Anda di halaman 1dari 5

Suatu senyawa obat harus mampu menembus membran biologis dan mencapai jaringan

target dalam jumlah yang cukup untuk dapat memberikan aktivitas. Parameter sifat fisika kimia
yang paling berperan dalam proses distribusi tersebut adalah parameter lipofilik. Parameter sifat
lipofilik yang sering digunakan dalam hubungan kuantitatif struktur aktivitas salah satunya
adalah logaritma koefisien partisi (log P), tetapan Hansch-Fujita, tetapan fragmentasi f Rekker,
tetapan fragmentasi f Hansch-Leo dan tetapan kromatografi Rm.

1. Metode Penentuan Nilai Logaritma Koefisien Partisi


1.1 Penentuan Nilai LOgaritma Koefisien Partisi Secara Percobaan
Koefisien partisi adalah tetapan kesetimbangan suatu senyawa dalam system pelarut non
polar dan polar, yang secara logaritma berhubungan dengan energy bebas Koefisien
partisi (P) dapat dihitung melalui persamaan sebagai berikut :

P = Co / Cw
Co = kadar obat dalam minyak (pelarut non polar)
Cw = kadar obat dalam air (pelarut polar)
Bila tidak ada interaksi anatara zat dan pelarut, maka :

Co = Cm - Cw

Cm = kadar zat mula-mula

Untuk senyawa yang terionisasi, pengaruh derajat ionisasi () tidak boleh diabaikan.

P = Co / Cw (1-)
Nilai P senyawa sangat bervariasi dengan jarak yang sangat besar, untuk memudahkan
perhitungan biasanya digunakan dalam bentuk logaritmanya (log P)

log P = log Co / log Cw

untuk senyawa terionisasi,

log P = log Co / log Cw (1-)


untuk menghitung nilai , dapat dicari dengan persamaan Henderson-Hasselbach

pH = pKa + log Ci / Cu

Cu = (1-) dan Ci =

pKa

= tetapan inonisasi

Cu

= kadar senyawa tidak terionisasi

Ci

= kadar senyawa terionisasi

Pelarut non polar yang digunakan pada penentuan koefisien partisi antara lain
adalah kloroform, karbontetraklorida, paraffin cair, benzena dan 1-oktanol. Pelarut non
polar yang paling sering digunakan adalah 1-oktanol.
Pelarut polar yang sering digunakan adalah air, air yang didapar pada pH tertentu
atau air yang didapar pada pH 7,4 sebagai pendekatan model cairan biologis.
Hal-hal yang harus diperhatikan dala penentuan koefisien partisi adalah :
a. Senyawa, pelarut non polar dan dapar yang digunakan harus mempunyai kemurnian
yang tinggi.
b. Metode penetapan kadar senyawa harus mempunyai ketelitian yang tinggi (dapat
mengukur hingga 1 bpj), pada umumnya digunakan metode spektrofotometri-UV
c. Pelarut non polar dan air atau dapar yang digunakan harus sudah saling dijenuhkan.
d. Senyawa dilarutkan dalam pelarut yang lebih mudah dilarutkan.
e. Senyawa digojog dengan tangan dalam botol gojok selama 5 sampai 15 menit.
Pemisahan pelarut poar dan non polar dilakukan dengan cara disentrifuge pada 2000
rpm selama 1 jam, atau didiamkan selama semalam.
f. Batas pengukuran log P antara -3 dan +3, di luar batas tersebut kemungkinan
terjadinya kesalahan pengukuran cukup besar.

1.2 Penentuan Nilai Logaritma Koefisien Partisi Teoritis Cara Hansch-Fujita


Hansch dan Fujita (1964) memperkenalkan suatu tetapan parameter lipofilik dari
subtituen-subtituen berdasarkan koefisien partisi dalam system pelarut 1-oktanol/air,
yang didapatkan melalui persamaan sebagai berikut :

x = log PSX log PSH


x

= tetapan dukungan gugus X terhadap sifat kelarutan senyawa induk dalam

system pelarut 1-oktanol/air


PSX

= koefisien

partisi system 1-oktanol/air senyawa induk yang tersubstitusi gugus X

PSH

= koefisien

partisi system 1-oktanol/air senyawa induk

Menurut Hansch, nilai dari gugus-gugus dapat dihitung secara aditif dengan syarat
tidak ada interaksi antar gugus, sehingga hubungan nilai log P senyawa dengan nilai
gugus-gugus dapat dinyatakan melalui persamaan sebagai berikut :
log P =
Untuk perhitungan nilai log P ( ) senyawa dengan struktur molekul yang kompleks
perlu diperhatikan factor-faktor koreksi karena adanya pengaruh dari percabangan,
lipatan, penggabungan cincin dan adanya ikatan hydrogen intramolekul.
Faktor folding disebabkan oleh adanya interaksi antara gugus-gugus elektronegatif (X),
seperti Cl, Br, F, I, OH, OCH3, NH2, COOH, COOCH3, CN dengan orbital cincin
aromatic pada struktur fenilpropil-X. interaksi ini disebabkan adanya momen dipole dari
ikatan CH2 - X dan dipol + akan berinteraksi dengan electron cincin aromatic. Hal ini
digambarkan sebagai berikut :

1.3 Penentuan Nilai Logaritma Koefisien Partisi Teoritis Cara Rekker


Nys dan Rekker (1973) mengenalkan tetapan fragmentasi hidrofobik (f) dari gugus atau
atom suatu molekul untuk menghitung log P dengan persamaan :
log P =

a = jumlah fragmen atau gugus dalam struktur


f = tetapan fragmentasi hidrofobik

Pada persamaan diatas perlu diperhatikan adanya efek dekatan dengan menggunakan
tetapan ajaib (magic constant = cM) karena adanya pengaruh pemisahan gugus-gugus
elektronegatif,

konjungasi,

kondensasi

aromatic,

ikatan

hydrogen

dan

factor

keelektronegatifan yang lain. Nilai cM untuk factor koreksi = 0,289.


log P = f + kn . cM
kn (key number) = kelipatan cM yang terkait dengan struktur senyawa yang diteliti
Rekker dan Mannhold (1992) menyempurnakan nilai f yang dibuat Nys dan Rekker
untuk

memperbaiki

kesalahan

perhitungan

log

dengan

memperbaiki

menyempurnakan data factor koreksi cM.


1.4 Penentuan Nilai Logaritma Koefisien Partisi Teoritis Cara Hansch-Leo
Metode ini menggunakan tetapan fragmentasi f melalui persamaan berikut :

dan

a = jumlah fragmen
b = jumlah factor F
F = factor yang mempengaruhi keseimbangan partisi

Nilai f gugus X dicari melalu persamaan berikut :


FX = log P (RX) fR
log P(RX) diperoleh melalui percobaan, sedangkan fR yang merupan sifat lipofilitik dari
struktur R harus diketahui
Seperti pada model system f Rekker-Mannhold, metode ini juga menggunakan
factor koreksi (F) seperti factor adanya ikatan, percabangan rantai dan gugus, ikatan
rangkap, dan ikatan H antar molekul.
Dari berbagai metode penentuan log P diatas, karena banyaknya factor koreksi
pada penentuan nilai log P secara perhitungan, maka yang paling ideal adalah langsung
menentukan log P secara percobaan.

2. Penentuan Lipofilitas Dengan Metode Kromatografi


Boyce dan Milborrow (1965) mampu menentukan lipolifilitas dengan
menentukan nilai Rf senyawa kromatografi lapis tipis fase balik, dimana Rf tersebut
digunakan intik menghitung nilai tetapan komatografi Rm.
Nilai Rf dihitung dari jarak yang ditempuh oleh senyawa dibagi dengan jarak
yang ditempuh eluen. Untuk mendapatkan hasil yang teliti nilai Rf harus berada diantara
0,2 sampai 0,8. Nilai Rm dihitung dengan persamaan :

Rm = log {(1/Rf) - 1}

Senyawa dengan lipofilitas tinggi akan mempunyai nilai Rf yang kecil, sehingga
nilai Rm akan positif, sedangkan senyawa dengan lipofiitas rendah akan mempunyai nilai
Rf yang tinggi, sehingga nilai Rm akan negatif.

Anda mungkin juga menyukai