Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan
kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang
etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau
grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia farmasi.
Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol.
Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa organik
apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia
sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain.
Alkohol merupakan senyawa seperti air yang satu hidrogennya diganti oleh rantai
atau cincin hidrokarbon. Sifat fisis alkohol, alkohol mempuyai titik didih yang tinggi
dibandingkan alkana-alkana yang jumlah atom C nya sama. Hal ini disebabkan antara
molekul alkohol membentuk ikatan hidrogen. Rumus umum alkohol R-OH, dengan R
adalah suatu alkil baik alifatis maupun siklik. Dalam alkohol, semakin banyak cabang
semakin rendah titik didihnya. Sedangkan dalam air, metanol, etanol, propanol mudah
larut dan hanya butanol yang sedikit larut. Alkohol dapat berupa cairan encer dan mudah
bercampur dengan air dalam segala perbandingan.
Berdasarkan jenisnya, alkohol ditentukan oleh posisi atau letak gugus OH pada rantai
karbon utama. Ada tiga jenis alkohol antara lain alkohol primer, sekunder, dan teriser.
Alkohol primer yaitu alkohol yang gugus -OH nya terletak pada C primer yang terikat
langsung pada satu atom karbon yang lain. Alkohol sekunder adalah alkohol yang gugus
-OH nya terletak pada atom C sekunder yang terikat pada dua atom C yang lain. Alkohol
tersier adalah alkohol yang gugus -OH nya terletak pada atom C yang terikat langsung
dengan tiga atom C yang lain.
Alkohol alifatik merupakan cairan yang sifatnya sangat dipengaruhi oleh ikatan
hidrogen. Dengan bertambah panjangnya rantai, pengaruh gugus hidroksil yang polar
terhadap sifat molekul menurun. Sifat molekul yang seperti air berkurang, sebaliknya
sifatnya lebih seperti hidrokarbon. Akibatnya alkohol dengan bobot molekul rendah
cenderung larut dalam air, sedangkan alkohol berbobot molekul tinggi tidak demikian.
Alkohol mendidih pada temperatur yang cukup tinggi. Sebagai suatu kelompok senyawa,
fenol masih memiliki titik didih dan kelarutan yang sangat bervariasi, tergantung pada
sifat substituennya yang menempel pada cincin benzene.
Reaksi-reaksi yang terjadi dalam alkohol antara lain reaksi substitusi, reaksi eliminasi,
reaksi oksidasi dan esterifikasi. Dalam suatu alkohol, semakin panjang rantai
hidrokarbon maka semakin rendah kelarutannya. Bahkan jika cukup panjang sifat
hidrofob ini mengalahkan sifat hidrofil dari gugus hidroksil. Banyaknya gugus hidroksil
dapat memperbesar kelarutan dalam air. Suatu alkohol primer dapat dioksidasi menjadi
aldehid atau asam karboksilat. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton saja.
Sedangkan pada alkohol tersier menolak oksidasi dengan larutan basa, dalam larutan
asam, alkohol mengalami dehidrasi menghasilkan alkena yang kemudian dioksidasi.
Struktur
Gugus fungsional alkohol adalah gugus hidroksil yang terikat pada karbonhibridisasi
sp3. Ada tiga jenis utama alkohol –‘primer’, ‘sekunder’, dan ‘tersier’. Nama-nama ini
merujuk pada jumlah karbon yang terikat pada karbon C-OH. Alkohol primer paling
sederhana adalah metanol. Alkohol sekunder yang paling sederhana adalah 2-propanol,
dan alkohol tersier paling sederhana adalah 2-metil-2-propanol.
A. Tatanama Alkohol
Nama kelas fungsional dari alkohol diambil dari penamaan gugus alkil yang
mengandung susbstituen hidroksil (-OH) dan kemudian menambahkan alkohol
sebagai kata pemisah. Rantai selalui diberi penomoran dimulai dari karbon yang
mana terikat secara langsung atau pun dekat dengan gugus hiroksil.
Penamaan susbtitusi dari alkohol berkembang dengan menentukan rantai
utama terpanjang yang mengandung gugus hidroksil dan menggantikan akhiran -ana
dengan akhiran -ol. Posisi dari gugus hidroksil diindikasikan dengan nomor, memilih
urutan yang membuat penomoran dari locan sekecil mungkin terhadap karbon yang
mengandung gugus hidroksil.
IUPAC pada tahun 2004 merekomendasikan nama substituen dari alkohol
dengan mengelompokkan locan untuk karbon yang tersubstitusi dengan tanda
hubung dan menempatkan secara langsung sebelum akhiran -ol.
Gugus hidroksil memiliki hak istimewa (“berpangkat lebih tinggi”) dari gugus alkil
dan halogen dalam menentukan arah penomoran untuk rantai karbon. Gugus OH
diasumskan harus terikat pada C-1 dari alkohol siklik, dan perlu diberi nomor hanya
saat menggunakan aturan IUPAC 2004.
Banyak sifat dari alkohol dan alkil halida dipengaruhi oleh apakah gugus
fungsi mereka terikat pada karbon primer, sekunder, atau tersier.
Gagasan yang relatif sederhana tentan gaya tarik antara muatan yang
berlawanan cukup untuk menjelaskan untuk kebanyakan sifat dari senyawa kimia.
D. Sifat fisik dari Alkohol dan Alkil Halida: Gaya Intermolekular
Titik didih. Saat mendeskripsikan efek dari struktur alkana terhadap titik
didih, kita mengetahui bahwa gaya tarik van der Waals antara molekul netral memiliki
tiga tipe, yakni:
1. Gaya induksi-dipol/induksi-dipol (gaya dispersi; gaya London)
2. Gaya dipol/induksi-dipol
3. Gaya dipol-dipol
Kita bisa mendapatkan sebuah faktor yang penting dari semua gaya
intermolekular ini dengan mempertimbangkan tiga senyawa yang semuanya sama
dalam segi ukuran dan bentuk: alkana propana, alkil halida floroetana, dan alkohol
etanol. Kedua senyawa polar, etanol dan floroetanol, memiliki titik didih yang lebih
tinggi dibandingkan dengan yang nonpolar, propana. Kita mengkaitkan ini dengan
kombinasi gaya tarik dipol/induksi-dipol dan dipol-dipol yang terjadi dalam etanol
dan floroetana dalam fasa cairan, tetapi tidak terjadi dalam propana.
Perbedaan yang paling mecolok, bagaimanapu, adalah meskipun memiliki
kesamaan dalam momen dipol, etanol memiliki titik didih yang lebih tinggi
dibandingkan dengan floroetana. Ini menandakan bahwa gaya tarik di dalam etanol
adalah sangat tidak biasa kuat. Ada sebuah contoh tipe spesial dari gaya dipol-dipol
yang disebut ikatan hidrogen dan termasuk, dalam kasus ini, proton yang
terpolarisasi secara positif dari gugus -OH dari salah satu molekul etanol dengan
oksigen yang terpolarisasi secara negatif dari yang lain. Oksigen gugus -OH dari
alkohol bertindak sebagai akspetor ikatan hidrogen, sementara hidrogen yang terikat
pada oksigen bertindak sebagai donor ikatan hidrogen. Memiliki kedua kemampuan
donor dan akseptor ikatan hidrogen di dalam molekul yang sama menghasilkan
sebuah ikatan yang kuat diantara molekul etanol di dalam fasa cair.
Hidrogen harus terikat pada unsur yang memiliki elektronegatifan yang kuat agar
supaya ikatan menjadi polar yang dimana cukup untuk mendukung ikatan hidrogen.
Maka dari itu, gugus C-H tidak berpartisipasi di dalam ikatan hidrogen.
Kelarutan dalam air. Alkil halida dan alkohol jauh berbeda satu dengan yang
lain dalam kelarutan mereka dalam air. Semua alkil halida tidak larut dalam air, tetapi
alkohol dengan berat molekul yang rendah (metil, etil, n-propil, dan isopropil) semua
dapat larut di dalam air. Kemampuan mereka untuk dapat berpartisipasi dalam ikatan
intermolekular hidrogen tidak hanya mempengaruhi titik didih alkohol, tetapi juga
meningkatkan kelarutan dalam air alkohol.
Alkohol yang lebih tinggi menjadi lebih “mirip-Hidrokarbon” dan kurang larut
dalam air. 1-Octanol, contohnya, larut hanya pada batas 1 mL di dalam 2000 mL air.
Sebagaimana rantai alkil menjadi lebih panjang, efek hidrofobik menjadi makin
penting, pada poin yang, lebih banyak ikatan hidrogen, mempengaruhi kelarutan di
dalam air.
Massa jenis. Alkil florida dan klorida merupakan kurang padat, dan alkil bromida
dan iodida lebih pada, jika dibandingkan dengan air.
Karena alkil halida larut dalam air, campuran dari sebuah alkil halida dan air menjadi
terpisah dalam dua lapisan. Saat alkil halida adalah florida atau klorida, itu menjadi
lapisan atas sedangkan air berada pada lapisan bawah. Situasi menjadi kebalikannya
saat alkil halida adalah bromida atau iodida. Dalam kasus ini alkil halida merupakan
lapisan bawah. Polihalogenasi meningkatkan massa jenis. Senyawa CH 2Cl2, CHCl3,
dan CCl4, contohnya, semuanya merupakan lebih padat dibandingkan air.
Semua alkohol dalam fase cair memiliki massa jenis yang kira-kira sekitar 0.8
g/mL dan, maka dari itu, lebih padat dibandingkan air.
E. Preparasi dari Alkil Halida dari Alkohol dan Hidrogen Halida
Banyak peniliti organik hanya terpaku terhadap kesuksesan dari sebuah praktik.
Kimiawan dalam industi farmasi mensintesis senyawa baru sebagai obat yang
berpotensi untuk pengobatan penyakit. Kimiawan agrikultur diajar untuk
meningkatkan hasil panen menggunakan senyawa kimia untuk mengontrol rumput
liar, insektisida, dan fungisida. Diantara “block bangunan” molekul yang digunakan
sebagai materi dasar untuk menyiapkan senyawa baru, alkohol dan alkil halida
sangatlah penting.
Reaksi yang akan dijelaskan dalam tahap ini menggunakan antara sebuah
alkana atau sebuah alkohol sebagai materi dasar untuk mempersiapkan alkil halida.
Kita akan memulai persiapan alkil halida dari alkohol dengan mereaksikan dengan
hidrogen halida.
Urutan dari reaktifitas hidrogen halida paralel dengan keasaman mereka: HI >
HBr > HCl >> HF. Hidrogen iodida jarang digunakan, bagaimanapu, dan reaksi dari
alkohol dan hidrogen florida merupakan bukan metode yang berguna untuk persiapan
dari alkil florida.
Diantara berbagai kelas dari alkohol, alkohol tersier diamati menjadi yang
sangat reaktif dan alkohol primer yang kurang reaktif.
Alkohol tersier dikonversi menjadi alkil klorida dalam reaksi yang tinggi dalam
semenit dengan bereaksi dengan hidrogen klorida dalam suhu kamar dan
dibawahnya.
Alkohol sekunder dan primer tidak dapat bereaksi dengan HCl pada tingkat
kecepatan untuk membuat persiapan terhadap alkil halida yang sesuai. Maka dari itu,
lebih banyak menggunakan hidrogen halida HBr; bahkan kemudian, peningkatan
suhu dibutuhkan untuk meningkatkan tingkat reaksi.
Laju reaksi dari tahap ini proporsional terhadap konsentrasi dari ion alkiloxonium:
4. Fermentasi alkohol
Fermentasi alkohol merupakan suatu reaksi pengubahan glukosa menjadi
etanol (etil alkohol) dan karbondioksida. Organisme yang berperan yaitu
Saccharomyces Cerevisiae (ragi) untuk pembuatan tape, roti atau minuman keras.
Reaksi kimia.
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP
Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk
menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya.
Etanol untuk kegunaan konsumsi manusia (seperti minuman beralkohol) dan
kegunaan bahan bakar diproduksi dengan cara fermentasi spesies ragi tertentu
(misalnya Saccharmoyces cerevisiae) mencerna gula dan menghasilkan etanol dan
karbon dioksida.
C6H12O6 → 2 CH3CH2OH + 2 CO2
Proses membiakkan ragi untuk mendapatkan alkohol disebut sebagai fermentasi
konsentrasi etanol yang tinggi akan beracun bagi ragi. Pada jenis ragi yang paling
toleran terhadap etanol, ragi tersebut hanya dapat bertahan pada lingkungan 15%
etanol berdasarkan volume.
Tape adalah produk fermentasi yang terbentuk pasta atau kompak tergantung
dari jenis bahan bakunya. Tape dibuat dengan menggunakan starter yang berisi
campuran mikroba. Produk ini mempunyai cita rasa dan aroma yang khas, yaitu
gabungan antara rasa manis, sedikit asam, dan cita rasa alkohol. Di dalam
fermentasi alkohol (fermentasi yang menghasilkan alkohol) yeast menguraikan
senyawa dalam singkong untuk memperoleh energi. Kelemahan fermentasi
dibandingkan respirasi biasa adalah energi yang dihasilkan lebih sedikit. Selain itu
akan menghasilkan zat yang membahayakan bagi yeast itu sendiri yaitu
menghasilkan hasil samping (selain energi) berupa etanol. Jika konsentrasi etanol
dalam tape telah mencapai 13% maka yeast akan mati. Jadi alkohol (etanol)
merupakan hasil samping pada proses fermentasi alkohol.
Eter adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus R-O-R’, dengan R dapat
berupa alkil maupun aril. Contoh senyawa eter yang paling umum adalah pelarut dan
anestesik dietil eter (etoksietana, CH3-CH2-O-CH2-CH3). Eter sangat umum ditemukan
dalam kimia organik dan biokimia, karena gugus ini merupakan gugus penghubung pada
senyawa karbohidrat dan lignin.
Rumus Umum
Eter atau alkoksi alkana adalah golongan senyawa yang mempunyai dua gugus alkil
yang terikat pada satu atom oksigen. Dengan demikian eter mempunyai rumus umum R-
O-R’ dimana R dan R’ adalah gugus alkil, yang boleh sama boleh tidak.
Contoh:
CH3-CH2-O-CH2-CH3
R = R’ (eter homogen)
CH3-O-CH2-CH2-CH3
R – R’ (eter majemuk)
Penamaan Eter
1. Menurut IUPAC, eter diberi nama sesuai nama alkananya dengan awalan “alkoksi”
dengan ketentuan sebagai berikut:
- Rantai karbon terpendek yang mengikat gugus fungsi -O- ditetapkan sebagai
gugus fungsi alkoksinya.
- Rantai karbon yang lebih panjang diberi nama sesuai senyawa alkananya
Eter memiliki ikatan C-O-C yang bersudut ikat sekitar 110 o dan jarak C-O sekitar 140
pm. Sawar rotasi ikatan C-O sangatlah rendah. Menurut teori ikatan valensi, hibridisasi
oksigen pada senyawa eter adalah sp3.
Oksigen lebih elektronegatif dari pada karbon, sehingga hidrogen yang berada pada
posisi alfa relatif terhadap eter bersifat lebih asam dari pada hidrogen senyawa
hidrokarbon. Walau demikian, hidrogen ini kurang asam dibandingkan dengan alfa
hidrogen keton.
Struktur Serupa
Eter tidak boleh disamakan dengan gugus-gugus sejenis berikut yang mempunyai
struktur serupa R – O – R.
- Senyawa aromatik seperti furan di mana oksigen adalah sebahagian dari pada
sistem aromatik.
- Senyawa dengan atom-atom karbon yang bersebelahan dengan oksigen terikat
dengan oksigen, nitrogen, atau sulfur.
- Ester R-C(=O)-O-R
- Asetal R-CH(-O-R)-O-R
- Aminal R-CH(-NH-R)-O-R
- Anhidrida R-C(=O)-O-C(=O)-R
Sifat-Sifat Eter
- Sifat-sifat Fisika
Molekul-molekul eter tidak dapat berikatan hidrogen dengan sesamanya,
sehingga mengakibatkan senyawa eter memiliki titik didih yang relatif rendah
dibandingkan dengan alkohol.
Eter bersifat sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat,
sehingga dipol C-O tidak dapat meniadakan satu sama lainnya. Eter lebih polar
daripada alkena, namun tidak sepolar alkohol, ester, ataupun amida. Walau
demikian, keberadaan dua pasangan elektron menyendiri pada atom oksigen eter,
memungkinkan eter berikatan hidrogen dengan molekul air. Eter dapat
dipisahkan secara sempurna melalui destilasi.
Eter siklik seperti tetrahidrofuran dan 1,4-dioksana sangat larut dalam air karena
atom oksigennya lebih terpapar ikatan hidrogen dibandingkan dengan eter-eter
alifatik lainnya.
CH3CH2-O-
Dietil eter -116,3 34,4 69 g 1,14
CH2CH3
Kegunaan Eter
Senyawa-senyawa eter yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
Kelebihan Eter
1. Pembelahan Eter
Walaupun eter tahan terhadap hidrolisis, ia dapat dibelah oleh asam-asam
mineral seperti asam bromat dan asam iodat. Asam klorida hanya membelah eter
dengan sangat lambat. Metil eter umumnya akan menghasilkan metil halida:
ROCH3 + HBr CH3Br + ROH
Reaksi ini berjalan via zat antara onium, yaitu [RO(H)CH3]+ Br-. Beberapa jenis
eter dapat terbelah dengan cepat menggunakan boron tribromida (dalam beberapa
kasus aluminium klorida juga dapat digunakan) dan menghasilkan alkil bromida.
Bergantung pada substituennya, beberapa eter dapat dibelah menggunakan berbagai
jenis reagen seperti basa kuat.
2. Pembentukan Peroksida
Eter primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah oksigen eter, dapat
membentuk peroksida, misalnya dietil eter peroksida. Reaksi ini memerlukan oksigen
(ataupun udara), dan dipercepat oleh cahaya, katalis logam, dan aldehida. Peroksida
yang dihasilkan dapat meledak. Oleh karena itu, diisopropil eter dan tetrahidrofuran
jarang digunakan sebagai pelarut.
4. Sintesis
Eter dapat disintesis melalui beberapa cara:
- Dehidrasi Alkohol
Senyawa alkohol dapat menghasilkan eter:
2 R-OH R-O-R + H2O
Reaksi ini memerlukan temperatur yang tinggi (sekitar 125 oC). Reaksi ini
dikatalis oleh asam, biasanya asam sulfat. Metode ini efektif untuk menghasilkan
eter simetris, namun tidak dapat digunakan untuk menghasilkan eter tak
simentris. Dietil eter dihasilkan dari etanol menggunakan metode ini. Eter siklik
dapat pula dihasilkan menggunakan metode ini.
- Sintesis eter Williamsom
Eter dapat pula dibuat melalui substitusi nukleofilik alkil halida oleh alkoksida
R-ONa + R’-X R-O-R’ + NaX
Reaksi ini dinamakan sintesis eter Williamson. Reaksi ini melibatkan
penggunaan alkohol dengan basa kuat, menghasilkan alkoksida, yang diikuti oleh
adisi pada senyawa alifatik terkait yang memiliki gugus lepas (R-X). Gugus lepas
tersebut dapat berupa iodida, bromida, maupun sulfonat. Metode ini biasanya
tidak bekerja dengan baik dengan aril halida (misalnya bromobenzena). Reaksi
ini menghasilkan rendemen reaksi yang tinggi untuk halida primer. Halida
sekunder dan tersier sangat rawan menjalani reaksi eliminasi E2 seketika
berpaparan dengan anion alkoksida yang sangat basa.
Dalam reaksi lainnya yang terkait, alkil halida menjalani substitusi nukleofilik
oleh fenoksida. R-X tidak dapat digunakan untuk bereaksi dengan alkohol.
Namun, fenol dapat digunakan untuk menggantikan alkohol. Oleh karena fenol
bersifat asam, ia dapat berekasi dengan basa kuat seperti natrium hidroksida,
membentuk ion fenoksida. Ion fenoksida ini kemudian mensubstitusi gugus -X
pada alkil halida, menghasilkan eter dengan gugus aril yang melekat padanya
melalui mekanisme reaksi SN2.
C6H5OH + OH- C6H5-O- + H2O
C6H5-O- + R-X C6H5OR
- Kondensasi Ullmann
Kondensasi Ullmann mirip dengan metode Williamson, kecuali substratnya
adalah aril halida. Reaksi ini umumnya memerlukan katalis, misalnya tembaga.
5. Reaksi Eter
Eter adalah golongan senyawa organik yang memiliki rumus umum R-O-R’.
Beberapa reaksi dari eter diantaranya adalah:
a. Pembakaran
Eter mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air.
Contoh:
6. Sumber Eter
Eter yang paling penting secara komersial adalah dietil eter, dibuat dari etanol dan
asam sulfat.
H2SO4
CH3CH2OH + HOCH 2CH3 CH3CH2-O-CH2CH3 + H2O
O
140 C
Etanol Dietil eter
Eter dapat pula dibuat melalui substitusi nukleofilik alkil halida oleh alkoksida
R-ONa + R’-X R-O-R’ + NaX
7. Keisomeran pada Eter
Eter memiliki dua isomer, yaitu isomer struktur dan isomer fungsional
1. Isomer Struktur
Isomer struktur ialah senyawa yang memiliki rumus molekul sama, namun
rumus strukturnya berbeda. Contohnya dietil eter memiliki isomer struktur dengan
metil propil eter dan metil ispropil eter.
2. Isomer Fungsional
Alkohol dan eter keduanya memiliki rumus umum yang sama, akan tetapi,
keduanya memiliki jenis gugus fungsional yang berbeda. Dua senyawa yang
memiliki rumus umum molekul sama namun gugus fungsionalnya berbeda disebut
memiliki keisomeran fungsional. Eter berisomer fungsional dengan alkohol.
EPOKSIDA
Epoksida adalah senyawa eter siklik dengan cincin yang memiliki tiga anggota.
Struktur dasar dari sebuah epoksida berisi sebuah atom oksigen yang diikat pada dua
atom karbon berdekatan yang berasal dari hidrokarbon. Tegangan dari cincin dengan tiga
anggota ini membuat senyawa epoksida menjadi lebih reaktif daripada eter asiklik.
Struktur epoksida
Tata Nama
Gugus Epoksida
Terminal
Internal
Dan mungkin memiliki pengganti pada atom karbon selain hidrogen, misalnya:
Gugus epoksi dapat pula menjadi bagian dalam sebuah struktur cincin, seperti:
Senyawa epoksida dapat dibuka dengan mudah, dibawah kondisi asam atau basa.
Contohnya, hidrolisis propilen oksida yang dikatalis dengan senyawa asam atau basa
untuk menghasilkan propilen glikol.
Epoksida merupakan gugus yang sangat reaktif, terutama dalam larutan asam karena
akan menaikkan kecepatan pembukaan cincin oksida dengan cara protonasi kepada atom
oksigen dan berinteraksi dengan berbagai macam reagen nukleofilik.
- Epoksida adalah eter siklik, cincin beranggota 3 (lihat diagram diatas).
Reaktivitas mereka sedemikian rupa sehingga mereka sebenarnya adalah
kelompok fungsional yang terpisah.
- Ada dua metode untuk penamaan epoksida:
o Sebagai oksida dari alkena yang sesuai (ini berhubungan dengan suatu
metode sintesis mereka).
o Menggunakan epoxy awalan untuk menunjukkan epoksida sebagai
substituen a.
Alkena oksida
- Nama akar yang sesuai untuk alkena (memikirkan melepaskan oksigen dan
menambahkan C = C di lokasi itu).
- Tambahkan oksida akhiran.
- Hal ini umum untuk epoksida yang sangat sederhana
Epoxy
- Nama root didasarkan pada rantai terpanjang dengan dua ikatan CO terpasang.
- Rantai diberi nomor sehingga memberikan unit epoksida yang locant serendah
mungkin (lagi seperti alkena)
- Awalan epoksida dimasukkan sebelum nama akar bersama dengan kedua locan
misalnya 1,2-epoxypropane.
- Kedua locan disertakan karena metode ini juga digunakan untuk penamaan eter
siklik lainnya.
Epoxy Gaya
Epoxy Gaya
Epoxy gaya
Karakteristk dari senyawa epoksida adalah gugus oksiran yang terbentuk oleh oksida
dari senyawa olefenik atau senyawa aromatik ikatan ganda.
Lebih kompleks epoksida biasanya dibuat oleh epoksida alkena, sering menggunakan
peroxyacid (RCO3H) untuk mentransfer atom oksigen.
Rute lain industri penting untuk epoksida memerlukan proses dua langkah. Pertama,
alkena yang diubah menjadi senyawa tersebut, dan kedua, klorohidrin yang diperlakukan
dengan basa untuk menghilangkan asam klorida, memberikan epoksida, hal ini adalah
metode yang digunakan untuk membuat propilen oksida.
Epoksida mudah diubah, di bawah kondisi asam atau basa, untuk memberikan berbagai
produk dengan manfaat fungsional kelompok. Misalnya, hidrolisis asam atau basa katalis
oksida propilena memberikan propilen glikol.
Epoksida dapat digunakan untuk merakit polimer yang dikenal sebagai epoxies, yang
merupakan perekat yang sangat baik dan pelapis permukaan. Yang paling umum epoxy
resin yang terbentuk dari reaksi epiklorohidrin dengan bisphenol A.
Epoksida biasanya dibuat melalui oksidasi alkena. Epoksida yang paling penting dalam
industri adalah etilena oksida, yang dihasilkan melalui oksidasi etilena dengan oksigen.
Epoksida lainnya dapat dihasilkan melalui dua cara:
- Melalui oksidasi alkena dengan peroksi asam seperti asam
metakloroperoksibenzoat (m-CPBA).
- Melalui substitusi nukleofilik intramolekuler halohidrin.
Senyawa epoksida merupakan senyawa yang sangat penting sama seperti produk
kimia lainnya, misalnya resin. Epoksida minyak, yang produksinya mencapai sekitar
level 50.000 ton per tahun, memiliki fungsi utama sebagai plastisizer dan stabilisator
pada PVC.
Reaksi Epoksida
Kegunaan Epoksida
Salah satu produk penting industri petrokimia yang dapat dihasilkan dari minyak
nabati adalah senyawa polihidroksi trigliserida. Senyawa ini banyak digunakan sebagai
bahan poliuretan, bahan aditif plastik, pelumas, surfaktan, dll sehingga kebutuhan akan
senyawa ini menjadi sangat tinggi. Senyawa polihidroksi trigliserida dihasilkan melalui
reaksi hidroksilasi. Reaksi hidroksilasi meliputi dua tahap reaksi, yaitu reaksi epoksidasi
dan reaksi pembukaan cincin oksiran. Pada penelitian ini akan dibahas lebih mendalam
mengenai reaksi epoksidasi.
Karena kereaktifan yang tinggi dari cincin oksiren, epoksida dapat berlaku sebagai
bahan baku untuk sinstesis berbagai macam varietas kimia, seperti alkohol, glikol,
alkanolamin, komponen karbonil, komponen olefin, dan polimer, seperti poliester,
poliuretan, dan resin epoksi
Ikatan pada eter sudah bisa dimengerti dengan membandingkan eter dengan air dan
alkohol. Tegangan van der Waals yang melibatkan gugus alkil menyebabkan sudut
ikatan pada oksigen menjadi lebih besar di eter dari pada di alkohol, dan lebih besar di
alkohol dari pada di air. Sebuah contoh yang ekstrim, di-tert-butil eter, dimana hadangan
steric antara gugus tert-butil bertanggung jawab atas peningkatan yang cepat terhadap
sudut ikatan C-O-C.
Sebuah efek eter oksigen mempengaruhi konformasi dari sebuah molekul dalam
keadaan yang sama dengan yang dilakukan oleh sebuah unit CH 2. Konformasi yang
paling stabil dari dietil eter adalah semua konfromasi anti. Tetrahidropiran lebih stabil
jika berada dalam konformasi kursi sebuah fakta yang memiliki pengaruh yang penting
terhadap struktur dari semua hidrokarbon.
Menggabungkan sebuah atom oksigen masuk kedalam cincin dengan tiga anggota
membutuhkan sudut ikatan harus terdistorsi dari nilai normal tetrahedral. Dalam etilen
oksida, contohnya, sudut ikatan pada oksigen adalah 61.5o.
Demikian epoksi, seperti siklopropana, memiliki tegangan sudut yang signifikan. Mereka
cenderung mengalami reaksi yang membuka cincin tiga-anggota dengan membelah satu
ikatan dari karbon-oksigen.
Tabel 16.1 membandingkan sifat fisik dari dietil eter dengan mereka yang dari alkana
(pentana) dan juga alkohol (1-butanol) dengan ukuran dan bentuk yang sama. Mengenai
titik didih, dietil eter memiliki kesamaan dengan pentana dari pada 1-butanol. Mengenai
momen dipol dan kelarutan dalam air, kebalikannya adalah benar.
Seperti yang telah kita lihat sebelumnya, alkohol memiliki titik didih yang tidak biasa
tinggi karena ikatan hidrogen atara gugus -OH.
Kekurangan gugus -OH, eter menyerupai alkana dalam gaya dispersi dan merupakan
yang paling berkontribusi dalam daya tarik intermolekuler. Meskipun eter memiliki
momen dipol yang signifikan, kenyataan bahwa titik didih mereka sangat dekat dengan
alkana jika dibandingkan dengan alkohol memberi tahu kita bahwa daya tarik dipol-dipol
memiliki kontribusi yang kecil.
Di sisi yang lain, eter memiliki oksigen negatif yang terpolarisasi yang mana bisa
berikatan hidrogen dengan sebuah proton -OH dari air.
Hidrogen seperti itu menyebabkan eter untuk dapat larut di dalam air kira-kira mencapai
tingkat yang sama dengan alkohol dengan bentuk dan ukuran yang sama. Alkana tidak
bisa diikutsertakan dalam ikatan hidrogen terhadap air. Gambar di atas menunjukan map
potensial elektrostatik dari dietil eter, air, dan ikatan kompleks hidrogen yang terbentuk
sebelum mereka.
Mahkota Eter
Kepolaran ikatan karbon-oksigen dan hadirnya pasangan elektron sunyi pada oksigen
berkontribusi terhadap kemampuan eter untuk membentuk asam Lewis/basa Lewis
kompleks dengan ion metal.
Kekuatan dari ikatan ini bergantung pada jenis eter. Eter yang simpel relatif membentuk
kompleks yang lemah dengan ion logam, tetapi Charles J. Pedersen dari DuPont
menemukan bahwa polieter tertentu membentuk kompleks yang lebih stabil dengan ion
logam dibandingkan eter yang simpel.
O
|| atau R – C – OH dimana R adalah alkil
R–C–H
O
|| atau Ar – C – OH dimana Ar adalah aromatik
Ar – C – H
Pada gambar di atas kita bisa melihat bahwa keduanya memiliki ujung molekul yang
sama persis. Yang membedakan hanya kompleksitas gugus lain yang terikat.
Jika kita menulis rumus molekul untuk molekul-molekul di atas, maka gugus aldehid
(gugus karbonil yang mengikat atom hidrogen) selalunya dituliskan sebagai -CHO- dan
tidak pernah dituliskan sebagai COH. Oleh karena itu, penulisan rumus molekul aldehid
terkadang sulit dibedakan dengan alkohol. Misalnya etanal dituliskan sebagai CH3CHO
dan metanal sebagai HCHO.
Penamaan Aldehid
Penamaan aldehid didasarkan pada jumlah total atom karbon yang terdapat dalam
rantai terpanjang – termasuk atom karbon yang terdapat pada gugus karbonil. Jika ada
gugus samping yang terikat pada rantai terpanjang tersebut, maka atom karbon pada
gugus karbonil harus selalu dianggap sebagai atom karbon nomor 1.
Penamaa aldehid bisa menggunakan sistem IUPAC atau penamaan secara Trivial.
Sistem Tatanam IUPAC memberikan akhiran karakteristika al untuk aldehid. Sebagai
contoh, H2C = O adalah methan al, lebih umum disebut formaldehid. Karena gugus
karbonil aldehid harus selalu terletak di ujung rantai karbon, diberi no 1, dan karena itu
mendefinisikan penomoran arah. Menurut Trivial, cara pemberian nama senyawa aldehid
dilakukan dengan mengganti akhiran -at pada nama trivial asam alkanoat yang
bersangkutan dengan akhiran -aldehida.
Contoh nama IUPAC disediakan (dengan warna biru) dalam diagram berikut. Nama-
nama umum adalah merah, dan nama-nama yang diturunkan hitam. Dalam nama umum
didekat atom karbon gugus karbonil sering ditunjuk oleh huruf Yunani. Atom berdekatan
dengan fungsi alfa, dihapus berikutnya adalah beta dan seterusnya.
Tiga contoh kelompok asli memiliki nama spesifik ditunjukkan di bawah ini.
Jumlah Asam Alkanoat Aldehid Alkanal
atom
Rumus Nama trivial Rumus Nama trivial Rumus Nama
C
molekul molekul molekul IUPAC
1 H – COOH Asam Format H – CHO Formaldehida H – CHO Metanal
C6H12O
CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CHO CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CHO
|
CH3
Heksanal 2-metil pentanal
CH3 CH3
| |
CH3 – C – CH2 – CHO CH3 – CH – CH –CHO
| |
CH3 CH3
Sifat-sifat Aldehid
1. Sifat Fisi/Fisika
a. Titik didih
Aldehid sederhana seperti metanal memiliki wujud gas (titik didih -21 oC),
dan etanal memiliki titik didih +21 oC. Ini berarti bahwa etanal akan mendidih
pada suhu yang mendekati suhu kamar. Aldehid lainnya berwujud cair,
dengan titik didih yang semakin mengingkat apabila molekul semakin besar.
Besarnya titik didih dikendalikan oleh kekuatan gaya-gaya antar-molekul.
Senyawa rumus Bobot molekul Titik didih keterangan
(0C)
Satu karbon
Metana CH4 16 -161 Tak ada ikatan
hidrogen atau
interaksi polar-
polar
Formaldehide HCHO 26 -21 Interaksi polar-
polar
Metanol CH3OH 32 65 Ikatan hidrogen
Dua karbon
Etana C2H6 30 -89 Tak ada ikatan
hidrogen
Asetaldehid CH3CHO 44 20 Interaksi polar-
polar
etanol CH3CH2OH 46 78 Ikatan hidrogen
Berikut akan disajikan tabel titik didih beberapa seyawa aldehid yang
mempuyai satu atau dua atom karbon:
Pada tabel diatas bisa melihat bahwa aldehid (yang memiliki gaya tarik
dipol-dipol dan gaya tarik dispersi) memiliki titik didih yang lebih tinggi dari
alkana berukuran sebanding yang hanya memiliki gaya dispersi. Akan tetapi,
titik didih aldehid lebih rendah dari titik didih alkohol. Pada alkohol, terdapat
ikatan hidrogen ditambah dua jenis gaya-tarik antar molekul lainnya (gaya-
tarik dipol-dipol dan gaya-tarik dispersi). Walaupun aldehid merupakan
molekul yang sangat polar, namun keduanya tidak memiliki atom hidrogen
yang terikat langsung pada oksigen, sehingga tidak bisa membentuk ikatan
hidrogen sesamanya.
Tentunya juga terdapat gaya dispersi dan gaya tarik dipol-dipol antara
aldehid dengan molekul air. Pembentukan gaya-gaya tarik ini melepaskan
energi yang membantu menyuplai energi yang diperlukan untuk memisahkan
molekul air dan aldehid satu sama lain sebelum bisa bercampur. Apabila
panjang rantai meningkat, maka “ekor-ekor” hidrokarbon dari molekul-
molekul (semua hidrokarbon sedikit manjauh dari gugus karbonil) mulai
mengalami proses di atas. Dengan menekan diri antara molekul-molekul air,
ekor-ekor hidrokarbon tersebut memutus ikatan hidrogen yang relatif kuat
antara molekul-molekul air tanpa menggantinya dengan ikatan yang serupa.
Senyawa Titik leleh (0C) Titik didih (0C) Kelarutan dalam air
(g/100ml)
Formaldehid -92 -21 Bercampur sempurna
Asetaldehid -123 20 Bercampur sempurna
Butiraldehid -99 76 4
benzaldehid -26 179 0,3
Ini menjadi proses yang tidak bermanfaat dari segi energi, sehingga kelarutan
berkurang.
b. Spektra nmr
Elektron dalam suatu gugus karbonil, seperti elektron dalam
ikatan rangkap atau awan pi aromatik, akan digerakkan oleh suatu
medan magnet luar. Medan imbasan molekular yang dihasilkan
mempunyai efek yang dalam pada absorpsi nmr dari proton
aldehida. Resapan nmr untuk suatu proton aldehida bergeser jau ke
bawah medan (δ = 9-10 ppm, di luar jangka spektra, yang lazim).
Geseran besar ini timbul oleh efek-efek aditif dari berkurangnya
perisai (deshielding) anisotropikoleh elektron pi dan berkurangnya
perisai induktif oleh karbon elektropositif dari gugus karbonil itu.
Hidrogen-hidrogen α dari aldehid tidaklah terlalu dipengaruhi
oleh gugus karbonilnya. Resapan nmr untuk proton α (δ = 2,1-2,6
ppm) muncul sedikit dibawah medan dibandingkan dengan resapan
CH biasa (sekitar 1,5 ppm), karena tertariknya elektron oleh atom
oksigen elektronegatif. Efek-efek pengurangan perisai (deshielding)
oleh efek induktif cukup jelas dalam spectra nmr butanal. Dalam
suatu aldehid, penguraian proton aldehida kadang-kadang dapat
digunakan untuk menentukan banyaknya hidrogen α. Spectrum
butanal menunjukkan suatu triplet untuk proton -CHO, suatu
indikasi akan adanya dua hidrogen α.
3. Sifat Kimia
1. Sifat Medamar
Jika suatu larutan aldehid dalam air diberi larutan NaOH atau KOH maka zat
cairnya akan berwarna kuning dan sesaat kemudian mengendaplah suatu zat amorf
yang berwarna merah kekuning-kuningan.
4. Sifat Mereduksi
Karena aldehid dapat dioksidasi menjadi asam karboksilat maka aldehid
adalah suatu reduktor
Larutan Fehling dan larutan Bennedict digunakan dengan cara yang sama. Beberapa tetes
aldehid ditambahkan ke dalam reagen, dan campurannya dipanaskan secara perlahan dalam
sebuah penangas air panas selama beberapa menit.
Aldehid mereduksi ion tembaga(II) menjadi tembaga(I) oksida. Karena larutan bersifat
basa, maka aldehid dengan sendirinya teroksidasi menjadi sebuah garam dari asam
aldehid Larutan biru menghasilkan sebuah endapan merah gelap dari tembaga(I) oksida.
5. Sifat Polimerisasi
1. Polimerisasi Adisi
Terjadi antara 2 atau lebih molekul dari zat yang sejenis astealdehid dengan
pengaruh sedikit asam sulfat pekat dapat membentuk trimennya yang disebut
parental yang berantai lingkar.
3CH3CHO (CH3CHO)3
2. Polimerisasi kondensasi
Adalah dua molekul atau lebih dari sejenis zat yang tidak sejenis membentuk
sebuah molekul baru yang besar dengan melepaskan H2O. NH3 atau molekul
lain yang sederhana dalam hal ini aldehid dapat berkondensasi dengan:
6. Reaksi Cannizaro
Reaksi cannizaro, dinamakan dari penemunya Stanislao Cannizzaro, adalah
sebuah reaksi kimia yang melibatkan disproprosionasi aldehid tanpa hidrogen
pada posisi alfa yang diinduksi oleh basa. Cannizzaro pertama kali menyelesaikan
transformasi ini pada tahun 1853, ketika dia mendapatkan benzil alkohol dan asam
benzoat dari reaksi antara benzaldehida dengan kalium karbonat.
Produk oksidasi reaksi ini adalah asam karboksilat dan produk redoksnya
adalah alkohol. Untuk aldehid dengan atom hidrogen pada posisi alfa, misalnya
RCHR’CHO. Disproporsionasi (reaksi reduksi dan oksidasi terjadi bersamaan)
suatu aldehida yang tak memiliki atom-atom alfa-hidrogen menjadi alkohol dan
asam (garam) dalam basa kuat 30-60%.
Mekanisme:
Contoh:
7. Pembuatan Aldehid
Nama aldehid berasal dari reaksi ini, karena aldehid merupakan alkohol yang
kekurangan hidrogen (alkohol dehidrogenatum),
a. Reduksi CO dengan H2
CO + H-H HCOH
b. Oksidasi uap metanal oleh udara dengan katalis Pt pada temperatur 300
o
C.
CH3OH-O2 HCHC + H2O
Aldehid dapat dibuat melalui beberapa macam reaksi, yaitu reaksi adisi, reaksi adisi-
eliminasi, reaksi reduksi dan melalui reaksi oksidasi.
1. Reaksi Adisi
Merupakan suatu reaksi yang mengubah senyawa karbon tidak jenuh
(mempunyai ikatan rangkap) menjadi senyawa karbon jenuh (tidak mempunyai
ikatan rangkap). Karena aldehid memiliki ikatan rangkap antara C dan O maka
aldehid dapat diadisi.
a. Adisi dengan H2
Adisi dengan H2 (hidrogen) menghasilkan alkohol primer.
H H
R-C=O + H-H R-C-OH
H
Contoh:
H H
CH3-CH2-C=O + H-H CH3-CH2-C-OH
H
Propanal propanal
Formaldehid formalin
Contoh
Aldehid sianohidrin
Contoh
Asetaldehid sianohidrin
R C H + RMgX R C OMgX R C OH
2. Reaksi Adisi-Eliminasi
Beberapa reagensia mengalami adisi ke dalam aldehida yang diikuti dengan
eliminasi air atau molekul kecil lain untuk memperoleh suatu produk yang
mengandung suatu ikatan rangkap.
O OH
adisi Eliminasi
R – C – H + H – NuH R–C–H R–C–H
-H O
NuH 2 Nu
Suatu produk adisi
yang tak stabil
O OH
H+ -H2O
RCH + H – NH2 RCH - NH2 RCH = NH
Suatu amina
Imina tak tersubstitusi yang terbentuk dari NH3 tidak stabil dan
berpolimerisasi bila didiamkan. Tetapi jika digunakan amina primer (RNH2)
sebagai ganti amonia, akan terbentuk imina tersubstitusi yang lebih stabil (yang
kadang-kadang disebut basa schiff) aldehida aromatik (seperti benzaldehida)
atau arilamina (seperti anilina) menghasilkan imina yang terstabil, namun
aldehida, keton, atau amina primer lain dapat juga digunakan.
O Benzena, H+ OH
Kalor -H2O
- CH + H2NCH3 - CH – NHCH3 - CH = NCH3
O H+, Kalor
-H2O
- CH + - NH2 - CN = N -
Tahap 1, Adisi:
O Cepat O- Cepat OH
RCH + R’NH2 RCH RCH
R’NH2 R’NH
Tahap 2 adalah protonasi gugus OH, yang kemudian dapat lepas sebagai air
dalam suatu reaksi eliminasi.
Tahap 2, Eliminasi:
Pembentukan imina adalah suatu reaksi yang tergantung pada pH. Tahap
pertama adisi amina takterprotonkan yang bebas, pada gugus karbonil. Bila
suatu larutan bersifat terlalu asam, konsentrasi amina bebas ini menjadi kecil
sekali (dapat diabaikan). Jika hal itu terjadi, tahap adisi yang biasanya cepat itu,
akan menjadi lambat dan benar-benar menjadi penentu laju dalam rentetan itu.
Dalam asam
Tidak nukleofilik
RNH2 + H- RNH3-
Tahap kedua dalam reaksi ini adalah eliminasi gugus OH yang terprotonkan
sebagai air. Tidak seperti pada tahap pertama (adisi amina), laju tahap kedua
meningkat dengan bertambahnya konsentrasi asam. (ingat, OH- merupakan
suatu basa kuat dan gugus pergi yang jelek, sedangkan -OH2+ dapat pergi
sebagai H2O, suatu basa lemah dan gugus pergi yang baik). Akibatnya,
bertambahnya kesamaan akan menyebabkan tahap 2 berjalan lebih cepat, tetapi
tahap 1 berjalan lebih lambat. Sebaliknya, menurunnya keasaman menyebabkan
tahap 1 lebih cepat tetapi tahap 2 lebih lambat.
Transaminasi biologis
Imina merupakan zat antara penting dalam biosintesis asam-asam α – amino, RCH
(NH2) CO2H, yang digunakan oleh suatu organisme dalam sintesis protein. Bila
makanan tidak mengandung asam amino yang diperlukan dalam proporsi yang
diminta, maka dalam beberapa hal, suatu organisme dapat mengubah suatu asam
amino yang tak diperlukan menjadi asam amino yang diinginkan dalam suatu reaksi
transaminasi. Proses itu mencakup transfer suatu gugus amino dari dalam asam amino
yang tak diperlukan ke suatu asam keton.
Transaminasi:
H2N – C – H + C = O C = O + H2N – C – H
R R’ R R’
Asam amino asam keto asam keto asam amino
Lama lama baru baru
O +
H , -H2O H -H +
Suatu imina
H3C H+ H3C H
C=N C = N+
H3C NH2 H3C NH2-
Pada tahun 1954, George Witting mengemukakan suatu sintesis umum alkena
dari senyawa karbonil dengan menggunakan fosfonium ilid. Sintesis ini disebut
reaksi wittig.
R R’ R R’ dari ilid
C=O + (C6H5)3P=C C=C + (C6H5)3P=O
H R’ H R’
Suatu ilid adalah suatu molekul dengan muatan + dan – berdampingan. Suatu ilid
terbentuk dengan terbuanganya sebuah proton dari dalam karbon yang
berdampingan dengan suatu heteroatom yang bermuatan positif.
Reaksi wittig bersifat serbaguna. Alkil halida yang digunakan untuk membentuk
ilid dapat berupa halida metil, primer atau sekunder. Produk reaksi wittig adalah
suatu alkena dengan ikatan rangkap dalam posisi yang diinginkan. Sayang
kadang-kadang sulit untuk meramalkan apakah produk -cis atau -trans akan
menonjol dalam suatu reaksi tertentu.
O
Xilena
–CH + (C6H5)3P=CHCH=CH– –CH=CHCH=CH– +(C6H5)3P=O
kalor
Karbon nukleofilik
+ –
(C6H5)3P=CR’2 (C6H5)3P–CR’
.. 2
Struktur resonansi
Produk adisi antara ilid dan suatu aldehid adalah suatu betaina. Betaina itu
mengalami siklinisasi dan eliminasi trifenilfosfina untuk membentuk alkena
RCH =NOH
Hidroksilamina HONH2
Suatu oksim
RCH = NNH2
Hidrazina H2NNH2
Suatu hidrozon
RCH = NNHC6H5
Fenilhidrazina - NHNH2
Suatu fenilhidrazon
NO2 NO2
O O
Semikarbazida
H2NNHCNH2 RCH = NNHCNH2
Suatu semikarbazon
Hidrazon dan produk lain yang dicantumkan pada tabel di atas terutama 2,4-
dinitro-fenilhidrazon berbobot molekul tinggi, atau DNP, biasanya terbentuk zat
padat. Sebelum spektrometer digunakan secara meluas, derivat-derivat ini digunakan
secara ekstensif untuk identifikasi. Suatu keton cair yang strukturnya tak dikethui,
dapat diubah menjadi DNP padat, yang dimurnikan dengan kristalisasi, dan titik
lelehnya dibandingkan dengan titik leleh DNP yang strukturnya telah diketahui.
3. Reaksi Reduksi
Suatu aldehid dapat direduksi menjadi suatu alkohol, suatu hidrokarbon atau
suatu amina. Produk reduksi ini tergantung pada baha pereduksi dan struktur
senyawa karbonilnya.
O [H] OH NR2
RCH RCHR atau RCH2R atau RCHR
aldehida suatu alcohol suatu hidrokarbon suatu amina
A. Hidrogenasi
O
CH3CH + H2 Ni CH3CH2OH
Kalor,tekanan
Asetaldehid etanol
Suatu aldehida suatu alcohol primer
Jika suatu ikatan rangkap dan suatu gugus karbonil keduanya terdapat dalam
sebuah struktur, ikatan rangkap itu dapat dihidrogenasi sementara gugus karbonil
tetap utuh, atau dapat pula keduanya terhidrogenasi. Namun, gugus karbonil tak
dapat dihidrogenasi tanpa mereduksi ikatan rangkapnya. Jika diinginkan
mereduksi suatu gugus karbonil sementara ikatan rangkap karbon-karbon tetap
utuh, haruslah dipilih reduksi dengan hibrida logam.
3-pentenal pentanal
B. Hibrida Logam
Atas dasar suatu molar maka gas hidrogen tidaklah mahal, namun suatu reaksi
hidrogenasi agak merepotkan. Biasanya peralatannya terdiri dari tanki gas dan
suatu bejana logam bertekanan. Suatu prosedur reduksi alternatif melibatkan
penggunaan hibrida logam. Dua zat pereduksi yang bermanfaat adalah lithium
aluminium hibrida (sering disingkat dengan LAH) dan natrium borohidrida,
keduanya mereduksi aldehida menjadi alkohol.
H H
Li+ H Al H Na+ H B¯ H
H H
Litium aluminium hidrida (LAH) natrium borohidrida
OH
(1) LiAlH4
CH3CH2CHCH3
O (2) H2O. H+ 2-butanol (80%)
CH3CH2CCH3
OH
(1)NaBH4
CH3CH2CHCH3
(2) H2O. H+ 2-butanol (87%)
Ester direduksi
O O OH O
(1) NaBH4
HCCH2CH2COCH2CH3 CH2CH2CH2COCH2CH3
(2) H2O. H+
Baik NaBH4 maupun LAH tidak mereduksi ikatan rangkap karbon-karbon yang
terpencil, tetapi C=C yang berkonjugasi dengan suatu gugus karbonil kadang-
kadang terserang. Akibatnya, suatu struktur yang mengandung ikatan rangkap
dan gugus karbonil seringkali dapat direduksi pada posisi karbonil secara selektif.
Dalam hal ini, hidrida logam bersifat komplementer terhadap gas hidrogen
sebagai bahan-bahan pereduksi.
C=O tereduksi (tetapi C=C tidak):
O O (1)LiAlH4
OH OH
CH3CCH2CH=CHCH2CCH3 CH3CHCH2CH=CHCH2CHCH3
(2) H2O. H+
Reduksi wolff-kishner
H+
O NH2 NH2 NNH2 KOH
Zn/Hg
CCH3 CH2CH3
HCl
45%
D. Aminasi reduktif
Jika diinginkan suatu amina sebagai produk reduksi, maka senyawa karbonil
itu diolah dengan amonia atau suatu amina primer untuk membentuk suatu imina
dengan kehadiran hidrogen dan suatu katalis. Kemudian gugus C=N imina
mengalami hidrogenasi katalitik dengan cara yang sama seperti suatu gugus C=C
atau C=O.
O NH3 H2 . Ni
CH CH=NH CH2NH2
H2O
Aminasi reduktif merupakan metode yang baik untuk membuat amina dengan
suatu gugus alkil sekunder, R2CHNH2 (mengolah alkil halida sekunder R2CHX
dengan NH3 dalam suatu reaksi SN2 dapat mengakibatkan eliminasi atau
terbentuknya dialkilamina.
H2 , katalis
Kalor,tekanan
NH2 NHR’
NH2 atau R’ NH2
NH3
Umum:
R-CHO + HCl → R-CCl-HOH
4. Reaksi Oksidasi
1. Larutan formaldehid dalam air dengan kadar ± 40% dikenal dengan nama
formalin. Zat ini banyak digunakan untuk mengawetkan spesimen biologi
dalam laboratorium museum.
2. Formaldehid juga banyak digunakan sebagai:
a. Insektisida dan pembasmi kuman
b. Bahan baku pembuatan damar buatan
c. Bahan pembuatan plastik dan damar sintetik seperti Galalit dan Bakelit
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.
Formalin adalah larutan jenuh (saturated solution) dari formaldehid, air dan senyawa
khas lainnya (metanol). Di dalam formalin tersebut terkandung 37 persen
formaldehid, 13 persen metanol, dan sisanya air. Kandungan air berfungsi dalam
menyediakan cairan (dilution) untuk formaldehid. Metil alkohol 10-15%
ditambahkan untuk mencegah polimerisasi. Penambahan metil alkohol itulah yang
menyebabkan zat kimia tersebut dikenal dengan formalin. Formalin sering kali
dianggap sebagai nama lain dari formaldehida oleh masyarakat. Padahal, pendapat
tersebut salah dan sangat keliru. Formalin dan formladehida adalah dua senyawa
yang berbeda.
Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehida dalam air,
biasanya ditambah metanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin dikenal
sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri.
Penggunaan formalin
1. Pembunuh kuman sehingga digunakan sebagai pembersih: lantai, gudang,
pakaian dan kapal
2. Pembasmi lalat dan serangga lainnya
3. Bahan pembuat sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak
4. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin
dan kertas
5. Bahan pembentuk pupuk berupa Urea
6. Bahan pembentuk produk parfum
7. Bahan pengawet produk kosmetik dan pengeras kuku
8. Pencegah korosi untuk sumur minyak
9. Bahan untuk isulasi busa
10. Bahan perekat untuk produk kayu lapis (playwood)
11. Dalam konsentrasi yang sangat kecil (< 1 persen) digunakan sebagai
pengawet, untuk berbagai barang konsumen, seperti pembersih rumah
tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil,
lilin dan karpet
12. Methyl oxide – karsan – Trioxane Bahaya bila terpapar oleh formalin
Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam hawa yang lebih
panas, kira-kira 650 °C. dalam keadaan begini, akan ada dua reaksi kimia sekaligus
yang menghasilkan formaldehida: satu seperti yang di atas, sedangkan satu lagi
adalah reaksi dehidrogenasi :
Kegunaan Formalin
Penyalahgunaan Formalin
Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yaitu mulut dan
pernapasan. Sebetulnya, sehari-hari kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar.
Polusi yang dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik, mengandung formalin yang
mau tidak mau kita hirup, kemudian masuk ke dalam tubuh. Asap rokok atau air
hujan yang jatuh ke bumi pun sebetulnya juga mengandung formalin. Formalin
sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan
dapat berupa : luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi
dan bahaya kanker pada manusia. Jika kandungan dalam tubuh tinggi, akan bereaksi
secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel
dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan kerusakan pada organ tubuh.
Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit
menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan , sakit perut
yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar
hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa,
pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal. Meskipun dalam jumlah kecil,
dalam jangka panjang formalin juga bisa mengakibatkan banyak gangguan organ
tubuh. Apabila terhirup dalam jangka lama maka akan menimbulkan sakit kepala,
gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir
hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru. Gangguan otak
mengakibatk efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, gangguan
emosi, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi, daya ingat berkurang dan
gangguan perilaku lainnya.
Dalam jangka panjang dapat terjadi gangguan haid dan kemandulan pada
perempuan. Kanker pada hidung, ronggga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan
otak juga bisa terjadi. Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal
serta memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada
kulit, dan terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung. Jika terkena mata,
bahaya yang paling menonjol adalah terjadinya radang selaput mata. Jika tertelan
akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala
pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di
dada.
Bila terkena hirupan atau terkena kontak langsung formalin, tindakan awal
yang harus dilakukan adalah menghindarkan penderita dari daerah paparan ke
tempat yang aman. Bila penderita sesak berat, kalau perlu gunakan masker berkatup
atau peralatan sejenis untuk melakukan pernafasan buatan. Bila terkena kulit
lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena formalin. Cuci kulit selama 15-
20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air yang banyak dan dipastikan tidak
ada lagi bahan yang tersisa di kulit. Pada bagian yang terbakar, lindungi luka dengan
pakaian yag kering, steril dan longgar. Bilas mata dengan air mengalir yang cukup
banyak sambil mata dikedip-kedipkan. Pastikan tidak ada lagi sisa formalin di mata.
Aliri mata dengan larutan dengan larutan garam dapur 0,9 persen (seujung sendok
teh garam dapur dilarutkan dalam segelas air) secara terus-menerus sampai penderita
siap dibawa ke rumah sakit atau ke dokter. Bila tertelan segera minum susu atau
norit untuk mengurangi penyerapan zat berbahaya tersebut. Bila diperlukan segera
hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit.
1. Bila terhirup
Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit
menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut
yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar
hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa,
pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal.
Efek pada kesehatan manusia terlihat kronik setelah terkena dalam jangka waktu
yang lama dan berulang.
1. Bila terhirup
Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta
memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit,
dan terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung.
Jika terkena mata, bahaya yang paling menonjol adalah terjadinya radang
selaput mata.
4. Bila tertelan
Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-
muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu
badan dan rasa gatal di dada. Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung
formalin, efek sampingnya terlihat setelah jangka panjang, karena terjadi
akumulasi formalin dalam tubuh. Pertolongan pertama bila terjadi keracunan
akut tergantung konsentrasi cairan dan gejala yang dialami korban. Sebelum ke
rumah sakit : berikan arang aktif (norit) bila tersedia. Jangan melakukan
rangsang muntah pada korban karena akan menimbulkan risiko trauma korosif
pada saluran cerna atas. Di rumah sakit: lakukan bilas lambung (gastric lavage),
berikan arang aktif (walaupun pemberian arang aktif akan mengganggu
penglihatan bila nantinya dilakukan tindakan endoskopi). Untuk mendiagnosis
terjadinya trauma esofagus dan saluran cerna dapat dilakukan tindakan
endoskopi. Untuk meningkatkan eliminasi formalin dari tubuh dapat dilakukan
hemodyalisis (tindakan cuci darah), indikasi tindakan cuci darah ini bila terjadi
keadaan asidosis metabolik berat pada korban.
Ada cara yang lebih murah dan sehat untuk mengawetkan ikan. Salah satu
caranya, ikan hasil tangkapan tersebut direndam air yang dicampur dengan asam
laktat. Asam laktat itu tidak perlu dibeli di toko bahan kimia, bisa membuatnya
sendiri. Bahan yang dibutuhkan cukup sayur kubis yang dirajang halus, kemudian
disimpan dalam wadah dan ditaburi garam dapur. Ukurannya, dalam 100 gram kubis
ditaburi satu sendok makan garam. Setelah didiamkan sekitar dua hari, di bawah
kubis yang membusuk tadi terdapat cairan dari proses pembusukan. Cairan inilah
yang disebut dengan asam laktat. Selanjutnya asam laktat ini dicampur dengan air
yang akan digunakan untuk merendam ikan. Dengan cara ini, ikan akan bisa tetap
bertahan sampai 12 jam. Kubis yang digunakan, tidak perlu yang baik dan segar,
cukup dengan sisa kubis yang berserakan di pasar, yang memang dibuang oleh
penjual.
Untuk mengawetkan mie basah dapat digunakan air ki. Air ki juga bisa dibuat
sendiri. Caranya, jerami dibakar hingga jadi abu. Lalu abu jerami ini dimasukkan ke
dalam wadah yang sudah diberi air dan rendam sekitar 1 sampai 2 jam. Selanjutnya
saring sehingga sisa bakaran jerami tidak bercampur dengan air. Air sisa bakaran
jerami inilah yang disebut denga air ki. Air ki mengandung antiseptik yang dapat
membunuh kuman. Dengan pemberian air ki, mi basah mampu bertahan sampai dua
hari.
Dari IPB, telah ditemukan formula pengganti formalin yang disebut chitosan.
chitosan dibuat dari limbah industri pengolahan udang dan rajungan. Ambil kulit,
kepala, dan ekor yang tidak terpakai. Bahan-bahan tadi kemudian dihilangkan
mineralnya (de-mineralisasi) dengan cara dimasak pada PH asam. Setelah
dihilangkan mineralnya, lalu dihilangkan proteinnya (de-proteinasi) dengan dimasak
pada tempat yang sama pada PH basa (9-10). Hasilnya, diperoleh bahan yang
disebut chitin. Proses berikutnya (terakhir) adalah de-asetilasi. Di dalam struktur
chitin, terdapat gugus asetil. Gugus ini dibuang dan digantikan dengan gugus NH2,
juga pada proses basa, tapi jauh lebih kuat dari basa pada proses penghilangan
protein. Setelah de-asetilasi, jadilah chitosan dalam bentuk bubur. Bubur ini tinggal
dicuci dan dikeringkan. Setelah itu, chitosan dikemas dalam bentuk cairan siap
pakai. Untuk menghasilkan chitosan, dibutuhkan waktu pembuatan sekitar 3-4 jam.
Proses de-mineralisasi dan de-proteinasi masing-masing sejam. Sementara proses
de-asetilasi tergantung kemurnian yang diinginkan. Semakin murni, semakin lama
waktu yang dibutuhkan. Persyaratan chitosan adalah gugus asetil yang terganti
minimal harus 80 persen. Ini biasanya butuh waktu 1-2 jam.
Karena memiliki gugus aktif yang akan berikatan dengan mikroba, maka
chitosan juga mampu menghambat pertumbuhan mikroba seperti halnya formalin.
Fungsi lain adalah melapisi (coating). Dengan adanya coating, kandungan bahan
yang diawetkan tidak keluar. Kalau dilihat, tahu yang di-formalin dan tahu yang di-
chitosan, khususnya tahu kuning, warnanya jauh lebih bagus yang di-chitosan.
Fungsi ketiga, chitosan punya pori-pori, sehingga berfungsi menyerap lemak (fat
absorber).
Sifat Asetaldehid
Asetaldehid merupakan cairan yang tidak berwarna dengan bau yang tajam
seperti buah – buahan dan memiliki sifat yang mudah terbakar.
Sifat Fisis
1) Formula : CH CHO
3
2) Berat molekul : 44 g/mol
3) Titik didih : 20,6oC
4) Titik leleh : -123,5oC
5) Massa jenis : 0,778 g/ml
6) Tekanan kritis : 6,40 mpa
7) Temperatur kritis : 181,50oC
8) Viskositas : 0,2237
9) Flash point : -38oC 0-
10) Panas spesifik ,15 oC : 2,18 J/g K - 25oC : ,41 J/g K
11) Panas pembakaran : 12867,9 kJ/mol
12) Kelarutan : Tak terbatas , k dalam air, alkohol atau eter
Sifat Kimia
Asetaldehid adalah senyawa yang sangat reaktif yang secara umum dipakai
dalam suatu industri. Reaksi oksidasi, hidrogenasi, kondensasi dan polimerisasi
merupakan contoh – contoh reaksi kereaktifan.
a. Reaksi Oksidasi
b. Reaksi Reduksi
Reaksi reduksi menjadi alkohol sangat mudah terjadi. Banyak sekali jenis
katalis yang dapat digunakan diantaranya platina, asam kloroplatinat, nikel,
dan palladina.
c. Reaksi Polimerisasi
Pengertian Keton
Keton bisa berarti gugus fungsi yang dikarakterisasikan oleh sebuah gugus karbonil
(O=C) yang terhubung dengan dua atom karbon ataupun senyawa kimia yang
mengandung gugus karbonil. Keton memiliki rumus umum:
R1(CO)R2.
Senyawa karbonil yang berikatan dengan dua karbon membedakan keton dari asam
karboksilat, aldehida, ester, amida, dan senyawa-senyawa beroksigen lainnya. Ikatan
ganda gugus karbonil membedakan keton dari alkohol dan eter. Keton yang paling
sederhana adalah aseton (secara sistematis dinamakan 2-propanon).
Atom karbon yang berada di samping gugus karbonil dinamakan karbon-α. Hidrogen
yang melekat pada karbon ini dinamakan hidrogen-α. Dengan keberadaan asam katalis,
keton mengalami tautomerisme keto-enol. Reaksi dengan basa kuat menghasilkan enolat.
Contoh-contoh keton
Pada keton, gugus karbonil memiliki dua gugus hidrokarbon yang terikat padanya.
Sekali lagi, gugus tersebut bisa berupa gugus alkil atau gugus yang mengandung cincin
benzen. Disini kita hanya akan berfokus pada keton yang mengandung gugus alkil untuk
menyederhanakan pembahasan.
Perlu diperhatikan bahwa pada keton tidak pernah ada atom hidrogen yang terikat
pada gugus karbonil.
Keton yang memiliki rumus (CH3)2CO ini adalah suatu zat cair yang mudah terbakar
dengan bau yang manis, tak berwarna da mudah menguap. Dibuat dalam industry dengan
cara oksidasi isopropyl alkohol (2-propanol) dan juga sebagai hasil samping pada
pembuatan fenol.
Aseton relative tidak beracun, bercampur dalam air dan hamper semua pelarut organik
lain, dapat larut dalam hampir semua senyawa organik. Sebab itu aseton banyak
digunakan sebagai pelarut.
Napas dan air seni orang yang menderita diabetes yang tak terkontrol kadang–kadang
berbau aseton. Dalam sel-sel tubuh aseton dibentuk dari ion asetanoat.
Struktur : (R)2-C=O
Tatanama Keton
Sifat-sifat Kimia
Gugus karbonil bersifat polar, sehingga mengakibatkan senyawa keton polar. Gugus
karbonil akan berinteraksi dengan air melalui ikatan hidrogen, sehingga keton larut
dalam air. Ia merupakan akseptor ikatan hidrogen, dan bukannya donor, sehingga ia tidak
akan membentuk ikatan hidrogen dengan dirinya sendiri. Hal ini membuat keton lebih
mudah menguap daripada alkohol dan asam karboksilat.
a. Keasaman
Hidrogen-α keton lebih asam (pKa ≈ 20) daripada hidrogen alkana biasa
(pKa ≈ 50). Hal ini disebabkan oleh stabilisasi resonansi ion enolat yang terbentuk
ketika berdisosiasi. Keasaman relatif hidrogen-α sangatlah penting dalam reaksi
enolisasi keton dan senyawa karbonil lainnya.
b. Sifat-sifat spektroskopi
Spektroskopi adalah salah satu cara yang penting untuk mengidentifikasi
keton. Keton dan aldehida akan menunjuukkan puncak yang signifikan pada
cm−1
spektroskopi inframerah di sekitar 1700 (agak tinggi atau rendah, bergantung
pada lingkungan kimiawi)
c. Ikatan dan Kereaktifan
Ikatan pada gugus karbonil
Atom oksigen jauh lebih elektronegatif dibanding karbon sehingga
memiliki kecenderungan kuat untuk menarik elektron-elektron yang terdapat
dalam ikatan C=O kearahnya sendiri. Salah satu dari dua pasang elektron yang
membentuk ikatan rangkap C=O bahkan lebih mudah tertarik ke arah oksigen. Ini
menyebabkan ikatan rangkap C=O sangat polar.
d. Reaksi-reaksi penting dari gugus karbonil
Atom karbon yang sedikit bermuatan positif pada gugus karbonil bisa
diserang oleh nukleofil. Nukleofil merupakan sebuah ion bermuatan negatif
(misalnya, ion sianida, CN-), atau bagian yang bermuatan negatif dari sebuah
molekul (misalnya, pasangan elektron bebas pada sebuah atom nitrogen dalam
molekul amonia NH3).
Selama reaksi berlangsung, ikatan rangkap C=O terputus. Efek murni dari
pemutusan ikatan ini adalah bahwa gugus karbonil akan mengalami reaksi adisi,
seringkali diikuti dengan hilangnya sebuah molekul air. Ini menghasilkan reaksi
yang dikenal sebagai adisi-eliminasiatau kondensasi. Dalam pembahasan tentang
aldehid dan keton anda akan menemukan banyak contoh reaksi adisi sederhana
dan reaksi adisi-eliminasi. Aldehid dan keton mengandung sebuah gugus karbonil.
Ini berarti bahwa reaksi keduanya sangat mirip jika ditinjau berdasarkan gugus
karbonilnya.
Sifat-sifat fisik
a. Titik didih
Aldehid sederhana seperti metanal memiliki wujud gas (titik didih -21°C),
dan etanal memiliki titik didih +21°C. Ini berarti bahwa etanal akan mendidih
pada suhu yang mendekati suhu kamar.
Aldehid dan keton lainnya berwujud cair, dengan titik didih yang semakin
meningkat apabila molekul semakin besar. Besarnya titik didih dikendalikan oleh
kekuatan gaya-gaya antar-molekul
b. Gaya dispersi van der Waals
Gaya tarik ini menjadi lebih kuat apabila molekul menjadi lebih panjang
dan memiliki lebih banyak elektron. Peningkatan gaya tarik ini akan
meningkatkan ukuran dipol-dipol temporer yang terbentuk. Inilah sebabnya
mengapa titik didih meningkat apabila jumlah atom karbon dalam rantai juga
meningkat – baik pada aldehid maupun pada keton.
c. Gaya tarik dipol-dipol van der Waals
Aldehid dan keton adalah molekul polar karena adanya ikatan rangkap
C=O. Seperti halnya gaya-gaya dispersi, juga akan ada gaya tarik antara dipol-
dipol permanen pada molekul-molekul yang berdekatan.
Ini berarti bahwa titik didih akan menjadi lebih tinggi dibanding titik didih
hidrokarbon yang berukuran sama – yang mana hanya memiliki gaya dispersi.
d. Kelarutan dalam air
Aldehid dan keton yang kecil dapat larut secara bebas dalam air tetapi
kelarutannya berkurang seiring dengan pertambahan panjang rantai. Sebagai
contoh, metanal, etanal dan propanon – yang merupakan aldehid dan keton
berukuran kecil – dapat bercampur dengan air pada semua perbandingan volume.
Alasan mengapa aldehid dan keton yang kecil dapat larut dalam air adalah
bahwa walaupun aldehid dan keton tidak bisa saling berikatan hidrogen
sesamanya, namun keduanya bisa berikatan hidrogen dengan molekul air.
Salah satu dari atom hidrogen yang sedikit bermuatan positif dalam sebuah
molekul air bisa tertarik dengan baik ke salah satu pasangan elektron bebas pada
atom oksigen dari sebuah aldehid atau keton untuk membentuk sebuah ikatan
hidrogen.
Pembentukan gaya-gaya tarik ini melepaskan energi yang membantu
menyuplai energi yang diperlukan untuk memisahkan molekul air dan aldehid
atau keton satu sama lain sebelum bisa bercampur.
Apabila panjang rantai meningkat, maka "ekor-ekor" hidrokarbon dari
molekul-molekul (semua hidrokarbon sedikit menjauh dari gugus karbonil) mulai
mengalami proses di atas.
Dengan menekan diri diantara molekul-molekul air, ekor-ekor hidrokarbon
tersebut
memutus ikatan hidrogen yang relatif kuat antara molekul-molekul air tanpa
menggantinya dengan ikatan yang serupa. Ini menjadi proses yang tidak
bermanfaat dari segi energi, sehingga kelarutan berkurang.
Aldehid berbeda dengan keton karena memiliki sebuah atom hidrogen yang terikat
pada gugus karbonilnya. Ini menyebabkan aldehid sangat mudah teroksidasi. Sebagai
contoh, etanal, CH3CHO, sangat mudah dioksiasi baik menjadi asam etanoat,
CH3COOH, atau ion etanoat, CH3COO-.
Keton tidak memiliki atom hidrogen tersebut sehingga tidak mudah dioksidasi. Keton
hanya bisa dioksidasi dengan menggunakan agen pengoksidasi kuat yang memiliki
kemampuan untuk memutus ikatan karbon-karbon.Oksidasi aldehid dan keton juga
dibahas dalam modul belajar online ini pada sebuah halaman khusus di topik aldehid dan
keton.
Pembuatan Keton
2. Asilasi Friedel-Craft
3. Reaksi Kondensasi
Reaksi dimana dua molekul bergabung bersama disertai dengan
hilangnya sebuah molekul kecil dalam proses tersebut. Dalam hal ini, molekul
kecil tersebut adalah air.
Aplikasi Keton
Keton digunakan pada parfum dan cat untuk menstabilisasi ramuan lainnya sehingga
tidak berdegradasi dengan cepat. Kegunaan lainnya adalah sebagai pelarut dan zat antara
dalam industri kimia.
SENYAWA AROMATIK
Beberapa senyawa aromatik yang lain dapat dikelompokkan dalam dua kelas, yaitu
senyawa polisiklik dan senyawa heterosiklik. Senyawa aromatik polisiklik juga dikenal
dengan sebutan senyawa aromatik polinuklir atau cincin terpadu. Senyawa aromatik ini
dicirikan oleh cincin-cincin aromatik yang menggunakan atom-atom karbon tertentu
secara bersama-sama, atau dua atau lebih cincin benzena dipadukan.Berikut contoh
struktur senyawa aromatik polisiklik.
Hidrokarbon aromatik polisiklik dan sebagian besar turunannya berbentuk zat padat.
Naftalena digunakan sebagai pengusir ngengat, serta turunannya digunakan dalam bahan
bakar motor dan pelumas. Aromatik polisiklik digunakan secara luas sebagai zat antara
pada sintesis organik, misalnya dalam pembuatan zat warna (lihat kegunaan senyawa
benzena pada pembahasan sebelumnya).
SENYAWA POLISIKLIK
1-aminanaftalena (α-aminanaftalena)
7-nitronaftalena (β–nitronaftalena)
1-hidroksinaftalena (α-naftol)
1) Reaksi Oksidasi
CrO3
H2SO4
Kalor
2) ReaksiReduksi
Berbeda dari benzena, senyawa polisiklik dapat dihidrogenasi (direduksi)
parsial pada tekanan dan suhu kamar.
Na CH3COOH
Kalor
+ Na + H3C C O + H3C C O
H H H H
O Na
+ Na + H3C C O + H3C C O
O H
H H
H H
H H
3) Reaksi Substitusi
a) Reaksi brominasi
Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa naftalena dapat
dibrominasi pada suhu kamar menggunakan katalis FeBr3.Reaksi yang
terjadi menggunakan mekanisme reaksi yang ditunjukkan sebagai berikut.
Br Br Br
H Br
+ Br 2 + H
b) Reaksi sulfonasi
Pada suhu di bawah 60°C, naftalena bereaksi dengan asam sulfat pekat
membentuk asam 1–naftalenasulfonat, tetapi pada suhu tinggi di atas
160°C, menghasilkan campuran produk dari asam 2–naftalenasulfonat
(85%) dan asam 1–naftalenasulfonat (15%).
N O S
H Furan Tiofen
Pirol
5 4 5 4
N 3
6 6 3
7
N
2 7 N2
8 1 8 1
N N
piridine pirazine Kuinolin Isokuinolin
Sistem cincin senyawa aromatik heterosiklik juga mempunyai tata nama tersendiri.
Berbeda dengan senyawa lainnya, penomoran pada cincin heterosiklik ditetapkan
berdasarkan perjanjian dan tidak berubah bagaimanapun posisi substituennya.
Penomoran beberapa senyawa heterosiklik adalah sbb :
4 N3
4 5 4 5 4
4 N3 3
5 3 5 2 6 6 3
6 2 5 2 N1 2 N2
7 7
N S N
1 1
H 8 1 8 1
Bila suatu senyawa heterosiklik, hanya mengandung satu heteroatom, maka huruf
Yunani dapat juga digunakan untuk menandai posisi cincin
N
N H
Piridin Pirol
Struktur Senyawa Heterosiklik Lingkar Lima
Agar suatu heterosiklik dengan cincin lima anggota bersifat aromatik, heteroatom itu
harus memiliki dua elektron untuk disumbangkan ke awan pi aromatik. Pirol, furan dan
tiofen semuanya memenuhi persyaratan ini, sehingga dapat bersifat aromatik.
N O S
H Furan Tiofen
Pirol
A. Senyawa Pirol
Konfigurasi elektron
keadaan dasar : keadaan tereksitasi :
2 2s2 2p 2 1s2 2s1 2p 3
6 C : 1s
11 11 1 1 111
1 111 1 11 1
sp 2
satu elektron pi
+ +
dari karbon
dua elektron pi
H H dari nitrogen
+
_ _ +
H
+ N H
_
_
H
_
B. Senyawa Furan
Konfigurasi elektron
keadaan dasar : keadaan tereksitasi :
2 2s2 2p 3 1s2 2s1 2p 4
7 N : 1s
11 11 1 1 1 111
1 111 1 11 11
sp 3
satu elektron pi
+ +
dari karbon
dua elektron pi
H H dari oksigen
+
_ _ +
dua elektron mandiri
H
+ O dari oksigen
_
_
H
_
C. Senyawa Tiofen
Konfigurasi elektron
keadaan dasar : keadaan tereksitasi :
2 2s2 2p 4 1s2 2s1 2p 5
8 O : 1s
11 11 11 1 1 111
1 11 1 1 1 11
sp 3
satu elektron pi
+ +
dari karbon
dua elektron pi
H H dari sulfur
+
_ _ +
dua elektron mandiri
H
+ S dari sulfur
_
_
H
_
Pirol Furan
_ _ _ _
+ + + +
N N N O O O
H H H
_ _
_ _
+ +
+ +
N N O O
H H
Tiofen
_ _
+ +
S S S
_
_
+ +
S S
Makin besar jarak pemisahan muatan positif dengan negatif pada struktur hibrid
menyebabkan keadaan semakin kurang stabil.Kerapatan elektron pada atom C nomor 2
dan nomor 5 lebih besar dari kerapatan elektron pada atom C nomor 3 dan
4.Kemungkinan terjadinya substitusi elektrofilik yang paling besar berada pada atom C
nomor 2 dan 5.
A. Senyawa Pirol
N
H
Pirol
Hal ini berdampak, cincin menjadi kaya elektron (bermuatan negatif parsial)
N +
H
Tidak seperti piridin dan amina, pirol (pKb = ~14) tidak bersifat basa.
B. Senyawa Furan
Hal ini berdampak, cincin menjadi kaya elektron (bermuatan negatif parsial)
O+
Berbeda dengan pirol, puran menunjukkan sifat basa yang amat lemah.
C. Senyawa Tiofen
S
Hal ini berdampak, cincin menjadi kaya elektron (bermuatan negatif parsial)
S +
Berbeda dengan pirol, tiofen juga menunjukkan sifat basa yang amat lemah.
CH3
+ CH
Dapat pula bereaksi dengan 3 MgBr
reagen grignard dengan membebaskan alkana.
+ CH4
_
N N
H +
MgBr
O
CH C
Mengalami reaksi substitusi elektrofilik
3
ONO2 O
1. Nitrasi + CH3 C
O
CH3 C NO2 OH
N N
O 5oC
H H
CH3 C
O
2. Sulfonasi N SO3
sulfopiridin
SO3
N 90 o N
H H
asam-2-pirolsulfonat
_
+
+ Cl N N NO2
3. Reaksi
N coupling diazo N N N NO2 + HCl
H H
2-piroldiazonium klorida
1. HCN, HCl
2. H2 O O
4. Pembentukan
N 2-pirol karbokaldehida
N CH NH N C
H
H H H
2-pirol karbokaldehida
O
CH3 C
O
5. Asilasi Friedel-Craft
CH3 C
O O
O + CH3 C
N AlCl 3 , 250 o C N C OH
CH3
H H
Br Br
Br2
Mengalami reaksi halogenasi (brominasi)
C2 H5 OH
N Br Br
N
H H
2,3,4,5-tetrabromopirol
Zn , HCl
N
H
3-pi rol i n
Reaksi-reaksi Furan
1. Reaksi reduksi
H2 , Ni / Pd
Sifat aromatis furan dapat dihilangkan dengan mereduksi furan menjadi tetra
hidro furan 50 o C 90 -93 %
O O
furan tetra hidro furan
td 31 o td 65 o
_H O
2
Makin berkurang sifat aromatisnya makin
CH2 tinggi
CH
titik didihnya, karena makin
CH CH2
banyak dapat membentuk ikatan hidrogen.
O 1,3-butadiena
+ NH3
O N
tetra hidro furan H
pirolidin
2. Reaksi halogenasi
Senyawa turunan
O furan (asam furoat) dapat
Br bereaksi dengan halogen, dan
2 O
setelah dipanaskan terbentuklah 2-bromo furan. + CO2
O C Br O C Br O
OH OH
asam furoat bromo furan
HgCl 2 X2
O
Senyawa halo-furan juga dapat diperoleh dengan reaksi sebagai berikut :
O CH3 C O HgCl O X
ONa
furan halo-furan
Dari reaksi ini, juga dapat diturunkan senyawa furan yang tersubstitusi dengan gugus
O O
asetil. HgCl R C
O O C
Cl R
2-asetil furan
O BF3
CH3 C C H 5 O asamC2 Hasetat
Tetapi umumnya, 2-asetil furan dibuat dengan2larutan 5 anhidrid yang diri
+ O
garam boron triflourida eterat. O
O HgCl CH3 C O C
O CH3
2-asetil furan
NO + +
N N 2 N NO2 NO2 NO
Posisi 2 (disukai). N N 2
H H H H H
H H
+
NO
NO2
2 NO2 NO +
2 -H
Posisi 3 (tidak disukai). + +
N N N N
H H H H
Piridin
atau
N N
Piridin Piridin
+
+
Masing-masing atom penyusun cincin, terhibridisasi sp2 dan mempunyai satu elektron
_
_ +
+
dalam orbital p yang disumbangkan ke awan elektron p aromatik.
_ N
+ + _
_ _
+
Perhatikan perbedaan antara benzena dan piridin
N
-
Benzena bersifat simetris dan nonpolar, tetapi piridin mengandung satu nitrogen yang
bersifat elektronegatif, sehingga bersifat polar.
+
N+
piridinium klorida
N
CH 3 I
+
piridin NCH3 I-
KMnO4, H2O,iodida
H +
N-metilpiridinium
CH3 COOH
N
piridin juga mengalami substitusi Br kalor N
nukleofilik.Substitusi NH2
berlangsung paling mudah pada
2-bromopiridin 2-aminopiridin
posisi 2, diikuti oleh posisi 4, tetapi tidak pada posisi 3.
Cl NH2
NH3
N kalor
N
4-kloropiridin 4-aminopiridin
NH3
N Br penyumbang utama
N NH2
Posisi 2 (disukai)
_ _
-H+ - Br-
NH2 NH2 NH2
N Br N Br N Br
_
struktur-struktur resonansi untuk zat antara
CH3 COOH
KMnO4, H2O, H+
N N
3-metilpiridin asam 3-piridinakarboksilat
(asam nikotinat)
Zat antara pada substitusi C-2, terstabilkan oleh sumbangan struktur resonansi dalam
mana nitrogen NH
mengemban
2 muatan negatif.
Br
NH2
N
N
NH2 NH2 _ NH
Posisi 3 (tidak disukai) 2
-H+ Br - Br-
_ Br Br
_
N N N
struktur-struktur resonansi untuk zat antara
o _
Substitusi pada posisi C-3 berlangsung
+ NH2 lewat
100 zat ada
tidak antara dalam mana nitrogen tak dapat
reaksi
membantu menstabilkan muatan negatif, sehingga memiliki energi yang lebih tinggi
yang menyebabkan laju reaksi lebih lambat.
2-aminopiridin
Piridin mengalami substitusi nukleofilik, jika digunakan basa yang sangat kuat,
seperti reagensia litium atau ion amida.
o
+ Li 100 + LiH
N N
2-fenilpiridin
Dalam reaksi antara piridin dengan ion amida (NH2-), produk awal terbentuk adalah
anion dari 2-aminopiridin, yang kemudian diolah dengan air, sehingga menghasilkan
N _
amina bebas. NH2
_
+ H
_ + H2
N N H N NH
H anion dari 2-aminopiridin
_
_ + H 2O + OH
N NH N NH2
2-aminopiridin
Tahap 2 (pengolahan dengan air)
Kuinolin dan isokuinolin, keduanya merupakan basa lemah (pKb masing-masing 9,1
dan 8,6). Kuinolin dan isokuinolin, keduanya menjalani substitusi elektrofilik dengan
lebih mudah dari piridin, tetapi dalam posisi 5 dan 8 (pada cincin benzenoid, bukan pada
cincin ntrogen)
NO2
HNO3
H2 SO4 +
N 0o N N
Kuinolin 5-nitrokuinolin NO2
(52% )
8-nitrokuinolin
(48% )
NO2
HNO3
H2SO4 +
N N N
0o
Isokuinolin 5-nitroisokuinolin
NO2
(90% )
8-nitroisokuinolin
(10% )
Seperti piridin, cincin kuinolin dan isokuinolin yang mengandung nitrogen dapat
menjalani substitusi nukleofilik.
(1) NH2 -
(2) H2 O
N N NH2
Kuinolin 2-aminokuinolin
(1) CH3 Li
N (2) H2 O N
Isokuinolin
CH3
1-metilisokuinolin
Posisi serangan adalah a terhadap nitrogen dalam kedua sistem cincin itu, tepat sama
seperti di dalam piridin.
Porfirin
Sistem cincin porfirin terdiri dari empat cincin pirol yang dihubungkan oleh gugus =C-.
N
H
N N
H
N
Porfirin
Sistem cincin porfirin merupakan satuan yang secara biologis sangat penting khususnya
dalam : heme, komponen hemoglobin yang mengangkut oksigen.
HO2CCH2CH2 CH3
HO2CCH2CH2 N CH
3
N Fe N
CH3 N CH=CH2
CH2=CH CH
3
Heme
CH 3 CH=CH 2
CH 3 N CH3
N Mg N
CH 3O2C
CH 3
O
Klorofil-a
CH
3
HO CCH CH
2 2 2
HO2CCH 2CH2 N CH
3
N Fe N
CO
CH N CHSCH CH
3 2
CO CH NH
3
CHCH 2S CH
3
NH
Sitokrom c
Hidrogen-hidrogen pirol dalam cincin porfirin dapat digantikan oleh aneka ragam ion
logam (kelat)
Struktur Benzena
Rumus molekul dari benzena adalah C6H6 dan menandakan bahwa, seperti alkana dan
alkena, benzena itu tidak jenuh dan harus melewati reaksi adisi. Sebagai contoh, benzena
dapat bereaksi dengan Br2 dengan adanya besi(III) bromida sebagai katalis, tapi adisi
tidak terjadi, malahan reaksi substitusi yang terjadi.
dengan kata lain benzena lebih mudah mengalami reaksi substitusi dibandingkan dengan
reaksi adisi.
Benzena memiliki struktur planar dan kerangka karbon-nya memiliki bentuk hexagon.
Seperti yang digambarkan di bawah semuah ikatan karbon-karbon memiliki panjang
yang sama (140 pm) dan sudut ikatan 120o sesuai dengan hibridisasi sp2.
Banyak turunan sederhana dari monosubtituent benzena yang memiliki nama umum
yang telah lama dipertahankan dalam sistem IUPAC. Tabel berikut mendaftarkan
beberapa senyawa yang penting.
Turunan dimetil dari benzena disebut xilena. Terdapat tiga isomer xilena dari turunan
subtituent yakni ortho (o), metha (m), para (p).
Akhiran o, m, p bisa digunakan saat sebuah senyawa dinamakan sebagai turunan benzena
atau untuk sebuah nama dasar yang spesifik. Sebagai contoh
Akhiran o, m, p tidak dapat digunakan saat terdapat tiga atau lebih subtituent di dalam
benzena; penomoran locant yang digunakan sebagai gantinya.
Dalam contoh ini nama dasar dari turunan benzena yang menentukan penomoran
dimulai dari karbon yang mana: anisol memiliki gugus metoxi sebagai C-1, toluena
gugus metil sebagai C-1, dan pada anilina gugus amino sebagai C-1. Arah penomoran
ditentukan dengan melihat posisi subtituent selanjutnya yang paling dekat dengan gugus
fungsi atau C-1. Penamaan subtituent mengikuti aturan alfabetikal.
ASAM KARBOKSILAT
Asam karboksilat atau asam alkanoat adalah golongan asam organik alifatik yang
memiliki gugus karboksil (-COOH). Semua asam alkanoat adalah asam lemah. Dalam
pelarut air, sebagian molekulnya terionisasi dengan melepas atom hidrogen menjadi ion
H+.
Wujud dari asam karboksilat tergantung dari jumlah atom C-nya, untuk senyawa asam
karboksilat yang memiliki atom C kurang dari 10, maka wujud zat tersebut adalah cair
pada suhu kamar. Sedangkan asam karboksilat yang memiliki panjang rantai C 10 atau
lebih berwujud padat.
Asam karboksilat dengan panjang rantai 1-4 larut sempurna dalam air, sedangkan
asam karboksilat dengan panjang rantai 5-6 sedikit larut dalam air dan asam karboksilat
dengan panjang rantai lebih dari 6 tidak larut dalam air. Asam karboksilat larut dalam
pelarut organik (seperti eter, alkohol dan benzena). Semua asam karboksilat merupakan
asam lemah dengan Ka= +-1×10-5.
Asam karboksilat adalah asam organik yang diidentikkan dengan gugus karboksil.
Asam karboksilat merupakan asam Bronsted-Lowry (donor proton). Garam dan anion
asam karboksilat dinamakan karboksilat. Asam karboksilat merupakan senyawa polar,
dan membentuk ikatan hidrogen satu sama lain. Pada fasa gas, Asam karboksilat dalam
bentuk dimer. Dalam larutan Asam karboksilat merupakan asam lemah yang sebagian
molekulnya terdisosiasi menjadi H+ dan RCOO-. Contoh : pada temperatur kamar,
hanya 0,02% dari molekul asam asetat yang terdisosiasi dalam air. Asam karboksilat
alifatik rantai pendek (atom karbon <18) dibuat dengan karbonilasi alkohol dengan
karbon monoksida. Untuk rantai panjang dibuat dengan hidrolisis trigliserida yang biasa
terdapat pada minyak hewan dan tumbuhan.
Struktur
Rumus umum asam karboksilat adalah R-COOH atau Ar-COOH, dimana :
R : Alkil
Ar : Aril
Ciri khusus dalam asam karboksilat adalah terdapatnya gugus fungsi karboksil (-COOH),
karboksil diambil dari karbonil (-CO-) dan hidroksil (-OH).
Sudut yang dibentuk oleh gugus fungsi –COOH- sebesar 120 derjat dan panjang ikatan
C=O sebesar 0,121 nm.
Contoh :
A. IUPAC
Awalan di-, tri-, sek-, ters-, tidak perlu diperhatikan dalam penentuan urutan abjad
sedangkan awalan yang tidak dipisahkan dengan tanda hubung (antara lain : iso-, dan
neo-) diperhatikan dalam penentuan urutan abjad.
Contoh : bukan Asam-3-neopentil-2-metilheksanoat tetapi Asam 2-metil-3-
neopentilheksanoat
Bercabang
a) Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom karbon paling panjang yang
terdapat gugus karboksil).
Contoh :
d) Penomoran substituen dimulai dari atom karbon yang mengikat gugus karboksil
dengan huruf α, β, γ.
Contoh :
Asam karboksilat mempunyai titik didih lebih tinggi daripada senyawa organik
golongan lain yang berat molekulnya sebanding.
Kelarutan asam karboksilat dalam air lebih besar daripada alkohol, eter, aldehida,
dan keton yang berat molekulnya sebanding.
Kelarutan asam karboksilat dalam air menurun seiring dengan meningkatnya berat
molekul.
Asam karboksilat dengan 1-4 atom karbon dapat larut sempurna dalam air.
Esterifikasi
Dengan alkohol, asam karboksilat membentuk ester. Reaksi yang terjadi
merupakan reaksi kesetimbangan.
Contoh :
Halogenasi
Asam karboksilat dapat bereaksi dengan halogen dengan katalis phosfor
membentuk asam trihalida karboksilat dan hidrogen halida.
Contoh :
b. Spektra nmr
Dalam spectrum nmr, resapan proton asam dari suatu asam karboksilat
nampak sebagai suatu singlet jauh dibawah medan (δ = 10-13 ppm), di luar
skala dari rentang spectra yang biasa. Proton alfa hanya sedikit sekali
dipengaruhi oleh gugus C=O, resapannya sedikit di bawah medan (sekitar 2,2
ppm) karena efek induktif dari karbon karbonil yang positif parsial. Tidak
terdapat pola penguraian yang unik, yang dikaitkan dengan gugus asam
karboksilat, karena proton karboksilat tidak mempunyai tetangga proton.
Posisi serapan
Tipe getaran Posisi serapan (cm-1)
(µm)
Kuat Asam
Hanya asam karboksilat, asam sulfonat (RSO3H), dan alkil hydrogen sulfat (ROSO3H)
yang merupakan kelompok-kelompok senyawa organik yang lebih asam daripada asam
karbonat (H2CO3). Dari ketiga kelas ini, asam karboksilat merupakan yang paling lazim.
Kuat asam adalah suatu istilah yang menjelaskan sejauh mana ionisasi suatu asam
Bronsted dalam air. Makin besar ionisasinya, makin banyak ion hidrogen yang terbentuk
dan makin kuat asam itu. Kuat asam dinyatakan oleh K a atau pKa–nya. Dalam sub-bab
ini, akan dibahas sifat-sifat struktur umum yang mempengaruhi kuat asam suatu senyawa
organik. Akan ditekankan pada asam karboksilat, tetapi pembahasan tidak dibatasi hanya
untuk senyawa ini.
Reaksi suatu asam lemah dengan air bersifat reversible. Kesetimbangan terletak pada
sisi persamaan, yang energinya lebih rendah. Sifat struktur apa saja yang menstabilkan
anion dibandingkan dengan asam konjugasinya, akan menambah kuat asam dengan cara
menggeser letak kesetimbangan kea rah sisi H3O dan anion (A-).
HA + H2O H30+ + A-
A. Keelektronegatifan
Sebuah atom yang lebih elektronegatif akan mengikat elektron-elektron
dengan ikatan yang lebih erat daripada atom yang kurang elekronegatif. Dalam
perbandingan anion, yaitu anion dengan atom yang lebih stabil. Oleh karena itu, bila
dimulai dari kiri ke kanan dalam Daftar Berkala, akan dijumpai bahwa unsur-unsur
membentuk anion yang makin stabil dan konjugasinya makin kuat.
C N O F
HF + H2O F- + H3O+
Asam lebih kuat basa lebih lemah
pKa = 3,45
A. Ukuran
Atom yang lebih besar mampu menyebarkan suatu muatan negatif
dengan baik daripada atom kecil. Penyebaran muatan akan menyebabkan
penstabilan. Jadi makin besar ukuran atom yang mengikat H dalam suatu
deret senyawa dalam grup mana saja dari Daftar Berkala, kestabilan
anionnya akan bertambah, demikian pula kuat asamnya. Karena ukuran atom
fluor yang kecil itu, HF merupakan asam yang lebih lemah daripada
hydrogen halida yang lain, meskipun fluor lebih elektronegatif dibandingkan
dengan halogen lain.
F- Cl- Br- I-
HF HCl HBr HI
pKA = 3,45 -7 -9 -9,5
Naiknya kuat asam
B. Hibridisasi
Bertambahnya karakter s orbital halide dari karbon dalam deret sp3→
sp2→sp menunjukkan bertambahnya keeletronegatifan karbon tersebut,
sekaligus bertambahnya polaritas ikatan CH dan bertambahnya kuat asam.
Keelektronegatifan yang lebih besar dari atom yang mengikat H juga akan
menmbah kestabilan anion sekaligus keasaman senyawa. Karena alasan-
alasan ini, maka suatu proton alkunil lebih bersifat asam daripada proton
alkenil, yang selanjutnya juga lebih bersifat asam daripada proton sebuah
alkana.
CH3CH3 CH2=CH2 CH CH
pKa kira-kira : ~50 ~45 ~26
CH3CH2- CH2=CH- CH C-
CH3CO2 ClCH2CO2H
Asam asetat Asam kloroasetat
pKa 4,75 pKa 2,81
Sebagai asam, asam kloroasetat jauh lebih kuat daripada asam asetat.
Keasaman yang diperbesar ini timbul dari efek induktif klor yang
elektronegatif itu. Dalam asam karboksilat yang tak terionkan, Cl yang
menarik electron mengurangi rapatan electron dari karbon α. Akibatnya ialah
struktur berenergi-tinggi karena muatan-muatan positif berdekatan.
O
- Muatan positif
berdekatan
Cl CH2 COH mendestabilkan
+
+
O
Muatan (+) dan
C-O-
(-) yang
berdekatan
Cl CH2 menstabilkan
- +
anion
O O
Pengaruh
efek induktif
pada kuat asam akan berkurang dengan makin banyaknya atom yang berada
antara gugus karboksil dan gugus elektronegatif itu. Asam 2-klorobutanoat
cukup lebih kuat daripada asam butanoat sendiri, namun asam 4-
klorobutanoat mempunyai harga pKa yang mendekati harga pKa asam tak
tersubstitusi.
Cl Cl Cl
CH3CH2CH2CO2H CH2CH2CH2CO2H CH3CHCH2CO2H CH3CH2CHCO2H
pKa 4,8 4,5 4,0 2,9
Kuat asam bertambah dengan berkurangnya jarak antara -Cl dan -COOH
D.
Stabilisasi-resonansi
Alkohol, fenol dan asam karboksilat mengandung gugus OH.
Meskipun demikian ketiga kelas senyawa ini beranekaragam secara dramatis
dalam hal kuat-asamnya. Perbedaan ini dapat disebabkan langsung oleh
adanya atau tidaknya stabilisasi-resonansi anion, relative terhadap asam
konjugasinya.
Penyumbang utama
-
O O-