Anda di halaman 1dari 21

KIMIA ORGANIK I

ALKOHOL, FENOL, DAN TIOL

Kata alkohol segera mengingatkan kita pada etanol, yaitu senyawa memabukkan
yang terdapat dalam anggur dan bir. Namun, etanol hanyalah salah satu dari keluarga
senyawa organik yang disebut alkohol yang terdapat di alam. Alkohol alami meliputi 2-
feniletanol, yaitu senyawa yang menyebabkan bau memabukkan dari bunga mawar;
kolestrol, yaitu alkohol bercita rasa enak yang menimbulkan rasa suka-benci di
antarakita; sukrosa, yaitu gula untuk memenuhi rasa manis; dan banyak lagi.

Alkohol memiliki rumus umum R−−OH dan dicirikan oleh hadirnya gugus
hidroksil (hydroxyl group), −−OH. Strukturnya mirip dengan air, tetapi dengan satu
hidrogen digantikan oleh gugus alkil. Fenol memiliki gugus hidroksil melekat langsung
ke cincin aromatik.Tiol dan tiofenol mirip dengan alkohol dan fenol, kecuali
oksigennya digantikan oleh sulfur.
7.1 Tata Nama Alkohol
Dalam sistem IUPAC, gugus hidroksil pada alkohol dinyatakan dengan akhiran –
ol. Pada nama umum, kata terpisah alkohol diletakkan sesudah nama gugus alkil.
Contoh berikut menggambarkan penerapan aturan IUPAC, dengan nama umum
diberikan dalam tanda kurung.

Dengan alkohol tak jenuh, diperlukan dua akhiran: satu untuk ikatan rangkap atau
rangkap tiga dan satu lagi untuk gugus hidroksil (lihat nama IUPAC untuk alkil
alkohol).
7.2 Penggolongan Alkohol

Alkohol digolongkan ke dalam alkohol primer (1°), sekunder (2°), atau


terseier (3°), bergantung apakah satu, dua, atau tiga gugus organik yang
berhubungan dengan atom karbon pembawa hidroksil.

Metil alkohol, yang tidak secara ketat disebut dalam penggolongan ini,
biasanya dikelompokkan sebagai alkohol primer. Penggolongan ini serupa
dengan penggolongan pada karbokation. Akan kita lihat bagaimana sifat
kimiawi alkohol kadang-kadang bergantung pada golongannya.
7.3 Tata Nama Fenol
Fenol biasanya diberi nama sebagai turunan senyawa induknya.

Gugus hidroksil dinamai sebagai substituen bila berada dalam molekul


yang sama dengan gugus asam karboksilat, aldehida, atau keton
fungsionalitas, yang mendapat prioritas dalam penamaan. Contohnya ialah
Pengikatan Hidrogen pada Alkohol dan
Fenol
Titik didih alkohol jauh lebih tinggi daripada eter atau hidrokarbon yang bobot
molekulnya serupa.

Sebab alkohol membentuk ikatan hidrogen dengan sesamanya. Ikatan O-H


terpolarisasi oleh tingginya elektronegativitas atom oksigen. Polarisasi ini
menempatkan muatan positif parsial pada atom hidrogen dan muatan negatif parsial
pada atom oksigen. Karena ukurannya yang kecil dan muatannya yang positif parsial,
atom hidrogen dapat berhubungan dengan dua atom elektronegatif seperti oksigen.
Dua atau lebih molekul alkohol dengan demikian secara lemah terikat satu dengan
lainnya melalui ikatan hidrogen.
Ikatan hidrogen lebih lemah daripada ikatan biasa. Namun, kekuatan ini nyata,
yaitu sekitar 5 sampai 10 kkal/mol (20 to 40 kJ/mol). Akibatnya, alkohol dan fenol
memiliki titik didih relatif sebab kita saja harus memasok kalor (energi) yang cukup
untuk memutus ikatan hidrogen sebelum setiap molekul dapat diuapkan.
Air, tentu saja merupakan cairan yang berikatan hidrogen. Alkohol berbobot
molekul lebih rendah dengan mudah dapat menggantikan molekul air dalam jejaring
iktan hidrogen.
Tinjauan tentang Keasaman dan Kebasaan
Perilaku asam-basa dari senyawa organik sering membantu menjelaskan
kimiawinya; hal ini nyata untuk alkohol. Oleh karena itu, ada baiknya kita meninjau
ulang konsep dasar tentang keasaman dan kebasaan.
Asam (acid) dan basa (base) didefinisikan dengan dua cra. Menurut definisi
Bronsted-Lowry, asam ialah pendonor proton, dan basa ialah penerima proton.
Contohnya, Persamaan 7.2 menyatakan apa yang terjadi bila hidrogen klorida
dilarutkan dalam air. Air menerima proton dari hidrogen klorida.

Disini air bertindak sebagai basa atau penerima proton, dan hidrogen klorida
bertindak sebagai asam atau pendonor proton. Produk dari pertukaran proton ini
disebut asam konjugasi dan basa konjugat.
Kekuatan asam diukur secara kuantitatif dengan tetapan keasaman (acidity
constant), atau tetapan ionisasi (ionization constant). Contohnya, asam yang dilarutkan
dalam air berkesetimbangan dengan ion hidronium dan basa konjugat A-:
Untuk meghindari penggunaan angka eksponen negatif, seperti yang baru saja kita
lihat mengenai tetapan keasaman Ka air, kita sering menyatakan pKa yaitu logaritma
negatif dari tetatpan keasaman.

Hubungan maternitas di antara nilai Ka dan pKa berarti bahwa semakin kecil Ka
atau semakin besar pKa maka semakin lemah asam tersebut.
Perlu diingat bahwa ada hubungan terbalik antara kekuatan asam dan kekuatan
basa konjugatnya. Contohnya, pada Persamaan 7.2 hidrogen klorida ialah asam kuat
karena kesetimbangan bergeser sangat ke kanan. Dengan demikian, ion klorida
smestinya berupa suatu basa lemah, sebab afinitasnya relatif kecil pada proton.
Demikian pula, karena air merupakan asam lemah, maka basa konjugatnya, yaituion
hidroksida haruslah suatu basa kuat.
Cara lain untuk mendefinisikan asam dan basa pertama kali diajukan oleh G.N.
Lewis. Asam Lewis ialah zat yang dapat menerima pasangan elektron, dan basa Lewis
ialah zat yang dapat dianggap sebagai asam lewis karena dapat menerima pasangan
elektron dari suatu donor (basa Lewis) utuk melengkapi kulitnya.
Demikian pula, bila FeCl3 atau AlCl3 bertindak sebagai katalis untuk klorinasi
aromatik elektrofilik (Persamaan 4.13 dan 4.14) atau reaksi Friedel-Crafts (Persamaan
4.20 dan 4.22), senyawa tersebut bertindak sebagai asam Lewis; atom logam menerima
pasangan elektron dari klorin atau dari alkil atau asil klorida untuk melengkapi kulit
valensinya dengan elektron.
Akhirnya, beberapa zat dapat bertindak sebagai asam atau basa, bergantung pada
keadaan reaktan lainnya. Contohnya, pada persamaan 7.2, air bertindak sebagai basa
(penerima proton). Akan tetapi, pada reaksi dengan amonia, air bertindak sebagai asam
(donor proton).

Air bertindak sebagai basa terhadap asam yang lebih kuat daripada dirinya sendiri
(HCl) dan sebagai asam terhadap basa yang lebih kuat daripada dirinya sendiri (NH 3).
Zat yang dapat bertindak sebagai asam atau basa disebut amfoterik(amphoteric).
Keasaman Alkohol Dan Fenol
Seperti halnya air, alkohol dan fenol merupakan asam lemah. Gugus hidroksil dapat
bertindak sebagai pendonorproton, dan disosiasi terjadi mirip seperti pada air :

Basa konjugat suatu alkohol ialah ion alkoksida(contohnya, ion metoksida dari
metanol, ion etoksida dari etanol, dan seterusnya).
Tabel 7.2 mencantumkan nilai pKQdari beberapa alkohol dan fenol. *Metanol dan
etanol memiliki keasaman yang hampir sama dengan air; alkohol meruah seperti l-butil
alkohol sedikit lebih lemah karena keruahannya membuatnya sukar disolvasi, tidak seperti
ion alkoksidanya.
Fenol jauh lebih asam daripada etanol. Bagaimana kita menjelaskan perbedaan
keasaman antara alkohol dan fenol, padahal pendonor proton pada kedua senyawa tersebut
ialah gugus hidroksil?
Fenol ialah asam yang lebih kuat daripada alkohol terutama karena ion fenoksidanya
distabilkan oleh resonansi. Muatan negatif pada ion alkoksida terkonsentrasi pada atom
oksigen, tetapi muatan negatif pada ion fenoksida dapat didelokalisasi pada posisi cincin
orto dan para melalui resonansi.
Oleh karena ion fenoksidaterstabilkan dengan cara ini, maka kesetimbangan untuk
pembentukannya lebih disukai dibandingkan pada ion alkoksida. Jadi, fenol merupakan
asam yang lebih kuat daripada alkohol.

Pada Tabel 7.2 dapat kita lihat bahwa 2,2,2-trifluoroetanol merupakan asam yang jauh
lebih kuat daripada etanol. Bagaimana kita menjelaskan efek dari substiuen fluorin ini?
Sekali lagi, pikirkan kestabilan dari ionnya. Fluorin merupakan unsur elektronegatif kuat,
sehingga setiap ikatan C-F terpolarisasi, dengan fluorin bermuatan negatif parsial dan
karbon positif parsial. 
Muatan positif pada karbon terletak dekat muatan negatif pada atom oksigen,
yang dapat secara parsial menetralkannya dan dengan demikian menstabilkannya. Efek
induktif(inductiveeffect) ini, demikian namanya, tidak ada pada ion etoksida.
Efek meningkatkan keasaman dari fluorin yang terlihat di sini bukanlah kasus
khusus, melainkan gejala umum. Semua gugus penarik elektron meningkatkan
keasaman melalui penstabilan basa konjugasinya. Gugus pendonor elektron
menurunkan keasaman karena gugus ini mendestabilkan basa konjugat.
Berikut ini contoh lain, p-Nitrofenol (Tabel 7.2) merupakan asam yang jauh lebih
kuat daripada fenol. Dalam hal ini, gugus nitro bertindak dengan dua cara dalam
menstabilkan ionp-nitrofenoksida.
Pertama, atom nitrogen memiliki muatan posistif formal dan dengan demikian
merupakan gugus yang sangat kuat menarik elektron. Jadi, nitrogen menaikkan
keasaman p-nitrofenol melalui efek induktif. Kedua, muatan negatif pada oksigen
dari gugus hidroksil dapat didelokalisasi melalui resonansi, tidak saja pada karbon
cincin di kedudukan ortodan para, seperti pada fenoksida sendiri, tetapi pada
atom-atom oksigen dari gugus nitro juga (struktur IV). Baik efek induktif maupun
efek resonansi dari gugus nitro meningkatkan kekuatan asam.
Gugus nitro tambahan pada cincin benzena lebih meningkatkan
keasamamfenolik. Asam pikrat (2,4,6-trinitrofenol) ialah asam yang bahkan lebih
kuat daripada p-nitrofenol.
Alkosida, yaitu basa konjugar dari alkohol, merupakan basa kuat seperti halnya
ion hidroksida. Alkosida ialah senyawa ionik ionik yang sering dignakan sebagai basa
kuat dalam kimia organik. Ion ini dapat dibuat melalui reaksi alkohol denganlogam
natrim atau kalium atau dengan hidrida logam. Reaksi ini berlangsung tak reversibel
(tak dapat balik), menghasilkan alkosida logam yang sering kali dapat diisolasi berupa
padatan putih.

Biasanya pengolahan alkohol dengan natrium hidroksida tidak mengonversinya


menjadi alkoksidanya. Ini karena alkoksida merupakan basa yang lebih kuat dari pada
ion hidroksida, sehingga reaksi berjalan kearah yang berlawanan. Akan tetapi fenol
dapat berkonfersi menjadi ion fenoksida dengan cara ini
Kebasaan Alkohol Dan Fenol
Gugus funsu alkohol (dan fenol) tidak saja berfungsi sebagai asam lemah
melainkan juga sebagai basa lemah. Golonga tersebut memiliki pasangan
elektron bebas pada oksigen dan dengan demikian merupakan basa lewis.
Golongan ini dapat di protonasi oleh asam kuat. Produknya, analog dengan
oksonium, H3O+ yaitu ion alkiloksonium.
Dehidrasi Alkohol Menjadi Alkena
Alkohol dapat di dehidrasi dengan memanaskannya bersama asam kuat.
Contohnya bila etanol di panaskan pada suhu 180 derajat C dengan sedikit asam sulfat
pekat diperoleh etilena dengan rendem (perolehan) yang baik.
Jenis reaksi ini yang dapat digunakan untuk membuat alkena, merupakan
kebalikan dari reaksi hidrasi, ini merupakan reaksi eliminasi dan dapat berlangsung
baik melalui mekanismse E1 maupun E2 bergantung pada golongan alkoholnya.
Alkohol tersier terdehidrasi melalui mekanisme E1 . Butil alkohol ialah
contohnya. Langkah pertama melibatkan protonasi yang cepat dan refersibel pada
gugus hidroksil.
Ionisasi (langkah penentu laju) dengan air sebagai gugus pergi, terjadi dengan
mudah sebab karbokation yang dihasilkannya berstruktur tersier.
Proton lepas dari atom karbon disebelah karbon positif untuk menyelesaikan
reaksi tersebut
Reaksi dehidrasi keseluruhan ialah jumlah dari ketiga langkah tersebut
Dengan alkohol primer intermediat ( zat antara) berupa karbokation
primerdicegah dengan menggabungkan kedua langkah terakhir dalam mekanisme
tersebut. Lepasnya air dan satu proton tetangga secara serentak terjadi dalam
mekanisme E2.
Yang perlu diingat mengenai dehidrasi alkohol ailah bahwa (1) reaksi ini
di mulai dengam protonasi pada gugus hidroksil ( artinya, alkohol bertindak
sebagai basa)dan (2) kemudahan dehidrasi alkohol ialah 3 derajat > 2 derajat >
1 derajat ( urutannya sama seperti kestabilan karbokation).
Kadang-kadang satu alkohol menghasilkan dua atau lebih alkena sebab
proton yang lepas sewaktu dehidrasi dapat berasal dari atom karbon pembawa
gugus hidroksil. Contohnya 2-metil-2-butanol dapat memberikan dua alkena.
Dalam hal ini, alkena dengan ikatan rangkap tersubtitusi biasanya lebih
dominan.

Anda mungkin juga menyukai