Anda di halaman 1dari 140

ALKOHOL

Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan
kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang
etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau
grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia farmasi.
Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol.
Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa organik
apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia
sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain.
Alkohol merupakan senyawa seperti air yang satu hidrogennya diganti oleh rantai
atau cincin hidrokarbon. Sifat fisis alkohol, alkohol mempuyai titik didih yang tinggi
dibandingkan alkana-alkana yang jumlah atom C nya sama. Hal ini disebabkan antara
molekul alkohol membentuk ikatan hidrogen. Rumus umum alkohol R-OH, dengan R
adalah suatu alkil baik alifatis maupun siklik. Dalam alkohol, semakin banyak cabang
semakin rendah titik didihnya. Sedangkan dalam air, metanol, etanol, propanol mudah
larut dan hanya butanol yang sedikit larut. Alkohol dapat berupa cairan encer dan mudah
bercampur dengan air dalam segala perbandingan.
Berdasarkan jenisnya, alkohol ditentukan oleh posisi atau letak gugus OH pada rantai
karbon utama. Ada tiga jenis alkohol antara lain alkohol primer, sekunder, dan teriser.
Alkohol primer yaitu alkohol yang gugus -OH nya terletak pada C primer yang terikat
langsung pada satu atom karbon yang lain. Alkohol sekunder adalah alkohol yang gugus
-OH nya terletak pada atom C sekunder yang terikat pada dua atom C yang lain. Alkohol
tersier adalah alkohol yang gugus -OH nya terletak pada atom C yang terikat langsung
dengan tiga atom C yang lain.
Alkohol alifatik merupakan cairan yang sifatnya sangat dipengaruhi oleh ikatan
hidrogen. Dengan bertambah panjangnya rantai, pengaruh gugus hidroksil yang polar
terhadap sifat molekul menurun. Sifat molekul yang seperti air berkurang, sebaliknya
sifatnya lebih seperti hidrokarbon. Akibatnya alkohol dengan bobot molekul rendah
cenderung larut dalam air, sedangkan alkohol berbobot molekul tinggi tidak demikian.
Alkohol mendidih pada temperatur yang cukup tinggi. Sebagai suatu kelompok senyawa,
fenol masih memiliki titik didih dan kelarutan yang sangat bervariasi, tergantung pada
sifat substituennya yang menempel pada cincin benzene.
Reaksi-reaksi yang terjadi dalam alkohol antara lain reaksi substitusi, reaksi eliminasi,
reaksi oksidasi dan esterifikasi. Dalam suatu alkohol, semakin panjang rantai
hidrokarbon maka semakin rendah kelarutannya. Bahkan jika cukup panjang sifat
hidrofob ini mengalahkan sifat hidrofil dari gugus hidroksil. Banyaknya gugus hidroksil
dapat memperbesar kelarutan dalam air. Suatu alkohol primer dapat dioksidasi menjadi
aldehid atau asam karboksilat. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton saja.
Sedangkan pada alkohol tersier menolak oksidasi dengan larutan basa, dalam larutan
asam, alkohol mengalami dehidrasi menghasilkan alkena yang kemudian dioksidasi.

Struktur
Gugus fungsional alkohol adalah gugus hidroksil yang terikat pada karbonhibridisasi
sp3. Ada tiga jenis utama alkohol –‘primer’, ‘sekunder’, dan ‘tersier’. Nama-nama ini
merujuk pada jumlah karbon yang terikat pada karbon C-OH. Alkohol primer paling
sederhana adalah metanol. Alkohol sekunder yang paling sederhana adalah 2-propanol,
dan alkohol tersier paling sederhana adalah 2-metil-2-propanol.

A. Tatanama Alkohol
Nama kelas fungsional dari alkohol diambil dari penamaan gugus alkil yang
mengandung susbstituen hidroksil (-OH) dan kemudian menambahkan alkohol
sebagai kata pemisah. Rantai selalui diberi penomoran dimulai dari karbon yang
mana terikat secara langsung atau pun dekat dengan gugus hiroksil.
Penamaan susbtitusi dari alkohol berkembang dengan menentukan rantai
utama terpanjang yang mengandung gugus hidroksil dan menggantikan akhiran -ana
dengan akhiran -ol. Posisi dari gugus hidroksil diindikasikan dengan nomor, memilih
urutan yang membuat penomoran dari locan sekecil mungkin terhadap karbon yang
mengandung gugus hidroksil.
IUPAC pada tahun 2004 merekomendasikan nama substituen dari alkohol
dengan mengelompokkan locan untuk karbon yang tersubstitusi dengan tanda
hubung dan menempatkan secara langsung sebelum akhiran -ol.
Gugus hidroksil memiliki hak istimewa (“berpangkat lebih tinggi”) dari gugus alkil
dan halogen dalam menentukan arah penomoran untuk rantai karbon. Gugus OH
diasumskan harus terikat pada C-1 dari alkohol siklik, dan perlu diberi nomor hanya
saat menggunakan aturan IUPAC 2004.

B. Kelas dari Alkohol dan Alkil Halida


Alkohol dan alkil halida dapat digolongkan sebagai primer, sekunder, atau
tersier hanya berdasar pada derajat dari substituen karbon yang mengandung gugus
fungsi. Maka dari itu, alkohol primer dan alkil halida primer merupakan senyawa
dengan tipe RCH2G (dimana G adalah gugus fungsi), alkohol sekunder dan alkil
halida sekunder merupakan senyawa dengan tipe R2CHG, dan alkohol tersier dan
alkil halida tersier merupakan senyawa dengan tipe R3CG.

Banyak sifat dari alkohol dan alkil halida dipengaruhi oleh apakah gugus
fungsi mereka terikat pada karbon primer, sekunder, atau tersier.

C. Ikatan pada Alkohol dan Alkil Halida


Karbon yang mengandung gugus fungsi merupakan hibridisasi-sp 3 dalam
alkohl dan alkil halida. Gambar 4.1 mengilustrasikan ikatan dalam metanol. Sudut
ikatan pada karbon kira-kira merupakan tetrahedral, sebagai sudut C-O-H. Model
hibridisasi orbital yang sama juga berlaku pada alkil halida, dengan halogen terikat
pada karbon hibridisasi-sp3 atau oleh ikatan σ. Jarak ikatan Karbon-Halogen dalam
alkil halida meningkat di dalam urutan sebagai berikut C-F (140 pm) < C-Cl (179
pm) < C-Br (197 pm) < C-I (216 pm).
Ikatan karbon-oksigen dan karbon-halogen merupakan ikatan kovalen polar,
dan karbon mengandung sebuah muatan parsial positif di dalam alkohol dan di dalam
alkil halida. Alkohol dan alkil halida merupakan molekul polar. Momen dipol
metanol dan klorometana sangat sama satu dengan yang lain dan dengan air juga.

Gambar 4.2 menggambarkan potensial elektrostatik dalam metanol dan klorometana.


Keduanya memiliki sifat yang sama dimana sisi dengan potensi negatifitas yang
tinggi (merah) terlihat dekat dengan atom elektronegatif: oksigen dan klorin.
Polarisasi ikatan untuk oksigen dan klorin, serta pasangan elektron sunyi,
berkontribusi terhadap konsentrasi dari muatan negatif di dalam atom ini.

Gagasan yang relatif sederhana tentan gaya tarik antara muatan yang
berlawanan cukup untuk menjelaskan untuk kebanyakan sifat dari senyawa kimia.
D. Sifat fisik dari Alkohol dan Alkil Halida: Gaya Intermolekular
Titik didih. Saat mendeskripsikan efek dari struktur alkana terhadap titik
didih, kita mengetahui bahwa gaya tarik van der Waals antara molekul netral memiliki
tiga tipe, yakni:
1. Gaya induksi-dipol/induksi-dipol (gaya dispersi; gaya London)
2. Gaya dipol/induksi-dipol
3. Gaya dipol-dipol

Gaya induksi-dipol/induksi-dipole merupakan gaya intermolekular satu-satunya


yang tersedia terhadap molekul nonpolar seperti alkana dan penting untuk molekul
polar tentunya. Sebagai tambahan, molekul polar juga terlibat dalam gaya dipol-dipol
dan dipol/induksi-dipol. Gaya tarik dipol-dipol merupakan yang paling mudah untuk
divisualisasikan dan digambarkan pada gambar 4.3. Dua molekul dari senyawa polar
mengalami sebuah gaya tarik mutual antara bagian yang terpolarisasi secara positif
dari salah satu atom dan bagian yang terpolarisasi secara negatif dari atom yang lain.
Seperti namanya, gaya tarik dipol-dipol menggabungkan fitur-fitur dari kedua gaya
induksi-dipol/induksi-dipol dan dipol-dipol.

Kita bisa mendapatkan sebuah faktor yang penting dari semua gaya
intermolekular ini dengan mempertimbangkan tiga senyawa yang semuanya sama
dalam segi ukuran dan bentuk: alkana propana, alkil halida floroetana, dan alkohol
etanol. Kedua senyawa polar, etanol dan floroetanol, memiliki titik didih yang lebih
tinggi dibandingkan dengan yang nonpolar, propana. Kita mengkaitkan ini dengan
kombinasi gaya tarik dipol/induksi-dipol dan dipol-dipol yang terjadi dalam etanol
dan floroetana dalam fasa cairan, tetapi tidak terjadi dalam propana.
Perbedaan yang paling mecolok, bagaimanapu, adalah meskipun memiliki
kesamaan dalam momen dipol, etanol memiliki titik didih yang lebih tinggi
dibandingkan dengan floroetana. Ini menandakan bahwa gaya tarik di dalam etanol
adalah sangat tidak biasa kuat. Ada sebuah contoh tipe spesial dari gaya dipol-dipol
yang disebut ikatan hidrogen dan termasuk, dalam kasus ini, proton yang
terpolarisasi secara positif dari gugus -OH dari salah satu molekul etanol dengan
oksigen yang terpolarisasi secara negatif dari yang lain. Oksigen gugus -OH dari
alkohol bertindak sebagai akspetor ikatan hidrogen, sementara hidrogen yang terikat
pada oksigen bertindak sebagai donor ikatan hidrogen. Memiliki kedua kemampuan
donor dan akseptor ikatan hidrogen di dalam molekul yang sama menghasilkan
sebuah ikatan yang kuat diantara molekul etanol di dalam fasa cair.

Gambar dibawah memperlihatkan asosiasi dari dua molekul etanol untuk


membentuk sebuah kompleks ikatan hidrogen. Proton di dalam ikatan hidrogen (O-
H---O) tidak terbagi secara seimbang antara dua oksigen, tetapi itu lebih dekat dan
lebih kuat terikat pada satu oksigen dari pada yang lain. Tipikal kekuatan ikatan
hidrogen berada pada urutan 20 kJ/mol (sekitar 5 kcal/mol), membuat mereka lebih
lemah sekitar 15-20 kali dibandingkan dengan kebanyakan ikatan kovalen. Jarak yang
diperluas dari ikatan hidrogen rusak saat molekul individual etanol lepas dari fase
cairan ke fase uap, tetapi ikatan kovalen tetap utuh.
Diantara senyawa organik, ikatan hidrogen hanya melibatkan proton OH atau
NH, sebagai berikut:

Hidrogen harus terikat pada unsur yang memiliki elektronegatifan yang kuat agar
supaya ikatan menjadi polar yang dimana cukup untuk mendukung ikatan hidrogen.
Maka dari itu, gugus C-H tidak berpartisipasi di dalam ikatan hidrogen.

Kelarutan dalam air. Alkil halida dan alkohol jauh berbeda satu dengan yang
lain dalam kelarutan mereka dalam air. Semua alkil halida tidak larut dalam air, tetapi
alkohol dengan berat molekul yang rendah (metil, etil, n-propil, dan isopropil) semua
dapat larut di dalam air. Kemampuan mereka untuk dapat berpartisipasi dalam ikatan
intermolekular hidrogen tidak hanya mempengaruhi titik didih alkohol, tetapi juga
meningkatkan kelarutan dalam air alkohol.

Alkohol yang lebih tinggi menjadi lebih “mirip-Hidrokarbon” dan kurang larut
dalam air. 1-Octanol, contohnya, larut hanya pada batas 1 mL di dalam 2000 mL air.
Sebagaimana rantai alkil menjadi lebih panjang, efek hidrofobik menjadi makin
penting, pada poin yang, lebih banyak ikatan hidrogen, mempengaruhi kelarutan di
dalam air.

Massa jenis. Alkil florida dan klorida merupakan kurang padat, dan alkil bromida
dan iodida lebih pada, jika dibandingkan dengan air.

Karena alkil halida larut dalam air, campuran dari sebuah alkil halida dan air menjadi
terpisah dalam dua lapisan. Saat alkil halida adalah florida atau klorida, itu menjadi
lapisan atas sedangkan air berada pada lapisan bawah. Situasi menjadi kebalikannya
saat alkil halida adalah bromida atau iodida. Dalam kasus ini alkil halida merupakan
lapisan bawah. Polihalogenasi meningkatkan massa jenis. Senyawa CH 2Cl2, CHCl3,
dan CCl4, contohnya, semuanya merupakan lebih padat dibandingkan air.

Semua alkohol dalam fase cair memiliki massa jenis yang kira-kira sekitar 0.8
g/mL dan, maka dari itu, lebih padat dibandingkan air.
E. Preparasi dari Alkil Halida dari Alkohol dan Hidrogen Halida
Banyak peniliti organik hanya terpaku terhadap kesuksesan dari sebuah praktik.
Kimiawan dalam industi farmasi mensintesis senyawa baru sebagai obat yang
berpotensi untuk pengobatan penyakit. Kimiawan agrikultur diajar untuk
meningkatkan hasil panen menggunakan senyawa kimia untuk mengontrol rumput
liar, insektisida, dan fungisida. Diantara “block bangunan” molekul yang digunakan
sebagai materi dasar untuk menyiapkan senyawa baru, alkohol dan alkil halida
sangatlah penting.
Reaksi yang akan dijelaskan dalam tahap ini menggunakan antara sebuah
alkana atau sebuah alkohol sebagai materi dasar untuk mempersiapkan alkil halida.
Kita akan memulai persiapan alkil halida dari alkohol dengan mereaksikan dengan
hidrogen halida.

Urutan dari reaktifitas hidrogen halida paralel dengan keasaman mereka: HI >
HBr > HCl >> HF. Hidrogen iodida jarang digunakan, bagaimanapu, dan reaksi dari
alkohol dan hidrogen florida merupakan bukan metode yang berguna untuk persiapan
dari alkil florida.
Diantara berbagai kelas dari alkohol, alkohol tersier diamati menjadi yang
sangat reaktif dan alkohol primer yang kurang reaktif.
Alkohol tersier dikonversi menjadi alkil klorida dalam reaksi yang tinggi dalam
semenit dengan bereaksi dengan hidrogen klorida dalam suhu kamar dan
dibawahnya.

Alkohol sekunder dan primer tidak dapat bereaksi dengan HCl pada tingkat
kecepatan untuk membuat persiapan terhadap alkil halida yang sesuai. Maka dari itu,
lebih banyak menggunakan hidrogen halida HBr; bahkan kemudian, peningkatan
suhu dibutuhkan untuk meningkatkan tingkat reaksi.

Transformasi yang sama dapat juga dilakukan dengan memanaskan alkohol


dengan sodium bromida dan asam sulfur.

F. Efek dari Struktrur Alkohol terhadap Laju Reaksi


Untuk mekanisme reaksi yang diusulkan agar valid, jumlah dari tahap elementer
harus sesuai dengan persamaan untuk keseluruhan reaksi dan mekanisme harus harus
konsisten dengan semua pengamatan eksperimental.
Salah satu fakta eksperimental yang penting adalah laju reaksi dari alkohol
dengan hidrogen halida meningkat mengikuti urutan primer < sekunder < tersier.
Urutan reaktifitas ini paralel dengan urutan kestabilan karbokation.
Tahap penentuan-laju dalam mekanism SN1 merupakan disosiasi dari ion
alkiloxonium menjadi karbokation.

Laju reaksi dari tahap ini proporsional terhadap konsentrasi dari ion alkiloxonium:

Dimana k merupakan konstanta dari proporsionalitas yang disebut konstanta laju.


Nilai dari k berhubungan dengan energi aktivasi disosiasi ion alkiloxonium dan
berbeda untuk perbedaan ion alkiloxonium. Energi aktifasi yang rendah
mengindikasikan nilai k yang besar dan laju disosiasi dari alkiloxonium yang cepat.
Sebaliknya, energi aktifasi yang besar ditandai dengan nilai k yang rendah untuk
disosiasi dan laju yang lambat.
Keadaan transisi hampir sama jika dibandingkan dengan energi untuk
karbokation, menurut postulat Hammond, lebih mirip dengan ion alkiloxonium.

G. Efek Negatif Alkohol: Pengaruh Alkohol pada Sistem Saraf


Alkohol merupakan produk fermentasi buah-buahan, biji-bijian, dan madu.
Dalam proses fermentasi, ragi digunakan untuk mengubah gula menjadi alkohol.
Alkohol digunakan untuk berbagai keperluan seperti sebagai obat penenang,
pembersih, dan agen antiseptik. Minuman beralkohol telah dikonsumsi oleh manusia
mulai dari periode prasejarah.
Jumlah besar konsumsi alkohol bisa menyebabkan keracunan dan mabuk.
Asupan rutin alkohol dalam dosis tinggi menyebabkan berbagai efek jangka pendek
sekaligus jangka panjang. Pada berbagai bagian tubuh seperti struktur tulang, darah,
hati, lambung, pankreas, jantung, jaringan saraf, dan mulut. Konsumsi alkohol rutin
dalam jumlah tinggi menyebabkan gangguan serius pada sistem saraf pusat.

H. Pengaruh Gaya van der Waals


1. Pengaruh Terhadap Titik Didih alkohol
Ikatan hidrogen bukan satu-satunya gaya antarmolekul dalam alkohol. Dalam
alkohol ditemukan juga gaya-gaya dispersi van der Waals dan interaksi dipol-
dipol. Ikatan hidrogen dan interaksi dipol-dipol hampir sama untuk semua
alkohol, tapi gaya dispersi akan meningkat apabila alkohol menjadi lebih besar.
Gaya tarik ini menjadi lebih kuat jika molekul lebih panjang dan memiliki lebih
banyak elektron. Ini meningkatkan besarnya dipol-dipol temporer yang terbentuk.
Inilah yang menjadi penyebab mengapa titik didih meningkat apabila jumlah atom
karbon dalam rantai meningkat. Diperlukan lebih banyak energi untuk
menghilangkan gaya-gaya dispersi, sehingga titik didih meningkat.

2. Pengaruh Terhadap Perbandingan antara Alkana dan Alkohol


Bahkan jika tidak ada ikatan hidrogen atau interaksi dipol-dipol, titik didih
alkohol tetap lebih tinggi dibanding alkana sebanding yang memiliki jumlah atom
karbon sama. Bandingkan antara etana dan etanol.
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut atau alkohol
saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna,
dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif, dan dapat ditemukan pada minuman
beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang
paling tua.
Etanol termasuk kedalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C 2H5OH
dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter.
Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan “Et” merupakan singkatan dari
gugus etil (C2H5). Alkohol juga memacu tumbuhnya bakteri pengoksidasi alkohol
yaitu yang mengubah alkohol menjadi asam asetat dan menyebabkan rasa asam
pada tape yang dihasilkan.

3. Sejarah dari Alkohol


Etanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan
pemabuk dan minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada peninggalan
keramik yang berumur 9000 tahun dari Cina bagian utara menunjukkan bahwa
minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia prasejarah dari masa Neolitik.
Etanol dan Alkohol membentuk larutan azeotrop. Karena itu pemurnian etanol
yang mengandung air dengan cara penyulingan biasa hanya mampu menghasilkan
etanol dengan kemurnian 96%. Etanol murni (absolut) dihasilkan pertama kali
pada tahun 1796 oleh Johan Tobias Lowitz yaitu dengan cara menyaring alkohol
hasil distilasi melaui arang.
Lavoiser menggambarkan bahwa etanol adalah senyawa yang terbentuk dari
karbon, hidrogen dan oksigen. Pada tahun 1808 Saussure berhasil menentukan
rumus kimia etanol. Lima puluh tahun kemudian (1858), Couper
mempublikasikan rumus kimia etanol. Dengan demikian etanol adalah salah satu
senyawa kimia yang pertama kali ditemukan rumus kimianya. Etanol pertama kali
dibuat secara sintetik pada tahun 1826 secara terpisah oleh Henry Hennel dari
Britania Raya dan S.G. Serullas dari Perancis. Pada tahun 1826, Michael Faraday
berhasil membuat etanol dari hidrasi etilena yang dikatalis oleh asam. Proses ini
mirip dengan proses sintesis etanol industri modern.
Etanol telah digunakan sebagai bahan bakar lampu di Amerika Serikat sejak
tahun 1840, namun pajak yang dikenakan pada alkohol industri semasa perang
saudara Amerika membuat penggunaanya tidak ekonomis. Pajak ini dihapuskan
pada tahun 1906 dan sejak tahun 1908 otomobil Ford T telah dapat dijalankan
menggunakan etanol. Namun, dengan adanya pelarangan minuman beralkohol
pada tahun 1920, para penjual bahan bakar etanol dituduh berkomplot dengan
penghasil minuman alkohol ilegal, dan bahan bakar etanol kemudian ditinggalkan
penggunaanya sampai dengan akhir abad ke 20.
Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma yang
khas. Ia terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadang-kadang
tidak dapat terlihat pada cahaya biasa.
Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil
dan pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam
ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada
senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama.
Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik
lainnya, meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform,
dietil eter, etilena, glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan toluena. Ia juga larut
dalam hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti pentana dan heksana, dan juga
larut dalam senyawa klorida alifatik seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena.
Campuran etanol-air memiliki volume yang lebih kecil daripada jumlah kedua
cairan tersebut secara terpisah. Campuran etanal dan air dengan volume yang
sama akan menghasilkan campuran yang volumenya hanya 1,92 kali jumlah
volume awal. Pencampuran etanol dan air bersifat eksotermik dengan energi
sekitar 777 J/mol dibebaskan pada 298 K. Campuran etanol dan air akan
membentuk azeotrop dengan perbandingan kira-kira 89% mol etanol dan 11% mol
air. Perbandingan ini juga dapat dinyatakan sebagai 96% volume etanol dan 4%
volume air pada tekanan normal dan T = 351 K. Komposisi azeotropik ini sangat
tergantung pada suhu dan tekanan. Ia akan menghilang pada temperatur di bawah
303 K.
Ikatan hidrogen menyebabkan etanol murni sangat higroskopis, sedemikiannya
ia akan menyerap air dari udara. Sifat gugus hidroksil yang polar
menyebabkannya dapat larut dalam banyak senyawa ion, utamanya natrium
hidroksida, kalium hidroksida, magnesium klorida, kalsium klorida, amonium
klorida, amonium bromida, dan natrium bromida. Natrium klorida dan kalium
hidroksida sedikit larut dalam etanol. Oleh karena etanol juga memiliki rantai
karbon nonpolar, ia juga larut dalam senyawa nonpolar, meliputi kebanyakan
minyak astridin banyak perasa, pewarna, dan obat.
Penambahan beberapa persen etanol dalam air akan menurunkan tegangan
permukaan air secara drastis. Campuran etanol dengan air yang lebih dari 50%
etanol bersifat mudah terbakar dan mudah menyela. Campuran yang kurang dari
50% etanol juga dapat menyala apabila larutan tersebut dipanaskan terlebih
dahulu.
Sifat-sifat kimia: etanol termasuka dalam alkohol perimer, yang berarti bahwa
karbon yang berikatan dengan gugus hidroksil paling tidak memiliki dua hidrogen
atom yang terikat dengannya juga. Reaksi kimia yang dijalankan oleh etanol
kebanyakan berkutat pada gugus hidroksilnya.

4. Fermentasi alkohol
Fermentasi alkohol merupakan suatu reaksi pengubahan glukosa menjadi
etanol (etil alkohol) dan karbondioksida. Organisme yang berperan yaitu
Saccharomyces Cerevisiae (ragi) untuk pembuatan tape, roti atau minuman keras.
Reaksi kimia.
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP
Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk
menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya.
Etanol untuk kegunaan konsumsi manusia (seperti minuman beralkohol) dan
kegunaan bahan bakar diproduksi dengan cara fermentasi spesies ragi tertentu
(misalnya Saccharmoyces cerevisiae) mencerna gula dan menghasilkan etanol dan
karbon dioksida.
C6H12O6 → 2 CH3CH2OH + 2 CO2
Proses membiakkan ragi untuk mendapatkan alkohol disebut sebagai fermentasi
konsentrasi etanol yang tinggi akan beracun bagi ragi. Pada jenis ragi yang paling
toleran terhadap etanol, ragi tersebut hanya dapat bertahan pada lingkungan 15%
etanol berdasarkan volume.
Tape adalah produk fermentasi yang terbentuk pasta atau kompak tergantung
dari jenis bahan bakunya. Tape dibuat dengan menggunakan starter yang berisi
campuran mikroba. Produk ini mempunyai cita rasa dan aroma yang khas, yaitu
gabungan antara rasa manis, sedikit asam, dan cita rasa alkohol. Di dalam
fermentasi alkohol (fermentasi yang menghasilkan alkohol) yeast menguraikan
senyawa dalam singkong untuk memperoleh energi. Kelemahan fermentasi
dibandingkan respirasi biasa adalah energi yang dihasilkan lebih sedikit. Selain itu
akan menghasilkan zat yang membahayakan bagi yeast itu sendiri yaitu
menghasilkan hasil samping (selain energi) berupa etanol. Jika konsentrasi etanol
dalam tape telah mencapai 13% maka yeast akan mati. Jadi alkohol (etanol)
merupakan hasil samping pada proses fermentasi alkohol.

5. Kandungan alkohol dalam tape


Pembuatan tape ketan dilakukan di lab mengikuti cara tradisional, tapi
terkontrol dimana 200 gram beras ketan dicuci, direndam selama 2 jam, dikukus
10 menit. Beras ketan lalu dibasahi dengan air dengan cara merendamnya sebentar
dalam air, dikukus lagi 10 menit, didinginkan, lalu diinokulasi (ditaburi) dengan 2
gr starter (ragi tape merek Tebu dan NKL), dimasukkan kedalam cawan petri dish,
lalu difermentasi pada suhu 30 0C selama 60 jam. Berikut adalah kadar etanol
yang diperoleh berdasarkan pengukuran dengan menggunakan kit yang diperoleh
dari Boehringer Mannheim kadar etanol (%) pada 0 jam fermentasi tidak
terdeteksi, setelah 5 jam fermentasi kadar alkoholnya 0.165%, setelah 15 jam
0.391%, setelah 24 jam 1.762%, setelah 36 jam 2.754%, setelah 48 jam 2.707%,
dan setelah 60 jam 3.380%.
Dari data tersebut terlihat bahwa setelah fermentasi 1 hari saja kadar alkohol
tape telah mencapai 1.76%, sedangkan setelah 2.5 hari (60 jam) kadarnya menjadi
3.3%, bisa dibayangkan jika dibiarkan terus beberapa hari, bisa mencapai berapa
%? (memang tidak akan naik terus secara linear, akan mencapai kadar maksimum
pada suatu saat). Padahal, komisi fatwa MUI telah berijtihad dan menetapkan
bahwa minuman keras (khamar) adalah minuman yang mengandung alkohol 1%
atau lebih, sedangkan tape ketan yang dibuat dengan fermentasi 1 hari saja kadar
alkoholnya telah lebih dari 1%. Jika batas kadar alkohol yang diterapkan pada
minuman ini diterapkan pada tape maka jelas tape ketan tidak boleh dimakan
karena kadar alkoholnya lebih dari 1%. Tentu saja nanti akan ada yang
mempertanyakan, bukankah tape itu makanan padat sedangkan minuman keras itu
suatu cairan sehingga tidak sama antara makanan padat dan minuman. Pertanyaan
ini sah sah saja, akan tetapi jika digabungkan antara kaidah kaidah yang berlaku
pada khamar terhadap tape dan fakta kadar alkohol tape ketan maka tetap saja tape
ketan ini rawan dari segi kehalalannya. Walaupun demikian, perlu diketahui
bahwa belum ada fatwa mengenai tape ini. Oleh karena itu pilihan ada di tangan
masing-masing, mana pendapat yang akan diikuti. Apabila ingin menjaga dari hal-
hal yang meragukan maka menghindari makanan yang meragukan (syubhat)
adalah yang utama.
Jadi, yang dipermasalahkan disini khususnya adalah tape ketan, kalau
peuyeum Bandung insya Allah tidak bermasalah karena selalu keras. Tape
singkong (peuyeum) akan lebih banyak kandungan alkoholnya bila dibuat dengan
cara ditumpuk, dengan cara ini kondisi lebih bersifat anaerobik; jadi sesuai dengan
fenomena "Pasteur Effect" maka produksi alkohol menjadi lebih banyak. Bila
dibuat dengan cara digantung seperti yang terjadi pada peuyeum Bandung, maka
cenderung lebih manis, karena lebih aerobik. Pada kondisi yang lebih aerobik ini,
yeast (ragi) cenderung lebih banyak menghasilkan amilase dan atau
amiloglukosidase, dua enzim yang bertanggung jawab dalam penguraian
karbohidrat menjadi glukosa dan atau maltosa. Oleh sebab itu relatif lebih aman
membeli tape gantung atau peuyeum Bandung. Akan tetapi, untuk jenis tape
singkong lainnya ya perlu hati-hati, khususnya kalau sudah berair, itu sudah
meragukan karena mungkin sudah mengandung alkohol yang relatif tinggi.
Menghindari tape singkong yang sudah berair adalah yang sebaiknya.
Fermentasi Tape yang baik dilakukan pada suhu 28-30 0 C dan membutuhkan
waktu 48 jam. Fermentasi tape paling baik dilakukan pada kondisi mikroanaerob.
Pada kondisi anaerob, kapang tidak mampu tumbuh sehingga tidak dapat
menghidrolisis pati. Namun pada kondisi aerob yang merupakan kondisi paling
baik bagi kapang dan khamir, aroma tidak berkembang baik karena pada kondisi
ini fermentasi alkohol menurun.
Tape diolah secara fermentasi dengan penambahan ragi kurang dari 1% atau
10 gram/kg bahan. proses utama pada fermentasi adalah pemecahan pati menjadi
gula sederhana yang menimbulkan rasa dan membentuk cairan dimana konversi
pati menjadi gula sederhana dilakukan oleh kapang dan fermentasi antara asam
dan alkohol dilakukan oleh khamir. Proses esterifikasi pada fermentasi antara
asam dan alkohol menghasilkan ester yang membentuk citarasa yang khas pada
produk hasil fermentasi. Lebih lanjut proses utama fermentasi tape terbagi
menjadi dua tahap yaitu, tahap pertama yang merupakan proses pemecahan pati
menjadi gula sederhana, yang menimbulkan rasa manis dan membentuk cairan,
dimana konversi pati menjadi gula sederhana dilakukan oleh kapang melalui
enzim amilase. Pembentukan gula-gula reduksi (monosakarida) meningkat setelah
fermentasi hari kedua dan ketiga karena kapang telah mengalami perubahan
logaritmik. Selama 24 jam fermentasi pertama blum terjadi perubahan gula
reduksi karena mikroba amilolotik berada pada masa adaptasi. Tahap berikutnya,
fermentasi sebagian gula menjadi alkohol, asam organik, dan senyawa cita rasa.
konversi pati menjadi alkohol dilakukan oleh khamir.
Khamir sejak dulu berperan dalam fermentasi yang bersifat alkoholik dimana
produk utama dari metabolismenya adalah etanol. Etanol dapat memberikan
sumbangan terhadap flavour secara keseluruhan pada produk fermentasi, sehingga
harus dipertimbangkan sebagai suatu komponen yang penting (Gilliand, 1985).
Produk lain yang dihasilkan dari proses fermentasi tape berupa cairan tape yang
dapat dikonsumsi sebagai minuman dan memiliki rasa yang manis. Kadar alkohol
dalam air tape sendiri relatif cukup rendah bila dibandingkan dengan kadar
alkohol dalam minuman keras. Selain itu sari tape juga dapat digunakan dalam
pembuatan produk fermentasi lain seperti makanan tradisional.
Etanol memiliki molekul yang lebih panjang, dan oksigen yang terdapat dalam
molekulnya memberikan 8 elektron tambahan. Struktur yang lebih panjang dan
adanya atom oksigen akan meningkatkan besarnya gaya dispersi van der Waals,
demikian juga titik didihnya.Jika kita hendak membuat perbandingan yang cermat
untuk mengamati efek ikatan hidrogen terhadap titik didih, maka akan lebih baik
jika kita membandingkan etanol dengan propana bukan dengan etana. Propana
memiliki panjang molekul yang kurang lebih sama dengan etanol, dan jumlah
elektronnya tepat sama.

6. Kelarutan Alkohol-alkohol kecil di dalam Air


Perhatikan etanol sebagai sebuah alkohol kecil sederhana. Pada etanol murni
dan air murni yang akan dicampur, gaya tarik antar molekul utama yang ada
adalah ikatan hidrogen untuk bisa mencampur kedua larutan ini, ikatan hidrogen
antara molekul-molekul air dan ikatan hidrogen antara molekul-molekul etanol
harus diputus. Pemutusan ikatan hidrogen ini memerlukan energi. Akan tetapi,
jika molekul-molekul telah bercampur, ikatan-ikatan hidrogen yang baru akan
terbentuk antara molekul air dengan molekul etanol.
Energi yang dilepaskan pada saat ikatan-ikatan hidrogen yang baru ini
terbentuk kurang lebih dapat mengimbangi energi yang diperlukan untuk memutus
ikatan-ikatan sebelumnya.Disamping itu, gangguan dalam sistem mengalami
peningkatan, yakni entropi meningkat. Ini merupakan faktor lain yang
menentukan apakah penyatuan larutan akan terjadi atau tidak.

7. Kelarutan yang lebih rendah dari molekul-molekul yang lebih besar


Bayangkan apa yang akan terjadi jika ada, katakanlah, 5 atom karbon dalam
masing-masing molekul alkohol. Rantai-rantai hidrokarbon menekan diantara
molekul-molekul air sehingga memutus ikatan-ikatan hidrogen antara molekul-
molekul air tersebut. Ujung -OH dari molekul alkohol bisa membentuk ikatan-
ikatan hidrogen baru dengan molekul-molekul air, tetapi “ekor-ekor” hidrogen
tidak membentuk ikatan-ikatan hidrogen. Ini berarti bahwa cukup banyak ikatan
hidrogen awal yang putus tidak diganti oleh ikatan hidrogen yang baru.
Yang menggantikan ikatan-ikatan hidrogen awal tersebut adalah gaya-gaya
dispersi van der Waals antara air dan "ekor-ekor" hidrokarbon. Gaya-gaya tarik ini
jauh lebih lemah. Itu berarti bahwa energi yang terbentuk kembali tidak cukup
untuk mengimbangi ikatan-ikatan hidrogen yang telah terputus. Walaupun terjadi
peningkatan entropi, proses pelarutan tetap kecil kemungkinannya untuk
berlangsung.Apabila panjang alkohol meningkat, maka situasi ini semakin buruk,
dan kelarutan akan semakin berkurang.

I. Kegunaan Alkohol bagi Manusia


Pembahasan ini menjelaskan secara singkat tentang beberapa kegunaan yang
lebih penting dari beberapa alkohol sederhana seperti metanol, etanol dan propan-2-
ol.
A. Kegunaan etanol
1. Minuman
“Alkohol” yang terdapat dalam minuman beralkohol adalah etanol.
2. Spirit (minuman keras) bermetil yang diproduksi skala industri
Etanol biasanya dijual sebagai spirit (minuman keras) bermetil yang
diproduksi secara skala industri yang sebenarnya merupakan sebuah etanol
yang telah ditambahkan sedikit metanol dan kemungkinan beberapa zat
warna. Metanol beracun, sehingga spirit bermetil dalam skala industri tidak
cocon untuk diminum.
3. Sebagai bahan bakar
Etanol dapat dibakar untuk menghasilkan karbon dioksida dan air serta
bisa digunakan sebagai bahan bakar baik sendiri maupun dicampur dengan
petrol (bensin). “Gasohol” adalah sebuah petrol/campuran etanol yang
mengandung sekitar 10-20% etanol. Karena etanol bisa dihasilkan melalui
fermentasi, maka alkohol bisa menjadi sebuah cara yang bermanfaat bagi
negara-negara yang tidak memiliki industri minyak untuk mengurangi import
petrol mereka.
4. Sebagai pelarut
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut. Etanol relatif aman, dan bisa
digunakan untuk melarutkan berbagai senyawa organik yang tidak dapat larut
dalam air. Sebagai contoh, etanol digunakan pada berbagai parfum dan
kosmetik.
ETER

Eter adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus R-O-R’, dengan R dapat
berupa alkil maupun aril. Contoh senyawa eter yang paling umum adalah pelarut dan
anestesik dietil eter (etoksietana, CH3-CH2-O-CH2-CH3). Eter sangat umum ditemukan
dalam kimia organik dan biokimia, karena gugus ini merupakan gugus penghubung pada
senyawa karbohidrat dan lignin.

Rumus Umum

Eter atau alkoksi alkana adalah golongan senyawa yang mempunyai dua gugus alkil
yang terikat pada satu atom oksigen. Dengan demikian eter mempunyai rumus umum R-
O-R’ dimana R dan R’ adalah gugus alkil, yang boleh sama boleh tidak.

Contoh:

CH3-CH2-O-CH2-CH3

R = R’ (eter homogen)

CH3-O-CH2-CH2-CH3

R – R’ (eter majemuk)

Penamaan Eter

Ada dua cara penamaan senyawa-senyawa eter, yaitu:

1. Menurut IUPAC, eter diberi nama sesuai nama alkananya dengan awalan “alkoksi”
dengan ketentuan sebagai berikut:
- Rantai karbon terpendek yang mengikat gugus fungsi -O- ditetapkan sebagai
gugus fungsi alkoksinya.
- Rantai karbon yang lebih panjang diberi nama sesuai senyawa alkananya

2. Menurut aturan trivial, penamaan eter sebagai berikut:


- Menyebutkan nama kedua gugus alkil yang mengapit gugus -O-, kemudian diberi
akhiran eter.
Contoh:
Tabel Tata Nama Eter
Rumus Struktur Eter Nama IUPAC Nama Trivial
CH3-CH2-O-CH2-CH3 Etoksi etana Dietil eter/etil etil eter
CH3-O-CH2-CH2-CH3 Metoksi Propana Metil propil eter
CH3-CH2-O-CH2-CH2-CH3 Etoksi Propana Etil propil eter

Struktur dan Ikatan

Eter memiliki ikatan C-O-C yang bersudut ikat sekitar 110 o dan jarak C-O sekitar 140
pm. Sawar rotasi ikatan C-O sangatlah rendah. Menurut teori ikatan valensi, hibridisasi
oksigen pada senyawa eter adalah sp3.

Oksigen lebih elektronegatif dari pada karbon, sehingga hidrogen yang berada pada
posisi alfa relatif terhadap eter bersifat lebih asam dari pada hidrogen senyawa
hidrokarbon. Walau demikian, hidrogen ini kurang asam dibandingkan dengan alfa
hidrogen keton.

Struktur Serupa

Eter tidak boleh disamakan dengan gugus-gugus sejenis berikut yang mempunyai
struktur serupa R – O – R.

- Senyawa aromatik seperti furan di mana oksigen adalah sebahagian dari pada
sistem aromatik.
- Senyawa dengan atom-atom karbon yang bersebelahan dengan oksigen terikat
dengan oksigen, nitrogen, atau sulfur.
- Ester R-C(=O)-O-R
- Asetal R-CH(-O-R)-O-R
- Aminal R-CH(-NH-R)-O-R
- Anhidrida R-C(=O)-O-C(=O)-R

Sifat-Sifat Eter
- Sifat-sifat Fisika
Molekul-molekul eter tidak dapat berikatan hidrogen dengan sesamanya,
sehingga mengakibatkan senyawa eter memiliki titik didih yang relatif rendah
dibandingkan dengan alkohol.
Eter bersifat sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat,
sehingga dipol C-O tidak dapat meniadakan satu sama lainnya. Eter lebih polar
daripada alkena, namun tidak sepolar alkohol, ester, ataupun amida. Walau
demikian, keberadaan dua pasangan elektron menyendiri pada atom oksigen eter,
memungkinkan eter berikatan hidrogen dengan molekul air. Eter dapat
dipisahkan secara sempurna melalui destilasi.

Eter siklik seperti tetrahidrofuran dan 1,4-dioksana sangat larut dalam air karena
atom oksigennya lebih terpapar ikatan hidrogen dibandingkan dengan eter-eter
alifatik lainnya.

Beberapa alkil eter

Titik lebur Titik didih Kelarutan dalam 1


Eter Struktur Momen dipol (D)
(°C) (°C) L H2O

Dimetil eter CH3-O-CH3 -138,5 -23,0 70 g 1,30

CH3CH2-O-
Dietil eter -116,3 34,4 69 g 1,14
CH2CH3

Larut pada semua


Tetrahidrofuran O(CH2)4 -108,4 66,0 1,74
perbandingan

Larut pada semua


Dioksana O(C2H4)2O 11,8 101,3 0,45
perbandingan

Untuk lebih spesifiknya eter mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:


1. Titik didih rendah sehingga mudah menguap
2. Sulit larut dalam air, karena kepolarannya rendah
3. Sebagai pelarut yang baik senyawa-senyawa organik yang tak larut dalam air
4. Mudah terbakar
5. Pada umumnya bersifat racun
6. Bersifat anastesik (membius)
7. Eter sukar bereaksi, kecuali dengan asam halida kuat (HI dan HBr)

Kegunaan Eter

Senyawa-senyawa eter yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain:

1. Dietil eter (etoksi etana) biasanya digunakan sebagai pelarut senyawa-senyawa


organik dan digunakan untuk gas aerosol yang berbentuk gas.
2. Metil propil eter digunakan sebagai zat anestesi (obat bius) di rumah sakit.
3. MTBE (Metil Tertier Butil Eter) Senyawa eter ini digunakan untuk menaikan
angka oktan bensin menggunakan kedudukan TEL/TML, sehingga diperoleh
bensin yang ramah lingkungan. Sebab tidak menghasilkan debu timbal (Pb 2+)
seperti bila digunakan TEL/TML.
4. Eter rantai panjang digunakan sebagai zat pelarut cat pernis dan lak karena
sifatnya yang non polar maka digunakan sebagai zat pelarut minyak atau lemak.

Kelebihan Eter

1. Pembelahan Eter
Walaupun eter tahan terhadap hidrolisis, ia dapat dibelah oleh asam-asam
mineral seperti asam bromat dan asam iodat. Asam klorida hanya membelah eter
dengan sangat lambat. Metil eter umumnya akan menghasilkan metil halida:
ROCH3 + HBr CH3Br + ROH
Reaksi ini berjalan via zat antara onium, yaitu [RO(H)CH3]+ Br-. Beberapa jenis
eter dapat terbelah dengan cepat menggunakan boron tribromida (dalam beberapa
kasus aluminium klorida juga dapat digunakan) dan menghasilkan alkil bromida.
Bergantung pada substituennya, beberapa eter dapat dibelah menggunakan berbagai
jenis reagen seperti basa kuat.

2. Pembentukan Peroksida
Eter primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah oksigen eter, dapat
membentuk peroksida, misalnya dietil eter peroksida. Reaksi ini memerlukan oksigen
(ataupun udara), dan dipercepat oleh cahaya, katalis logam, dan aldehida. Peroksida
yang dihasilkan dapat meledak. Oleh karena itu, diisopropil eter dan tetrahidrofuran
jarang digunakan sebagai pelarut.

3. Sebagai Basa Lewis


Eter dapat berperan sebagai basa Lewis maupun basa Bronstead. Asam kuat
dapat memprotonasi oksigen, menghasilkan “ion onium”. Contohnya, dietil eter
dapat membentuk kompleks dengan boron triflourida, yaitu dietil etarat (BF 3OEt2).
Eter juga berkoordinasi dengan Mg(II) dalam reagen Grignard. Polieter (misalnya
eter mahkoya) dapat mengikat logam dengan sangat kuat.

4. Sintesis
Eter dapat disintesis melalui beberapa cara:
- Dehidrasi Alkohol
Senyawa alkohol dapat menghasilkan eter:
2 R-OH R-O-R + H2O
Reaksi ini memerlukan temperatur yang tinggi (sekitar 125 oC). Reaksi ini
dikatalis oleh asam, biasanya asam sulfat. Metode ini efektif untuk menghasilkan
eter simetris, namun tidak dapat digunakan untuk menghasilkan eter tak
simentris. Dietil eter dihasilkan dari etanol menggunakan metode ini. Eter siklik
dapat pula dihasilkan menggunakan metode ini.
- Sintesis eter Williamsom
Eter dapat pula dibuat melalui substitusi nukleofilik alkil halida oleh alkoksida
R-ONa + R’-X R-O-R’ + NaX
Reaksi ini dinamakan sintesis eter Williamson. Reaksi ini melibatkan
penggunaan alkohol dengan basa kuat, menghasilkan alkoksida, yang diikuti oleh
adisi pada senyawa alifatik terkait yang memiliki gugus lepas (R-X). Gugus lepas
tersebut dapat berupa iodida, bromida, maupun sulfonat. Metode ini biasanya
tidak bekerja dengan baik dengan aril halida (misalnya bromobenzena). Reaksi
ini menghasilkan rendemen reaksi yang tinggi untuk halida primer. Halida
sekunder dan tersier sangat rawan menjalani reaksi eliminasi E2 seketika
berpaparan dengan anion alkoksida yang sangat basa.
Dalam reaksi lainnya yang terkait, alkil halida menjalani substitusi nukleofilik
oleh fenoksida. R-X tidak dapat digunakan untuk bereaksi dengan alkohol.
Namun, fenol dapat digunakan untuk menggantikan alkohol. Oleh karena fenol
bersifat asam, ia dapat berekasi dengan basa kuat seperti natrium hidroksida,
membentuk ion fenoksida. Ion fenoksida ini kemudian mensubstitusi gugus -X
pada alkil halida, menghasilkan eter dengan gugus aril yang melekat padanya
melalui mekanisme reaksi SN2.
C6H5OH + OH- C6H5-O- + H2O
C6H5-O- + R-X C6H5OR
- Kondensasi Ullmann
Kondensasi Ullmann mirip dengan metode Williamson, kecuali substratnya
adalah aril halida. Reaksi ini umumnya memerlukan katalis, misalnya tembaga.

- Adisi elektrofilik Alkohol ke Alkena


Alkohol dapat melakukan reaksi adisi dengan alkena yang diaktivasi secara
elektrofilik.
R2C=CR2 + R-OH R2CH-C(-O-R)-R2
Katalis asam diperlukan agar reaksi ini dapat berjalan. Biasanya merkuri
trifluoroasetat (Hg(OCOCF3)2) digunakan sebagai katalis.

Beberapa eter penting

Eter siklik yang paling


Etilena oksida
sederhana.

Merupakan propelan pada


aerosol. Merupakan bahan bakar
alternatif yang potensial
Dimetil eter
untuk mesin diesel karena
mempunyai
bilangan cetansebesar 56-57.

Merupakan pelarut umum pada


suhu rendah (b.p. 34.6 °C), dan
Dietil eter dulunya merupakan zat anestetik.
Digunakan sebagai cairan starter
kontak pada mesin diesel.
Dimetoksimetana
Pelarut pada suhu tinggi
(b.p. 85 °C):
(DME)

Merupakan eter siklik dan


Dioksana pelarut pada suhu tinggi
(b.p. 101.1 °C).

Eter siklik, salah satu eter yang


Tetrahidrofuran (THF) bersifat paling polar yang
digunakan sebagai pelarut.

Anisol Merupakan eter aril dan


komponen utama minyak
(metoksibenzena) esensial pada biji adas manis.

Polieter siklik yang digunakan


Eter mahkota
sebagai katalis transfer fase.

Merupakan polieter linear,


Polietilen glikol (PEG) digunakan
pada kosmetik dan farmasi.

5. Reaksi Eter
Eter adalah golongan senyawa organik yang memiliki rumus umum R-O-R’.
Beberapa reaksi dari eter diantaranya adalah:
a. Pembakaran
Eter mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air.
Contoh:

b. Reaksi dengan Logam Aktif


Berbeda dengan alkohol, eter tidak bereaksi dengan logam natrium (logam
aktif).

c. Reaksi dengan PCl5


Eter bereaksi dengan PCl5, tetapi tidak membebaskan HCl.

d. Reaksi dengan Hidrogen Halida (HX)


Eter terurai oleh asam halida, terutama oleh HI. Jika asam halida terbatas:

Jika asam halida berlebihan:

e. Membedakan Alkohol dengan Eter


Alkohol dan eter dapat dibedakan berdasarkan reaksinya dengan logam
natrium dan fosforus pentaklorida.
o Alkohol bereaksi dengan logam natrium membebaskan hidrogen,
sedangkan eter tidak bereaksi.
o Alkohol bereaksi dengan PCl5 menghasilkan gas HCl, sedangkan eter
bereaksi tetapi tidak menghasilkan HCl.

6. Sumber Eter
Eter yang paling penting secara komersial adalah dietil eter, dibuat dari etanol dan
asam sulfat.
H2SO4
CH3CH2OH + HOCH 2CH3 CH3CH2-O-CH2CH3 + H2O
O
140 C
Etanol Dietil eter

Eter dapat pula dibuat melalui substitusi nukleofilik alkil halida oleh alkoksida
R-ONa + R’-X R-O-R’ + NaX
7. Keisomeran pada Eter
Eter memiliki dua isomer, yaitu isomer struktur dan isomer fungsional
1. Isomer Struktur
Isomer struktur ialah senyawa yang memiliki rumus molekul sama, namun
rumus strukturnya berbeda. Contohnya dietil eter memiliki isomer struktur dengan
metil propil eter dan metil ispropil eter.
2. Isomer Fungsional
Alkohol dan eter keduanya memiliki rumus umum yang sama, akan tetapi,
keduanya memiliki jenis gugus fungsional yang berbeda. Dua senyawa yang
memiliki rumus umum molekul sama namun gugus fungsionalnya berbeda disebut
memiliki keisomeran fungsional. Eter berisomer fungsional dengan alkohol.

EPOKSIDA

Epoksida adalah senyawa eter siklik dengan cincin yang memiliki tiga anggota.
Struktur dasar dari sebuah epoksida berisi sebuah atom oksigen yang diikat pada dua
atom karbon berdekatan yang berasal dari hidrokarbon. Tegangan dari cincin dengan tiga
anggota ini membuat senyawa epoksida menjadi lebih reaktif daripada eter asiklik.

Struktur epoksida

Tata Nama

Nama kelas fungsional = alkena oksida misalnya etilen oksida

Substituen akhiran = ena oksida

Prefix = substituen epoxy-misalnya Epoksietan

Gugus Epoksida

Bentuk gugus epoksi, antara lain:

Terminal
Internal

Dan mungkin memiliki pengganti pada atom karbon selain hidrogen, misalnya:

Gugus epoksi dapat pula menjadi bagian dalam sebuah struktur cincin, seperti:

Senyawa epoksida dapat dibuka dengan mudah, dibawah kondisi asam atau basa.
Contohnya, hidrolisis propilen oksida yang dikatalis dengan senyawa asam atau basa
untuk menghasilkan propilen glikol.

Epoksida merupakan gugus yang sangat reaktif, terutama dalam larutan asam karena
akan menaikkan kecepatan pembukaan cincin oksida dengan cara protonasi kepada atom
oksigen dan berinteraksi dengan berbagai macam reagen nukleofilik.
- Epoksida adalah eter siklik, cincin beranggota 3 (lihat diagram diatas).
Reaktivitas mereka sedemikian rupa sehingga mereka sebenarnya adalah
kelompok fungsional yang terpisah.
- Ada dua metode untuk penamaan epoksida:
o Sebagai oksida dari alkena yang sesuai (ini berhubungan dengan suatu
metode sintesis mereka).
o Menggunakan epoxy awalan untuk menunjukkan epoksida sebagai
substituen a.

Alkena oksida

- Nama akar yang sesuai untuk alkena (memikirkan melepaskan oksigen dan
menambahkan C = C di lokasi itu).
- Tambahkan oksida akhiran.
- Hal ini umum untuk epoksida yang sangat sederhana

Epoxy

- Nama root didasarkan pada rantai terpanjang dengan dua ikatan CO terpasang.
- Rantai diberi nomor sehingga memberikan unit epoksida yang locant serendah
mungkin (lagi seperti alkena)
- Awalan epoksida dimasukkan sebelum nama akar bersama dengan kedua locan
misalnya 1,2-epoxypropane.
- Kedua locan disertakan karena metode ini juga digunakan untuk penamaan eter
siklik lainnya.

Alkena oksida gaya:

- Kelompok fungsional adalah epoksida, sehingga akhiran = -ena oksida


- Rantai terus menerus terpanjang adalah C3 sehingga root = prop
- Lokasi “alkena” adalah jelas, sehingga locan tidak diperlukan propena oksida

Epoxy Gaya

- Rantai terus menerus terpanjang adalah C3 sehingga root = prop


- Epoksida adalah substituen sehingga prefix = epoxy
- Nomor untuk memberikan epoksida (hanya hadir grup) yang locan terendah = 1,2
– 1,2 epoxypropane

Alkena oksida gaya

- Kelompok fungsional adalah epoksida, sehingga akhiran = - ena oksida


- Rantai terus menerus terpanjang adalah C6 sehingga root = hex
- Sistem ini siklik sehingga prefix = cyclo
- Lokasi “alkena” adalah jelas, sehingga locan tidak diperlukan sikloheksana
oksida

Epoxy Gaya

- Rantai terus menerus terpanjang adalah C6 sehingga root = hex


- Sistem akar siklik sehingga prefix = cyclo
- Epoksida adalah substituen sehingga prefix = epoxy
- Nomor untuk memberikan epoksida (hanya hadir grup) yang locan terendah =
1,2-1,2-epoxycyclohexana

Alkena oksida gaya

- Kelompok fungsional adalah epoksida, sehingga akhiran = -ena oksida


- Rantai terus menerus terpanjang adalah C6 sehingga root = hex
- Ada susbtituen alkil C1 = metil
- Titik pertama aturan perbedaan membutuhkan penomoran dari kanan seperti
ditarik untuk membuat “alkena” locan 2
- Oleh karena itu kelompok metil locan = 5-metil-2-heksena oksida

Epoxy gaya

- Rantai terus menerus terpanjang adalah C6 sehingga root = hex


- Ada substituen alkil C1 = metil
- Titik pertama aturan perbedaan membutuhkan penomoran dari kanan seperti
ditarik
- Epoksida adalah substituen sehingga prefix = epoxy
- Nomor untuk memberikan epoksida (hanya hadir grup) yang locan terendah =
2,3-epoksi-5-metilheksana

Karakteristik dan Pembuatan Epoksida

Karakteristk dari senyawa epoksida adalah gugus oksiran yang terbentuk oleh oksida
dari senyawa olefenik atau senyawa aromatik ikatan ganda.

Lebih kompleks epoksida biasanya dibuat oleh epoksida alkena, sering menggunakan
peroxyacid (RCO3H) untuk mentransfer atom oksigen.

Rute lain industri penting untuk epoksida memerlukan proses dua langkah. Pertama,
alkena yang diubah menjadi senyawa tersebut, dan kedua, klorohidrin yang diperlakukan
dengan basa untuk menghilangkan asam klorida, memberikan epoksida, hal ini adalah
metode yang digunakan untuk membuat propilen oksida.
Epoksida mudah diubah, di bawah kondisi asam atau basa, untuk memberikan berbagai
produk dengan manfaat fungsional kelompok. Misalnya, hidrolisis asam atau basa katalis
oksida propilena memberikan propilen glikol.

Epoksida dapat digunakan untuk merakit polimer yang dikenal sebagai epoxies, yang
merupakan perekat yang sangat baik dan pelapis permukaan. Yang paling umum epoxy
resin yang terbentuk dari reaksi epiklorohidrin dengan bisphenol A.
Epoksida biasanya dibuat melalui oksidasi alkena. Epoksida yang paling penting dalam
industri adalah etilena oksida, yang dihasilkan melalui oksidasi etilena dengan oksigen.
Epoksida lainnya dapat dihasilkan melalui dua cara:
- Melalui oksidasi alkena dengan peroksi asam seperti asam
metakloroperoksibenzoat (m-CPBA).
- Melalui substitusi nukleofilik intramolekuler halohidrin.

Senyawa epoksida merupakan senyawa yang sangat penting sama seperti produk
kimia lainnya, misalnya resin. Epoksida minyak, yang produksinya mencapai sekitar
level 50.000 ton per tahun, memiliki fungsi utama sebagai plastisizer dan stabilisator
pada PVC.

Reaksi Epoksida

Reaksi epoksida khas tercantum di bawah ini.

- Selain nukleofilik epoksida dapat menjadi dasar atau katalis asam.


- Dalam kondisi asam, posisi serangan nukleofil dipengaruhi baik oleh efek sterik
(seperti yang biasanya terlihat untuk SN2 reaksi) dan oleh karbokation stabilitas
(seperti yang biasanya terlihat untuk SN1 reaksi). Dalam kondisi dasar, nukleofil
menyerang karbon diganti setidaknya, sesuai dengan 2 proses penambahan
standar S reaksi N nukleofil.
- Hidrolisis dari epoksida dalam adanya katalis asam menghasilkan glikol. Proses
hidrolisis epoksida dapat dianggap sebagai penambahan nukleofilik air untuk
epoksida dibawah kondisi asam.
- Pengurangan dari epoksida dengan hidrida aluminium, lithium dan air
menghasilkan alkohol. Ini proses reduksi dapat dianggap sebagai penambahan
nukleofilik hidrida (H-) untuk epoksida di bawah kondisi dasar.
- Pengurangan dengan tungsten hexachloride dan n-butylithium menghasilkan
alkena. Reaksi ini berlaku adalah de-epoksidasi:

- Reaksi dengan kelompok NH dan amina. Ini pembentukan ikatan kovalen


digunakan dalam epoxy lem dengan, misalnya, trietilenatetramina (TETA)
sebagai pengeras.

Kegunaan Epoksida

Salah satu produk penting industri petrokimia yang dapat dihasilkan dari minyak
nabati adalah senyawa polihidroksi trigliserida. Senyawa ini banyak digunakan sebagai
bahan poliuretan, bahan aditif plastik, pelumas, surfaktan, dll sehingga kebutuhan akan
senyawa ini menjadi sangat tinggi. Senyawa polihidroksi trigliserida dihasilkan melalui
reaksi hidroksilasi. Reaksi hidroksilasi meliputi dua tahap reaksi, yaitu reaksi epoksidasi
dan reaksi pembukaan cincin oksiran. Pada penelitian ini akan dibahas lebih mendalam
mengenai reaksi epoksidasi.
Karena kereaktifan yang tinggi dari cincin oksiren, epoksida dapat berlaku sebagai
bahan baku untuk sinstesis berbagai macam varietas kimia, seperti alkohol, glikol,
alkanolamin, komponen karbonil, komponen olefin, dan polimer, seperti poliester,
poliuretan, dan resin epoksi

Reagen (produk) HX = H2 (alkohol), H2O (diol), ROH (alkoksi alkohol), RCOOH


(asiloksi alkohol), RCONH2 (asilamino alkohol), H2S (merkapto alkohol), HCN (cyano
alkohol), HBr (bromo alkohol). Reaksi epoksidasi terutama yang berasal dari
triasilgliserol dengan alkohol polihidrik menghasilkan komponen polihidroksi yang mana
dapat direaksikan dengan diisosianat untuk menghasilkan poliuretan. Epoksida dapat
dikonversi menjadi keton melalui reaksi dengan natrium iodida dalam polietilen glikol.

Struktur dan Ikatan pada Eter dan Epoksi

Ikatan pada eter sudah bisa dimengerti dengan membandingkan eter dengan air dan
alkohol. Tegangan van der Waals yang melibatkan gugus alkil menyebabkan sudut
ikatan pada oksigen menjadi lebih besar di eter dari pada di alkohol, dan lebih besar di
alkohol dari pada di air. Sebuah contoh yang ekstrim, di-tert-butil eter, dimana hadangan
steric antara gugus tert-butil bertanggung jawab atas peningkatan yang cepat terhadap
sudut ikatan C-O-C.

Kecenderungan jarak ikatan karbon-oksigen di dalam eter adalah sama dengan


alkohol (~ 142 pm) dan lebih pendek jika dibandingkan dengan jarak ikatan karbon-
karbon dalam alkana (~ 153 pm).

Sebuah efek eter oksigen mempengaruhi konformasi dari sebuah molekul dalam
keadaan yang sama dengan yang dilakukan oleh sebuah unit CH 2. Konformasi yang
paling stabil dari dietil eter adalah semua konfromasi anti. Tetrahidropiran lebih stabil
jika berada dalam konformasi kursi sebuah fakta yang memiliki pengaruh yang penting
terhadap struktur dari semua hidrokarbon.
Menggabungkan sebuah atom oksigen masuk kedalam cincin dengan tiga anggota
membutuhkan sudut ikatan harus terdistorsi dari nilai normal tetrahedral. Dalam etilen
oksida, contohnya, sudut ikatan pada oksigen adalah 61.5o.

Demikian epoksi, seperti siklopropana, memiliki tegangan sudut yang signifikan. Mereka
cenderung mengalami reaksi yang membuka cincin tiga-anggota dengan membelah satu
ikatan dari karbon-oksigen.

Sifat Fisik dari Eter

Tabel 16.1 membandingkan sifat fisik dari dietil eter dengan mereka yang dari alkana
(pentana) dan juga alkohol (1-butanol) dengan ukuran dan bentuk yang sama. Mengenai
titik didih, dietil eter memiliki kesamaan dengan pentana dari pada 1-butanol. Mengenai
momen dipol dan kelarutan dalam air, kebalikannya adalah benar.
Seperti yang telah kita lihat sebelumnya, alkohol memiliki titik didih yang tidak biasa
tinggi karena ikatan hidrogen atara gugus -OH.

Kekurangan gugus -OH, eter menyerupai alkana dalam gaya dispersi dan merupakan
yang paling berkontribusi dalam daya tarik intermolekuler. Meskipun eter memiliki
momen dipol yang signifikan, kenyataan bahwa titik didih mereka sangat dekat dengan
alkana jika dibandingkan dengan alkohol memberi tahu kita bahwa daya tarik dipol-dipol
memiliki kontribusi yang kecil.

Di sisi yang lain, eter memiliki oksigen negatif yang terpolarisasi yang mana bisa
berikatan hidrogen dengan sebuah proton -OH dari air.

Hidrogen seperti itu menyebabkan eter untuk dapat larut di dalam air kira-kira mencapai
tingkat yang sama dengan alkohol dengan bentuk dan ukuran yang sama. Alkana tidak
bisa diikutsertakan dalam ikatan hidrogen terhadap air. Gambar di atas menunjukan map
potensial elektrostatik dari dietil eter, air, dan ikatan kompleks hidrogen yang terbentuk
sebelum mereka.
Mahkota Eter

Kepolaran ikatan karbon-oksigen dan hadirnya pasangan elektron sunyi pada oksigen
berkontribusi terhadap kemampuan eter untuk membentuk asam Lewis/basa Lewis
kompleks dengan ion metal.

Kekuatan dari ikatan ini bergantung pada jenis eter. Eter yang simpel relatif membentuk
kompleks yang lemah dengan ion logam, tetapi Charles J. Pedersen dari DuPont
menemukan bahwa polieter tertentu membentuk kompleks yang lebih stabil dengan ion
logam dibandingkan eter yang simpel.

Pedersen mempersiapkan sebuah seri dari makrosiklik polieter, senyawa siklik


mengandung empat atau lebih oksigen dalam cincin atom dua belas atau lebih. Penamaan
sistematis dari mahkota eter entah bagaimana tidak praktis, maka dari itu Pedersen
merancang deskripsi singkat dimana kata mahkota didahului dengan atom total di dalam
cincin dan kemudian diikuti dengan jumlah atom oksigen.
ALDEHID

Aldehid adalah senyawa organik yang mencakup kelompok fungsional karbonil,


C=O. Atom karbon kelompok ini memiliki dua sisi obligasi yang dapat ditempati oleh
hidrogen atau alkil atau aril subtituen. Gugus fungsi yang dikenal sebagai gugus
karbonil, yaitu atom karbon yang dihubungkan dengan atom oksigen oleh ikatan ganda
dua. Aldehida adalah senyawa organik yang karbon-karbonilnya (karbon yang terikat
pada oksigen) selalu berikatan dengan paling sedikit satu hidrogen. Aldehid dan keton
termasuk senyawa yang sederhana jika ditinjau berdasarkan tidak adanya gugus-gugus
reaktif yang lain seperti -OH atau -Cl yang terikat langsung pada atom karbon di gugus
karbonil -CO seperti yang bisa ditemukan misalnya pada asam-asam karboksilat yang
mengandung gugus -COOH.

Rumus umum aldehid adalah:

O
|| atau R – C – OH dimana R adalah alkil
R–C–H

O
|| atau Ar – C – OH dimana Ar adalah aromatik
Ar – C – H

Perhatikan contoh berikut:

Pada gambar di atas kita bisa melihat bahwa keduanya memiliki ujung molekul yang
sama persis. Yang membedakan hanya kompleksitas gugus lain yang terikat.

Jika kita menulis rumus molekul untuk molekul-molekul di atas, maka gugus aldehid
(gugus karbonil yang mengikat atom hidrogen) selalunya dituliskan sebagai -CHO- dan
tidak pernah dituliskan sebagai COH. Oleh karena itu, penulisan rumus molekul aldehid
terkadang sulit dibedakan dengan alkohol. Misalnya etanal dituliskan sebagai CH3CHO
dan metanal sebagai HCHO.
Penamaan Aldehid

Penamaan aldehid didasarkan pada jumlah total atom karbon yang terdapat dalam
rantai terpanjang – termasuk atom karbon yang terdapat pada gugus karbonil. Jika ada
gugus samping yang terikat pada rantai terpanjang tersebut, maka atom karbon pada
gugus karbonil harus selalu dianggap sebagai atom karbon nomor 1.

Penamaa aldehid bisa menggunakan sistem IUPAC atau penamaan secara Trivial.
Sistem Tatanam IUPAC memberikan akhiran karakteristika al untuk aldehid. Sebagai
contoh, H2C = O adalah methan al, lebih umum disebut formaldehid. Karena gugus
karbonil aldehid harus selalu terletak di ujung rantai karbon, diberi no 1, dan karena itu
mendefinisikan penomoran arah. Menurut Trivial, cara pemberian nama senyawa aldehid
dilakukan dengan mengganti akhiran -at pada nama trivial asam alkanoat yang
bersangkutan dengan akhiran -aldehida.

Contoh nama IUPAC disediakan (dengan warna biru) dalam diagram berikut. Nama-
nama umum adalah merah, dan nama-nama yang diturunkan hitam. Dalam nama umum
didekat atom karbon gugus karbonil sering ditunjuk oleh huruf Yunani. Atom berdekatan
dengan fungsi alfa, dihapus berikutnya adalah beta dan seterusnya.

Tiga contoh kelompok asli memiliki nama spesifik ditunjukkan di bawah ini.
Jumlah Asam Alkanoat Aldehid Alkanal
atom
Rumus Nama trivial Rumus Nama trivial Rumus Nama
C
molekul molekul molekul IUPAC
1 H – COOH Asam Format H – CHO Formaldehida H – CHO Metanal

2 CH3COOH Asam Asetat CH3CHO Asetaldehida CH3CHO Etanal

3 C2H5COOH Asam C2H5CHO Propionaldehida C2H5CHO Propanal


Propionat
4 C3H7COOH Asam Butirat C3H7CHO Butiraldehida C3H7CHO Butanal

5 C4H9COOH Asam Valerat C4H9CHO Valeraldehida C4H9CHO Pentanal

Tabel beberapa nama aldehid:

CH3– CH2 – CH – CH2 – COH CH3 – CH – CH2 – COH


| |
CH3 CH3

(2 - metil pentanal) (3 – metil butanal)


(α – metil valeraldehid) (β - metil butiraldehid)

CH3 – CH = CH – COH CH2 – CH2 – CH2 – COH


| |
OH OH

( 2 – butenal ) ( 3,4 – dihidroksi butanal )

- Keisomeran pada aldehid


Keisomeran pada aldehid dimulai dari aldehid yang memiliki 4 rantai C.
Contoh:
C4H8
CH3 – CH2 – CH2 – CHO CH3 – CH – CHO
|
CH3
Butanal 2-metil propanal

C6H12O
CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CHO CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CHO
|
CH3
Heksanal 2-metil pentanal

CH3 – CH2 – CH – CH2 – CHO CH3 – CH2 – CH – CHO


| |
CH3 C2H5

3-metil pentanal 2-etil butanal

CH3 CH3
| |
CH3 – C – CH2 – CHO CH3 – CH – CH –CHO
| |
CH3 CH3

3,3-dimetil butanal 2,3-dimetil butanal

CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CHO CH3


| |
CH3 CH3 – CH2 – C – CHO
|
4-metil pentanal CH3
2,2-dimetil butanal

Sifat-sifat Aldehid

Aldehid memiliki macam-macam sifat ditinjau dari beberapa aspek:

1. Sifat Fisi/Fisika
a. Titik didih
Aldehid sederhana seperti metanal memiliki wujud gas (titik didih -21 oC),
dan etanal memiliki titik didih +21 oC. Ini berarti bahwa etanal akan mendidih
pada suhu yang mendekati suhu kamar. Aldehid lainnya berwujud cair,
dengan titik didih yang semakin mengingkat apabila molekul semakin besar.
Besarnya titik didih dikendalikan oleh kekuatan gaya-gaya antar-molekul.
Senyawa rumus Bobot molekul Titik didih keterangan
(0C)
Satu karbon
Metana CH4 16 -161 Tak ada ikatan
hidrogen atau
interaksi polar-
polar
Formaldehide HCHO 26 -21 Interaksi polar-
polar
Metanol CH3OH 32 65 Ikatan hidrogen
Dua karbon
Etana C2H6 30 -89 Tak ada ikatan
hidrogen
Asetaldehid CH3CHO 44 20 Interaksi polar-
polar
etanol CH3CH2OH 46 78 Ikatan hidrogen
Berikut akan disajikan tabel titik didih beberapa seyawa aldehid yang
mempuyai satu atau dua atom karbon:

b. Gaya dispersi van der Waals


Gaya tarik ini menjadi lebih kuat apabila molekul menjadi lebih panjang dan
memiliki lebih banyak elektron. Peningkatan gaya tarik ini akan
meningkatkan ukuran dipol-dipol temporer yang terbentuk. Inilah sebabnya
mengapa titik didih meningkat apabila jumlah atom karbon dalam rantai juga
meningkat pada aldehid.

c. Gaya tarik dipol-dipol van der Waals


Aldehid adalah molekul polar karena adanya ikatan rangkap C=O. Seperti halnya gaya-gaya
dispersi, juga akan ada gaya tarik antar dipol-dipol permanen pada molekul-molekul yang
berdekatan. Ini berarti bahwa titik didih akan menjadi lebih tinggi dibanding titik didih
hidrokarbon yang berukuran sama, yang mana hanya memiliki gaya dispersi. Apabila
dibandingkan titik didih dari tiga senyawa hidrokarbon yang memiliki besar molekul yang
mirip. Ketiga senyawa ini memiliki panjang rantai yang sama, dan jumlah elektronnya juga
mirip (walaupun tidak identik). Perhatikan tabel berikut:

molekul tipe titik didih (°C)


CH3CH2CH3 alkana -42
CH3CHO aldehid +21
CH3CH2OH alkohol +78

Pada tabel diatas bisa melihat bahwa aldehid (yang memiliki gaya tarik
dipol-dipol dan gaya tarik dispersi) memiliki titik didih yang lebih tinggi dari
alkana berukuran sebanding yang hanya memiliki gaya dispersi. Akan tetapi,
titik didih aldehid lebih rendah dari titik didih alkohol. Pada alkohol, terdapat
ikatan hidrogen ditambah dua jenis gaya-tarik antar molekul lainnya (gaya-
tarik dipol-dipol dan gaya-tarik dispersi). Walaupun aldehid merupakan
molekul yang sangat polar, namun keduanya tidak memiliki atom hidrogen
yang terikat langsung pada oksigen, sehingga tidak bisa membentuk ikatan
hidrogen sesamanya.

d. Kelarutan dalam Air


Aldehid yang kecil dapat larut secara bebas dalam air tetapi kelarutannya
berkurang seiring dengan pertambahan panjang rantai. Sebagai contoh,
metanal, etanal yang merupakan aldehid berukuran kecil – dapat bercampur
dengan air pada semua perbandingan volume. Alasan mengapa aldehid yang
kecil dapat larut dalam air adalah bahwa walaupun aldehid tidak bisa saling
berikatan hidrogen sesamanya, namun aldehid bisa berikatan hidrogen
dengan molekul air.
Salah satu dari atom hidrogen yang sedikit bermuatan positif dalam
sebuah molekul air bisa tertarik dengan baik ke salah satu pasangan elektron
bebas pada atom oksigen dari sebuah aldehid untuk membentuk sebuah ikatan
hidrogen.

Tentunya juga terdapat gaya dispersi dan gaya tarik dipol-dipol antara
aldehid dengan molekul air. Pembentukan gaya-gaya tarik ini melepaskan
energi yang membantu menyuplai energi yang diperlukan untuk memisahkan
molekul air dan aldehid satu sama lain sebelum bisa bercampur. Apabila
panjang rantai meningkat, maka “ekor-ekor” hidrokarbon dari molekul-
molekul (semua hidrokarbon sedikit manjauh dari gugus karbonil) mulai
mengalami proses di atas. Dengan menekan diri antara molekul-molekul air,
ekor-ekor hidrokarbon tersebut memutus ikatan hidrogen yang relatif kuat
antara molekul-molekul air tanpa menggantinya dengan ikatan yang serupa.
Senyawa Titik leleh (0C) Titik didih (0C) Kelarutan dalam air
(g/100ml)
Formaldehid -92 -21 Bercampur sempurna
Asetaldehid -123 20 Bercampur sempurna
Butiraldehid -99 76 4
benzaldehid -26 179 0,3
Ini menjadi proses yang tidak bermanfaat dari segi energi, sehingga kelarutan
berkurang.

e. Ikatan dan kereaktifan


1. Ikatan pada gugus karbonil

Atom oksigen jauh lebih elektronegatif dibanding karbon sehingga


memiliki kecenderungan kuat untuk menarik elektron-elektron yang
terdapat dalam ikatan C=O kearahnya sendiri. Salah satu dari dua
pasangan elektron yang membentuk ikatan rangkap C=O bahkan lebih
mudah tertarik ke arah oksigen. Ini menyebabkan ikatan rangkap C=O
sangat polar. Pada dasarnya aldehid sangat reaktif karena adanya gugus
karbonil pada senyawa aldehid tersebut.
Pada temperatur kamar, aldehid suku yang rendah berwujud gas, suku
tengah berwujud cairan sedangkan suku tinggi berupa padatan. Makin
panjang rantai C nya maka makin harum baunya seperti bau bunga-
bungaan dan buah-buahan, sehingga beberapa senyawanya digunakan
untuk pewangi.

2. Sifat Spektual Aldehid


a. Spektra Inframerah
Spektrum inframerah berguna untuk mendeteksi gugus karbonil
dalam suatu aldehid. Namun adanya gugus karbonil belum tentu
menandakan bahwa zat tersebut termasuk aldehid sebab ada
beberapa senyawa lain yang memiliki gugus karbonil (ester, asam
kaboksilat, dll). Untuk aldehid bukti yang saling menunjang dapat
dicari dalam spektra inframerah dan nmr, karena resapan yang unik
dari hidrogen sianida. Resapan C=O dari aldehid adalah sekitar
1700cm-1 (sekitar 5,8 μm). Jika gugus karbonil itu berkonjugasi
dengan suatu ikatan rangkap atau cincin benzena letak resapan
bergeser ke frekuensi yang sedikit lebih rendah.
Uluran CH (dari) gugus aldehid, yang menunjukkan resapan
tepat disebelah resapan CH alifatik, adalah karakteristik suatu
aldehid. Biasanya dijumpai dua peak (puncak) dalam daerah ini.
Kedua peak CH dari aldehid akan tampak jelas dalam spektrum
butanal, tetapi peak yang lebih dekat ke resapan CH alifatik
biasanya dikaburkan oleh resapan alifatik ini.

b. Spektra nmr
Elektron dalam suatu gugus karbonil, seperti elektron dalam
ikatan rangkap atau awan pi aromatik, akan digerakkan oleh suatu
medan magnet luar. Medan imbasan molekular yang dihasilkan
mempunyai efek yang dalam pada absorpsi nmr dari proton
aldehida. Resapan nmr untuk suatu proton aldehida bergeser jau ke
bawah medan (δ = 9-10 ppm, di luar jangka spektra, yang lazim).
Geseran besar ini timbul oleh efek-efek aditif dari berkurangnya
perisai (deshielding) anisotropikoleh elektron pi dan berkurangnya
perisai induktif oleh karbon elektropositif dari gugus karbonil itu.
Hidrogen-hidrogen α dari aldehid tidaklah terlalu dipengaruhi
oleh gugus karbonilnya. Resapan nmr untuk proton α (δ = 2,1-2,6
ppm) muncul sedikit dibawah medan dibandingkan dengan resapan
CH biasa (sekitar 1,5 ppm), karena tertariknya elektron oleh atom
oksigen elektronegatif. Efek-efek pengurangan perisai (deshielding)
oleh efek induktif cukup jelas dalam spectra nmr butanal. Dalam
suatu aldehid, penguraian proton aldehida kadang-kadang dapat
digunakan untuk menentukan banyaknya hidrogen α. Spectrum
butanal menunjukkan suatu triplet untuk proton -CHO, suatu
indikasi akan adanya dua hidrogen α.
3. Sifat Kimia
1. Sifat Medamar
Jika suatu larutan aldehid dalam air diberi larutan NaOH atau KOH maka zat
cairnya akan berwarna kuning dan sesaat kemudian mengendaplah suatu zat amorf
yang berwarna merah kekuning-kuningan.

2. Reaksi dengan PX5 dihasilkan geminal halida


R-CHO + PCl5  R-CHCl2 + PCl3

3. Reaksi dengan halogen teristimewa


Dalam lingkungan alkalis halogen dapat mensubstitusi atom-atom H yang
terikat pada atom C alfa, yaitu atom C yang letaknya dengan gugus karbonil.

4. Sifat Mereduksi
Karena aldehid dapat dioksidasi menjadi asam karboksilat maka aldehid
adalah suatu reduktor

a. Reduksi pereaksi tollens (larutan Ag beramoniak)


Pereaksi tollens dibuat dengan cara menetesi Larutan perak nitrat
(AgNO3) dengan larutan amonia (NH3) sedikit demi sedikit hingga
endapan yang mula-mula terbentuk larut kembali. Preaksi tollens
mengandung ion diamminperak (I), [Ag(NH3)2]+.
Ion ini dibuat dari larutan perak(I) nitrat. Caranya dengan memasukkan
setetes larutan natrium hidroksida ke dalam larutan perak(I) nitrat yang
menghasilkan sebuah endapan perak(I) oksida, dan selanjutnya tambahkan
larutan amonia encer secukupnya untuk melarutkan ulan endapan tersebut.
Untuk melakukan uji dengan pereaksi Tollens, beberapa tetes aldehid dimasukkan ke
dalam pereaksi Tollens yang baru didapat, dan dipanaskan secara perlahan dalam sebuah
penangas air panas selama beberapa menit.
Aldehid mereduksi ion diamminperak(I) menjadi logam perak. Karena larutan bersifat
basa, Larutan tidak berwarna menghasilkan sebuah endapan perak berwarna abu-
aldehid
maka abu, atau sebuah cermin perak pada tabung uji.
aldehid dengan sendirinya dioksidasi menjadi sebuah garam dari asam
karboksilat yang sesuai.
Persamaan setengah reaksi untuk reduksi ion diamminperak(I) menjadi
perak adalah sebagai berikut:

Menggabungkan persamaan di atas dengan persamaan setengah reaksi


dari oksidasi sebuah aldehid pada kondisi basa, yakni

Akan menghasilkan persamaan reaksi lengkap:

b. Reduksi pereaksi fehling atau bennedict


Larutan Fehling dan larutan Bennedict adalah varian dari larutan yang
secara esensial sama. Keduanya mengandung ion-ion tembaga(II) yang
dikompleks dalam sebuah larutan besa. Larutan Fehling mengandung ion
tembaga(II) yang dikompleks dengan ion tartrat dalam larutan natrium
hidroksida. Pengompleksan ion tembaga(II) dengan ion tartrat dapat
mencegah terjadinya endapan tembaga(II) hidroksida.

Larutan Bennedict mengandung ion-ion tembaga(II) yang membentuk


kompleks dengan ion-ion sitrat dalam larutan natrium karbonat. Lagi-lagi,
pengompleksan ion-ion tembaga(II) dapat mencegah terbentuknya sebuah
endapan – kali ini endapan tembaga(II) karbonat.

Larutan Fehling dan larutan Bennedict digunakan dengan cara yang sama. Beberapa tetes
aldehid ditambahkan ke dalam reagen, dan campurannya dipanaskan secara perlahan dalam
sebuah penangas air panas selama beberapa menit.
Aldehid mereduksi ion tembaga(II) menjadi tembaga(I) oksida. Karena larutan bersifat
basa, maka aldehid dengan sendirinya teroksidasi menjadi sebuah garam dari asam

aldehid Larutan biru menghasilkan sebuah endapan merah gelap dari tembaga(I) oksida.

karboksilat yang sesuai.


Persamaan untuk reaksi-reaksi ini selalu disederhanakan untuk
menghindari kehausan menuliskan ion tartrat atau sitrat pada kompleks
tembaga dalam rumus struktur. Persamaan setenga-reaksi untuk larutan
Fehling dan larutan Bennedict bisa dituliskan sebagai:

Menggabungkan persamaan di atas dengan persamaan setengah reaksi


untuk oksidasi aldehid pada kondisi basa yakni

Akan menghasilkan persamaa lengkap:

5. Sifat Polimerisasi

Polimerisasi ada 2 jenis:

1. Polimerisasi Adisi
Terjadi antara 2 atau lebih molekul dari zat yang sejenis astealdehid dengan
pengaruh sedikit asam sulfat pekat dapat membentuk trimennya yang disebut
parental yang berantai lingkar.

3CH3CHO  (CH3CHO)3

2. Polimerisasi kondensasi
Adalah dua molekul atau lebih dari sejenis zat yang tidak sejenis membentuk
sebuah molekul baru yang besar dengan melepaskan H2O. NH3 atau molekul
lain yang sederhana dalam hal ini aldehid dapat berkondensasi dengan:

CH3-CH=O + H2NOH  CH3-CHNOH + H2O

Fenil hydrazine bila dipanaskan

CH3CHO + NH2HC4H6  CH-O=N-NHC4H6 + H2O

6. Reaksi Cannizaro
Reaksi cannizaro, dinamakan dari penemunya Stanislao Cannizzaro, adalah
sebuah reaksi kimia yang melibatkan disproprosionasi aldehid tanpa hidrogen
pada posisi alfa yang diinduksi oleh basa. Cannizzaro pertama kali menyelesaikan
transformasi ini pada tahun 1853, ketika dia mendapatkan benzil alkohol dan asam
benzoat dari reaksi antara benzaldehida dengan kalium karbonat.

Produk oksidasi reaksi ini adalah asam karboksilat dan produk redoksnya
adalah alkohol. Untuk aldehid dengan atom hidrogen pada posisi alfa, misalnya
RCHR’CHO. Disproporsionasi (reaksi reduksi dan oksidasi terjadi bersamaan)
suatu aldehida yang tak memiliki atom-atom alfa-hidrogen menjadi alkohol dan
asam (garam) dalam basa kuat 30-60%.

Mekanisme:

Contoh:

7. Pembuatan Aldehid

1. Oksidasi alkohol primer dengan oksidator lemah


C2H5OH → CH3CHO + H2O

2. Uap alkohol dilakukan pada temperatur panas


C2H5OH → CH3CHO + H2

Nama aldehid berasal dari reaksi ini, karena aldehid merupakan alkohol yang
kekurangan hidrogen (alkohol dehidrogenatum),

3. Destilasi kering garam Na atau asma karboksilat dengan Na-formiat


R-COONa + H-COONa  R-C-H + 2NaCO2

4. Metanal (formaldehid) terbentuk pula sebagai hasil antara pembentuk


karbohidrat secara fotosintesis didalam daun.

Sehingga formaldehid dapat dibuat dengan beberapa cara:


1. Pembuatan cara teknik

a. Reduksi CO dengan H2
CO + H-H  HCOH

b. Oksidasi uap metanal oleh udara dengan katalis Pt pada temperatur 300
o
C.
CH3OH-O2  HCHC + H2O

Reaksi-reaksi senyawa Aldehid

Aldehid dapat dibuat melalui beberapa macam reaksi, yaitu reaksi adisi, reaksi adisi-
eliminasi, reaksi reduksi dan melalui reaksi oksidasi.

1. Reaksi Adisi
Merupakan suatu reaksi yang mengubah senyawa karbon tidak jenuh
(mempunyai ikatan rangkap) menjadi senyawa karbon jenuh (tidak mempunyai
ikatan rangkap). Karena aldehid memiliki ikatan rangkap antara C dan O maka
aldehid dapat diadisi.

a. Adisi dengan H2
Adisi dengan H2 (hidrogen) menghasilkan alkohol primer.

H H
R-C=O + H-H  R-C-OH
H
Contoh:

H H
CH3-CH2-C=O + H-H  CH3-CH2-C-OH
H
Propanal propanal

b. Adisi dengan air


Air dapat mengadisi suatu gugus karbonil, untuk membentuk satu 1,1 diol
yang disebut gem-diol atau hidrat. Reaksi itu reversible, dan biasanya
kesetimbangan terletak pada sisi karbonil. Rumus umum:

Aldehid suatu hidrat(dua OH pada C)

H-C=O + H2O ↔ HCH(OH)2

Formaldehid formalin

Cl3CCHO + H2O ↔ Cl3CCH(OH)2

kloral kloral hidrat

Formaldehid dan kloral keduanya lebih reaktif dibandingkan dengan


kebanyakan aldehid lainnya, karena karbon karbonil masing-masing
mempunyai muatan positif yang cukup besar. Dalam formaldehid, tak
terdapat gugus alkil untuk membantu menyebarkan muatan positif. Dalam
kloral, gugus Cl3-C- yang menarik elektron dengan kuat itu meningkatkan
muatan positif dengan cara menggeser rapatan elektron.

c. Reaksi dengan Alkohol


Seperti air, alkohol dapat mengadisi suatu gugus karbonil. Dalam
kebanyakan hal, kesetimbangan terletak pada sisi aldehid, sama seperti
reaksi dengan air. Produk adisi satu molekul suatu alkohol pada suatu
aldehid disebut dengan hemiasetal sedangkan produk duanya disebut
dengan asetal. Semua reaksi ini dikatalisis oleh asam kuat. Umum:

Contoh

CH3CHO + etanol  C4H10O2 + (etanol)alkohol berlebih  C6H14O2 + H2O

Asetaldehid hemiasetal asetal

Mekanisme untuk reaksi reversible aldehid dengan alkohol adalah khas


dari mekanisme untuk banyak reaksi adisi berkatalis asam dari senyawa
karbonil suatu deret protonasi dan deprotonasi dari gugus yang
mengandung oksigen.

Dalam mekanisme pembentukan asetal dari hemiasetalnya, sekali lagi


protonasi dan deprotonasi, disertai lepasnya air merupakan tahap reaksi
utama. Karena itu pembentukan asetal dari suatu hemiasetal adalah
substitusi dua tahap dari gugus OR untuk suatu gugus OH. Dalam suatu
campuran kesetimbangan, biasanya terdapat sejumlah besar aldehid dan
hanya sedikit hemiasetal dan asetalnya. Terhadap hal umum ini terdapat
suatu kecualian penting. Suatu molekul memiliki gugus OH pada γ atau δ
(1,4 – 1,5) terhadap gugus karbonil aldehid mengalami suatu reaksi intra
molekul untuk membentuk suatu cincin hemiasteal beranggotakan lima-
enam hemiasetal siklik.

Dalam kebanyakan hal suatu hemiasetal tak dapat diisolasi. Namun


asetal bersifat stabil dalam larutan dan bukan asam dan dapat diisolasi.
Jika suatu asetal diinginkan sebagai produk reaksi antara suatu aldehid
dan suatu alkohol, maka digunakan alkohol berlebih untuk mendorong
tahapan reaksi ini menuju produk tersebut.

d. Reaksi dengan hidrogen sianida (HCN)


Hidrogen sianida (titik didih 26 oC) dapat dianggap sebagai gas atau
cairan yang mudah menguap. Dalam operasi laboratorium yang normal,
HCN digunakan sebagai gas, tetapi dengan menggunakan alat yang khusus
HCN dapat digunakan sebagai cairan (dan dalam beberapa hal, malahan
sebagai pelarut). Sering HCN dibuat langsung dalam campuran KCN atau
NaCN dan suatu asam kuat. Hidrogen sianida bersifat racun dan
khususnya mengecoh, karena hidung manusia baru dapat mendeteksi
baunya hanya pada tingkat yang mungkin telah mematikan. Seperti air dan
alkohol, HCN dapat mengadisi ke gugus karbonil suatu aldehid. Dalam
produknya dirujuk sebagai suatu sianohidrin. Umum:

Aldehid sianohidrin

Contoh

C2H4O + HCN  C2H4OH-CN

Asetaldehid sianohidrin

Hidrogen sianida tidak dapat langsung mengadisi ke gugus karbonil.


Adisi yang berhasil membutuhkan kondisi sedikit basa seperti yang
ditemukan dalam larutan buffer NaCN-HCN. Dengan cara ini konsentrasi
ion sianida dibesarkan, dan adisi berlangsung dengan serangan nukleofilik
CN- terhadap gugus karbonil. Meskipun nukleofil lemah seperti H2O dan
ROH membutuhkan katalis asam untuk mengadisi gugus karbonil namun
katalis kuat seperti CN- tidak membutuhkan katalis.

Sianohidrin merupakan zat-antara sintetik yang sangat berguna.


Misalnya gugus CN dapat dihidrolisis menjadi gugus karboksil atau ester.
Juga gugus -OH (dari) sianohidrin jauh lebih reaktif dari gugus -OH
alkohol biasa dan dapat digantikan oleh amonia untuk menghasilkan
gugus asam amino. Sifat yang kudua ini dimanfaatkan dalam sintesis asam
amino.

e. Reaksi adisi dengan natrium bisulfat (NaHSO3)


Pada reaksi adisi ini digunakan natrium bisulfat pekat sehingga
menghasilkan produk berbentuk kristal dan sukar larut, tetapi dapat
diuraikan apabila diberi penambahan asam. Umum:

R-COH + NaHSO3  RCHOH-CSO2Na

CH3COH + NaHSO3  CH3CHOH-CSO2Na

Aldehid kristal sukar larut

f. Reaksi reagen grignard


Reaksi suatu reagen grignard dengan suatu senyawa karbonil
merupakan contoh adisi nukleofilik pada karbon positif dari suatu gugus
karbonil. Reaksi suatu reagen grignard dengan suatu aldehid menyajikan
suatu metode yang bagus dalam sintesis alkohol. Reaksi terdiri dari dua
tahap yang terpisah: reaksi antara reagen grignard dengan senyawa
karbonil, hidrolisis magnesium alkoksida untuk menghasilkan alkohol.
Secara umum reaksi ini dapat dituliskan:

R C H + RMgX R C OMgX R C OH
2. Reaksi Adisi-Eliminasi
Beberapa reagensia mengalami adisi ke dalam aldehida yang diikuti dengan
eliminasi air atau molekul kecil lain untuk memperoleh suatu produk yang
mengandung suatu ikatan rangkap.

O OH
adisi Eliminasi
R – C – H + H – NuH R–C–H R–C–H
-H O
NuH 2 Nu
Suatu produk adisi
yang tak stabil

A. Reaksi dengan amonia dan amina Primer


Amonia adalah suatu nukleofil yang dapat menyerang gugus karbonil dari
suatu aldehida dalam suatu reaksi adisi – eliminasi. Reaksi itu dikatalis oleh
runutan asam. Produknya adalah suatu imina, suatu senyawa yang mengandung
gugus C = N.

O OH

H+ -H2O
RCH + H – NH2 RCH - NH2 RCH = NH

Suatu amina

Imina tak tersubstitusi yang terbentuk dari NH3 tidak stabil dan
berpolimerisasi bila didiamkan. Tetapi jika digunakan amina primer (RNH2)
sebagai ganti amonia, akan terbentuk imina tersubstitusi yang lebih stabil (yang
kadang-kadang disebut basa schiff) aldehida aromatik (seperti benzaldehida)
atau arilamina (seperti anilina) menghasilkan imina yang terstabil, namun
aldehida, keton, atau amina primer lain dapat juga digunakan.

O Benzena, H+ OH

Kalor -H2O
- CH + H2NCH3 - CH – NHCH3 - CH = NCH3

Benzaldehida Metilamina Suatu amina (95%)

O H+, Kalor
-H2O
- CH + - NH2 - CN = N -

Benzaldehida Anilina Suatu imina (87%)


Mekanisme untuk pembuatan imina pada hakekatnya merupakan proses dua
tahap. Tahap pertama yaitu adisi amina nukleofilik pada karbon karbonil yang
bermuatan positif parsial, yang diikuti dengan lepasnya proton dari nitrogen dan
diperolehnya proton oleh oksigen.

Tahap 1, Adisi:

O Cepat O- Cepat OH
RCH + R’NH2 RCH RCH
R’NH2 R’NH
Tahap 2 adalah protonasi gugus OH, yang kemudian dapat lepas sebagai air
dalam suatu reaksi eliminasi.

Tahap 2, Eliminasi:

OH H+, cepat O+H2 - H2O , Lambat -H+, cepat


RCHNHR’ RCH – NHR’ RCH = NHR’ RCH = NR
Imina

Pembentukan imina adalah suatu reaksi yang tergantung pada pH. Tahap
pertama adisi amina takterprotonkan yang bebas, pada gugus karbonil. Bila
suatu larutan bersifat terlalu asam, konsentrasi amina bebas ini menjadi kecil
sekali (dapat diabaikan). Jika hal itu terjadi, tahap adisi yang biasanya cepat itu,
akan menjadi lambat dan benar-benar menjadi penentu laju dalam rentetan itu.

Dalam asam

Tidak nukleofilik

RNH2 + H- RNH3-

Tahap kedua dalam reaksi ini adalah eliminasi gugus OH yang terprotonkan
sebagai air. Tidak seperti pada tahap pertama (adisi amina), laju tahap kedua
meningkat dengan bertambahnya konsentrasi asam. (ingat, OH- merupakan
suatu basa kuat dan gugus pergi yang jelek, sedangkan -OH2+ dapat pergi
sebagai H2O, suatu basa lemah dan gugus pergi yang baik). Akibatnya,
bertambahnya kesamaan akan menyebabkan tahap 2 berjalan lebih cepat, tetapi
tahap 1 berjalan lebih lambat. Sebaliknya, menurunnya keasaman menyebabkan
tahap 1 lebih cepat tetapi tahap 2 lebih lambat.

Diantara kedua ekstrem ini terdapat pH optimum (sekitar pH 3 – 4), dimana


laju reaksi keseluruhan adalah paling tinggi. Pada pH ini, sebagian amina
terprotonkan, tetapi sebagian lain bersifat amina bebas yang mewakili adisi
nukleofilik. Pada pH ini juga terdapat cukup asam sehingga eliminasi berjalan
dengan laju yang pantas.

Transaminasi biologis

Imina merupakan zat antara penting dalam biosintesis asam-asam α – amino, RCH
(NH2) CO2H, yang digunakan oleh suatu organisme dalam sintesis protein. Bila
makanan tidak mengandung asam amino yang diperlukan dalam proporsi yang
diminta, maka dalam beberapa hal, suatu organisme dapat mengubah suatu asam
amino yang tak diperlukan menjadi asam amino yang diinginkan dalam suatu reaksi
transaminasi. Proses itu mencakup transfer suatu gugus amino dari dalam asam amino
yang tak diperlukan ke suatu asam keton.

Transaminasi:

CO2H CO2H Enzim Transaminasi CO2H CO2H

H2N – C – H + C = O C = O + H2N – C – H
R R’ R R’
Asam amino asam keto asam keto asam amino
Lama lama baru baru

Diduga reaksi itu berjalan lewat sederet zat antara imina:


R CO2H -H2O R CO2H R CO2H H2O R CO2H
CHO + H2NCH CH = NCH CH2N = C CH2NH2 + C = O
R R R R
Aldehida asam Asam keto
Yang ter amino baru
Ikat pada lama
Enzim

R CO2H - H2O R CO2H R CO2H H2O R CO2H


CH2NH2 + C = O CH2N = C CH = NCH CHO + H2NCH
R’ R’ R’ R’
Asam keto asam amino
lama baru

B. Reaksi dengan Amina sekunder

Dengan amina primer, aldehida menghasilkan imina. Dengan menggunakan


amina sekunder (R2NH), aldehida menghasilkan ion iminium, yang akan
bereaksi lebih lanjut menjadi enamina (vinilamina). Enamina terbentuk dengan
lepasnya sebuah proton dari atom karbon β ke nitrogen, yang menghasilkan
suatu ikatan rangkap antara atom-atom karbon α dan β. Enamina merupakan zat
antara sintetik yang berguna.

Ikatan rangkap antara karbon


α dan β kepada nitrogen

O +
H , -H2O H -H +

CH3CH + (CH3)2NH CH2 – CH = N(CH3)2 CH2 = CHN(CH3)2


Dimetilamina suatu ion iminium suatu enamina
Suatu amina sekunder

C. Reaksi dengan Hidrazina dan Senyawa Sehubungan


Imina mudah terhidrolisis (dipaksa pisah oleh air). Tahap awal hidrolisis
adalah protonasi nitrogen imina. Jika suatu gugus elektronegatif terikat pada
nitrogen imina itu, maka kebebasan nitrogen itu berkurang dan hidrolisis
terkurangi.

H3C H+ H3C H banyak tahap H3C


C=N C = N+ C = O + NH3
H3C H H3C H H3C
H2O

Suatu imina
H3C H+ H3C H
C=N C = N+
H3C NH2 H3C NH2-

Menarik elektron dengan Tak Disukai


Efek induktif

D. Reaksi dengan fofonium ilid (Reaksi Wittig)

Pada tahun 1954, George Witting mengemukakan suatu sintesis umum alkena
dari senyawa karbonil dengan menggunakan fosfonium ilid. Sintesis ini disebut
reaksi wittig.

R R’ R R’ dari ilid
C=O + (C6H5)3P=C C=C + (C6H5)3P=O
H R’ H R’

Suatu ilid adalah suatu molekul dengan muatan + dan – berdampingan. Suatu ilid
terbentuk dengan terbuanganya sebuah proton dari dalam karbon yang
berdampingan dengan suatu heteroatom yang bermuatan positif.
Reaksi wittig bersifat serbaguna. Alkil halida yang digunakan untuk membentuk
ilid dapat berupa halida metil, primer atau sekunder. Produk reaksi wittig adalah
suatu alkena dengan ikatan rangkap dalam posisi yang diinginkan. Sayang
kadang-kadang sulit untuk meramalkan apakah produk -cis atau -trans akan
menonjol dalam suatu reaksi tertentu.

O
Xilena
–CH + (C6H5)3P=CHCH=CH– –CH=CHCH=CH– +(C6H5)3P=O
kalor

Benzaldehida 1,4-difenil-1,3-butadiena (67%)

Mekanisme reaksi wittig melibatkan serangan nukleofilik gugus karbonil oleh


karbon negatif dari ilid itu.

Karbon nukleofilik
+ –
(C6H5)3P=CR’2 (C6H5)3P–CR’
.. 2
Struktur resonansi

Adisi pada karbonil:


H H
R – C + :CR’2 R – C – CR’2
+ +
O:
.. P(C6H5)3 :O:
.. P(C6H5)3
Suatu betaina

Produk adisi antara ilid dan suatu aldehid adalah suatu betaina. Betaina itu
mengalami siklinisasi dan eliminasi trifenilfosfina untuk membentuk alkena

R2C – CR’2 R2C – CR’2 R2C=CR’2 + :O= P(C6H5)3


+
:O:
.. – P(C6H5)3 :O
.. – P(C6H5)3

*beberapa senyawa nitrogen yang membentuk produk substitusi stabil dengan


aldehida pada hidrazina
Nama Struktur Produk dengan RCHO

RCH =NOH
Hidroksilamina HONH2
Suatu oksim

RCH = NNH2
Hidrazina H2NNH2
Suatu hidrozon

RCH = NNHC6H5
Fenilhidrazina - NHNH2
Suatu fenilhidrazon
NO2 NO2

O2N - - NHNH2 RCH = NNH - - NO2


2,4-dinitro-fenilhidrazina
Suatu 2,4-
dinitrofenilhidrazon

O O
Semikarbazida
H2NNHCNH2 RCH = NNHCNH2
Suatu semikarbazon

Produk-produk bertipe imina terbentuk dari aldehid dari suatu senyawa


nitrogen dari tipe H2N – NH2 atau H2N – OH (reagensia dengan gugus elektronegatif
terikat pada N) sangatlah stabil. Tabel di atas mencantumkan berbagai senyawa
nitrogen yang bereaksi dengan aldehida untuk membentuk produk bertipe imina yang
stabil.

Hidrazon dan produk lain yang dicantumkan pada tabel di atas terutama 2,4-
dinitro-fenilhidrazon berbobot molekul tinggi, atau DNP, biasanya terbentuk zat
padat. Sebelum spektrometer digunakan secara meluas, derivat-derivat ini digunakan
secara ekstensif untuk identifikasi. Suatu keton cair yang strukturnya tak dikethui,
dapat diubah menjadi DNP padat, yang dimurnikan dengan kristalisasi, dan titik
lelehnya dibandingkan dengan titik leleh DNP yang strukturnya telah diketahui.

3. Reaksi Reduksi
Suatu aldehid dapat direduksi menjadi suatu alkohol, suatu hidrokarbon atau
suatu amina. Produk reduksi ini tergantung pada baha pereduksi dan struktur
senyawa karbonilnya.

O [H] OH NR2
RCH RCHR atau RCH2R atau RCHR
aldehida suatu alcohol suatu hidrokarbon suatu amina

A. Hidrogenasi

Ikatan pi suatu gugus karbonil dapat mengalami hidrogenasi katalitik sama


seperti ikatan pi dalam suatu alkena. Alkena dapat di hidrogenasi pada tekanan
rendah dan pada temperatur kamar, untuk hidrogenasi suatu gugus karbonil,
biasanya diperlukan kalor dan tekanan. Suatu keton direduksi menjadi alkohol
sekunder oleh hidrogenasi katalitik, sementara suatu aldehida menghasilkan suatu
alkohol primer. Rendemennya bagus sekali (90-100%)

O
CH3CH + H2 Ni CH3CH2OH
Kalor,tekanan

Asetaldehid etanol
Suatu aldehida suatu alcohol primer

Jika suatu ikatan rangkap dan suatu gugus karbonil keduanya terdapat dalam
sebuah struktur, ikatan rangkap itu dapat dihidrogenasi sementara gugus karbonil
tetap utuh, atau dapat pula keduanya terhidrogenasi. Namun, gugus karbonil tak
dapat dihidrogenasi tanpa mereduksi ikatan rangkapnya. Jika diinginkan
mereduksi suatu gugus karbonil sementara ikatan rangkap karbon-karbon tetap
utuh, haruslah dipilih reduksi dengan hibrida logam.

C=C tereduksi (tetapi C=O tidak):


O Ni O
CH3CH= CHCH2CH + H2 CH3CH2CH2 CH2 CH
25°

3-pentenal pentanal

C=C dan C=O direduksi:


Ni
CH3CH= CHCH2CH + 2H2 CH3CH2CH2 CH2CH2OH
3-pentenal Kalor,tekanan 1-pentanol

B. Hibrida Logam

Atas dasar suatu molar maka gas hidrogen tidaklah mahal, namun suatu reaksi
hidrogenasi agak merepotkan. Biasanya peralatannya terdiri dari tanki gas dan
suatu bejana logam bertekanan. Suatu prosedur reduksi alternatif melibatkan
penggunaan hibrida logam. Dua zat pereduksi yang bermanfaat adalah lithium
aluminium hibrida (sering disingkat dengan LAH) dan natrium borohidrida,
keduanya mereduksi aldehida menjadi alkohol.

H H

Li+ H Al H Na+ H B¯ H

H H
Litium aluminium hidrida (LAH) natrium borohidrida

OH
(1) LiAlH4
CH3CH2CHCH3
O (2) H2O. H+ 2-butanol (80%)

CH3CH2CCH3
OH
(1)NaBH4
CH3CH2CHCH3
(2) H2O. H+ 2-butanol (87%)

Kedua hidrida logam ini sangat berbeda dengan kereaktifannya. LAH


merupakan zat pereduksi kuat, yang tidak hanya mereduksi aldehida, tetapi juga
asam karboksilat, ester, amida, dan nitril. LAH bereaksi hebat dengan air,
biasanya reduksi dilakukan dalam pelarut seperti eter tak berair.
Natrium borohidrida merupakan zat pereduksi yang lebih lembut dari pada
LAH. Reaksinya dapat dilakukan dalam air atau alkohol berair sebagai pelarut.
Untuk mereduksi suatu aldehida, dipilih NaBH4; lebih mudah penanganannya
karena tidak reaktif terhadap air. NaBH4 mereduksi aldehida dengan cepat, tetapi
sangat lambat mereduksi ester. Oleh karena itu gugus karbonil aldehida dapat
direduksi tanpa diiringi reduksi suatu gugus ester pada molekul yang sama.
Selektivitas semacam itu tak mungkin pada LAH.

Ester direduksi
O O OH O
(1) NaBH4

HCCH2CH2COCH2CH3 CH2CH2CH2COCH2CH3
(2) H2O. H+

Baik NaBH4 maupun LAH tidak mereduksi ikatan rangkap karbon-karbon yang
terpencil, tetapi C=C yang berkonjugasi dengan suatu gugus karbonil kadang-
kadang terserang. Akibatnya, suatu struktur yang mengandung ikatan rangkap
dan gugus karbonil seringkali dapat direduksi pada posisi karbonil secara selektif.
Dalam hal ini, hidrida logam bersifat komplementer terhadap gas hidrogen
sebagai bahan-bahan pereduksi.
C=O tereduksi (tetapi C=C tidak):
O O (1)LiAlH4
OH OH
CH3CCH2CH=CHCH2CCH3 CH3CHCH2CH=CHCH2CHCH3
(2) H2O. H+

4-oktena-2,7-dion 4-oktena-2,7-diol (70%)

Diisobutilaluminium hidrida (DBAH), [(CH3)2 CHCH2]2 AlH merupakan zat


pereduksi hidrida logam yang lebih baru tetapi popular, yang serupa dengan LAH
dalam hal kemampuan mereduksi. Disamping mereduksi aldehida menjadi
alkohol, DBAH mereduksi asam karboksilat dan ester menjadi aldehida atau
alkohol (bergantung pada kondisi reaksi). DBAH dapat juga mereduksi ikatan
rangkap karbon-karbon yang terpencil. Hidrida-hidrida lain yang memiliki
aktifitas mereduksi yang khusus juga tersedia.
Hidrida logam bereaksi dengan menyerah-terimakan suatu ion sama sepert
reagensia Grignard menyerah terimakan R ke gugus karbonil.
..
 O: H :O:
R C R + H B¯ H R C R + BH3
H H
Tiga H lagi
Tiap ion hidrida dapat mereduksi suatu gugus karbonil. Oleh karena itu, secara
teoritis satu mol LAH atau NaBH 4 dapat mereduksi empat mol aldehida. Setelah
reaksi selesai, pengolahan dengan air atau asam berair akan membebaskan
alkohol dari garamnya (tentu saja, jika air, metanol, atau etanol digunakan
sebagai pelarut untuk suatu reduksi borohidrida, tahap ini akan berlangsung serta
merta). Dalam hidrolisis itu, porsi boron dalam organoborat akan diubah menjadi
asam borat, H3BO3.

C. Reduksi Wolff-Kishner dan Clemmensen


Reduksi Clemmensen dan reduksi Wolff-Kishner digunakan terutama untuk
mereduksi aril keton yang diperoleh dari reaksi Friedel-Crafts, tetapi kadang-
kadang dapat digunakan untuk mereduksi aldehid. Kedua metode reduksi ini
mengubah suatu gugus C=O menjadi gugus CH.
Dalam reduksi Wolff-Kishner, aldehid mula-mula diubah menjadi suatu
hidrazion dengan mereaksikannya dengan hidrazina. Hidrazon ini kemudian di
olah dengan basa kuat seperti kalium hidroksida atau kalium t-butoksida dalam
pelartu dimetil sulfoksida (DMSO). Karena itu reaksi tersebut terbatas hanya
pada senyawa karbonil yang stabil dalam kondisi basa.

Reduksi wolff-kishner
H+
O NH2 NH2 NNH2 KOH

CCH3 CCH3 CH2CH3


Asetofenon etil benzene (73%)

Sebaliknya dalam reduksi Clemmensen, digunakan suatu amalgam seng


(aliase antara seng dan raksa) dan HCl pekat; reagensia ini dipilih untuk senyawa
yang tak stabil dalam suasana basa, tetapi stabil dalam suasana asam.
Reduksi Clemmensen

Zn/Hg
CCH3 CH2CH3
HCl
45%

D. Aminasi reduktif

Jika diinginkan suatu amina sebagai produk reduksi, maka senyawa karbonil
itu diolah dengan amonia atau suatu amina primer untuk membentuk suatu imina
dengan kehadiran hidrogen dan suatu katalis. Kemudian gugus C=N imina
mengalami hidrogenasi katalitik dengan cara yang sama seperti suatu gugus C=C
atau C=O.

O NH3 H2 . Ni

CH CH=NH CH2NH2
H2O

Benzaldehida suatu imina benzilamina (89%)

Aminasi reduktif merupakan metode yang baik untuk membuat amina dengan
suatu gugus alkil sekunder, R2CHNH2 (mengolah alkil halida sekunder R2CHX
dengan NH3 dalam suatu reaksi SN2 dapat mengakibatkan eliminasi atau
terbentuknya dialkilamina.
H2 , katalis

Kalor,tekanan

RCHR suatu alcohol


Atau (1) NaBH4 (2) H2O . H+

(1)NH2 NH2 . H+ (2) KOH


RCR . RCH2R suatu hidrokarbon
Atau Zn/Hg . HCl
Suatu aldehida

NH2 NHR’
NH2 atau R’ NH2

RCHR or RCHR suatu imina


H2 . katalis

NH3

Br suatu campuran produk-produk


Bromosikloheksana

Ringkasan reduksi dari aldehida

E. Reaksi reduksi asam klorida

Umum:
R-CHO + HCl → R-CCl-HOH
4. Reaksi Oksidasi

Reaksi oksidasi metil benzena


Reaksi ini merupakan reaksi yang mengoksidasi aldehid menggunakan zat
metil benzena. Secara umum rumusnya:

X.Ar-CH3 + Cl2/kalor  X.Ar -- CHOCHCl + CaCO3  X.Ar.CHO

5. Kegunaan Senyawa Aldehid

Senyawa aldehid yang paling banyak digunakan dalam kehidupan adalah


Formaldehida dan Asetaldehid, antara lain sebagai berikut:

1. Larutan formaldehid dalam air dengan kadar ± 40% dikenal dengan nama
formalin. Zat ini banyak digunakan untuk mengawetkan spesimen biologi
dalam laboratorium museum.
2. Formaldehid juga banyak digunakan sebagai:
a. Insektisida dan pembasmi kuman
b. Bahan baku pembuatan damar buatan
c. Bahan pembuatan plastik dan damar sintetik seperti Galalit dan Bakelit

*Ciri dan sifat Formalin

Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.
Formalin adalah larutan jenuh (saturated solution) dari formaldehid, air dan senyawa
khas lainnya (metanol). Di dalam formalin tersebut terkandung 37 persen
formaldehid, 13 persen metanol, dan sisanya air. Kandungan air berfungsi dalam
menyediakan cairan (dilution) untuk formaldehid. Metil alkohol 10-15%
ditambahkan untuk mencegah polimerisasi. Penambahan metil alkohol itulah yang
menyebabkan zat kimia tersebut dikenal dengan formalin. Formalin sering kali
dianggap sebagai nama lain dari formaldehida oleh masyarakat. Padahal, pendapat
tersebut salah dan sangat keliru. Formalin dan formladehida adalah dua senyawa
yang berbeda.
Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehida dalam air,
biasanya ditambah metanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin dikenal
sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri.

Nama lain Formalin:


o Formol – Methylene aldehyde – Paroforin
o Morbicid-Oxomethane – Polyoxymethylene glycol
o Methanal – Formoform
o Superlysoform – Formic aldehyde – Formalith
o Tetraoxymethylene – oxyemethylene – methylene

Penggunaan formalin
1. Pembunuh kuman sehingga digunakan sebagai pembersih: lantai, gudang,
pakaian dan kapal
2. Pembasmi lalat dan serangga lainnya
3. Bahan pembuat sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak
4. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin
dan kertas
5. Bahan pembentuk pupuk berupa Urea
6. Bahan pembentuk produk parfum
7. Bahan pengawet produk kosmetik dan pengeras kuku
8. Pencegah korosi untuk sumur minyak
9. Bahan untuk isulasi busa
10. Bahan perekat untuk produk kayu lapis (playwood)
11. Dalam konsentrasi yang sangat kecil (< 1 persen) digunakan sebagai
pengawet, untuk berbagai barang konsumen, seperti pembersih rumah
tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil,
lilin dan karpet
12. Methyl oxide – karsan – Trioxane Bahaya bila terpapar oleh formalin

Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal), merupakan aldehida,


bentuknya gas, yang rumus kimianya H2CO. Formaldehida awalnya disintesa oleh
kimiawan Russia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman
tahun 1867. Formaldehida bisa dihasilkan dari membakar bahan yang mengandung
karbon. Dikandung dalam asap dari kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap
tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari
dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer.
Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit
kebanyakan organisme, termasuk manusia.

Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya


aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehid lainnya. Formaldehida
merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan
senyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Karena
keadaanya katalis basa, formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizaro mengasilkan
asam format dan metanol. Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-
trioksan atau polimer linier polioksimetilen. Formasi zat ini menjadikan tingkah laku
gas formaldehida berbeda dari hukum gas ideal, terutama dalam tekanan tinggi atau
udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam
format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak
kemasukan udara.

Secara industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis


yang paling sering dipakai adalah logam perak atau campuran oksida besi dan
molibdenum serta vanadium. Dalam sistem oksida besi yang lebih sering dipakai
(proses Formox), reaksi metanol dan oksigen terjadi pada 250 oC dan menghasilkan
formaldehida, berdasarkan persamaan kimia:
2 CH3OH + O2 → 2 H2CO + 2 H2O.

Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam hawa yang lebih
panas, kira-kira 650 °C. dalam keadaan begini, akan ada dua reaksi kimia sekaligus
yang menghasilkan formaldehida: satu seperti yang di atas, sedangkan satu lagi
adalah reaksi dehidrogenasi :

CH3OH → H2CO + H2.


Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format
yang sering ada dalam larutan formaldehida dalam kadar ppm. Di dalam skala yang
lebih kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari konversi etanol, yang secara komersial
tidak menguntungkan.

Kegunaan Formalin

Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri,


sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet.
Sebagai disinfektan, Formalin dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal, gudang
dan pakaian. Formaldehida juga dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi. Dalam
bidang medis, larutan formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya
mengangkat kutil. Larutandari formaldehida sering dipakai dalam membalsem untuk
mematikan bakteri serta untuk sementara mengawetkan bangkai. Dalam industri,
formaldehida kebanyakan dipakai dalam produksi polimer dan rupa-rupa bahan
kimia. Kalau digabungkan dengan fenol, urea, atau melamin, formaldehida
menghasilkan resin termosetyang keras. Resin ini dipakai untuk lem permanen,
misalnya yang dipakai untuk kayulapis/tripleks atau karpet. Juga dalam bentuk busa-
nya sebagai insulasi. Produksi resin formaldehida menghabiskan lebih dari
setengahnya dari produksi formaldehida.

Untuk mensintesa bahan-bahan kimia, formaldehida misalnya dipakai untuk


produksi alkohol polifungsional seperti pentaeritritol, yang dipakai untuk membuat
cat bahan peledak. Turunan formaldehida yang lain adalah metilen difenil
diisosianat, komponen penting dalam cat dan busa poliuretan, serta heksametilen
tetramina, yang dipakai dalam resin fenol-formaldehida untuk membuat RDX
(bahan peledak). Sebagai formalin, larutan senyawa kimia ini sering digunakan
sebagai insektisida,serta bahan baku pabrik-pabrik resin plastik dan bahan peledak.

Formalin merupakan bahan kimia yang lazim digunakan dalam proses


pengawetan mayat (embalming). Jaringan dan sel-sel makhluk hidup tersusun dari
protoplasma dan zat sejenisnya. Protoplasma tersebut mengandung cairan dalam
jumlah banyak. Kandungan formaldehida dalam formalin dapat mengeringkan
kandungan air dalam protoplasma dan menghancurkan sel dalam jaringan. Dalam
proses pengawetan mayat, formaldehida menggantikan kandungan air dalam sel
dengan gel yang kaku (rigid gel). Proses ini menyebabkan jaringan akan
mempertahankan bentuknya, sehingga mayat yang diberi formalin akan awet dan
bertahan dalam bentuknya untuk waktu yang cukup lama. Pengawetan mayat dan
hewan biasanya digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Penggunaannya
telah lazim dipakai oleh berbagai rumah sakit dan perguruan tinggi.Proses
pengawetan dilakukan dengan merendam jasad manusia atau hewan ke dalam
formalin. Selain itu, formalin digunakan pula dalam industri kimia. Formalin mampu
berfungsi sebagai desinfektan, bahan pembuatan resin, dan zat antiseptik mikroba
dalam pembuatan plastik. Industri tekstil dan kayu lapisjuga turut menggunakan
formalin. Kegunaan lain formalin :

o Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya


o Bahan pembuatan sutra sintetis, zat pewarna, cermin, kaca
o Pengeras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia fotografi
o Bahan pembuat pupuk dalam bentuk urea
o Bahan untuk pembuatan produk parfum
o Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku
o Pencegah korosi untuk sumur minyak
o Dalam konsentrat yang sangat kecil (kurang dari 1 persen), Formalin
digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti
pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit,
perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, dan pembersih karpet

Penyalahgunaan Formalin

Mengetahui manfat formalin terutama sebagai bahan pengawet, ternyata ada


sebagian orang yang berfikir untuk menggunakan formalin sebagai bahan pengawet
untuk makanan. Beberapa bahan makanan yang diduga menggunakan formalin
sebagai bahan pengawet antara lain :
1. Mie basah
Ciri-ciri mi basah yang mengandung formalin :
 Tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar (250 C) dan
bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (100 C).
 Bau agak menyengat, bau formalin.
 Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal.
2. Tahu
Ciri-ciri tahu yang mengandung formalin :
 Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (250 C) dan
bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (100 C).
 Tahu terlampau keras, namun tidak padat.
 Bau agak mengengat, bau formalin (dengan kandungan formalin
0.5-1ppm).
3. Bakso
Ciri-ciri baso yang mengandung formalin :
 Tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar (250 C).
 Teksturnya sangat kenyal.
4. Ikan segar
Ciri-ciri ikan segar yang mengandung formalin:
 Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (250 C).
 Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar
dan warna daging ikan putih bersih.
 Bau menyengat, bau formalin.
5. Ikan asin
Ciri-ciri ikan asin yang mengandung formalin:
 Tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar (250 C).
 Bersih cerah.
 Tidak berbau khas ikan asin.
6. Buah – buahan
Ciri buah-buahan yang mengandung formalin :
 Kulit buah lebih mengkilat.
 Ranting buah sudah layu, tapi buah masih tampak segar.
 Buah tidak tampak kusam walaupun sudah beberapa hari.

Maraknya penyalahgunaan formalin bisa disebabkan karena beberapa hal,


antara lain :
1. Harga formalin yang relatif terjangkau
2. Mudah untuk mendapatkan formalin ( dijual bebas )
3. Penggunaan yang mudah
4. Kurangnya pengawasan dari pemerintah
5. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan bahaya formalin
6. Tuntutan kebutuhan ekonomi yang semakin sulit
Bahaya Formalin Bagi Kesehatan

Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yaitu mulut dan
pernapasan. Sebetulnya, sehari-hari kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar.
Polusi yang dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik, mengandung formalin yang
mau tidak mau kita hirup, kemudian masuk ke dalam tubuh. Asap rokok atau air
hujan yang jatuh ke bumi pun sebetulnya juga mengandung formalin. Formalin
sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan
dapat berupa : luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi
dan bahaya kanker pada manusia. Jika kandungan dalam tubuh tinggi, akan bereaksi
secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel
dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan kerusakan pada organ tubuh.

Tahun 2004, IARC (International Agency of Research on Cancer) menyatakan


bahwa formaldehida termasuk ke dalam golongan karsinogen Grup I, artinya
karsinogenik pada manusia. Walau melalui pencernaan formalin dapat terurai dalam
waktu 1,5 menit, namun formalin (formaldehida) bersifat sangat reaktif dan terbukti
berinteraksi dengan basa DNA manusia. Beberapa penelitian terhadap tikus dan
anjing, pemberian formalin dalam dosis tertentu jangka panjang secara bermakna
mengakibatkan kanker saluran cerna seperti adenocarcinoma pylorus, preneoplastic
hyperplasia pylorus dan adenocarcinoma duodenum. Penelitian lainnya
menyebutkan pengingkatan resiko kanker faring (tenggorokan), sinus dan cavum
nasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan.

Imunitas tubuh sangat berperan dalam berdampak tidaknya formalin di dalam


tubuh. Jika imunitas tubuh rendah atau mekanisme pertahanan tubuh rendah, sangat
mungkin formalin dengan kadar rendah pun bisa berdampak buruk terhadap
kesehatan. Usia anak khususnya bayi dan balita adalah salah satu yang rentan untuk
mengalami gangguan ini. Secara mekanik integritas mukosa (permukaan) usus dan
peristaltik (gerakan usus) merupakan pelindung masuknya zat asing masuk ke dalam
tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan
denaturasi zat berbahaya tersebut. Secara imunologik sIgA (sekretori Imunoglobulin
A) pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal zat
asing masuk ke dalam tubuh. Pada usia anak, usus imatur (belum sempurna) atau
sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga
memudahkan bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh sulit untuk dikeluarkan. Hal
ini juga akan lebih mengganggu pada penderita gangguan saluran cerna yang kronis
seperti pada penderita Autism, penderita alergi dan sebagainya.

Menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety), secara umum


ambang batas aman di dalam tubuh adalah 1 miligram per liter. Sedangkan kadar di
udara 1 mg/kg. IPCS adalah lembaga khusus dari tiga organisasi di PBB, yaitu ILO,
UNEP, serta WHO, yang mengkhususkan pada keselamatan penggunaan bahan
kimiawi. Bila formalin masuk ke tubuh melebihi ambang batas tgersebut maka dapat
mengakibatkan gangguan pada organ dan system tubuh manusia. Akibat yang
ditimbulkan tersebut dapat terjadi dalam waktu singkat atau jangka pendek dan
dalam jangka panjang, bisa melalui hirupan, kontak langsung atau tertelan. Akibat
jangka pendek yang terjadi biasanya bila terpapar formalin dalam jumlah yang
banyak, Tanda dan gejala akut atau jangka pendek yang dapat terjadi adalah bersin,
radang tonsil, radang tenggorokan, sakit dada, yang berlebihan, lelah, jantung
berdebar, sakit kepala, mual, diare dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat tinggi
dapat menyebabkan kematian.

Bila terhirup formalin mengakibatkan iritasi pada hidung dan tenggorokan,


gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk.
Kerusakan jaringan sistem saluran pernafasan bisa mengganggu paru-paru berupa
pneumonia (radang paru) atau edema paru ( pembengkakan paru). Bila terkena kulit
dapat menimbulkan perubahan warna, kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa dan
ada rasa terbakar. Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga
mata memerah, rasanya sakit, gata-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air
mata. Bila merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat
menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa
mata.

Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit
menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan , sakit perut
yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar
hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa,
pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal. Meskipun dalam jumlah kecil,
dalam jangka panjang formalin juga bisa mengakibatkan banyak gangguan organ
tubuh. Apabila terhirup dalam jangka lama maka akan menimbulkan sakit kepala,
gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir
hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru. Gangguan otak
mengakibatk efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, gangguan
emosi, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi, daya ingat berkurang dan
gangguan perilaku lainnya.

Dalam jangka panjang dapat terjadi gangguan haid dan kemandulan pada
perempuan. Kanker pada hidung, ronggga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan
otak juga bisa terjadi. Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal
serta memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada
kulit, dan terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung. Jika terkena mata,
bahaya yang paling menonjol adalah terjadinya radang selaput mata. Jika tertelan
akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala
pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di
dada.

Kenapa formalin di makanan tidak berbahaya? Proses metabolisme formalin


yang masuk ke tubuh manusia sangat cepat. Tubuh manusia akan mengubah
formalin menjadi CO2 dan air seni dalam waktu 1,5 menit. Secara alami, setiap liter
darah manusia mengandung formalin 3 mL. Sedangkan formalin yang masuk
bersama makanan akan didegradasi menjadi CO2 dan dibuang melalui alat
pernapasan. Jadi, meski formalin dikonsumsi dalam jangka waktu yang cukup lama,
tidak akan terjadi proses akumulasi dan menyebabkan toksifikasi. Informasi yang
berkembang di masyarakat salah kaprah. Sebab, baru dalam dosis besar yakni sekitar
6 gram, formalin akan memunculkan efek negatif bagi tubuh manusia.

Akan tetapi, pembakaran/penguraian senyawa organik yang tidak sempurna,


selain menghasilkan karbondioksida (CO2) juga bisa menghasilkan CO
(karbonmonoksida, sangat beracun), arang, dan senyawa-senyawa turunan lain (yang
mungkin bersifat racun). Tubuh kita mengeluarkan (sebagian) sisa penguraian
makanan (dan senyawa lain yang masuk ke tubuh secara tidak sengaja, misalnya
polusi) melalui defekasi, buang air kecil, dan keringat. Selebihnya, diserap atau
menumpuk di organ-organ semacam ginjal dan hati sehingga jika terlalu banyak
bahan yang dikonsumsi akan mengakibatkan kerusakan pada organ tersebut.
Sehingga, seaman apapun formalin, tetap saja berbahaya bagi tubuh manusia apabila
dikonsumsi dalam jangka waktu yang cukup lama.

Penanganan Intoksikasi Formalin

Bila terkena hirupan atau terkena kontak langsung formalin, tindakan awal
yang harus dilakukan adalah menghindarkan penderita dari daerah paparan ke
tempat yang aman. Bila penderita sesak berat, kalau perlu gunakan masker berkatup
atau peralatan sejenis untuk melakukan pernafasan buatan. Bila terkena kulit
lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena formalin. Cuci kulit selama 15-
20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air yang banyak dan dipastikan tidak
ada lagi bahan yang tersisa di kulit. Pada bagian yang terbakar, lindungi luka dengan
pakaian yag kering, steril dan longgar. Bilas mata dengan air mengalir yang cukup
banyak sambil mata dikedip-kedipkan. Pastikan tidak ada lagi sisa formalin di mata.
Aliri mata dengan larutan dengan larutan garam dapur 0,9 persen (seujung sendok
teh garam dapur dilarutkan dalam segelas air) secara terus-menerus sampai penderita
siap dibawa ke rumah sakit atau ke dokter. Bila tertelan segera minum susu atau
norit untuk mengurangi penyerapan zat berbahaya tersebut. Bila diperlukan segera
hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit.

Yang lebih menyulitkan adalah pemantauan efek samping jangka panjang.


Biasanya hal ini terjadi akibat paparan terhadap formalin dalam jumlah kecil. Dalam
jangka pendek akibat yang ditimbulkan seringkali tanpa gejala atau gejala sangat
ringan. Jangka waktu tertentu gangguan dan gejala baru timbul.

Pencegahan paparan langsung terhadap formalin harus dilakukan, khususnya


bagi pekerja industri yang memakai formalin. Agar tidak terhirup gunakan alat
pelindung pernafasan, seperti masker, kain atau alat lainnya yang dapat mencegah
kemungkinan masuknya formalin ke dalam hidung atau mulut. Lengkapi sistem
ventilasi dengan penghisap udara (exhaust fan) yang tahan ledakan. Gunakan
pelindung mata atau kacamata pengaman yang tahan terhadap percikan. Sediakan
kran air untuk mencuci mata di tempat kerja yang berguna apabila terjadi keadaan
darurat. Pencegahan paparan pada kulit sebaiknya menggunakan sarung tangan dan
pakaian pelindung bahan kimia yang tahan terhadap bahan kimia. Hindari makan,
minum dan merokok selama bekerja atau cuci tangan sebelum makan. Meskipun
dampaknya sangat berbahaya jika terakumulasi di dalam tubuh, sangatlah tidak
bijaksana jika melarang penggunaan formalin. Banyak industri memerlukan
formalin sehingga harus bijaksana dalam menggunakannya. Paling utama adalah
dengan tidak menggunakannya pada makanan, karena masih ada pengawet makanan
yang aman. Depkes atau Badan POM beserta instansi terkait harus mengawasi
secara ketat dan terus menerus dalam masalah ini.

Dampak formalin pada kesehatan manusia, dapat bersifat:

Akut efek pada kesehatan manusia langsung terlihat.

1. Bila terhirup

Iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar


pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk. Kerusakan jaringan dan luka
pada saluran pernafasan seperti radang paru, pembengkakan paru. Tanda-tada
lainnya meliputi bersin, radang tekak, radang tenggorokan, sakit dada, yang
berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual dan muntah. Pada
konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian.

2. Bila terkena kulit

Akan menimbulkan perubahan warna, yakni kulit menjadi merah,


mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar.

3. Bila terkena mata

Akan menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya sakit,


gata-gatal, penglihatan kabur ,dan mengeluarkan air mata. Bila merupakan bahan
berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata
yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata.
4. Bila tertelan

Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit
menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut
yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar
hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa,
pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal.

Efek pada kesehatan manusia terlihat kronik setelah terkena dalam jangka waktu
yang lama dan berulang.

1. Bila terhirup

Apabila terhirup dalam jangka lama maka akan menimbulkan sakit


kepala, gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput
lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru. Efek
neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu,
kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang.Gangguan haid dan
kemandulan pada perempuanKanker pada hidung, ronggga hidung, mulut,
tenggorokan, paru dan otak.

2. Bila terkena kulit

Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta
memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit,
dan terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung.

3. Bila terkena mata

Jika terkena mata, bahaya yang paling menonjol adalah terjadinya radang
selaput mata.

4. Bila tertelan
Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-
muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu
badan dan rasa gatal di dada. Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung
formalin, efek sampingnya terlihat setelah jangka panjang, karena terjadi
akumulasi formalin dalam tubuh. Pertolongan pertama bila terjadi keracunan
akut tergantung konsentrasi cairan dan gejala yang dialami korban. Sebelum ke
rumah sakit : berikan arang aktif (norit) bila tersedia. Jangan melakukan
rangsang muntah pada korban karena akan menimbulkan risiko trauma korosif
pada saluran cerna atas. Di rumah sakit: lakukan bilas lambung (gastric lavage),
berikan arang aktif (walaupun pemberian arang aktif akan mengganggu
penglihatan bila nantinya dilakukan tindakan endoskopi). Untuk mendiagnosis
terjadinya trauma esofagus dan saluran cerna dapat dilakukan tindakan
endoskopi. Untuk meningkatkan eliminasi formalin dari tubuh dapat dilakukan
hemodyalisis (tindakan cuci darah), indikasi tindakan cuci darah ini bila terjadi
keadaan asidosis metabolik berat pada korban.

Pertolongan pertama bila terjadi keracunan akut

Pertolongan tergantung pada konsentrasi cairan dan gejala yang dialami


korban. Sebelum ke rumah sakit, berikan arang aktif (norit) bila tersedia. Jangan
melakukan rangsangan agar korban muntah, karena akan menimbulkan resiko
traumakorosif pada saluran cerna atas. Di rumah sakit biasanya tim medis akan
melakukan bilas lambung (gastric lavage), memberikan arang aktif (walaupun
pemberian arang aktif akan mengganggu penglihatan pada saat endoskopi).
Endoskopi adalah tindakan untuk mendiagnosis terjadinya trauma esofagus dan
saluran cerna. Untuk meningkatkan eliminasi formalin dari tubuh dapat dilakukan
hemodyalisis (cuci darah). Tindakan ini diperlukan bila korban menunjukkan tanda-
tanda asidosis metabolik berat.

Cara penyimpanan Formalin :

 Jangan di simpan di lingkungan bertemperatur di bawah 150 oC.


 Tempat penyimpanan harus terbuat dari baja tahan karat,alumunium
murni,polietilen atau polyester yang dilapisi fiberglass.
 Tempat penyimpanan tidak boleh terbuat dari baja besi,tembaga,nikel atau
campuran seng dengan permukaan yang tidak dilindungi/dilapisi.
 Jangan menggunakan bahan alumunium bila temperatur lingkungan berada di
atas 60 derajat

Penggunaan Bahan Pengawet Yang Lebih Aman

Untuk tahu putih bisa diawetkan dengan menggunakan bawang putih.


Caranya, ambil beberapa siung bawang putih, kemudian digerus. Setelah lembut,
kemudian diberi air dan disaring. Air dari bawang putih ini kemudian dituangkan ke
dalam air yang dibuat untuk merendam tahu. Bawang putih yang mengandung
anstiseptik itu mampu menjadikan tahu bertahan hingga dua hari. Selain awet, tahu
akan semakin sedap dengan rendaman bawang putih itu. Untuk tahu kuning,
pewarnanya sebaiknya menggunakan air kunyit dan tidak menggunakan bahan
pewarna kimia. Kalau menggunakan pewarna kimia, sebaiknya memakai asam sitrat
atau yang lebih dikenal dengan istilan sitrun. Dengan pemberian sitrun, selain
menjadi kuning, tahu akan jadi tambah kenyal.

Ada cara yang lebih murah dan sehat untuk mengawetkan ikan. Salah satu
caranya, ikan hasil tangkapan tersebut direndam air yang dicampur dengan asam
laktat. Asam laktat itu tidak perlu dibeli di toko bahan kimia, bisa membuatnya
sendiri. Bahan yang dibutuhkan cukup sayur kubis yang dirajang halus, kemudian
disimpan dalam wadah dan ditaburi garam dapur. Ukurannya, dalam 100 gram kubis
ditaburi satu sendok makan garam. Setelah didiamkan sekitar dua hari, di bawah
kubis yang membusuk tadi terdapat cairan dari proses pembusukan. Cairan inilah
yang disebut dengan asam laktat. Selanjutnya asam laktat ini dicampur dengan air
yang akan digunakan untuk merendam ikan. Dengan cara ini, ikan akan bisa tetap
bertahan sampai 12 jam. Kubis yang digunakan, tidak perlu yang baik dan segar,
cukup dengan sisa kubis yang berserakan di pasar, yang memang dibuang oleh
penjual.

Untuk mengawetkan mie basah dapat digunakan air ki. Air ki juga bisa dibuat
sendiri. Caranya, jerami dibakar hingga jadi abu. Lalu abu jerami ini dimasukkan ke
dalam wadah yang sudah diberi air dan rendam sekitar 1 sampai 2 jam. Selanjutnya
saring sehingga sisa bakaran jerami tidak bercampur dengan air. Air sisa bakaran
jerami inilah yang disebut denga air ki. Air ki mengandung antiseptik yang dapat
membunuh kuman. Dengan pemberian air ki, mi basah mampu bertahan sampai dua
hari.

Dari IPB, telah ditemukan formula pengganti formalin yang disebut chitosan.
chitosan dibuat dari limbah industri pengolahan udang dan rajungan. Ambil kulit,
kepala, dan ekor yang tidak terpakai. Bahan-bahan tadi kemudian dihilangkan
mineralnya (de-mineralisasi) dengan cara dimasak pada PH asam. Setelah
dihilangkan mineralnya, lalu dihilangkan proteinnya (de-proteinasi) dengan dimasak
pada tempat yang sama pada PH basa (9-10). Hasilnya, diperoleh bahan yang
disebut chitin. Proses berikutnya (terakhir) adalah de-asetilasi. Di dalam struktur
chitin, terdapat gugus asetil. Gugus ini dibuang dan digantikan dengan gugus NH2,
juga pada proses basa, tapi jauh lebih kuat dari basa pada proses penghilangan
protein. Setelah de-asetilasi, jadilah chitosan dalam bentuk bubur. Bubur ini tinggal
dicuci dan dikeringkan. Setelah itu, chitosan dikemas dalam bentuk cairan siap
pakai. Untuk menghasilkan chitosan, dibutuhkan waktu pembuatan sekitar 3-4 jam.
Proses de-mineralisasi dan de-proteinasi masing-masing sejam. Sementara proses
de-asetilasi tergantung kemurnian yang diinginkan. Semakin murni, semakin lama
waktu yang dibutuhkan. Persyaratan chitosan adalah gugus asetil yang terganti
minimal harus 80 persen. Ini biasanya butuh waktu 1-2 jam.

Jumlah chitosan yang dibutuhkan untuk pengawetan makanan konsentrasinya


sekitar 1,5 persen. Artinya, dalam satu liter air, dibutuhkan chitosan sekitar 15 gram.
Air larutan chitosan ini masih bisa dipakai sampai habis. Tentu saja ini beda dengan
formalin. Selama ini, tahu misalnya, harus terus direndam dalam formalin, karena
dikhawatirkan pecah ketika pengangkutan. Dengan chitosan, tak perlu terus
direndam. Cukup dicelup (dip) selama 5-10 menit dalam larutan chitosan, lalu
dipindah ke rendaman air biasa saat pengangkutan. Jadi, sisa air chitosan rendaman
masih bisa dipakai. Ini kelebihan chitosan. Usia keawetannya sama dengan formalin.

Karena memiliki gugus aktif yang akan berikatan dengan mikroba, maka
chitosan juga mampu menghambat pertumbuhan mikroba seperti halnya formalin.
Fungsi lain adalah melapisi (coating). Dengan adanya coating, kandungan bahan
yang diawetkan tidak keluar. Kalau dilihat, tahu yang di-formalin dan tahu yang di-
chitosan, khususnya tahu kuning, warnanya jauh lebih bagus yang di-chitosan.
Fungsi ketiga, chitosan punya pori-pori, sehingga berfungsi menyerap lemak (fat
absorber).

Asetaldehida dalam kehidupan sehari-hari antara lain digunakan sebagai :


 Bahan untuk membuat karet dan damar buatan
 Bahan untuk membuat asam asetat (As. Cuka)
 Bahan untuk membuat alcohol

Sifat Asetaldehid

Asetaldehid merupakan cairan yang tidak berwarna dengan bau yang tajam
seperti buah – buahan dan memiliki sifat yang mudah terbakar.

Sifat Fisis

1) Formula : CH CHO
3
2) Berat molekul : 44 g/mol
3) Titik didih : 20,6oC
4) Titik leleh : -123,5oC
5) Massa jenis : 0,778 g/ml
6) Tekanan kritis : 6,40 mpa
7) Temperatur kritis : 181,50oC
8) Viskositas : 0,2237
9) Flash point : -38oC 0-
10) Panas spesifik ,15 oC : 2,18 J/g K - 25oC : ,41 J/g K
11) Panas pembakaran : 12867,9 kJ/mol
12) Kelarutan : Tak terbatas , k dalam air, alkohol atau eter

Sifat Kimia
Asetaldehid adalah senyawa yang sangat reaktif yang secara umum dipakai
dalam suatu industri. Reaksi oksidasi, hidrogenasi, kondensasi dan polimerisasi
merupakan contoh – contoh reaksi kereaktifan.

a. Reaksi Oksidasi

Reaksi oksidasi asetaldehid fase cair dengan oksigen merupakan reaksi


yang sangat penting dalam sebuah industri. Kebanyakan asam asetat diproduksi
dengan cara ini.

b. Reaksi Reduksi

Reaksi reduksi menjadi alkohol sangat mudah terjadi. Banyak sekali jenis
katalis yang dapat digunakan diantaranya platina, asam kloroplatinat, nikel,
dan palladina.

c. Reaksi Polimerisasi

Sedikit asam mineral akan mengkristalkan trimerisasi menjadi paraldehid


pada suhu kamar. Jika asetaldehid dititrasi dengan HCl kering pada suhu rendah
maka meta setaldehid berubah kembali menjadi asetaldehid dan paraldehid
dengan membiarkannya pada suhu 60-65oC selama beberapa hari. Peristiwa ini
dinamakan dipolimerisasi.

Beberapa Manfaat Aldehid Lainnya

 Aldehid Aromatik, sering digunakan sebagai penyedap. contoh:

o Benzaldehida, yang dikenal dengan nama “Minyak buah almond pahit”


adalah komponen dari buah almond, cairan tak berwarna dengan bau buah
almond yang enak.

Benzaldehida digunakan sebagai zat pengawet seerta bahan baku


pembuatan parfum karna memiliki bau yang khas.

Benzaldehida dapat berkondensasi dengan asetaldehida (etanal), untuk


menghasilkan sinamaldehida (minyak kayu manis).
o Sinamaldehida, memberikan bau yang khas pada minyak kayu manis
(cinnamon).

o Vanilin, yang menyebabkan rasa vanili yang terkenal.


KETON

Pengertian Keton

Keton sebagai senyawa karbonil

Keton adalah senyawa-senyawa sederhana yang mengandung sebuah gugus karbonil


– sebuah ikatan rangkap C=O. Keton termasuk senyawa yang sederhana jika ditinjau
berdasarkan tidak adanya gugus-gugus reaktif yang lain seperti -OH atau -Cl yang terikat
langsung pada atom karbon di gugus karbonil – seperti yang bisa ditemukan misalnya
pada asam-asam karboksilat yang mengandung gugus -COOH.

Keton bisa berarti gugus fungsi yang dikarakterisasikan oleh sebuah gugus karbonil
(O=C) yang terhubung dengan dua atom karbon ataupun senyawa kimia yang
mengandung gugus karbonil. Keton memiliki rumus umum:
R1(CO)R2.

Senyawa karbonil yang berikatan dengan dua karbon membedakan keton dari asam
karboksilat, aldehida, ester, amida, dan senyawa-senyawa beroksigen lainnya. Ikatan
ganda gugus karbonil membedakan keton dari alkohol dan eter. Keton yang paling
sederhana adalah aseton (secara sistematis dinamakan 2-propanon).

Atom karbon yang berada di samping gugus karbonil dinamakan karbon-α. Hidrogen
yang melekat pada karbon ini dinamakan hidrogen-α. Dengan keberadaan asam katalis,
keton mengalami tautomerisme keto-enol. Reaksi dengan basa kuat menghasilkan enolat.

Contoh-contoh keton

Pada keton, gugus karbonil memiliki dua gugus hidrokarbon yang terikat padanya.
Sekali lagi, gugus tersebut bisa berupa gugus alkil atau gugus yang mengandung cincin
benzen. Disini kita hanya akan berfokus pada keton yang mengandung gugus alkil untuk
menyederhanakan pembahasan.

Perlu diperhatikan bahwa pada keton tidak pernah ada atom hidrogen yang terikat
pada gugus karbonil.

Propanon biasanya dituliskan sebagai CH3COCH3. Diperlukannya penomoran atom


karbon pada keton-keton yang lebih panjang harus selalu diperhatikan. Pada pentanon,
gugus karbonil bisa terletak di tengah rantai atau di samping karbon ujung –
menghasilkan pentan-3-ena atau pentan-2-on.
 Propanon = Dimetil Keton = Aseton = (CH3)2-C=O
o Sifat : cairan tak berwarna, mudah menguap, pelarut yang baik.
o Penggunaan : sebagai pelarut

Keton yang memiliki rumus (CH3)2CO ini adalah suatu zat cair yang mudah terbakar
dengan bau yang manis, tak berwarna da mudah menguap. Dibuat dalam industry dengan
cara oksidasi isopropyl alkohol (2-propanol) dan juga sebagai hasil samping pada
pembuatan fenol.

Aseton relative tidak beracun, bercampur dalam air dan hamper semua pelarut organik
lain, dapat larut dalam hampir semua senyawa organik. Sebab itu aseton banyak
digunakan sebagai pelarut.
Napas dan air seni orang yang menderita diabetes yang tak terkontrol kadang–kadang
berbau aseton. Dalam sel-sel tubuh aseton dibentuk dari ion asetanoat.

 Asetofenon = Metil Fenil Keton


o Sifat : berhablur, tak berwarna
o Penggunaan : sebagai hipnotik, sebagai fenasil klorida (kloroasetofenon)
dipakai sebagai gas air mata

Struktur : (R)2-C=O

Tatanama Keton

Asetone, keton paling sederhana

Secara umum, keton dinamakan dengan tatanama IUPAC dengan menggantikan


sufiks -a pada alkana induk dengan -on. Untuk keton yang umumnya dijumpai, nama-
nama tradisional digunakan, seperti pada aseton dan benzofenon, nama-nama ini
dianggap sebagai nama IUPAC yang dipertahankan walaupun beberapa buku kimia
menggunakan nama propanon.
Okso adalah tatanama IUPAC resmi untuk gugus fungsi keton. Namun prefiks
lainnya juga digunakan dalam berbeagai buku dan jurnal. Untuk senyawa-senyawa yang
umum (terutama pada biokimia), keto atau okso adalah istilah yang digunakan untuk
menjelaskan gugus fungsi keton (juga dikenal dengan nama alkanon). Okso juga
merujuk pada atom okesigen tunggal yang berkoordinasi dengan logam transisi (okso
logam).

Sifat-sifat Kimia

Gugus karbonil bersifat polar, sehingga mengakibatkan senyawa keton polar. Gugus
karbonil akan berinteraksi dengan air melalui ikatan hidrogen, sehingga keton larut
dalam air. Ia merupakan akseptor ikatan hidrogen, dan bukannya donor, sehingga ia tidak
akan membentuk ikatan hidrogen dengan dirinya sendiri. Hal ini membuat keton lebih
mudah menguap daripada alkohol dan asam karboksilat.
a. Keasaman
Hidrogen-α keton lebih asam (pKa ≈ 20) daripada hidrogen alkana biasa
(pKa ≈ 50). Hal ini disebabkan oleh stabilisasi resonansi ion enolat yang terbentuk
ketika berdisosiasi. Keasaman relatif hidrogen-α sangatlah penting dalam reaksi
enolisasi keton dan senyawa karbonil lainnya.
b. Sifat-sifat spektroskopi
Spektroskopi adalah salah satu cara yang penting untuk mengidentifikasi
keton. Keton dan aldehida akan menunjuukkan puncak yang signifikan pada
cm−1
spektroskopi inframerah di sekitar 1700 (agak tinggi atau rendah, bergantung
pada lingkungan kimiawi)
c. Ikatan dan Kereaktifan
Ikatan pada gugus karbonil
Atom oksigen jauh lebih elektronegatif dibanding karbon sehingga
memiliki kecenderungan kuat untuk menarik elektron-elektron yang terdapat
dalam ikatan C=O kearahnya sendiri. Salah satu dari dua pasang elektron yang
membentuk ikatan rangkap C=O bahkan lebih mudah tertarik ke arah oksigen. Ini
menyebabkan ikatan rangkap C=O sangat polar.
d. Reaksi-reaksi penting dari gugus karbonil
Atom karbon yang sedikit bermuatan positif pada gugus karbonil bisa
diserang oleh nukleofil. Nukleofil merupakan sebuah ion bermuatan negatif
(misalnya, ion sianida, CN-), atau bagian yang bermuatan negatif dari sebuah
molekul (misalnya, pasangan elektron bebas pada sebuah atom nitrogen dalam
molekul amonia NH3).
Selama reaksi berlangsung, ikatan rangkap C=O terputus. Efek murni dari
pemutusan ikatan ini adalah bahwa gugus karbonil akan mengalami reaksi adisi,
seringkali diikuti dengan hilangnya sebuah molekul air. Ini menghasilkan reaksi
yang dikenal sebagai adisi-eliminasiatau kondensasi. Dalam pembahasan tentang
aldehid dan keton anda akan menemukan banyak contoh reaksi adisi sederhana
dan reaksi adisi-eliminasi. Aldehid dan keton mengandung sebuah gugus karbonil.
Ini berarti bahwa reaksi keduanya sangat mirip jika ditinjau berdasarkan gugus
karbonilnya.

Sifat-sifat fisik
a. Titik didih
Aldehid sederhana seperti metanal memiliki wujud gas (titik didih -21°C),
dan etanal memiliki titik didih +21°C. Ini berarti bahwa etanal akan mendidih
pada suhu yang mendekati suhu kamar.
Aldehid dan keton lainnya berwujud cair, dengan titik didih yang semakin
meningkat apabila molekul semakin besar. Besarnya titik didih dikendalikan oleh
kekuatan gaya-gaya antar-molekul
b. Gaya dispersi van der Waals
Gaya tarik ini menjadi lebih kuat apabila molekul menjadi lebih panjang
dan memiliki lebih banyak elektron. Peningkatan gaya tarik ini akan
meningkatkan ukuran dipol-dipol temporer yang terbentuk. Inilah sebabnya
mengapa titik didih meningkat apabila jumlah atom karbon dalam rantai juga
meningkat – baik pada aldehid maupun pada keton.
c. Gaya tarik dipol-dipol van der Waals
Aldehid dan keton adalah molekul polar karena adanya ikatan rangkap
C=O. Seperti halnya gaya-gaya dispersi, juga akan ada gaya tarik antara dipol-
dipol permanen pada molekul-molekul yang berdekatan.
Ini berarti bahwa titik didih akan menjadi lebih tinggi dibanding titik didih
hidrokarbon yang berukuran sama – yang mana hanya memiliki gaya dispersi.
d. Kelarutan dalam air
Aldehid dan keton yang kecil dapat larut secara bebas dalam air tetapi
kelarutannya berkurang seiring dengan pertambahan panjang rantai. Sebagai
contoh, metanal, etanal dan propanon – yang merupakan aldehid dan keton
berukuran kecil – dapat bercampur dengan air pada semua perbandingan volume.
Alasan mengapa aldehid dan keton yang kecil dapat larut dalam air adalah
bahwa walaupun aldehid dan keton tidak bisa saling berikatan hidrogen
sesamanya, namun keduanya bisa berikatan hidrogen dengan molekul air.
Salah satu dari atom hidrogen yang sedikit bermuatan positif dalam sebuah
molekul air bisa tertarik dengan baik ke salah satu pasangan elektron bebas pada
atom oksigen dari sebuah aldehid atau keton untuk membentuk sebuah ikatan
hidrogen.
Pembentukan gaya-gaya tarik ini melepaskan energi yang membantu
menyuplai energi yang diperlukan untuk memisahkan molekul air dan aldehid
atau keton satu sama lain sebelum bisa bercampur.
Apabila panjang rantai meningkat, maka "ekor-ekor" hidrokarbon dari
molekul-molekul (semua hidrokarbon sedikit menjauh dari gugus karbonil) mulai
mengalami proses di atas.
Dengan menekan diri diantara molekul-molekul air, ekor-ekor hidrokarbon
tersebut
memutus ikatan hidrogen yang relatif kuat antara molekul-molekul air tanpa
menggantinya dengan ikatan yang serupa. Ini menjadi proses yang tidak
bermanfaat dari segi energi, sehingga kelarutan berkurang.

Perbedaan aldehid dan keton

Aldehid berbeda dengan keton karena memiliki sebuah atom hidrogen yang terikat
pada gugus karbonilnya. Ini menyebabkan aldehid sangat mudah teroksidasi. Sebagai
contoh, etanal, CH3CHO, sangat mudah dioksiasi baik menjadi asam etanoat,
CH3COOH, atau ion etanoat, CH3COO-.
Keton tidak memiliki atom hidrogen tersebut sehingga tidak mudah dioksidasi. Keton
hanya bisa dioksidasi dengan menggunakan agen pengoksidasi kuat yang memiliki
kemampuan untuk memutus ikatan karbon-karbon.Oksidasi aldehid dan keton juga
dibahas dalam modul belajar online ini pada sebuah halaman khusus di topik aldehid dan
keton.

Pembuatan Keton

Ada 3 cara pembutan keton:

1. Oksidasi dari alkohol sekunder


Alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton. Tidak ada reaksi lebih lanjut
yang terjadi seperti pada oksidasi alkohol primer. Sebagai contoh, jika anda
memanaskan alkohol sekunder propan-2-ol dengan natrium dikromat(VI) atau
kalium dikromat(VI), maka akan terbentuk propanon. Mengubah-ubah kondisi
reaksi tidak akan merubah produk yang terbentuk. Dengan menggunakan
persamaan versi sederhana, reaksinya bisa dituliskan sebagai berikut:

2. Asilasi Friedel-Craft

Asilasi cincin aromatik dengan asil klorida menggunakan katalis asam


lewis yang kuat. Asilasi Friedel-Crafts dapat terjadi dengan asam anhidrida.
Asilasi Friedel-Crafts adalah asilasi cincin aromatik dengan asil klorida
menggunakan katalis asam lewis yang kuat. Asilasi Friedel-Crafts dapat terjadi
dengan asam anhidrida. Kondisi reaksi ini sama dengan alkilasi Friedel-Crafts di
atas. Reaksi ini memiliki beberapa keuntungan dari reaksi alkilasi. Oleh karena
efek penarikan elektron dari gugus karbonil, hasil reaksi keton selalu kurang
reaktif dari reaktan, oleh karena itu asilasi berganda tidak terjadi. Selain itu, juga
tidak terjadi penataan-ulang karbokation karena ion karbonium distabilkan oleh
struktur resonans dengan muatan positif pada oksigen.
Reaksi asilasi Freidel-Crafts sangat bergantung pada stabilitas reagen asil
klorida. Formil klorida, sebagai contohnya, sangat tidak stabil untuk
diisolasikan. Oleh karena itu sintesis benzaldehida via lintasan Friedel-Crafts
memerlukan sintesis formil klorida secara in situ. Ini dapat dilakukan melalui
reaksi Gatterman-Koch yang mereaksikan benzena dengan karbon monoksida
dan hidrogen klorida pada tekanan tinggi dan dikatalisasikan dengan campuran
aluminium klorida dan kupro klorida.

3. Reaksi Kondensasi
Reaksi dimana dua molekul bergabung bersama disertai dengan
hilangnya sebuah molekul kecil dalam proses tersebut. Dalam hal ini, molekul
kecil tersebut adalah air.

Mekanisme reaksinya yaitu:

Aplikasi Keton

Keton digunakan pada parfum dan cat untuk menstabilisasi ramuan lainnya sehingga
tidak berdegradasi dengan cepat. Kegunaan lainnya adalah sebagai pelarut dan zat antara
dalam industri kimia.
SENYAWA AROMATIK

Beberapa senyawa aromatik yang lain dapat dikelompokkan dalam dua kelas, yaitu
senyawa polisiklik dan senyawa heterosiklik. Senyawa aromatik polisiklik juga dikenal
dengan sebutan senyawa aromatik polinuklir atau cincin terpadu. Senyawa aromatik ini
dicirikan oleh cincin-cincin aromatik yang menggunakan atom-atom karbon tertentu
secara bersama-sama, atau dua atau lebih cincin benzena dipadukan.Berikut contoh
struktur senyawa aromatik polisiklik.

Hidrokarbon aromatik polisiklik dan sebagian besar turunannya berbentuk zat padat.
Naftalena digunakan sebagai pengusir ngengat, serta turunannya digunakan dalam bahan
bakar motor dan pelumas. Aromatik polisiklik digunakan secara luas sebagai zat antara
pada sintesis organik, misalnya dalam pembuatan zat warna (lihat kegunaan senyawa
benzena pada pembahasan sebelumnya).

SENYAWA POLISIKLIK

a. Tata Nama Senyawa Polisiklik.


Sistem cincin senyawa aromatik polisiklik memiliki tata nama tertentu
yang berbeda dengan penomoran pada benzena atau sikloalkana, yang dimulai
pada posisi substituennya. Penomoran pada polisiklik ditetapkan berdasarkan
perjanjian dan tidak berubah di manapun posisi substituennya. Lihat penomoran
berikut.

Penataan nama secara trivial, posisi substituen dalam naftalena


tersubstitusi mono dinyatakan dengan huruf yunani (α dan β). Posisi yang
berdekatan dengan karbon-karbon pemaduan cincin disebut posisi alfa (α), posisi
berikutnya adalah beta (β). Contoh:

1-aminanaftalena (α-aminanaftalena)

7-nitronaftalena (β–nitronaftalena)
1-hidroksinaftalena (α-naftol)

b. Kereaktifan Senyawa Polisiklik.

Senyawa aromatik polisiklik lebih reaktif terhadap serangan oksidasi,


reduksi, dan substitusi dibandingkan senyawa benzena. Kereaktifan ini disebabkan
kemampuan bereaksi dari suatu cincin, sementara cincin lainnya masih
dipertahankan.

1) Reaksi Oksidasi

Asam ftalat anhidrida dibuat dari oksidasi naftalena dengan katalis


vanadium oksida. Persamaan reaksinya:

Ftalosianina merupakan zat warna biru (monastral) pada tektil,


disintesis dari bahan dasar asam ftalat Anhidrida Antrasena dan fenantrena
dapat juga dioksidasi menjadi suatu kuinon. Reaksinya:
O

CrO3
H2SO4

Kalor

Antrasena 9,10 - Antrakuinon

2) ReaksiReduksi
Berbeda dari benzena, senyawa polisiklik dapat dihidrogenasi (direduksi)
parsial pada tekanan dan suhu kamar.

Na CH3COOH

Kalor

Antrasena 9,10 - dihidroantrasena


H H
O H O Na

+ Na + H3C C O + H3C C O

H H H H
O Na

+ Na + H3C C O + H3C C O

O H
H H

H H

H H

Perhatikan bahwa sistem cincin yang tereduksi parsial masih mengandung


cincin benzena. Sebagian besar sifat aromatik dari sistem cincin masih ada dan
dipertahankan. Untuk menghidrogenasi semua cincin aromatik dalam
naftalena dapat dilakukan pada suhu dan tekanan tinggi. Persamaan reaksinya:

3) Reaksi Substitusi

Sistem cincin aromatik polisiklik lebih reaktif terhadap serangan


substitusi daripada benzena. Naftalena mengalami reaksi substitusi terutama
pada posisi atom karbon nomor-1. Beberapa contoh reaksi substitusi aromatik
polisiklik di antaranya reaksi brominasi dan reaksi sulfonasi.

a) Reaksi brominasi
Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa naftalena dapat
dibrominasi pada suhu kamar menggunakan katalis FeBr3.Reaksi yang
terjadi menggunakan mekanisme reaksi yang ditunjukkan sebagai berikut.

Br2 + FeBr3 →FeBr4– + Br+


FeBr4–⇆ FeBr3 + Br–

Br Br Br
H Br

+ Br 2 + H

b) Reaksi sulfonasi

Reaksi sulfonasi pada naftalena dilakukan sama seperti pada sulfonasi


benzena. Berdasarkan data hasil percobaan diketahui bahwa reaksi
sulfonasi naftalena dipengaruhi oleh suhu.

Pada suhu di bawah 60°C, naftalena bereaksi dengan asam sulfat pekat
membentuk asam 1–naftalenasulfonat, tetapi pada suhu tinggi di atas
160°C, menghasilkan campuran produk dari asam 2–naftalenasulfonat
(85%) dan asam 1–naftalenasulfonat (15%).

Senyawa heterosiklis aromatik

Senyawa-senyawa yang dalam lingkar heterosiklisnya mengandung atom selain


karbon, namun sifat-sifatnya sama dengan senyawa-senyawa aromatik lainnya.
Agar suatu sistem cincin bersifat aromatik, terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi :

1. Sistem cincin mengandung elektron p (pi) yang terdelokalisasi (terkonyugasi).


2. Sistem cincin harus datar (planar), berhibridisasi sp2.
3. Harus terdapat (4n + 2) elektron p dalam sistem cincin (aturan Huckel).
Contohnya :

N O S
H Furan Tiofen
Pirol
5 4 5 4
N 3
6 6 3

7
N
2 7 N2
8 1 8 1
N N
piridine pirazine Kuinolin Isokuinolin

Tata Nama Senyawa Heterosiklik Aromatik

Sistem cincin senyawa aromatik heterosiklik juga mempunyai tata nama tersendiri.
Berbeda dengan senyawa lainnya, penomoran pada cincin heterosiklik ditetapkan
berdasarkan perjanjian dan tidak berubah bagaimanapun posisi substituennya.
Penomoran beberapa senyawa heterosiklik adalah sbb :
4 N3
4 5 4 5 4
4 N3 3
5 3 5 2 6 6 3

6 2 5 2 N1 2 N2
7 7
N S N
1 1
H 8 1 8 1

Piridin Tiazol Imidazol Kuinolin Isokuinolin

Bila suatu senyawa heterosiklik, hanya mengandung satu heteroatom, maka huruf
Yunani dapat juga digunakan untuk menandai posisi cincin

  
   
N
 N  H
Piridin Pirol
Struktur Senyawa Heterosiklik Lingkar Lima

Agar suatu heterosiklik dengan cincin lima anggota bersifat aromatik, heteroatom itu
harus memiliki dua elektron untuk disumbangkan ke awan pi aromatik. Pirol, furan dan
tiofen semuanya memenuhi persyaratan ini, sehingga dapat bersifat aromatik.

N O S
H Furan Tiofen
Pirol

Penjelasan Struktur berdasarkan Teori Ikatan Valensi

A. Senyawa Pirol
Konfigurasi elektron
keadaan dasar : keadaan tereksitasi :
2 2s2 2p 2 1s2 2s1 2p 3
6 C : 1s
11 11 1 1 111
1 111 1 11 1

sp 2
satu elektron pi
+ +
dari karbon
dua elektron pi
H H dari nitrogen
+
_ _ +
H
+ N H
_
_
H
_

B. Senyawa Furan
Konfigurasi elektron
keadaan dasar : keadaan tereksitasi :
2 2s2 2p 3 1s2 2s1 2p 4
7 N : 1s
11 11 1 1 1 111
1 111 1 11 11

sp 3

satu elektron pi
+ +
dari karbon
dua elektron pi
H H dari oksigen
+
_ _ +
dua elektron mandiri
H
+ O dari oksigen
_
_
H
_
C. Senyawa Tiofen

Konfigurasi elektron
keadaan dasar : keadaan tereksitasi :
2 2s2 2p 4 1s2 2s1 2p 5
8 O : 1s
11 11 11 1 1 111
1 11 1 1 1 11

sp 3

satu elektron pi
+ +
dari karbon
dua elektron pi
H H dari sulfur
+
_ _ +
dua elektron mandiri
H
+ S dari sulfur
_
_
H
_

Struktur Hibrid Senyawa Heterosiklik Lingkar Lima

Pirol Furan
_ _ _ _
+ + + +
N N N O O O
H H H
_ _
_ _

+ +
+ +
N N O O
H H
Tiofen
_ _
+ +
S S S

_
_

+ +
S S

Makin besar jarak pemisahan muatan positif dengan negatif pada struktur hibrid
menyebabkan keadaan semakin kurang stabil.Kerapatan elektron pada atom C nomor 2
dan nomor 5 lebih besar dari kerapatan elektron pada atom C nomor 3 dan
4.Kemungkinan terjadinya substitusi elektrofilik yang paling besar berada pada atom C
nomor 2 dan 5.

Sifat Karakteristik Senyawa Heterosiklik Lingkar Lima

A. Senyawa Pirol

Karena atom nitrogen dalam pirol menyumbangkan dua elektron ke awan pi


aromatik, maka atom nitrogen bersifat tuna elektron.

N
H
Pirol

Hal ini berdampak, cincin menjadi kaya elektron (bermuatan negatif parsial)



N +
H

Tidak seperti piridin dan amina, pirol (pKb = ~14) tidak bersifat basa.

N + H+ tidak ada kation stabil


H
Pirol

B. Senyawa Furan

Karena atom oksigen dalam furan menyumbangkan dua elektron (sepasang


elektron) ke awan pi aromatik, maka atom oksigen bersifat tuna elektron.

Hal ini berdampak, cincin menjadi kaya elektron (bermuatan negatif parsial)



O+
Berbeda dengan pirol, puran menunjukkan sifat basa yang amat lemah.

C. Senyawa Tiofen

Karena atom sulfur dalam tiofen menyumbangkan dua elektron (sepasang


elektron) ke awan pi aromatik, maka atom sulfur bersifat tuna elektron.

S
Hal ini berdampak, cincin menjadi kaya elektron (bermuatan negatif parsial)



S +
Berbeda dengan pirol, tiofen juga menunjukkan sifat basa yang amat lemah.

Reaksi-reaksi pada Senyawa Heterosiklik Lingkar Lima

Reaksi-reaksi pada pirol

Walaupun mempunyai sepasang elektron bebas, tetapi karena adanya delokalisasi


elektron dalam cincin aromatis, maka pirol tidak dapat bersifat basa, malahan bersifat
KOH dapat bereaksi dengan NaNH2 ataupun KOH
asam yang sangat lemah, sehingga
_ + H2 O
N N
+
H K
+
CH3 I N

CH3
+ CH
Dapat pula bereaksi dengan 3 MgBr
reagen grignard dengan membebaskan alkana.
+ CH4
_
N N
H +
MgBr

O
CH C
Mengalami reaksi substitusi elektrofilik
3
ONO2 O
1. Nitrasi + CH3 C
O
CH3 C NO2 OH
N N
O 5oC
H H
CH3 C
O

2. Sulfonasi N SO3

sulfopiridin
SO3
N 90 o N

H H
asam-2-pirolsulfonat

_
+
+ Cl N N NO2

3. Reaksi
N coupling diazo N N N NO2 + HCl

H H
2-piroldiazonium klorida
1. HCN, HCl
2. H2 O O
4. Pembentukan
N 2-pirol karbokaldehida
N CH NH N C
H
H H H
2-pirol karbokaldehida

O
CH3 C
O
5. Asilasi Friedel-Craft
CH3 C
O O
O + CH3 C
N AlCl 3 , 250 o C N C OH
CH3
H H

Br Br
Br2
Mengalami reaksi halogenasi (brominasi)
C2 H5 OH
N Br Br
N
H H
2,3,4,5-tetrabromopirol

Mengalami reaksi reduksi


H2 , Ni / Pt
• Sifat kearomatikan dari pada pirol dapat dihilangkan dengan mereduksinya
200 - 250 o
N
N
dengan hidrogen, pada H
temperatur tinggi.
H
pi rol pi rol i di n
Kb = 2,5 x 10 -14 Kb = 10 -3

Zn , HCl
N

H
3-pi rol i n
Reaksi-reaksi Furan

1. Reaksi reduksi
H2 , Ni / Pd
Sifat aromatis furan dapat dihilangkan dengan mereduksi furan menjadi tetra
hidro furan 50 o C 90 -93 %
O O
furan tetra hidro furan
td 31 o td 65 o

_H O
2
Makin berkurang sifat aromatisnya makin
CH2 tinggi
CH
titik didihnya, karena makin
CH CH2
banyak dapat membentuk ikatan hidrogen.
O 1,3-butadiena

tetra hidro furan

+ NH3

O N
tetra hidro furan H
pirolidin

+ HCl Cl CH2 CH2 CH2 CH2 OH


O
tetra metilen klorohidrin
tetra hidro furan

2. Reaksi halogenasi
Senyawa turunan
O furan (asam furoat) dapat
Br bereaksi dengan halogen, dan
2 O
setelah dipanaskan terbentuklah 2-bromo furan. + CO2
O C Br O C Br O
OH OH
asam furoat bromo furan
HgCl 2 X2
O
Senyawa halo-furan juga dapat diperoleh dengan reaksi sebagai berikut :
O CH3 C O HgCl O X
ONa
furan halo-furan

Dari reaksi ini, juga dapat diturunkan senyawa furan yang tersubstitusi dengan gugus
O O
asetil. HgCl R C
O O C
Cl R
2-asetil furan

O BF3
CH3 C C H 5 O asamC2 Hasetat
Tetapi umumnya, 2-asetil furan dibuat dengan2larutan 5 anhidrid yang diri
+ O
garam boron triflourida eterat. O
O HgCl CH3 C O C
O CH3
2-asetil furan

Reaksi substitusi elektrofilik O


1. Reaksi Nitrasi O + CH3 C
O CH3 C O NO2 OH
ONO2
furan 2-nitro furan

2. Reaksi Sulfonasi + NSO3


O O SO3 H
furan
2-furan sulfonat
Kesimpulan
+ +
NO
2
 Substitusi elektrofilik berlangsung
H terutamaH pada posisi 2. H -H
+

NO + +
N N 2 N NO2 NO2 NO
 Posisi 2 (disukai). N N 2
H H H H H

H H
+
NO
NO2
2 NO2 NO +
2 -H
 Posisi 3 (tidak disukai). + +
N N N N
H H H H

Piridin

Piridin mempunyai struktur yang serupa dengan benzena

atau
N N
Piridin Piridin

+
+
Masing-masing atom penyusun cincin, terhibridisasi sp2 dan mempunyai satu elektron
_
_ +
+
dalam orbital p yang disumbangkan ke awan elektron p aromatik.
_ N
+ + _
_ _
+
Perhatikan perbedaan antara benzena dan piridin
N
-
Benzena bersifat simetris dan nonpolar, tetapi piridin mengandung satu nitrogen yang
bersifat elektronegatif, sehingga bersifat polar.

+
N+

Pembentukan kation menyebabkan _cincin


FeBr semakin bersifat tuna elektron
3

Cincin piridin mempunyai kereaktivan rendah terhadap substitusi elektrofilik


dibandingkan dengan benzena.Piridin tidak mengalami alkilasi atau asilasi Friedel-Crafts
maupun kopling garam diazonium.Brominasi berlangsung hanya pada temperatur tinggi
dalam fase uap dan agaknya berlangsung dengan jalan radikal bebas. Bila terjadi
substitusi, akan berlangsung pada posisi 3.
Br Br Br
Br2
300o +
N N N
3-bromopiridin 3,5-dibromopiridin
Perbedaan lainnya, nitrogen dalam piridin mengandung sepasang elektron mandiri
dalam orbital sp2.Pasangan elektron ini dapat disumbangkan ke suatu ion hidrogen,
sehingga piridin bersifat basa. Kebasaan piridin (pKb = 8,75) jauh dari kebasaan amina
alifatik (pKb = 4), tetapi piridin menjalani banyak reaksi khas amina
+
HC l
N H Cl-

piridinium klorida
N
CH 3 I
+
piridin NCH3 I-
KMnO4, H2O,iodida
H +
N-metilpiridinium
CH3 COOH

Seperti benzena, cincin aromatik piridin bertahan asam


toluena terhadap oksidasi, tetapi rantai samping
benzoat
dapat dioksidasi menjadi gugus karboksil.
Substitusi Nukleofilik padaNO
Cincin
2 Piridin NO2
NH3
Bila suatu cincin
O2N benzena disubstitusi
Cl O2Ngugus penarikNH
dengan elektron,
2 seperti –NO2
maka substitusi nukleofilik aromatik sangat dimungkinkan.

Nitrogen dalam piridin menarik rapatan


NH3 elektron dari bagian lain cincin itu, sehingga

N
piridin juga mengalami substitusi Br kalor N
nukleofilik.Substitusi NH2
berlangsung paling mudah pada
2-bromopiridin 2-aminopiridin
posisi 2, diikuti oleh posisi 4, tetapi tidak pada posisi 3.
Cl NH2

NH3

N kalor
N
4-kloropiridin 4-aminopiridin

NH3
N Br penyumbang utama
N NH2

Posisi 2 (disukai)
_ _
-H+ - Br-
NH2 NH2 NH2
N Br N Br N Br
_
struktur-struktur resonansi untuk zat antara

CH3 COOH
KMnO4, H2O, H+

N N
3-metilpiridin asam 3-piridinakarboksilat
(asam nikotinat)
Zat antara pada substitusi C-2, terstabilkan oleh sumbangan struktur resonansi dalam
mana nitrogen NH
mengemban
2 muatan negatif.
Br
NH2
N
N
NH2 NH2 _ NH
Posisi 3 (tidak disukai) 2
-H+ Br - Br-
_ Br Br
_
N N N
struktur-struktur resonansi untuk zat antara

o _
Substitusi pada posisi C-3 berlangsung
+ NH2 lewat
100 zat ada
tidak antara dalam mana nitrogen tak dapat
reaksi

membantu menstabilkan muatan negatif, sehingga memiliki energi yang lebih tinggi
yang menyebabkan laju reaksi lebih lambat.

 Benzena tanpa subtituen, tidak mengalami substitusi nukleofilik.


_
100o
+ NH2 - H2 _ H2O + OH-
N N NH N NH2

2-aminopiridin
 Piridin mengalami substitusi nukleofilik, jika digunakan basa yang sangat kuat,
seperti reagensia litium atau ion amida.
o
+ Li 100 + LiH
N N
2-fenilpiridin
Dalam reaksi antara piridin dengan ion amida (NH2-), produk awal terbentuk adalah
anion dari 2-aminopiridin, yang kemudian diolah dengan air, sehingga menghasilkan
N _
amina bebas. NH2

Tahap 1 (serangan NH2-) _


_
H H - H-
H
N N N
_
NH2 NH2 NH2
struktur-struktur resonansi untuk zat antara

_
+ H
_ + H2
N N H N NH
H anion dari 2-aminopiridin

_
_ + H 2O + OH
N NH N NH2
2-aminopiridin
Tahap 2 (pengolahan dengan air)

Kuinolin dan Isokuinolin

Kuinolin dan isokuinolin, keduanya merupakan basa lemah (pKb masing-masing 9,1
dan 8,6). Kuinolin dan isokuinolin, keduanya menjalani substitusi elektrofilik dengan
lebih mudah dari piridin, tetapi dalam posisi 5 dan 8 (pada cincin benzenoid, bukan pada
cincin ntrogen)
NO2

HNO3
H2 SO4 +
N 0o N N
Kuinolin 5-nitrokuinolin NO2
(52% )
8-nitrokuinolin
(48% )
NO2

HNO3
H2SO4 +
N N N
0o

Isokuinolin 5-nitroisokuinolin
NO2
(90% )
8-nitroisokuinolin
(10% )

Seperti piridin, cincin kuinolin dan isokuinolin yang mengandung nitrogen dapat
menjalani substitusi nukleofilik.

(1) NH2 -

(2) H2 O
N N NH2
Kuinolin 2-aminokuinolin

(1) CH3 Li

N (2) H2 O N
Isokuinolin
CH3
1-metilisokuinolin

Posisi serangan adalah a terhadap nitrogen dalam kedua sistem cincin itu, tepat sama
seperti di dalam piridin.

Porfirin

Sistem cincin porfirin terdiri dari empat cincin pirol yang dihubungkan oleh gugus =C-.

Sistem cincin keseluruhan bersifat aromatik.

N
H
N N
H
N

Porfirin
Sistem cincin porfirin merupakan satuan yang secara biologis sangat penting khususnya
dalam : heme, komponen hemoglobin yang mengangkut oksigen.

HO2CCH2CH2 CH3

HO2CCH2CH2 N CH
3
N Fe N

CH3 N CH=CH2

CH2=CH CH
3

Heme

Klorofil, suatu pigmen tumbuhan.

CH 3 CH=CH 2

CH 3 N CH3

N Mg N

C 20H 39O2CCH2CH 2 N CH2-CH 3

CH 3O2C
CH 3
O
Klorofil-a

Sitokrom, senyawa yang terlibat dalam pemanfaatan O2 oleh hewan.

CH
3
HO CCH CH
2 2 2
HO2CCH 2CH2 N CH
3
N Fe N
CO

CH N CHSCH CH
3 2
CO CH NH
3
CHCH 2S CH
3
NH
Sitokrom c
Hidrogen-hidrogen pirol dalam cincin porfirin dapat digantikan oleh aneka ragam ion
logam (kelat)

Struktur Benzena

Rumus molekul dari benzena adalah C6H6 dan menandakan bahwa, seperti alkana dan
alkena, benzena itu tidak jenuh dan harus melewati reaksi adisi. Sebagai contoh, benzena
dapat bereaksi dengan Br2 dengan adanya besi(III) bromida sebagai katalis, tapi adisi
tidak terjadi, malahan reaksi substitusi yang terjadi.

dengan kata lain benzena lebih mudah mengalami reaksi substitusi dibandingkan dengan
reaksi adisi.

Benzena memiliki struktur planar dan kerangka karbon-nya memiliki bentuk hexagon.
Seperti yang digambarkan di bawah semuah ikatan karbon-karbon memiliki panjang
yang sama (140 pm) dan sudut ikatan 120o sesuai dengan hibridisasi sp2.

Turunan Subtituent dari Benzena dan Tatanama


Semua senyawa yang mengandung cincin benzena merupakan senyawa aromatik, dan
subtituent turunan benzena merupakan senyawa yang paling banyak dari senyawa
aromatik yang ada. Kebanyakan senyawa diberinama dengan menyisipkan nama
subtituent sebagai akhiran untuk benzena.

Banyak turunan sederhana dari monosubtituent benzena yang memiliki nama umum
yang telah lama dipertahankan dalam sistem IUPAC. Tabel berikut mendaftarkan
beberapa senyawa yang penting.

Turunan dimetil dari benzena disebut xilena. Terdapat tiga isomer xilena dari turunan
subtituent yakni ortho (o), metha (m), para (p).
Akhiran o, m, p bisa digunakan saat sebuah senyawa dinamakan sebagai turunan benzena
atau untuk sebuah nama dasar yang spesifik. Sebagai contoh

Akhiran o, m, p tidak dapat digunakan saat terdapat tiga atau lebih subtituent di dalam
benzena; penomoran locant yang digunakan sebagai gantinya.

Dalam contoh ini nama dasar dari turunan benzena yang menentukan penomoran
dimulai dari karbon yang mana: anisol memiliki gugus metoxi sebagai C-1, toluena
gugus metil sebagai C-1, dan pada anilina gugus amino sebagai C-1. Arah penomoran
ditentukan dengan melihat posisi subtituent selanjutnya yang paling dekat dengan gugus
fungsi atau C-1. Penamaan subtituent mengikuti aturan alfabetikal.
ASAM KARBOKSILAT

Asam karboksilat atau asam alkanoat adalah golongan asam organik alifatik yang
memiliki gugus karboksil (-COOH). Semua asam alkanoat adalah asam lemah. Dalam
pelarut air, sebagian molekulnya terionisasi dengan melepas atom hidrogen menjadi ion
H+.

Wujud dari asam karboksilat tergantung dari jumlah atom C-nya, untuk senyawa asam
karboksilat yang memiliki atom C kurang dari 10, maka wujud zat tersebut adalah cair
pada suhu kamar. Sedangkan asam karboksilat yang memiliki panjang rantai C 10 atau
lebih berwujud padat.

Asam karboksilat dengan panjang rantai 1-4 larut sempurna dalam air, sedangkan
asam karboksilat dengan panjang rantai 5-6 sedikit larut dalam air dan asam karboksilat
dengan panjang rantai lebih dari 6 tidak larut dalam air. Asam karboksilat larut dalam
pelarut organik (seperti eter, alkohol dan benzena). Semua asam karboksilat merupakan
asam lemah dengan Ka= +-1×10-5.

Asam karboksilat adalah asam organik yang diidentikkan dengan gugus karboksil.
Asam karboksilat   merupakan asam Bronsted-Lowry (donor proton). Garam dan anion
asam karboksilat dinamakan karboksilat. Asam karboksilat merupakan senyawa polar,
dan membentuk ikatan hidrogen satu sama lain. Pada fasa gas, Asam karboksilat dalam
bentuk dimer. Dalam larutan Asam karboksilat merupakan asam lemah yang sebagian
molekulnya terdisosiasi menjadi H+ dan RCOO-. Contoh : pada temperatur kamar,
hanya 0,02% dari molekul asam asetat yang terdisosiasi dalam air. Asam karboksilat
alifatik rantai pendek (atom karbon <18) dibuat dengan karbonilasi alkohol dengan
karbon monoksida. Untuk rantai panjang dibuat dengan hidrolisis trigliserida yang biasa
terdapat pada minyak hewan dan tumbuhan.

Struktur
Rumus umum asam karboksilat adalah R-COOH atau Ar-COOH, dimana :
R : Alkil
Ar : Aril

-COOH : Gugus karboksil


Contoh :

Ciri khusus dalam asam karboksilat adalah terdapatnya gugus fungsi karboksil (-COOH),
karboksil diambil dari karbonil (-CO-) dan hidroksil (-OH).

Sudut yang dibentuk oleh gugus fungsi –COOH- sebesar 120 derjat dan panjang ikatan
C=O sebesar 0,121 nm.
Contoh :

Tatanama Asam karboksilat

A. IUPAC

Pemberian nama asam karboksilat dilakukan dengan mengganti akhiran –a pada


nama alkana degan -oat.
Contoh:
Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom karbon paling panjang yang
mengandung gugus karboksil).
Contoh :

Tentukan substituen yang terikat rantai utama.


Contoh :

Penomoran substituen dimulai dari atom C gugus karboksil.


Contoh :
Jika terdapat 2/lebih substituen berbeda dalam penulisan harus disusun berdasarkan
urutan abjad huruf pertama nama substituen.
Contoh :

Penambahan kata “asam” pada awal nama senyawa.


Contoh :

Awalan di-, tri-, sek-, ters-, tidak perlu diperhatikan dalam penentuan urutan abjad
sedangkan awalan yang tidak dipisahkan dengan tanda hubung (antara lain : iso-, dan
neo-) diperhatikan dalam penentuan urutan abjad.
Contoh : bukan Asam-3-neopentil-2-metilheksanoat tetapi Asam 2-metil-3-
neopentilheksanoat

B. Trivial (Nama Umum)


Tak bercabang
Berikut ini daftar nama trivial beberapa asam karboksilat yang tidak bercabang :

Bercabang

a) Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom karbon paling panjang yang
terdapat gugus karboksil).
Contoh :

b) Tentukan substituen yang terikat pada rantai utama.


Contoh:
c) Penambahan kata “asam” pada awal nama senyawa.

d) Penomoran substituen dimulai dari atom karbon yang mengikat gugus karboksil
dengan huruf α, β, γ.
Contoh :

Sifat fisika dan kimia

Sifat Fisik Asam karboksilat

 Asam karboksilat mempunyai titik didih lebih tinggi daripada senyawa organik
golongan lain yang berat molekulnya sebanding.
 Kelarutan asam karboksilat dalam air lebih besar daripada alkohol, eter, aldehida,
dan keton yang berat molekulnya sebanding.
 Kelarutan asam karboksilat dalam air menurun seiring dengan meningkatnya berat
molekul.
 Asam karboksilat dengan 1-4 atom karbon dapat larut sempurna dalam air.

Sifat KimiaAsam karboksilat

 Reaksi dengan basa


Asam karboksilat bereaksi dengan basa menghasilkan garam dan air.
Contoh :
 Reduksi
Reduksi asam karboksilat dengan katalis litium alumunium hidrida menghasilkan
alkohol primer.
Contoh :

 Reaksi dengan tionil diklorida


Asam karboksilat bereaksi dengan tionil diklorida membentuk klorida asam,
hidrogen klorida dan gas belerang dioksida.
Contoh :

 Esterifikasi
Dengan alkohol, asam karboksilat membentuk ester. Reaksi yang terjadi
merupakan reaksi kesetimbangan.
Contoh :

 Reaksi dengan amonia


Dengan amonia, asam karboksilat membentuk amida dan air.
Contoh :
 Dekarboksilasi
Pada suhu tinggi, asam karboksilat terdekarboksilasi membentuk alkana.
Contoh :

 Halogenasi
Asam karboksilat dapat bereaksi dengan halogen dengan katalis phosfor
membentuk asam trihalida karboksilat dan hidrogen halida.
Contoh :

Pembuatan Asam karboksilat

 Oksidasi alkohol primer


Oksidasi alkohol primer dengan katalis kalium permanganat akan menghasilkan
asam karboksilat.
Contoh :

 Karbonasi pereaksi Grignard


Karbonasi pereaksi Grignard dalam eter, kemudian dihidrolisis akan
menghasilkan asam karboksilat.
Contoh :

 Oksidasi alkil benzena


Oksidasi alkil benzena dengan katalis kalium bikromat dan asam sulfat akan
menghasilkan asam karboksilat.
Contoh :

 Hidrolisis senyawa nitril


Hidrolisis senyawa nitril dalam suasana asam akan membentuk asam karboksilat.
Contoh :

Kegunaan Asam karboksilat

Beberapa Asam Karboksilat yang Dapat Digunakan Dalam Kehidupan Sehari-Hari

1. Asam Formiat (asam semut/asam metanoat)


Asam formiat merupakan zat cair yang tidak berwarna, mudah larut dalam air
dan berbau tajam. Dalam jumlah sedikit terdapat dalam keringat, oleh karena itu
keringat baunya asam. Asam ini juga menyebabkan lecet atau lepuh pada kulit.
Kegunaan asam format yaitu untuk mengumpulkan lateks, penyamakan kulit, dan
pada proses pencelupan tekstil.
2. Asam Asetat (asam cuka/asam etanoat)
Asam asetat mempunyai banyak kesamaan sifat dengan asam formiat yaitu:
berwujud cair, tidak berwarna, mudah larut dalam air, dan berbau tajam. Larutan
cuka sebagai makanan yang umum digunakan sehari-hari mempunyai kadar 25%
volume asam asetat, sedangkan asam asetat murni disebut asam asetat glasial
digunakan untuk membuat selulosa asetat dalam industri rayon.
3. Asam Sitrat
Asam sitrat juga terdapat pada jeruk, biasanya digunakan untuk pengawet buah
dalam kaleng.
4. Asam Stearat
Asam ini berbentuk padat, berwarna putih. Dalam kehidupan sehari-hari terutama
digunakan untuk pembuatan lilin.
5. Asam karboksilat lainnya
o Asam laktat pada susu
o Asam tartrat pada anggur
o Asam valerat pada mentega
o Asam glutamat pada kecap (garam glutamat dikenal dengan nama MSG atau
monosodium glutamat dipakai untuk penyedap masakan).
6. Dampak Negatif Dari Penggunaan Asam Karboksilat
1. Asam Asetat
Asam asetat pekat bersifat korosif dan karena itu harus digunakan
dengan penuh hati-hati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar,
kerusakan mata permanen, serta iritasi pada membran mukosa. Luka bakar dan
lepuhan bisa jadi tidak terlihat hingga beberapa jam setelah kontak. Sarung
tangan latex tidak melindungi dari asam asetat sehingga dalam menangani
senyawa ini perlu digunakan sarung tangan berbahan karet nitril. Asam asetat
mudah terbakar jika suhu ruang melebihi 39°C (102°F), dan dapat membentuk
campuran yang mudah meledak diudara (ambang ledakan 5,4% - 16%).
2. Asam Sitrat
Iritasi pada kulit dan mata jika terkena asam sitrat kering,
mengkonsumsi terlalu banyak dapat merusak email gigi, dalam konsentrasi
tinggi dapat merusak rambut.
3. Asam Glutamat (MSG)
Dampak terhadap kesehatan diantaranya dapat menyebabkan
penurunan fungsi otak, kanker, hipertensi, menimbulkan chinese restaurant
syndrome,asma dan diabetes, seta berbagai masalah kesehatan lainnya.

Sifat Spektral Asam Karboksilat


a. Spektra Inframerah
Asam karboksilat, baik sebagai cairan ataupun dalam larutan dengan
konsentrasi di atas 0,01 M, berada dalam bentuk dimer berikatan hidrogen,
bukannya dalam bentuk monomer diskrit (discrete). Karena itu spectrum
inframerah asam karboksilat adalah spectrum dari dinernya. Karena adanya
ikatan hidrogen, resapan uluran OH dari asam-asam karboksilat sangat lebar dan
intensif. Resapan OH ini mulai dari sekitar 3300 cm -1 (3,0m) dan melandai
kedalam daerah resapan karbon-hidrogen alifatik. Lebarnya pita OH asam
karboksilat seringkali dapat mengaburkan resapan CH aromatic dan alifatik,
maupun resapan OH atau NH lainnya di dalam spectrum itu.
Resapan karbonil dijumpai pada kira-kira 1700-1725 cm-1 (5,8-5,88 µm),
dengan intensitas yang cukup kuat. Konjugasi menggeser resapan ini pada
frekuensi yang lebih rendah, kira-kira 1680-1700 cm-1 (5,9-5,95 µm).
Daerah sidik jari dalam spectrum inframerah suatu asam karboksilat
seringkali menunjukan uluran C – O dan tekukan OH. Getaran tekukan OH
lainnya dari dimer itu menimbulkan resapan lebar di dekat 925 cm-1 (10,8 µm).

b. Spektra nmr

Dalam spectrum nmr, resapan proton asam dari suatu asam karboksilat
nampak sebagai suatu singlet jauh dibawah medan (δ = 10-13 ppm), di luar
skala dari rentang spectra yang biasa. Proton alfa hanya sedikit sekali
dipengaruhi oleh gugus C=O, resapannya sedikit di bawah medan (sekitar 2,2
ppm) karena efek induktif dari karbon karbonil yang positif parsial. Tidak
terdapat pola penguraian yang unik, yang dikaitkan dengan gugus asam
karboksilat, karena proton karboksilat tidak mempunyai tetangga proton.

Tabel 2.1. Resapan inframerah karakteristik untuk asam-asam karboksilat

Posisi serapan
Tipe getaran Posisi serapan (cm-1)
(µm)

Uluran O-H 2860-3300 3,0 - 3,5

Uluran C=O 1700-1725 5,8 - 5,88

Uluran C=O 1210-1330 7,5 - 8,26

Tekukan O-H 1300-1440 6,94 - 7,71


Tekukan O-H
~925 ~10,8
(dimer)

Kuat Asam
Hanya asam karboksilat, asam sulfonat (RSO3H), dan alkil hydrogen sulfat (ROSO3H)
yang merupakan kelompok-kelompok senyawa organik yang lebih asam daripada asam
karbonat (H2CO3). Dari ketiga kelas ini, asam karboksilat merupakan yang paling lazim.

RCH3 RNH2 RC CH ROH H2O ArOH H2CO3 RCOOH

Naiknya kuat asam

Gambar 2.3. Kenaikan kekuatan asam

Kuat asam adalah suatu istilah yang menjelaskan sejauh mana ionisasi suatu asam
Bronsted dalam air. Makin besar ionisasinya, makin banyak ion hidrogen yang terbentuk
dan makin kuat asam itu. Kuat asam dinyatakan oleh K a atau pKa–nya. Dalam sub-bab
ini, akan dibahas sifat-sifat struktur umum yang mempengaruhi kuat asam suatu senyawa
organik. Akan ditekankan pada asam karboksilat, tetapi pembahasan tidak dibatasi hanya
untuk senyawa ini.
Reaksi suatu asam lemah dengan air bersifat reversible. Kesetimbangan terletak pada
sisi persamaan, yang energinya lebih rendah. Sifat struktur apa saja yang menstabilkan
anion dibandingkan dengan asam konjugasinya, akan menambah kuat asam dengan cara
menggeser letak kesetimbangan kea rah sisi H3O dan anion (A-).

Tabel 2.2. Harga pKa beberapa asam karboksilat

Nama Trivial Struktur pKa


Format HCO2H 3,75
Asetat CH3CO2H 4,75
Propionat CH3CH2CO2H 4,87
Butirat CH3(CH2)2CO2H 4,81
Trimetilasetat (CH3)3CCO2H 5,02
Fluoroasetat FCH2CO2H 2,66
Kloroasetat ClCH2CO2H 2,81
Bromoasetat BrCH2CO2H 2,87
Iodoasetat ICH2CO2H 3,13
Dikloroasetat Cl2CHCO2H 1,29
Trikloroasetat Cl3CCO2H 0,7
α-kloropropionat CH3CHClCO2H 2,8
β-kloropropionat ClCH2CH2CO2H 4,1
Laktat CH3CHCO2H 3,87
Vinilasetat CH2=CHCH2CO2H 4,35

Energi lebih rendah


berarti HA asam yang
lebih kuat

HA + H2O H30+ + A-

Gambar 2.4. Halida asam bereaksi dengan H2O

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kuat Asam


Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kestabilan A- yang sekaligus mempengaruhi
kuat asam HA, adalah keelektronegatifan atom yang mengemban muatan negative dalam
A-, ukuran A-, hibridisasi atom yang mengemban muatan negative dalam A -, efek
induktif atom-atom atau gugus-gugus lain yang terikat pada atom negative dalam A-,
stabilisasi resonansi A-, dan solvasi A-. Secara bergiliran sifat-sifat ini akan dibahas,
namun perlu selalu diingat bahwa sifat-sifat ini tidak bekerja sendiri-sendiri tanpa
berkaitan.

A. Keelektronegatifan
Sebuah atom yang lebih elektronegatif akan mengikat elektron-elektron
dengan ikatan yang lebih erat daripada atom yang kurang elekronegatif. Dalam
perbandingan anion, yaitu anion dengan atom yang lebih stabil. Oleh karena itu, bila
dimulai dari kiri ke kanan dalam Daftar Berkala, akan dijumpai bahwa unsur-unsur
membentuk anion yang makin stabil dan konjugasinya makin kuat.

C N O F

Meningkatnya keelektronegatifan unsur

Gambar 2.5. Kenaikan keelektronegatifan unsur

R3C-H R2N-H RO-H F-H

Naiknya kuat asam

Gambar 2.6. Kenaikan kuat asam


Kuat basa dari basa konjugasinya justru terbalik. Anion suatu asam yang sangat
lemah merupakan basa yang sangat kuat, sedangkan anion asam yang lebih kuat
akan menjadi basa yang lebih lemah.
R3C- R2N- RO- F-

Naiknya kuat basa

Gambar 2.7. Kenaikan kuat basa


Sebagai contoh, perhatikan reaksi ionisasi dari etanol dan HF dalam air. Sebagai
suatu unsur, F lebih elektronegatif daripada O. Jadi, ion fluoride lebih mampu
mengemban muatan negatif daripada ion alkoksida. Meskipun HF adalah suatu asam
lemah, HF merupakan asam yang jauh lebih kuat daripada etanol. Sebaliknya, ion
fluoride merupakan basa yang lebih lemah daripada ion etoksida.

CH3CH2OH + H20 CH3CH2O- + H3O+

Asam lebih lemah Basa lebih kuat


pKa = 16

Gambar 2.8. Reaksi ionisasi etanol

HF + H2O F- + H3O+
Asam lebih kuat basa lebih lemah
pKa = 3,45

Gambar 2.9. Reaksi ionisasi HF

A. Ukuran
Atom yang lebih besar mampu menyebarkan suatu muatan negatif
dengan baik daripada atom kecil. Penyebaran muatan akan menyebabkan
penstabilan. Jadi makin besar ukuran atom yang mengikat H dalam suatu
deret senyawa dalam grup mana saja dari Daftar Berkala, kestabilan
anionnya akan bertambah, demikian pula kuat asamnya. Karena ukuran atom
fluor yang kecil itu, HF merupakan asam yang lebih lemah daripada
hydrogen halida yang lain, meskipun fluor lebih elektronegatif dibandingkan
dengan halogen lain.
F- Cl- Br- I-

Bertambahnya jari-jari ion

Gambar 2.10. Kenaikan jari-jari atom

HF HCl HBr HI
pKA = 3,45 -7 -9 -9,5
Naiknya kuat asam

Gambar 2.11. Kenaikan kuat asam

B. Hibridisasi
Bertambahnya karakter s orbital halide dari karbon dalam deret sp3→
sp2→sp menunjukkan bertambahnya keeletronegatifan karbon tersebut,
sekaligus bertambahnya polaritas ikatan CH dan bertambahnya kuat asam.
Keelektronegatifan yang lebih besar dari atom yang mengikat H juga akan
menmbah kestabilan anion sekaligus keasaman senyawa. Karena alasan-
alasan ini, maka suatu proton alkunil lebih bersifat asam daripada proton
alkenil, yang selanjutnya juga lebih bersifat asam daripada proton sebuah
alkana.

CH3CH3 CH2=CH2 CH CH
pKa kira-kira : ~50 ~45 ~26

Naiknya kuat asam

Gambar 2.12. Kenaikan kekuatan asam dari nilai pKa


Sekali lagi, asam terkuat dalam suatu deret akan menghasilkan anion yang
bersifat basa terlemah.

CH3CH2- CH2=CH- CH C-

Naiknya kuat basa

Gambar 2.13. Kenaikan kekuatan basa


C. Efek induktif
Tidak hanya atom yang terikat langsung pada suatu hidrogen, namun
bagian-bagian lain dari sebuah molekul juga dapat mempengaruhi kuat asam.
Bandingkan harga pKa untuk asam asetat dan asam kloroasetat berikut:

CH3CO2 ClCH2CO2H
Asam asetat Asam kloroasetat
pKa 4,75 pKa 2,81

Gambar 2.14. Perbandingan pKa asam asetat dan asam kloroasetat

Sebagai asam, asam kloroasetat jauh lebih kuat daripada asam asetat.
Keasaman yang diperbesar ini timbul dari efek induktif klor yang
elektronegatif itu. Dalam asam karboksilat yang tak terionkan, Cl yang
menarik electron mengurangi rapatan electron dari karbon α. Akibatnya ialah
struktur berenergi-tinggi karena muatan-muatan positif berdekatan.
O
- Muatan positif
berdekatan
Cl CH2 COH mendestabilkan
+
+ 

Gambar 2.15. Pengaruh muatan positif


Namun, adanya klor akan mengurangi energi anion. Dalam hal ini, muatan
negatif gugus karboksilat sebagian tersebar oleh muatan δ+ di dekatnya.

O
Muatan (+) dan

C-O-
(-) yang
berdekatan
Cl CH2 menstabilkan

- +
anion

Gambar 2.16. Pengaruh muatan positif dan negatif

Efek suatu gugus elektronegatif di dekat gugus karboksil adalah memperkuat


sifat asam dengan cara mendestabilkan asam itu dan menstabilkan anionnya,
relative satu terhadap yang lain.

O O

ClCH2COH + H2O ClCH2CO- + H3O+


Kurang stabil Lebih stabil
dibandingkan dibandingkan
CH3CO2H CH3CO2-

Gambar 2.17. Perbandingan kestabilan anion

Berikut ini daftar gugus dalam urutan daya menarik elektronnya:


CH3- H- CH2=CH- C6H5- HO- CH3O- I- Br- Cl-

Bertambahnya daya menarik elektron

Gambar 2.18. Kenaikan daya tarik elektron

Nilai pKa asam-asam karboksilat berikut ini mencerminkan selisih penarikan


elektron oleh gugus-gugus yang terikat pada –CH2CO2H:

CH3CH2CO2H CH3CO2H CH2=CHCH2CO2H C6H5CH2CO2H HOCH2CO2H ClCH2CO2H


pKa : 4,87 4,75 4,35 4,31 3,87 2,81

Bertambahnya kuat asam

Gambar 2.19. Kenaikan kuat asam

Gugus-gugus penarik electron tambahan akan menggandakan efek induktif


itu. Asam dikloroasetat lebih kuat daripada asam kloroasetat, dan asam
trikloroasetat merupakan asam terkuat di antara ketiganya.
Gambar 2.20.
Perbandingan
ClCH2CO2H Cl3CCO2H
kekuatan asam Asam kloroasetat
Cl2CHCO2H
Asam dikloroasetat Asam trikloroasetat
pKa 2,81 pKa 1,29 pKa 0,7

Pengaruh
efek induktif
pada kuat asam akan berkurang dengan makin banyaknya atom yang berada
antara gugus karboksil dan gugus elektronegatif itu. Asam 2-klorobutanoat
cukup lebih kuat daripada asam butanoat sendiri, namun asam 4-
klorobutanoat mempunyai harga pKa yang mendekati harga pKa asam tak
tersubstitusi.
Cl Cl Cl
CH3CH2CH2CO2H CH2CH2CH2CO2H CH3CHCH2CO2H CH3CH2CHCO2H
pKa 4,8 4,5 4,0 2,9

Kuat asam bertambah dengan berkurangnya jarak antara -Cl dan -COOH

D.
Stabilisasi-resonansi
Alkohol, fenol dan asam karboksilat mengandung gugus OH.
Meskipun demikian ketiga kelas senyawa ini beranekaragam secara dramatis
dalam hal kuat-asamnya. Perbedaan ini dapat disebabkan langsung oleh
adanya atau tidaknya stabilisasi-resonansi anion, relative terhadap asam
konjugasinya.

ROH ArOH RCOOH


pKa kira-kira 15-19 10 5

Gambar 2.22. Perbandingan nilai pKa

Dalam hal alcohol, anionnya tidak terstabilkan oleh resonansi. Muatan


negatif suatu ion alkoksida tinggal seluruhnya pada oksigen dan tidak
didelokalisasikan. Pada ujung lain dari skala terdapat asam karboksilat.
Muatan negatif ion karboksilat dibagi secara sama oleh dua atom oksigen
yang elektronegatif itu, di mana fenol terletak di tengah, antara asan
karboksilat dan alcohol dalam hal keasaman. Oksigen suatu ion fenoksida
berdekatan dengan cincin aromatic dan muatan negative itu sebagian
terdelokasikan oleh awan piaromatik.
Suatu alkoksida : CH3CH2O- tidak ada stabilisasi-resonansi
Suatu fenoksida :
-
O- O - O O

Penyumbang utama
-

O O-

Suatu karboksilat : CH3C-O- CH3C=O


Penumbang sama besar

Gambar 2.23. Stabilisasi resonansi

Anda mungkin juga menyukai