat
meningkatkan kelarutan alkohol dalam air, t-butil alkohol (CH3)3COH
dapat larut dalam air, sedangkan 1-butanol sedikit larut. Hal ini
disebabkan oleh lebih kompak dan kurang hidrofobnya gugus t-butil
dibandingkan dengan gugus n-butil. Bertambahnya gugus –OH juga
menaikkan hidrofilitas dan kelarutan alkohol (Fessenden & Fessenden,
1986).
Struktur suatu alkohol atau fenol yang semakin besar, akan
menyebabkan titik didih semakin tinggi, sehingga probabilitas alkohol
berwujud padat. Sebagian alkohol larut dalam air karena gugus hidroksi
pada alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air.
Namun, ketika ukuran gugus alkil pada alkohol bertambah besar,
kelarutannya dalam air akan berkurang. Hal ini disebabkan oleh
kemampuan gugus alkil yang dapat mengganggu pembentukan ikatan
hidrogen antara gugus hidroksi dengan air. Jika gangguan ini menjadi
cukup besar, akibatnya molekul – molekul air akan menolak molekul –
molekul alkohol untuk menstabilkan kembali ikatan hidrogen antar
molekul air. Jika gugus non polar (seperti gugus alkil) terikat pada cincin
4

aromatik, maka kelarutan fenol dalam air akan berkurang. Hal ini yang
menjadi alasan mengapa gugus non polar sering disebut gugus hidrofob.
2. Reaksi dengan Alkali
Menurut (Hart, 1983), alkohol dan fenol sama halnya dengan air
yaitu senyawa yang bersifat asam lemah. Alkohol mempunyai keasaman
10-100 kali lebih lemah dari air. Tetapan ionisasi kesetimbangan 𝐻2 O →
H + + O𝐻 − adalah 10-14. Untuk kebanyakan alkohol memiliki tetapan
ionisasi 𝑅 − 𝑂𝐻 → H + + O𝑅 − kira-kira 10-15 sampai 10-16. Alkohol
dapat bereaksi dengan logam seperti natrium atau kalium dengan cara
membebaskan ion hidrogen dan membentuk alkoksida.
ONa

+ NaOH  + H2O

Sumber: (Fessenden & Fessenden, 1986).


Air bertindak sebagai asam dengan melepaskan sebuah proton dan
membentuk basa kuat. Dalam hal ini, alkohol mengalami reaksi yang
sama. Anion yang terbentuk merupakan akibat hilangnya proton dari
alkohol (-OR) yang disebut sebagai ion alkoksida dan garamnya disebut
logam alkoksida (Fessenden & Fessenden, 1986).
Logam alkoksida yang larut dalam alkoholnya merupakan basa kuat,
sama halnya dengan larutan natrium hidroksida dalam air yang
merupakan basa kuat. Memang alkoksida lebih basa dibandingkan
dengan hidroksida (karena keasaman alkohol lebih lemah daripada air).
Karena alasan ini, alkoksida dapat terhidrolisis menjadi alkohol jika
ditambahkan ke dalam air (Hart, 1983).
Berlawanan dengan alkohol, fenol merupakan asam yang lebih kuat
daripada air. Fenol sendiri 10.000 kali lebih asam daripada air, alasan
utamanya adalah karna fenol dimantapkan oleh resonansi. Muatan
negatif pada hidroksida atau alkoksida tetap tinggal pada atom oksigen,
sedangkan pada ion fenoksida muatan ini dapat didelokalisasi pada
posisi-posisi orto dan para pada cincin benzena melalui resonansi (Hart,
1983).
5

Alkohol merupakan asam atau basa yang sangat lemah. Dalam


keadaan murni pKa alkohol jauh lebih lemah daripada dalam air. Satu
alasan alkohol murni memiliki keasaman yang lebih rendah adalah
karena alkohol memiliki tetapan dielektrik yang lebih rendah dan kurang
polar, sehingga alkohol kurang mampu mendukung ion dalam larutan
membentuk molekul air (Fessenden & Fessenden, 1986).
Keasaman pada fenol dapat menyebabkan fenol mudah dipisahkan.
Jika suatu larutan organik mengandung suatu campuran fenol yang tidak
larut dalam air dikocok dalam corong pemisah dengan larutan encer
natrium hidroksida, fenol diubah menjadi natrium fenoksida (ArO-Na+).
Fenoksida adalah ion, oleh sebab itu larut kedalam lapisan organik yang
mengandung senyawa yang lain. Dengan mengasamkan lapisan air maka
fenol murni dapat dipisahkan (Fessenden & Fessenden, 1986).
Meskipun fenol kurang asam dibandingkan asam karboksilat, tetapi
fenol lebih asam dibandingkan alkohol maupun air. Hal ini dikarena ion
fenol dapat diubah menjadi natrium fenoksida (Sumarlin, 2011).
3. Reaksi dengan Natrium
Sifat fisis dan sifat kimia pada senyawa alkohol dan eter sangat
berbeda. Meskipun demikian keduanya merupakan isomer gugus
fungsi. Untuk membedakan kedua gugus fungsi tersebut (R-OH) dengan
(R-O-R) dapat dilakukan dengan mereaksikan keduanya dengan logam
Na, seperti terlihat pada contoh di bawah ini.
2CH3CH2OH + 2Na(s) → 2CH3CH3ONa + H2(g)
Etanol natrium etoksida
Sumber: (Hart, 1983)
CH3OCH3 + Na → tidak dapat bereaksi
Dietil eter
Sumber: (Hart, 1983)
Pada contoh di atas, alkohol akan bereaksi dengan logam natrium
dan membebaskan gas hidrogen dan membentuk alkoksida. Sementara
itu, jika di dalam eter ditambahkan natrium maka tidak akan terjadi reaksi
(Ismono, 2016).
6

Alkohol dapat bereaksi dengan logam aktif seperti K dan Na


menghasilkan garam alkoksida. Alkoksida merupakan basa kuat yang
umumnya lebih kuat daripada hidroksida. Metode yang paling mudah
untuk membuat alkoksida ialah mereaksikan alkohol dengan logam
alkali, seperti kalium dan natrium. Reaksi ini bukanlah reaksi asam basa,
melainkan reaksi oksidasi reduksi. Logam alkali dioksidasi menjadi
sebuah kation, dan hidrogen dari gugus OH direduksi menjadi gas
hidrogen.

Metanol dan etanol dapat bereaksi cukup kuat dengan logam


natrium. Semakin besar gugus R, maka semakin berkurang kekuatan
reaksi. Untuk alkohol dengan empat atom karbon atom atau lebih,
biasanya digunakan logan kalium yang lebih reaktif untuk membuat
alkoksida. Suatu hidrida logam alkali (NaH atau KH) juga dapat
digunakan untuk membuat alkoksida (Fessenden & Fessenden, 1986).

Berkurangnya reaktivitas terhadap Na atau K

Sumber: (Fessenden & Fessenden, 1986)


4. Pengujian Lucas
Alkohol memiliki kecepatan reaksi yang berbeda terhadap suatu
reagen tertentu bahkan hasil pengujian yang diperoleh dapat berebeda,
hal ini bergantung pada golongan alkohonya. Oleh karena itu, diperlukan
pengujian untuk membedakan dan menentukan struktur suatu alkohol
yang belum dikenal. Salah satu pengujian yang dapat dilakukan adalah
pengujian Lucas.
Pengujian Lucas dalam alkohol dilakukan untuk membedakan
antara alkohol primer, sekunder dan tersier yang dapat larut dalam air.
Hal ini didasarkan pada perbedaan reaktivitas dan kecepatan reaksi dari
tiga kelas alkohol dengan hidrogen halida. Reagen lucas merupakan
suatu campuran asam klorida pekat dan seng klorida. Seng klorida adalah
suatu asam lewis, yang ketika ditambahkan dalam asam klorida akan
7

membuat larutan menjadi lebih asam. Peranan ZnCl2 adalah serupa


dengan peranan H+. ZnCl2 adalah suatu asam Lewis yang sangat kuat
dengan orbital- orbital kosong yang dapat menerima pasangan- pasangan
elektron dari oksigen. Pembentukan suatu kompleks antara ZnCl2 dan
oksigen alkohol melemahkan ikatan C-O dan dengan demikian
menaikkan kemampuan gugus oksigen tersebut untuk pergi (Fessenden
& Fessenden, 1986).
Alkohol tersier bereaksi dengan reagen Lucas dengan cepat
menghasilkan alkil klorida yang tidak larut dan timbul sebagai suspensi
keruh atau sebagai lapisan yang terpisah walaupun tanpa pemanasan.
Sementara alkohol sekunder akan larut dan menghasilkan suatu larutan
bening dengan syarat gugus R tidak mempunyai banyak atom karbon di
dalam rantai, kemudian membentuk alkil klorida (larutan keruh) dalam
waktu 5-10 menit. Sedangkan alkohol primer membutuhkan waktu
selama beberapa jam pada suhu kamar untuk membentuk alkil klorida
oleh reagen Lucas ini (Hart, 1983).
Reagen Lucas dapat melarutkan alkohol dengan cara
menghilangkan gugus –OH dan membentuk karbokation. Kecepatan
reaksi ini sebanding dengan energi yang dibutuhkan untuk membentuk
karbokation, sehingga tersier, benzilik dan karbokation allylic bereaksi
cepat. Sementara yang lebih kecil dan substitusi yang kurang
menyebabkan alkohol bereaksi lebih lambat. Hal ini disebabkan oleh
karbokation segera bereaksi dengan ion klorida yang mudah larut dalam
kloroalkana (Hart, 1983).
5. Reaksi Fenol dengan Air Brom
Untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang merupakan senyawa
fenol dapat dilakukan pengujian air brom. Pengujian air brom juga dapat
digunakan untuk membedakan antara fenol dan alkohol yaitu didasarkan
pada fenol yang dapat bereaksi dengan air brom dan menghasilkan
senyawa bromofenol yang ditandai dengan perubahan warna larutan.
Gugus hidroksi (O-H) yang terikat pada gugus benzene pada fenol
merupakan pengarah orto-para, sehingga pada pengujian ini akan
8

dihasilkan senyawa bromofenol yang memiliki posisi orto-para terhadap


gugus O-H pada fenol. Senyawa bromofenol yang dihasilkan dalam
percobaan ini dapat berupa 2,4-tribromo fenol, 2,6-tribromo fenol atau
2,4,6-tribromo fenol, dan dapat juga gabungan dari ketiganya dengan
prosentase tertentu (Hart, 1983).
Telah diketahui bahwa fenol memiliki sifat asam, dan sifat asam
tersebut terjadi karena fenol distabilkan oleh resonansi. Gugus
Hidroksi(OH) dari fenol mengakibatkan cincin benzena reaktif terhadap
substitusi elektrofilik, sehingga dapat menarik gugus lain contohnya Br
untuk terikat pada gugus benzene. Persamaan reaksinya sebagai berikut:
OH

Br Br

OH

+ 3 Br2 Br (2,4,6-tribromo fenol)


Sumber: (Fessenden & Fessenden, 1986).
6. Reaksi Fenol dengan Besi (III) Klorida
Fenol dan senyawa yang mengandung gugus hidroksil terikat pada
suatu atom karbon tak jenuh (enol), yang dapat memberi warna merah
jambu, ungu atau hijau bergantung pada struktur fenol atau enol, dengan
penambahan FeCl3. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya senyawa
kompleks dengan besi. Alkohol-alkohol biasa tidak dapat bereaksi
dengan FeCl3. Oleh karena itu, pengujian ini dapat digunakan untuk
membedakan kebanyakan fenol dari alkohol (Anwar, Purwono,
Pranowo, & Wahyuningsih, 1994).
F. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Tabung reaksi 20 buah
2. Pipet tetes 20 buah
3. Gelas ukur 2 buah
9

b. Bahan
1. Etanol 2,5 ml 11. Naftol 0,5 ml
2. 1-propanol 2 ml 12. Larutan NaOH 10%
3. 2-propanol 3 ml 13. Logam natrium
4. n-butil alkohol 2 ml 14. Indikator fenolftalein
5. 2-butanol 1 ml 15. Reagen Lucas
6. Etilen glikol 0,5 ml 16. Larutan brom dalam air
7. Fenol 2,5 ml 17. Larutan besi (III)
8. Ter-butil alkohol 2,5 ml klorida 1%
9. Sikloheksanol 2 ml 18. Air brom
10. Resorsinol 3 ml 19. Batu karbit
G. Alur Percobaan
1. Kelarutan

0,5 mL Etanol 0,5 mL n-butil alkohol


Etanol
1. Dimasukkan dalam 1. Dimasukkan dalam
tabung Reaksi 1 tabung Reaksi 2
2. Ditambahkan 2 mL 2. Ditambahkan 2 mL
air air
3. Dikocok 3. Dikocok
4. Diamati dan dicatat 4. Diamati dan dicatat
hasilnya hasilnya

Hasil Pengamatan Hasil Pengamatan

0,5 mL ter-butil alkohol 0,5 mL Sikloheksanol

1. Dimasukkan dalam 1. Dimasukkan dalam


tabung Reaksi 3 tabung Reaksi 4
2. Ditambahkan 2 mL 2. Ditambahkan 2 mL
air air
3. Dikocok 3. Dikocok
4. Diamati dan dicatat 4. Diamati dan dicatat
hasilnya hasilnya

Hasil Pengamatan Hasil Pengamatan


10

0,5 mL etilin glikol 0,5 mL fenol

1. Dimasukkan dalam 1. Dimasukkan dalam


tabung Reaksi 5 tabung Reaksi 6
2. Ditambahkan 2 mL 2. Ditambahkan 2 mL
air air
3. Dikocok 3. Dikocok
4. Diamati dan dicatat 4. Diamati dan dicatat
hasilnya hasilnya

Hasil Pengamatan Hasil Pengamatan

2. Reaksi dengan Alkali

0,5 mL n-butil alkohol 0,5 mL sikloheksanol

1. Dimasukkan dalam 1. Dimasukkan dalam


tabung Reaksi 1 tabung Reaksi 2
2. Ditambahkan 5 mL 2. Ditambahkan 5 mL
NaOH 10% NaOH 10%
3. Dikocok 3. Dikocok
4. Diamati dan dicatat 4. Diamati dan dicatat
hasilnya hasilnya

Hasil Pengamatan Hasil Pengamatan

0,5 mL fenol 0,5 mL naftol

1. Dimasukkan dalam 1. Dimasukkan dalam


tabung Reaksi 3 tabung Reaksi 4
2. Ditambahkan 5 mL 2. Ditambahkan 5 mL
NaOH 10% NaOH 10%
3. Dikocok 3. Dikocok
4. Diamati dan dicatat 4. Diamati dan dicatat
hasilnya hasilnya

Hasil Pengamatan Hasil Pengamatan


11

3. Reaksi dengan Natrium

2 mL Etanol 2 mL 1-propanol

1. Dimasukkan dalam 1. Dimasukkan dalam


tabung Reaksi 1 tabung Reaksi 2
2. Ditambahkan 2. Ditambahkan
sepotong kecil sepotong kecil
logam Na logam Na
3. Ditambahkan 3. Ditambahkan
beberapa tetes beberapa tetes
indikator PP indikator PP
4. Diamati dan dicatat 4. Diamati dan dicatat
hasilnya hasilnya

Hasil Pengamatan Hasil Pengamatan

2 mL 2-propanol 2 mL Resorsinol

1. Dimasukkan dalam 1. Dimasukkan dalam


tabung Reaksi 3 tabung Reaksi 4
2. Ditambahkan 2. Ditambahkan
sepotong kecil sepotong kecil
logam Na logam Na
3. Ditambahkan 3. Ditambahkan
beberapa tetes beberapa tetes
indikator PP indikator PP
4. Diamati dan dicatat 4. Diamati dan dicatat
hasilnya hasilnya
Hasil Pengamatan Hasil Pengamatan
12

4. Pengujian Reagen Lucas

1 mL 1-butanol 1 mL 2-butanol

1. Dimasukkan dalam 1. Dimasukkan dalam


tabung Reaksi 1 tabung Reaksi 2
2. Ditambahkan 2-3 2. Ditambahkan 2-3
tetes Reagen Lucas tetes Reagen Lucas
3. Dikocok 3. Dikocok
4. Dicatat waktu 4. Dicatat waktu
perubahan larutan perubahan larutan
menjadi keruh menjadi keruh

Hasil Pengamatan Hasil Pengamatan

1 mL sikloheksanol 1 mL ter-butil alkohol

1. Dimasukkan dalam 1. Dimasukkan dalam


tabung Reaksi 3 tabung Reaksi 1
2. Ditambahkan 2-3 2. Ditambahkan 2-3
tetes Reagen Lucas tetes Reagen Lucas
3. Dikocok 3. Dikocok
4. Dicatat waktu 4. Dicatat waktu
perubahan larutan perubahan larutan
menjadi keruh menjadi keruh

Hasil Pengamatan Hasil Pengamatan


13

5. Reaksi Fenol dengan Air Brom

0,5 mL Fenol

1. Dimasukkan dalam tabung


Reaksi
2. Ditambahkan 1,5 mL air
Brom secara berlahan-
lahan sambil dikocok
sampai warna kuning tidak
berubah
3. Dicatat hasilnya

Hasil Pengamatan

6. Reaksi Fenol dengan Besi (III) Klorida

1 mL Fenol 1 mL Resorsinol

5. Dimasukkan dalam 1. Dimasukkan dalam


tabung Reaksi 1 tabung Reaksi 2
6. Ditambahkan 2 2. Ditambahkan 2
tetes Besi (III) tetes Besi (III)
Klorida Klorida
7. Dikocok 3. Dikocok
8. Dicatat hasilnya 4. Dicatat hasilnya

Hasil Pengamatan Hasil Pengamatan

1 mL 2-propanol

1. Dimasukkan dalam
tabung Reaksi 3
2. Ditambahkan 2
tetes Besi (III)
Klorida
3. Dikocok
4. Dicatat hasilnya

Hasil Pengamatan
14

H. Hasil Pengamatan

No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan


Perc Sebelum Sesudah
1. Kelarutan (*) Air tidak Tb 1  Etanol  Dari beberapa
berwarna (*) etanol+air hasil percobaan
larutan tidak jika senyawa
Tb 1 berwarna yang
(*)Etanol (*) Setelah  n-butil alkohol ditambahkan air
tidak dikocok, larut dan
berwarna menjadi tidak terbentuk satu
berwarna dan fasa, maka
Tb 2 melarutkan.  ter-butil alkohol larutan tersebut
(*)n-butil (etanol terlarut termasuk
alkohol tidak homogen) senyawa polar.
berwarna Sedangkan jika
Tb 2 senyawa tersebut
Tb 3 (*) Butanol + air tidak larut dalam
(*)ter-butil larutan tidak air maka
alkohol tidak berwarna senyawa tersebut
berwarna (*)setelah non polar.
dikocok, larutan  sikloheksanol  Senyawa alkohol
Tb 4 keruh. alifatik (etanol,
(*)Sikloheksa (*)setelah n-butil alkohol,
nol tidak didiamkan, etilen glikol, ter-
berwarna larutan butil) mudah
larut dalam air
15

membentuk 2  etilen glikol  Senyawa alkohol


Tb 5 lapisan. siklik
(*)etilin Tb 3 (sikloheksanol)
glikol tidak (*) ter-butil sukar larut dalam
berwarna alkohol + air  fenol air
larutan menjadi  Senyawa alkohol
Tb 6 tidak berwarna aromatik (fenol)
(*)fenol (*)setelah tidak larut dalam
berwarna dikocok larutan air.
kuning pudar saling larut  Tingkat
(homogen) kelarutan:
Etilen glikol >
Tb 4 etanol > ter-butil
(*) alkohol > butanol
Sikloheksanol + > sikloheksanol
air larutan > fenol
menjadi tidak
berwarna
(*)setelah
dikocok
terbentuk
gelembung dan
membentuk 2
lapisan.

Tb 5
(*) Etilen Glikol
+ air larutan
16

menjadi tidak
berwarna
(*)setelah
dikocok larutan
saling larut
(homogen)

Tb 6
(*) Fenol 20% +
air larutan
sedikit berwarna
kuning pudar
(*)setelah
dikocok larutan
saling larut
(homogen)
2. Reaksi dengan Alkali (*)Larutan Tb 1 Tb 1  Pada senyawa n-
NaOH 10% (*)Butanol Tidak terjadi reaksi butil alkohol dan
tidak berwana +NaOH 10% sikloheksanol
Larutan menjadi merupakan
Tb 1 tidak berwarna Tb 2 alkohol yang
(*)Butanol (*)Setelah Tidak terjadi reaksi bersifat netral
tidak bewarna dikocok, larutan
tetap tidak
Tb 2 berwarna
(*)Sikloheksa
nol tidak Tb 2
berwarna
17

(*)Sikloheksanol Tb 3  Pada senyawa


Tb 3 + NaOH 10% fenol dan naftol
(*) Larutan Larutan menjadi merupakan
fenol 20% berwarna kuning alkohol yang
berwarna (*)Saat dikocok bersifat asam
kuning pudar larutan keruh

Tb 4 Tb 3
(*)Larutan (*)Fenol + Tb 4
Naftol NaOH 10%
berwarna Larutan
coklat muda berwarna
kuning+++
(*)Saat dikocok,
larutan keruh
dan muncul buih

Tb 4
(*)Naftol +
NaOH 10%
Larutan
berwarna kuning
++++
(*)Saat dikocok
terbentuk
endapan
berwarna jingga
dan saat
18

didiamkan
beberapa saat
endapan
menghilang

3. Reaksi dengan Logam Natrium (*)Padatan Tb 1 Tb 1 Semakin panjang


Natrium (*)Etanol + rantai atom C dan
berwarna Logam Natrium, gugus –OH yang
jingga larutan menjadi terletak pada posisi
tidak berwarna Tb 2 atom C primer,
(*)Indikator dan timbul gas maka warna yang
PP tidak (*)Etanol+Na dihasilkan semakin
berwarna +PP larutan pekat
menjadi Tb 3
Tb 1 berwarna ungu
(*)Etanol (+) Tingkat kebasaan:
tidak Etanol<resorsinol<
berwarna Tb 2 Tb 4 2-propanol<1-
(*)1-propanol+ propanol
Tb 2 Na larutan
(*)1-propanol menjadi tidak
tidak berwarna dan
berwarna timbul gas
19

Tb 3 (*)1-
(*)2-propanol propanol+Na
tidak +PP larutan
berwarna berwarna ungu
(++)
Tb 4
(*)Resorsinol Tb 3
berwarna (*)2-propanol +
jingga Na larutan
menjadi tidak
berwarna dan
timbul gas
(*)2-
propanol+Na
+PP larutan
menjadi
berwarna ungu
(+++)

Tb 4
(*)Resorsinol +
Na larutan
menjadi
berwarna jingga
dan timbul gas
(*)Resorsinol+
Na+PP larutan
menjadi
20

berwarna ungu
kemerahan

4. Pengujian Reagen Lucas (*)Reagen Tb 1 Tb 1


Lucas tidak (*)1-butanol+  Dari percobaan
berwarna R.Lucas tidak dapat
berwarna diidentifikasi
Tb 1 (*)Setelah bahwa:
Tb 2
(*)1-butanol dikocok dan ter-butil alkohol
tidak ditunggu 10 merupakan
berwarna menit 21 detik alkohol tersier.
larutan memisah 2-butanol dan
Tb 2 Tb 2 Sikloheksanol
(*)2-butanol (*)2-butanol+ Tb 3 merupakan
tidak R.Lucas tidak alkohol sekunder.
berwarna berwarna Dan 1-butanol
(*)Setelah merupakan
Tb 3 dikocok dan alkohol primer
(*)Sikloheksa ditunggu selama
nol tidak 4 menit 28 detik  ter-butil alkohol
berwarna larutan memisah lebih cepat
bereaksi dengan
21

Tb 4 Tb 3 Tb 4 reagen lucas jika


(*)ter-butil (*)Sikloheksanol dibandingkan
alkohol tidak +R.Lucas larutan dengan 2-butanol.
berwarna tidak berwarna  2-butil alkohol
(*)Setelah lebih cepat
dikocok dan bereaksi dengan
ditunggu selama regen lucas jika
5 menit 47 detik dibandingkan
larutan memisah dengan
sikloheksanol
Tb 4  sikloheksanol
(*)ter-butil lebih cepat bereaksi
alkohol+ dengan regen lucas
R.Lucas larutan jika dibandingkan
tidak berwarna dengan 1-butanol
(*)Setelah
dikocok dan
ditunggu selama
4 detik larutan
memisah
5. Reaksi Fenol dengan Air Brom (*)Fenol (*)Fenol+Air Terbentuk senyawa
20% Brom, warna aromatik dari fenol
berwarna kuning tidak dengan posisi orto-
kuning pudar berubah setelah para
(*)Air Brom penambahan 23
berwarna tetes air brom
kuning secara perlahan-
lahan.
22

(*)terbentuk
hablur

6. Reaksi Fenol dengan Besi (III) Klorida (*)Larutan Tb 1 Tb 1 Terdapat senyawa


Besi (III) (*)Fenol+ FeCl3 fenolik (serupa
Klorida larutan berwarna senyawa fenol)
berwarna biru kehitaman dengan
kuning (ungu) terbentuknya
senyawa kompleks,
Tb 1 Tb 2 Tb 2 kecuali 2-propanol
(*)Fenol 20% (*)Resorsinol + yang tidak
tidak FeCl3 larutan mengalami
berwarna berwarna kuning perubahan.
kecoklatan

Tb 2 Tb 3
(*)Larutan (*)2-propanol + Tb 3
Resorsinol FeCl3 larutan
berwarna berwarna kuning Tidak bereaksi
jingga
23

Tb 3
(*)2-propanol
tidak
berwarna
24

I. Analisis dan Pembahasan


1. Kelarutan
Percobaan ini digunakan untuk membedakan sifat fisika antara
alkohol dan fenol, yaitu sifat kelarutan. Prinsip kerja dari percobaan ini
yaitu alkohol dan fenol yang sama-sama memiliki gugus hidroksil yang
memungkinkan terjadinya ikatan hidrogen antara molekul-molekul
tersebut dengan senyawa lain yang sejenis air H-OH. Hal ini
menyebabkan golongan dari senyawa ini mempunyai kelarutan yang
besar dalam air, terutama senyawa-senyawa homolog yang rendah dari
golongan tersebut. Senyawa yang akan diuji yaitu etanol, n-butil alkohol,
ter-butil alkohol, sikloheksanol, etilen glikol, dan fenol yang dimasukkan
ke dalam masing-masing tabung reaksi.
Sebelum percobaan dilakukan, terlebih dahulu disiapkan alat dan
bahan yang diperlukan. Perlu dipastikan alat-alat yang akan digunakan
dalam percobaan telah bersih. Hal ini perlu dilakukan agar tidak ada zat
pengotor dalam percobaan yang dapat mempengaruhi hasil akhir
percobaan.
Uji kelarutan yang pertama yaitu pada etanol. Sebanyak 0,5 ml
etanol yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambahkan air
sebanyak 2 ml yang kemudian dikocok. Pada etanol reaksinya adalah
sebagai berikut.

Setelah dilakukan percobaan, didapatkan hasil yaitu etanol larut


dalam air, etanol larut dalam air tanpa proses pengocokan. Hal ini
dikarenakan etanol memiliki kelarutan yang besar dalam air karena
etanol memiliki rantai atom C yang pendek. Semakin pendeknya rantai
atom karbon akan meningkatkan sifat kelarutan dari senyawa tersebut.
Hal ini terjadi karena rantai atom karbon (gugus alkil) pada alkohol
memiliki sifat hidrofob (tidak suka air). Sehingga semakin banyak atom
karbon atau semakin panjang rantai atom karbon (gugus alkil) pada
25

alkohol akan mengganggu terbentuknya ikatan hidrogen antara gugus


hidroksi (O-H) pada alkohol dengan molekul air.
Pada alkohol gugus alkil (yang terikat dengan gugus O-H) akan
saling tolak menolak dengan molekul air, untuk menstabilkan kembali
ikatan hidrogen antar molekul air. Namun, hal ini dapat mengganggu
sifat kelarutan alkohol. Sehingga menyebabkan alkohol dengan rantai
atom C yang lebih panjang sukar larut dalam air. Selain itu, rantai atom
karbon (gugus alkil) memiliki sifat non polar, sehingga panjang-
pendeknya rantai atom karbon akan mempengaruhi kelarutannya dalam
air, dimana air bersifat polar.
Uji kelarutan yang kedua yaitu pada n-butil alkohol. Sebanyak 0,5
ml n-butil alkohol yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi
ditambahkan air sebanyak 2 ml yang kemudian dikocok. Pada n-butil
alkohol reaksinya adalah sebagai berikut:

Setelah dilakukan percobaan, didapatkan hasil yaitu n-butil alkohol


larut dalam air, tetapi membutuhkan waktu yang lebih lama daripada
etanol. Pada awal penambahan terjadi kekeruhan sementara kemudian
setelah pengocokan n-butil alkohol larut dalam air. Hal ini disebabkan
rantai atom C yang dimiliki oleh n-butil alkohol lebih panjang daripada
etanol. Rantai atom karbon yang lebih panjang dapat mengganggu
pembentukan ikatan hidrogen antara gugus hidroksi dengan air, karena
menyebabkan berkurangnya sifat sifat hidrofilik, sedangkan sifat
hidrobik bertambah. N-butil alkohol memilki kelarutan yang terbatas
pada air yaitu sebesar 8,3 gram/100 ml, atau dapat dikatakan hanya
sedikit larut. Selain itu, semakin banyak atom C dalam senyawa alkohol
alifatik akan meningkatkan sifat ketidakpolaran, sehingga ketidakpolaran
ini akan menyulitkan air sebagai pelarut polar untuk melarutkan alkohol.
Uji kelarutan yang ketiga yaitu pada ter-butil alkohol. Sebanyak
0,5 ml ter-butil alkohol yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi
ditambahkan air sebanyak 2 ml dan dikocok. Reaksi pada ter-butil
alkohol adalah sebagai berikut:
26

Setelah dilakukan percobaan, didapatkan hasil yaitu ter-butil


alkohol larut dalam air. Hal ini dapat terjadi karena ter-butil alkohol
memiliki atom C yang dikelilingi oleh tiga gugus metil, dimana adanya
percabangan pada rantai karbon dapat meningkatkan kelarutan senyawa
tersebut dalam air (Fessenden & Fessenden, 1986). Kelarutan pada ter-
butil alkohol lebih tinggi daripada n-butil alkohol, hal ini disebabkan oleh
lebih kompaknya sifat hidrofilik dan kurang hidrofobnya gugus t-butil
dibandingkan dengan gugus n-butil. N-butil alkohol memilki kelarutan
yang terbatas pada air yaitu sebesar 8,3 gram/100 ml, atau dapat
dikatakan hanya sedikit larut.
Uji kelarutan yang keempat yaitu pada sikloheksanol. Sebanyak
0,5 ml sikloheksanol yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi
ditambahkan air sebanyak 2 ml yang kemudian dikocok. Pada
sikloheksanol reaksinya adalah sebagai berikut.

Setelah dilakukan percobaan, didapatkan hasil yaitu sikloheksanol


sukar larut dalam air yang ditandai dengan keruhnya larutan dan
terbentuk 2 lapisan pada larutan. Hal ini dikarenakan sikloheksanol
memiliki atom C yang membentuk siklik sehingga menyebabkan lebih
sulitnya larut suatu alkohol dalam air, karena akan semakin
meningkatkan sifat hidrobik pada alkohol.
Uji kelarutan yang kelima yaitu pada etilen glikol. Sebanyak 0,5
ml etilen glikol yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi
ditambahkan air sebanyak 2 ml yang kemudian dikocok. Reaksi pada
etilen glikol adalah sebagai berikut.
27

Setelah dilakukan percobaan, didapatkan hasil yaitu etilen glikol


larut dalam air. Hampir sama dengan etanol, etilen glikol memiliki 2
atom C pada rantai karbonnya. Etilen glikol memiliki dua gugus hidroksi
yang memudahkannya untuk larut dalam air dengan membentuk ikatan
hidrogen. Dua gugus hidroksi yang terdapat pada etilen glikol dapat
menyebabkan etilen glikol membentuk ikatan hidrogen yang lebih
banyak dengan molekul air, sehingga kelarutannya hampir sama dengan
etanol.
Uji kelarutan yang keenam yaitu pada fenol. Sebanyak 0,5 ml fenol
(berwarna merah kecoklatan) yang telah dimasukkan ke dalam tabung
reaksi ditambahkan air sebanyak 2 ml yang kemudian dikocok. Pada
fenol reaksinya adalah sebagai berikut.

Setelah dilakukan percobaan, didapatkan hasil yaitu fenol larut


dalam air yang ditandai dengan larutan sedikit berwarna kuning pudar,
setelah dikocok larutan saling larut (homogen). Namun, hal ini tidak
sesuai dengan teori, karna secara teori fenol tidak larut dalam air.
Tingkat kelarutan alkohol dan fenol dalam percobaan ini yaitu :
Etilen glikol > etanol > ter-butil alkohol > butanol > sikloheksanol >
fenol.
2. Reaksi dengan Alkali
Percobaan ini digunakan untuk membedakan sifat alkohol dan fenol
yang lainnya, yaitu sifat keasaman. Percobaan ini didasarkan pada
alkohol dan fenol yang bersifat asam lemah. Namun, fenol memiliki sifat
yang lebih asam daripada alkohol karena anion yang dihasilkan dan
distabilkan oleh resonansi yang muatan negatifnya didelokalisasi oleh
cincin aromatik. Sedangkan alkohol memiliki sifat asam yang sangat
lemah, bahkan cenderung dianggap memilki sifat netral. Dalam
28

percobaan ini dapat dibedakan sifat kedua senyawa tersebut dengan cara
mereaksikannya dengan alkali. Alkohol yang bersifat netral tidak dapat
bereaksi dengan alkali. Sedangkan fenol yang memiliki sifat asam lemah
akan bereaksi dengan alkali yang bersifat basa dan menghasilkan garam
fenoksida.
Langkah yang dilakukan dalm percobaan ini adalah dengan
mereaksikan alkohol dan fenol dengan NaOH yang bersifat basa kuat,
sehingga fenol yang bereaksi dengan NaOH tersebut akan menghasilkan
garam natrium alkoksida yang bersifat basa kuat.
Sebelum melakukan percobaan, terlebih dahulu menyiapkan alat
dan bahan yang diperlukan. Hal lain yang perlu diperhatikan sebelum
memulai percobaan adalah memastikan alat-alat yang akan digunakan
telah bersih, agar tidak ada zat pengotor dalam percobaan yang dapat
mempengaruhi hasil akhir.
Percobaan pertama yang dilakukan adalah mereaksikan 0,5 ml n-
butil alkohol yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan 5 ml
NaOH 10% yang kemudian dikocok. Reaksinya sebagai berikut:

Tidak terjadi reaksi


Setelah dilakukan percobaan tersebut dihasilkan larutan yang sedikit
keruh yang menandakan bahwa n-butil alkohol tidak bereaksi dengan
NaOH. Karena jika n-butil alkohol bereaksi dengan NaOH akan
menghasilkan garam natrium alkoksida yang mudah larut, namun dalam
hal ini terbentuk larutan keruh yang menandakan bahwa kedua senyawa
tersebut tidak bereaksi.
Percobaan kedua yaitu mereaksikan 0,5 ml sikloheksanol yang telah
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan 5 ml NaOH 10% yang
kemudian dikocok. Reaksinya sebagai berikut.

tidak bereaksi
Setelah melakukan percobaan tersebut dihasilkan larutan yang
sedikit keruh yang menandakan bahwa sikloheksanol tidak bereaksi
29

dengan NaOH, sama dengan n-butil alkohol yang juga tidak bereaksi
dengan NaOH, karena keduanya merupakan alkohol yang memiliki sifat
asam yang sangat lemah, bahkan kedua senyawa tersebut dianggap
netral.
Percobaan ketiga yaitu mereaksikan 0,5 ml fenol (berwarna merah
kecoklatan) yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan 5 ml
NaOH 10% yang kemudian dikocok. Reaksinya sebagai berikut.

Setelah melakukan percobaan tersebut dihasilkan larutan yang keruh


dan berwarna kuning (+++) yang menandakan bahwa garam fenoksida
terbentuk dari reaksi fenol dengan NaOH. Penambahan NaOH pada fenol
menyebabkan gugus O-H dalam molekul terdeprotonasi, sehingga
terbentuk garam natrium fenoksida. Karna larutan yang dihasilkan keruh,
hal ini menandakan bahwa garam natrium yang dihasilkan sedikit sulit
larut dalam air. Garam yang terbentuk dari reaksi ini bersifat basa kuat
karena merupakan hasil reaksi antara fenol yang bersifat asam lemah
dengan NaOH yang bersifat basa kuat.
Percobaan keempat yaitu mereaksikan 0,5 ml naftol (serbuk
berwarna hitam) yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan
5 ml NaOH 10% yang kemudian dikocok. Reaksinya sebagai berikut.

Berdasarkan percobaan tersebut dihasilkan larutan yang jernih


berwarna kuning (++++), meskipun pada awalnya terbentuk endapan
berwarna jingga, namun setelah dikocok endapan hilang. Hal tersebut
menandakan bahwa garam fenoksida terbentuk dari reaksi fenol dengan
NaOH. Larutan jernih yang dihasilkan menandakan bahwa garam
natrium yang dihasilkan mudah larut dalam air. Garam yang terbentuk
dari reaksi ini bersifat basa kuat karena merupakan hasil reaksi antara
fenol yang bersifat asam lemah dengan NaOH yang bersifat basa kuat.
30

3. Reaksi dengan Natrium


Percobaan ini digunakan untuk mengidentifikasi sifat alkohol yang
lainnya, yaitu alkohol dapat bereaksi dengan logam seperti logam Na dan
K. Alkohol akan bereaksi dengan logam natrium menghasilkan garam
yang bersifat basa dan gas hidrogen yang ditandai dengan adanya
gelembung gas.
Sebelum melakukan percobaan, terlebih dahulu menyiapkan alat
dan bahan yang diperlukan. Hal lain yang perlu diperhatikan sebelum
memulai percobaan adalah memastikan alat-alat yang akan digunakan
telah bersih, agar tidak ada zat pengotor dalam percobaan yang dapat
mempengaruhi hasil akhir.
Percobaan dilakukan denagan mengisi 4 tabung reaksi berturut-turut
diisi dengan 2 ml etanol, 2 ml 1-propanol, 2 ml 2-propanol dan 2 ml
resorsinol. Kemudian pada masing-masing tabung tersebut ditambahkan
sepotong kecil logam natrium yang berupa padatan berwarna kuning, lalu
pada masing-masing tabung ditambahkan tetes indikator PP (tidak
berwarna), dan menghasilkan larutan tidak berwarna pada masing-
masing tabung.
Setalah dilakukan percobaan diperoleh hasil dari keempat tabung
tersebut setelah penambahan logam natrium yaitu : pada tabung 1 yang
berisi etanol+pp dihasilkan larutan berwarna ungu (+), pada tabung
kedua yang berisi 1-propanol+pp dihasilkan larutan berwarna ungu (++),
pada tabung ketiga yang berisi 2-propanol+pp menghasilkan larutan
jernih dengan logam natrium yang berwarna ungu (+++) dan tabung
keempat yang berisi resorsinol+pp menghasilkan larutan jernih dengan
logam natrium yang berwarna ungu kemerahan. Tabung yang berisi
etanol dan 1-propanol untuk bereaksi dengan logam natrium
membutuhkan waktu yang lebih cepat daripada tabung yang berisi 2-
propanol, karena etanol maupun 1-propanol yang merupakan alkohol
primer. Alkohol primer lebih cepat bereaksi dengan logam natrium
daripada alkohol sekunder, dalam hal ini 2-propanol dan juga alkohol
aromatik dalam hal ini resorsinol. Selain warna larutan yang berwarna
31

ungu tersebut, pada masing-masing tabung reaksi terbentuk gelembung


yang menandakan bahwa gas H2 terbentuk dari reaksi alkohol dengan
logam natrium. Larutan ungu yang dihasilkan menandakan bahwa
larutan tersebut bersifat basa kuat. Adapun reaksi dari keempat
percobaan ini, sebagai berikut:
Tb 1: etanol

Tb 2: 1-propanol

Tb 3:2-propanol

Tb 4: resorsinol

Hasil yang diperoleh dari percobaan ini menunjukkan bahwa semua


golongan alkohol dapat bereaksi dengan logam natrium.
4. Pengujian Lucas
Percobaan ini dilakukan untuk untuk membedakan antara alkohol
primer, sekunder dan tersier yang dapat larut dalam air. Hal ini
didasarkan pada perbedaan reaktivitas dan kecepatan reaksi dari tiga
kelas alkohol dengan hidrogen halida. Reagen lucas merupakan suatu
campuran asam klorida pekat dan seng klorida. Seng klorida adalah suatu
asam lewis, yang ketika ditambahkan dalam asam klorida akan membuat
larutan menjadi lebih asam. Peranan ZnCl2 adalah serupa dengan peranan
H+. ZnCl2 adalah suatu asam Lewis yang sangat kuat dengan orbital-
orbital kosong yang dapat menerima pasangan- pasangan elektron dari
oksigen. Pembentukan suatu kompleks antara ZnCl2 dan oksigen alkohol
melemahkan ikatan C-O dan dengan demikian menaikkan kemampuan
gugus oksigen tersebut untuk pergi.
32

Alkohol tersier akam bereaksi dengan segera menghasilkan alkil


klorida yang tidak larut yang timbul sebagai suspensi keruh atau sebagai
lapisan yang terpisah. Alkohol sekunder akan larut menghasilkan suatu
larutan bening, asalkan gugus R tidak mempunyai banyak atom karbon
di dalam rantai, kemudian terbentuk alkil klorida (larutan keruh) dalam
waktu lima menit. Alkohol primer tidak diubah menjadi alkil klorida
selama beberapa jam pada suhu kamar.
Sebelum melakukan percobaan, terlebih dahulu menyiapkan alat dan
bahan yang diperlukan. Hal lain yang perlu diperhatikan sebelum
memulai percobaan adalah memastikan alat-alat yang akan digunakan
telah bersih, agar tidak ada zat pengotor dalam percobaan yang dapat
mempengaruhi hasil akhir.
Uji lucas ini digunakan untuk menguji 1-butanol, 2-butanol,
sikloheksanol, dan tersier butil alkohol. Keempat senyawa tersebut
sebanyak 1 ml dimasukkan kedalam berturut-turut tabung reaksi 1,2,3
dan 4 yang sebelumnya telah diberikan 2 ml reagen lucas.
Pada percobaan pengujian sampel dengan uji lucas ini, didapatkan
data bahwa pada tabung 1 yaitu berisi larutan 1-butanol bereaksi dengan
reagen lucas setelah ditunggu selama 10 menit 21 detik yang ditandai
dengan larutan yang memisah. Pada tabung 2 yang berisi larutan 2 –
butanol dan tabung 3 yang berisi larutan sikloheksanol dapat bereaksi
dengan reagen lucas yang ditandai dengan memisahnya larutan. Kedua
senyawa tersebut memisah pada waktu yang hampir sama yaitu berturut
turut tabung ke 2 dan ke 3 yaitu pada waktu ke-4 menit dan 5 menit. Hal
ini terjadi karena 1 – butanol merupakan alkohol primer sehingga
dibutuhkan waktu yang sangat lama, sedangkan 2 – butanol dan
sikoheksanol merupakan alkohol sekunder yang bereaksi dengan reagen
lucas menghasilkan larutan yang memisah dengan waktu yang hampir
bersamaan. Larutan sikloheksanol memisah dengan waktu yang lebih
lama daripada 2-butanol karena sikloheksanol memilki rantai atom C
yang lebih banyak dan berbentuk siklik. Pada tabung ke 4 yang berisi
larutan tert-butil alkohol menghasilkan larutan yang memisah dengan
33

waktu yang sangat cepat yaitu 4 detik. Hal ini menandakan bahwa tert-
butil alkohol merupakan alkohol tersier.
Tb 1 1-butanol

Tb 2 2-butanol

Tb 3 sikloheksanol

Tb 4 ter-butil alkohol

Pada uji ini dapat dibedakan antara alkohol primer, sekunder


maupun tersier. Yaitu 1-butanol merupakan alkohol primer, 2-butanol
dan sikloheksanol merupakan alkohol sekunder , dan tersier butil alkohol
merupakan alkohol tersier.
5. Reaksi Fenol dengan Air Brom
Untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang merupakan senyawa
fenol dapat dilakukan pengujian air brom. Pengujian air brom juga dapat
digunakan untuk membedakan antara fenol dan alkohol yaitu didasarkan
pada fenol yang dapat bereaksi dengan air brom dan menghasilkan
senyawa bromofenol yang ditandai dengan perubahan warna larutan.
Gugus hidroksi (O-H) yang terikat pada gugus benzene pada fenol
merupakan pengarah orto-para, sehingga pada pengujian ini akan
dihasilkan senyawa bromofenol yang memiliki posisi orto-para terhadap
gugus O-H pada fenol. Senyawa bromofenol yang dihasilkan dalam
percobaan ini dapat berupa 2,4-tribromo fenol, 2,6-tribromo fenol atau
34

2,4,6-tribromo fenol, dan dapat juga gabungan dari ketiganya dengan


prosentase tertentu.
Sebelum melakukan percobaan, terlebih dahulu menyiapkan alat dan
bahan yang diperlukan. Hal lain yang perlu diperhatikan sebelum
memulai percobaan adalah memastikan alat-alat yang akan digunakan
telah bersih, agar tidak ada zat pengotor dalam percobaan yang dapat
mempengaruhi hasil akhir.
Percobaan dilakukan dengan mencampurkan 2 tetes fenol, kemudian
ditambah beberapa tetes air brom secara perlahan-lahan sambil sedikit
diguncang sampai warna kuning larutan tidak berubah lagi. Dan dalam
percobaan ini warna kuning pada larutan tidak berubah lagi pada
penambahan air brom 23 tetes. Hal ini menandakan bahwa fenol dapat
bereaksi dengan air brom membentuk 2,4,6-tribromo fenol kelarutannya
dalam air sangat rendah.
Telah diketahui bahwa fenol bersifat asam, sifat asam tersebut terjadi
karena fenol distabilkan oleh resonansi. Gugus Hidroksi(OH) dari fenol
mengakibatkan cincin benzena reaktif terhadap substitusi elektrofilik,
sehingga dapat menarik gugus lain contohnya Br untuk terikat pada
gugus benzene. Dengan reaksi sebagai berikut :

7. Reaksi Fenol dengan Besi (III) Klorida


Percobaan ini dapat dilakukan untuk membedakan alkohol dengan
fenol. Percobaan ini didasarkan pada fenol yang dapat bereaksi dengan
larutan Besi (III) klorida dengan menghasilkan larutan dengan warna
tertentu karena terbentuknya kompleks dengan besi, sedangkan alkohol
tidak bereaksi. Fenol dan senyawa yang mengandung gugus hidroksil
terikat pada suatu atom karbon tak jenuh (enol), memberi warna merah
jambu, ungu atau hijau bergantung pada struktur dari fenol atau enol,
dengan besi (III) klorida.
Sebelum melakukan percobaan, terlebih dahulu menyiapkan alat dan
bahan yang diperlukan. Hal lain yang perlu diperhatikan sebelum
35

memulai percobaan adalah memastikan alat-alat yang akan digunakan


telah bersih, agar tidak ada zat pengotor dalam percobaan yang dapat
mempengaruhi hasil akhir.
Percobaan ini dilakukan pada larutan fenol, resorsinol dan 2-
propanol. Percobaan diakukan dengan memasukkan masing-masing 1 ml
senyawa yang akan diuji ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan
2 tetes larutan Besi (III) klorida lalu dikocok. Larutan fenol, resorsinol
dan 2-propanol masing-masing dimasukkan kedalam tabung reaksi, yaitu
pada tabung 1,2, dan 3.
Pada tabung 1 yang berisi fenol (berwarna merah kecoklatan)
ditambahkan larutan Besi (III) klorida (larutan berwarna kuning) larutan
berubah menjadi warna biru kehitaman (ungu). Warna ungu yang
dihasilkan dari percobaan ini menandakan bahwa telah terbentuk ion
kompleks dari reaksi, dimana reaksinya sebagai berikut:

Dari reaksi diatas, diketahui bahwa telah terbentuk kompleks


berwarna ungu, hal tersebut karena gugus O-H pada fenol reaktif dan
dapat mengalami resonansi sehingga membentuk kompleks dengan besi.
Pengujian selanjutnya pada tabung 2 yang berisi resorsinol.
Resolsinol (larutan berwarna jingga) ditambahkan dengan larutan Besi
(III) klorida (larutan berwarna kuning) larutan tetap berwarna kuning
kecoklatan. Hal ini menandakan bahwa resorsinol tidak semuanya
dengan besi(III)klorida, sehingga mengasilkan kompleks yang berwarna
hampir sama dengan warna resorsinol sebelum penambahan. Hal ini
disebabkan karena meskipun resorsinol memiliki gugus fenolik seperti
fenol, gugus fenolik pada resorsinol tersebut kurang reaktif terhadap
larutan Besi (III) klorida. Tingkat kereaktifan resorsinol lebih rendah
daripada fenol. Reaksinya sebagai berikut:
36

Percobaan selanjutnya yaitu pada tabung 3 larutan 2-propanol. 2-


propanol (larutan tidak berwarna) ditambahkan dengan larutan Besi (III)
klorida (larutan berwarna kuning) larutan tetap tidak berubah warna. Hal
ini menandakan bahwa larutan 2-propanol tidak bereaksi dengan besi
(III) klorida, dan tidak mengasilkan kompleks berwarna, hal ini
disebabkan karena 2-propanol tidak memilki gugus fenolik yang reaktif
seperti pada fenol, selain itu 2-propanol merupakan golongan alkohol
yang jika direaksikan dengan besi (III) klorida tidak akan bereaksi
membentuk kompleks berwarna. Reaksinya sebagai berikut :

Tidak bereaksi
J. Diskusi
Pada uji kelarutan yaitu lebih tepatnya uji kelarutan pada fenol,
didapatkan hasil yaitu fenol larut dalam air yang ditandai dengan larutan
sedikit berwarna kuning pudar, setelah dikocok larutan saling larut
(homogen). Namun, hal ini tidak sesuai dengan teori, karna secara teori
fenol tidak larut dalam air. Hal ini dikarenakan fenol memiliki atom C
aromatik dengan ikatan rangkapnya sehingga menyebabkan lebih sulitnya
suatu fenol larut dalam air, sebab hal inilah yang akan semakin
meningkatkan sifat hidrobik pada alkohol, sehingga tidak dapat terjadi
ikatan hidrogen dengan molekul air. Ikatan rangkap pada fenol lebih
memungkinkan terjadinya delokalisasi elektron sehingga dapat mengalami
resonansi. Resonansi tersebut menyebabkan ia mudah terionisasi dalam air.
Berdasarkan analisis, kemungkinan fenol tetap larut dalam air dikarenakan
fenol yang digunakan adalah fenol 20% yang berarti mengandung pelarut
yaitu air sebesar 80%, dimana air merupakan senyawa polar sehingga pada
saat penambahan air yang juga sama-sama polar, larutan fenol tetap larut
dalam air.
37

K. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
 Alkohol memilliki kelarutan yang cukup besar dalam air, pada
golongan alkohol dengan rantai karbon pendek (1-3) mudah larut
dalam air, semakin panjang rantai atom karbon pada alkohol
kelarutannya semakin berkurang. Selain itu percabangan pada
alkohol akan meningkatkan kelarutan. Sedangkan fenol tidak larut
dalam air, dikarenakan fenol memiliki atom C aromatik dengan
ikatan rangkapnya sehingga menyebabkan lebih sulitnya suatu fenol
larut dalam air, sebab hal inilah yang akan semakin meningkatkan
sifat hidrobik pada alkohol, sehingga tidak dapat terjadi ikatan
hidrogen dengan molekul air.
 fenol bersifat lebih asam daripada alkohol karena karena anion yang
dihasilkan dan distabilkan oleh resonansi, dengan muatan negatifnya
didelokalisasi oleh cincin aromatik, sedangkan alkohol yang
memiliki sifat memilki sifat netral, perbedaan ini dapat diidentifikasi
dengan direaksikan dengan alkali seperti NaOH.
 Semua golongan alkohol dapat bereaksi dengan logam, seperti
logam Na dan K.
 Untuk membedakan sifat alkohol satu dengan alkohol lainnya, yaitu
antara alkohol primer,sekunder dan tersier dapat dilakukan dengan
uji reagen lucas dengan cara mengidentifikasi kecepatan
dibentuknya alkil klorida. Alkohol tersier bereaksi dengan reagen
Lucas dengan cepat menghasilkan alkil klorida yang tidak larut dan
timbul sebagai suspensi keruh atau sebagai lapisan yang terpisah
walaupun tanpa pemanasan. Sementara alkohol sekunder akan larut
dan menghasilkan suatu larutan bening dengan syarat gugus R tidak
mempunyai banyak atom karbon di dalam rantai, kemudian
38

membentuk alkil klorida (larutan keruh) dalam waktu 5-10 menit.


Sedangkan alkohol primer membutuhkan waktu selama beberapa
jam pada suhu kamar untuk membentuk alkil klorida oleh reagen
Lucas ini.
 Untuk mengidentifikasi apakah suatu senyawa merupakan senyawa
fenol atau bukan, atau untuk membedakan antara fenol dan alkohol
dapat dilakukan dengan mereaksikan dengan air brom, fenol yang
dapat bereaksi dengan air brom dengan menghasilkan senyawa
bromofenol yang ditandai dengan perubahan warna larutan.
 Untuk membedakan alkohol dengan fenol dapat dilakukan dengan
pengujian dengan larutan Besi (III) klorida. Fenol yang dapat
bereaksi dengan larutan Besi (III) klorida dengan menghasilkan
larutan dengan warna tertentu karena terbentuknya kompleks
dengan besi, sedangkan alkohol tidak bereaksi dengan larutan Besi
(III) klorida.
39

L. Daftar Pustaka
1. Sumber Buku
Anwar, C., Purwono, B., Pranowo, H. D., & Wahyuningsih, T. D.
(1994). Pengantar praktikum kimia organik. Yogyakarta: FMIPA
Universitas Gajah Mada.
Fessenden, R. J., & Fessenden, J. S. (1986). Organic Chemistry, Third
Edition. California: University Of Montana.
Hart, H. (1983). Organic Chemistry. Amerika Serikat: Houghton
Mifflin Co.
Ismono. (2016). Bahan Ajar Alkohol – Eter. In K. Organik. Surabaya:
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya.
Matsjeh, Sabirin. (1993). Kimia Organik I. Yogyakarta, DIY
Yogyakarta, Indonesia: Universitas Gajah Mada.
Sumarlin, L. (2011). Penghambatan Enzim Pemecah Protein (Papain)
Oleh Ekstrak Rokok, Minuman Beralkohol Dan Kopi Secara In
Vitro. Biochemistry Journal, 449-458.
40

M. Jawaban Pertanyaan
1. Kesimpulan umum apakah yang dapat diambil mengenai kelarutan alkohol
di dalam air, berdasarkan hasil percobaan di atas? Manakah dari 1-
pentanol dan 1- heptanol yang lebih sukar larut dalam air?
Jawab:
Semakin pendek rantai karbonnya atau rantai C-nya maka semakin mudah
larut alkoholnya dalam air karena gugus hidroksi dapat membentuk ikatan
hidrogen dengan molekul air.
Dari pengujian alkohol 1-pentanol dan 1-heptanol di dalam air,
menunjukkan alkohol yang sukar larut adalah 1-heptanol, dikarenakan
pada 1-heptanol ataom karbonya lebih panjang daripada 1-pentanol.
2. Tuliskan persamaan reaksi yang menunjukkan kelarutan fenol dalam
larutan 10% natrium hidroksida!
Jawab :
ONa
OH
+ H2O(aq)
+ NaOH(aq)

3. Dari hasil percobaan di atas, manakah yang lebih bersifat asam, n-heksanol
atau fenol? Jelaskan alasannya!
Jawab :
Fenol lebih asam dari pada n-heksanol karena fenol memiliki gugus −𝑂𝐻
yang terikat pada rantai siklik aromatik. Sehingga mudah bereaksi dengan
basa kuat NaOH. Rantai siklik aromatik lebih bersifat asam karena rantai
siklik dapat beresonansi sehingga lebih stabil daribada alkohol alifatik.

4. Tuliskan persamaan reaksi antara etanol dan natrium! Apakah petunjuk


yang ada mengatakan hasil reaksi ini?
Jawab :
2 𝐶𝐻3 𝐶𝐻2 𝑂𝐻(𝑎𝑞) + 2 𝑁𝑎(𝑠) → 2 𝐶𝐻3 𝐶𝐻2 𝑂𝑁𝑎(𝑎𝑞) + 𝐻2 ↑(𝑔)
Ketika ditetesi indicator PP larutan berubah merah muda dan ada
gelembung
41

5. Berdasarkan hasil percobaan di atas, bagaimanakah dapat dibedakan


antara sikloheksanol dan fenol?
Jawab :
 Sikloheksanol merupakan senyawa siklik dan tidak bereaksi dengan
NaOH karena sikloheksanol merupakan alkohol.
 Fenol merupakan senyawa aromatis dan bereaksi dengan NaOH.
6. Bagaimanakah kiranya pengaruh dari reagen lucas terhadap masing-
masing senyawa berikut: 1-butanol, sikloheksanol dan ter-butil alkohol ?
Jawab :
Ter-butil alkohol akan bereaksi lebih cepat dengan reagen lucas
dibandingkan dengan sikloheksanol dan 1-butanol karena ter-butil alkohol
merupakan alkohol tersier yang membentuk alkil klorida. Sikloheksanol
dapat bereaksi dengan reagen lucas membentuk alkil klorida namun
reaksinya lebih lambat disbanding dengan ter-butil alcohol karena
sikloheksanol merupakan alcohol sekunder. Sedangkan 1-butanol tidak
bereaksi degan reagen lucas karena 1-butanol merupakan alcohol primer.
7. Diantara senyawa berikut: 1-butanol, trifenil karbinol, resersinol
maanakah yang tidak mengalami oksidasi dalam pengujian bordwell-
Wellman?
Jawab :
Alkohol primer dan sekunder dapat dengan mudah teroksidasi oleh asam
kromat sedangkan alkohol tersier tidak teroksidasi. Jadi 1-butanol dan
resorsinol akan teroksidasi sedangkan trifenil karbionol tidak.
8. Tulislah persamaan reaksi antara fenol dan air brom! Sebutkan jenis reaksi
yang terjadi!
Jawab :
Pada percobaan antara fenil dan air brom terjadi reaksi substitusi.

Br
OH OH

Br + 3HBr(aq)
+ 3Br2

Br
42

N. Lampiran
1. Kelarutan
Alur Percobaan Gambar Keterangan
Setelah ditambahkan
0,5 mL Etanol
air 2 ml air larutan
1. Dimasukkan etanol menjadi tidak
dalam tabung
Reaksi 1 berwarna
2. Ditambahkan 2
mL air
3. Dikocok
4. Diamati dan
dicatat hasilnya

Hasil Pengamatan

Tabung dua yaitu 0,5


0,5 mL n-butil alkohol n-butil alkohol
ditambahkan air 2ml
1. Dimasukkan
dalam tabung menjadi keruh
Reaksi 2
2. Ditambahkan 2 kemudian lapisannya
mL air
memisah
3. Dikocok
4. Diamati dan
dicatat hasilnya

Hasil Pengamatan

Tabung tiga yaitu 0,5


0,5 mL ter-butil alkohol
ml ter-butil alkohol
1. Dimasukkan dalam
dicampurkan dengan
tabung Reaksi 3
2. Ditambahkan 2 mL air 2ml larutan tidak
air
3. Dikocok berwarna
4. Diamati dan dicatat
hasilnya

Hasil Pengamatan
43

Tabung empat yaitu


0,5 ml sikloheksanol 0,5 ml sikloheksanol

1. Dimasukkan dicampurkan dengan


dalam tabung
air 2ml larutan tidak
Reaksi 4
2. Ditambahkan 2 berwarna, kemudian
mL air
3. Dikocok membentuk dua
4. Diamati dan
dicatat hasilnya lapisan

Hasil Pengamatan

Tabung lima yaitu 0,5


0,5 ml etilen glikol ml Etilen Glikol
dicampurkan dengan
1. Dimasukkan
dalam tabung air 2ml larutan tidak
Reaksi 5
2. Ditambahkan 2 berwarna
mL air
3. Dikocok
4. Diamati dan
dicatat hasilnya

Hasil Pengamatan

Tabung enam yaitu


0,5 ml fenol 0,5 ml Fenol
dicampurkan dengan
1. Dimasukkan
dalam tabung air 2ml larutan tidak
Reaksi 6
2. Ditambahkan 2 berwarna
mL air
3. Dikocok
4. Diamati dan
dicatat hasilnya

Hasil Pengamatan
44

Perbandingan ke 6
tabung dari kiri
kekanan 1,2,3,4,5,6

2. Reaksi Alkali
Alur Percobaan Gambar Keterangan
Tb 1
0,5 mL n-butil alkohol (*)Butanol +NaOH
10% Larutan menjadi
1. Dimasukkan tidak berwarna
dalam tabung (*)Setelah dikocok,
Reaksi 1 larutan tetap tidak
2. Ditambahkan 5 berwarna.
mL NaOH 10%
3. Dikocok
4. Diamati dan
dicatat hasilnya

Hasil Pengamatan

0,5 mL sikloheksanol
Tb 2
1. Dimasukkan (*)Sikloheksanol +
dalam tabung NaOH 10% Larutan
Reaksi 1 menjadi berwarna
2. Ditambahkan 5 kuning
mL NaOH 10% (*)Saat dikocok
3. Dikocok larutan keruh
4. Diamati dan
dicatat hasilnya

Hasil Pengamatan
45

0,5 mL fenol Tb 3
(*)Fenol + NaOH 10%
1. Dimasukkan Larutan berwarna
dalam tabung kuning+++
Reaksi 1 (*)Saat dikocok,
2. Ditambahkan 5 larutan keruh dan
mL NaOH 10% muncul buih
3. Dikocok
4. Diamati dan
dicatat hasilnya

Hasil Pengamatan

Tb 4
0,5 mL Naftol (*)Naftol + NaOH
10% Larutan berwarna
1. Dimasukkan kuning ++++
dalam tabung (*)Saat dikocok
Reaksi 1
terbentuk endapan
2. Ditambahkan 5
mL NaOH 10% berwarna jingga dan
3. Dikocok
saat didiamkan
4. Diamati dan
dicatat hasilnya beberapa saat endapan
menghilang
Hasil Pengamatan

Perbandingan ke 4
tabung dari kanan
kekiri 1,2,3,4
46

3. Reaksi dengan natrium


Alur Percobaan Gambar Keterangan
Tabung satu, 2 ml
2 mL Etanol
etanol dimasukan
kedalma tabung
1. Dimasukkan
dalam tabung reaksi lalu
Reaksi 1 ditambah sepotong
2. Ditambahkan
sepotong kecil kecil logam Na
logam Na
3. Ditambahkan
beberapa tetes
Setelah ditetesi
indikator PP indicator PP
4. Diamati dan
warnanaya berubah
dicatat hasilnya
menjadi ungu
Hasil Pengamatan pudar

Tabung dua, 2 ml
2 mL 1-propanol
1-propanol
dimasukan
1. Dimasukkan
dalam tabung kedalam tabung
Reaksi 1 reaksi lalu
2. Ditambahkan
sepotong kecil ditambah sepotong
logam Na kecil logam Na.
3. Ditambahkan
Setelah ditetesi
beberapa tetes
indikator PP indicator PP
4. Diamati dan
warnanya berubah
dicatat hasilnya
menjadi ungu
Hasil Pengamatan
47

Tabung tiga, 2 ml
2 mL 2-propanol 2-propanol
dimasukan
1. Dimasukkan kedalam tabung
dalam tabung
reaksi lalu
Reaksi 1
2. Ditambahkan ditambah sepotong
sepotong kecil
kecil logam Na.
logam Na
3. Ditambahkan Setelah ditetesi
beberapa tetes indicator PP
indikator PP
4. Diamati dan warnanya berubah
dicatat hasilnya menjadi ungu
(+)(+)(+)
Hasil Pengamatan

Tabung empat, 2
2 mL resorsinol
ml resosinol
berwarna jingga
5. Dimasukkan
dalam tabung dimasukan
Reaksi 1 kedalam tabung
6. Ditambahkan
sepotong kecil reaksi lalu
logam Na ditambah sepotong
7. Ditambahkan
beberapa tetes kecil logam Na.
indikator PP Setelah ditetesi
8. Diamati dan
indicator PP
dicatat hasilnya
warnanya berubah
Hasil Pengamatan menjadi ungu
kemerahan
48

Perbandingan ke 4
tabung dari kiri
kekanan 1,2,3,4

4. Pengujian dengan Reagen Lucas


49

Larutan memisah
1 mL 1-butanol setelah ditunggu
selama 10 menit 21
4. Dimasukkan
dalam tabung detik
Reaksi 1
5. Ditambahkan 2-3
tetes Reagen Ditambah
Lucas
6. Dicatat waktu
perubahan
larutan menjadi
keruh

Hasil Pengamatan

Terjadi
50

Larutan memisah
setelah ditunggu
selama 4 menit 28
1 mL 2-butanol
detik
1. Dimasukkan
dalam tabung
Reaksi 2
Ditambah
2. Ditambahkan 2-3
tetes Reagen
Lucas
3. Dicatat waktu
perubahan
larutan menjadi
keruh

Hasil Pengamatan Terjadi

Larutan memisah

1 mL Sikloheksanol setelah ditunggu


selama 5 menit 47
1. Dimasukkan
dalam tabung detik
Reaksi 3
2. Ditambahkan 2-3
tetes Reagen
Lucas Ditambah
3. Dicatat waktu
perubahan
larutan menjadi
keruh

Hasil Pengamatan

Terjadi
51

Larutan memisah
setelah ditunggu
1 mL ter-butil alkohol
selama 4 detik
1. Dimasukkan
dalam tabung
Reaksi 4
2. Ditambahkan 2-3
tetes Reagen
Lucas
Ditambah
3. Dicatat waktu
perubahan
larutan menjadi
keruh

Hasil Pengamatan

Terjadi
52

5. Reaksi Fenol dengan air Brom


Pada penambahan air

0,5 mL Fenol brom sebanyak 23


tetes warna kuning
1. Dimasukkan
pada larutan tidak
dalam tabung
Reaksi ditambahkan dengan berubah dan terdapat
2. Ditambahkan endapan tipis.
1,5 mL air
Brom secara
berlahan-lahan
sambil dikocok
sampai warna
kuning tidak
berubah
3. Dicatat
hasilnya Terjadi
Hasil Pengamatan
53

6. Reaksi Fenol dengan Besi (III) Klorida


Larutan berwarna

1 mL Fenol biru kehitaman

1. Dimasukkan
dalam tabung
Reaksi 1
2. Ditambahkan 2
Ditambah
tetes Besi (III)
Klorida
3. Dikocok
4. Dicatat hasilnya

Hasil Pengamatan
Terjadi
54

Larutan berwarna
1 mL Resorsinol kuning kecoklatan

1. Dimasukkan
dalam tabung
Reaksi 1
2. Ditambahkan 2
tetes Besi (III)
Klorida Ditambah
3. Dikocok
4. Dicatat hasilnya

Hasil Pengamatan

Terjadi

Larutan tetap
1 mL 2-propanol berwarna kuning

1. Dimasukkan
dalam tabung
Reaksi 1
2. Ditambahkan 2
tetes Besi (III)
Klorida Ditambah
3. Dikocok
4. Dicatat hasilnya

Hasil Pengamatan

Terjadi
55

Anda mungkin juga menyukai