Anda di halaman 1dari 41

PENGARUH FORMULASI KONSENTRASI SODIUM

STRACH GLYCOLATE SEBAGAI SUPERDISINTEGRAN


TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EKSTRAK DAUN
KERSEN (Muntingia calabura L.)

PROPOSAL USULAN PENELITIAN


SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Farmasi (S.Farm.,) Program Studi Sarjana I FARMASI di STIKes Ibnu Sina
Ajibarang

Disusun Oleh :
REZA ALFIAN
17/FAM/011

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKES IBNU SINA AJIBARANG
2021
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL

PENGARUH FORMULASI KONSENTRASI SODIUM STRACH


GLYCOLATE SEBAGAI SUPERDISINTEGRAN TERHADAP
SIFAT FISIK TABLET EKSTRAK DAUN KERSEN (Muntingia
calabura L.)
REZA ALFIAN
17/FAM/011

PROPOSAL SKRIPSI
Telah disetujui dan Dipertahankan dalam Ujian Proposal
Pada tanggal ………
Pembimbing I Pembimbing II

apt. Adi Susanto, M.Farm. apt. Iva Rinia Dewi, S.Farm., M,sc
NIDN. NIDN. 0607128202
Penguji

apt. Rofik Kholid, M.Farm.


NIDN.

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Farmasi

apt. Iva Rinia Dewi, S.Farm., M.Sc.


NIDN. 0607128202

ii
HALAMAN PENGESAHAN

iii
PENGARUH FORMULASI KONSENTRASI SODIUM
STRACH GLYCOLATE SEBAGAI SUPERDISINTEGRAN
TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EKSTRAK DAUN
KERSEN (Muntingia calabura L.)

REZA ALFIAN

ABSTRAK

iv
THE EFFECT OF SODIUM STRACH GLYCOLATE
CONCENTRATION FORMULATION AS A
SUPERDISINTEGRANT ON THE PHYSICAL PROPERTIES
OF CHERRY LEAF EXTRACT TABLET (Muntingia calabura
L.)

REZA ALFIAN

ABSTRACT

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’ alamin, Segala puji dan syukur penulis panjatkan


atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh formulasi konsentrasi sodium
strach glycolate sebagai superdisintegran terhadap sifat fisik tablet ekstrak daun
kersen (Muntingia calabura l.).
Penulis secara pribadi mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada
apt. Adi Susanto, M.Farm., yang telah berkenan membimbing, berbagi ilmu,
arahan serta waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis
juga mengucapkan terimkasih kepada para penguji yang telah memberikan saran
dan koreksi untuk kesempurnaan skripsi ini
Ucapan terimakasih dan penghargaan juga penulis sampaikan kepada :
1. apt. Adi Susanto, M.Farm. selaku Ketua STIKes Ibnu Sina Ajibarang
sekaligus pembimbing skripsi.
2. apt. Iva Rinia Dewi, S.Farm., M.Sc. selaku Ketua Program S1 Farmasi.
3. apt. Iva Rinia Dewi, S.Farm., M,sc selaku penguji I
4. apt. Rofik Kholid, M.Farm. selaku penguji II
5. Seluruh dosen dan karyawan Prodi S1 Farmasi STIKes Ibnu Sina Ajibarang
6. Seluruh staff Laboratorium Program studi S1 Farmasi, terutama untuk yang
membantu menyelesaikan penelitian ini
7. Bapak penulis Rudi Hartanto dan Ibu penulis Siti Fatimah, atas doa,
dukungan, dorongan semangat dan kerja keras yang mengiringi perjalanan
perkuliahan
8. Adik penulis, Viola Alfianti, yang menjadi penyemangat dalam
menyelesaikan skripsi
Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan, dukungan, serta doanya. Semoga Allah S.W.T memberikan
balasan kebaikan atas bantuan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini jauh dari kata kesempurnaan, sehingga segala macam bentuk kritik dan

vi
saran sangat diharapkan dan diterima dan semoga penelitian ini berguna bagi
masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Ajibarang, Juli 2021
Penulis,

Reza Alfian
17/FAM/011

vii
DAFTAR ISI

SKRIPSI....................................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL...........................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................................iv
ABSTRACT...............................................................................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................1
B. Perumusan Masalah..............................................................................3
C. Tujuan Penelitian..................................................................................3
D. Manfaat Penelitian................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
A. Landasan Teori......................................................................................4
B. Kerangka Konsep Penelitian...............................................................15
C. Hipotesis..............................................................................................16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................17
A. Jenis Penelitian....................................................................................17
B. Variabel Penelitian..............................................................................17
C. Waktu dan Lokasi Penelitian..............................................................17
D. Objek Kegiatan....................................................................................17
E. Alat dan Bahan....................................................................................18
F. Langkah Kerja.....................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
LAMPIRAN...........................................................................................................30

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Formulasi Tablet Ekstrak Etanol Daun Kersen.....................................20


Tabel 3.2 Jadwal Penelitian...................................................................................26

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sodium Starch Glycolate..................................................................12


Gambar 2.2 Laktosa Monohidrat..........................................................................13
Gambar 2.3 Polyvinylpyrrolidone........................................................................13
Gambar 2.4 Etanol................................................................................................14

x
DAFTAR LAMPIRAN

xi
DAFTAR SINGKATAN

xii
1BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara tropis dengan iklim yang berbeda - beda.
Dengan kondisi alam yang sangat berbeda beda memicu kergaman hayati
didalamnya. Konsekuensi dari tingginya tingkat keragaman hayati tersebut,
Indonesia mempunyai beragam tanaman obat. Beragam dan mudah
diperolehnya tanaman obat, minim efek samping, dan efek pengobatan yang
sebanding, memberikan prospek dan peluang yang tinggi pada obat herbal
dibanding obat sintesis yang masih mempunyai kelemahan terutama pada
efek samping (Novianti, 2017). Tumbuhan obat tradisional adalah racikan
dari bahan – bahan yang ditemukan di alam dan digunakan secara
tradisional untuk pengobatan secara turun temurun berdasarkan pengalaman
(Jumiarni & Komalasari, 2017).
Kersen digolongkan sebagai tumbuhan liar yang sering difungsikan
sebagai peneduh. Kersen merupakan tumbuhan yang potensial digunakan
dalam dunia kesehatan, terutama bagian buah dan daunnya yang dapat
dimanfaatkan secara luas (Nurholis & Ismail Saleh, 2019). Menurut (Zahara
& Suryady, 2018) dalam hal pemanfaatan kersen sebagai pangan dan bahan
obat – obatan masih sangat minim, dikarenakan nilai ekonomi dari tanaman
kersen ini masih rendah dan pemanfaatannya belum diketahui masyarakat
secara luas.
Dari uji fitokimia yang dilakukan oleh (Hadi & Permatasari, 2019)
diketahui daun dan buah kersen mengandung kandungan seyawa kimia
alkaloid, flavonoid, saponin, dan tannin. Sedangkan buah kersen
mengandung senyawa kimia flavonoid dan tannin. Ekstrak etanol daun
kersen (Muntingia calabura L.) mempunyai efek menghambat peningkatan
kadar gula darah pada tikus putih jantan galur wistar. Hasil dari ekstrak
etanol daun kersen mempunyai efek antidiabetes, menghambat peningkatan
dari kadar gula darah tikus putih jantan galur wistar dengan dosis 0,25
g/kgBB dan 0,3125 g/kgBB (Apriyanti, 2016). Ekstrak etanol daun kersen

1
juga terbukti berpengaruh pada perbaikan kadar profil lipid mencit putih
yang mengalami hyperlipidemia dengan dosis 3mg/20grBB mencit
(Puspasari et al., 2016).
Ekstrak daun kersen dengan manfaat sebagai antidiabetes dan
antihperlipidemia perlu dibuat formulasinya untuk menutupi bau serta rasa
yang tidak enak dari ekstrak yang dihasilkan. Tablet memiliki berbagai
keuntungan antara lain mudah digunakan, dapat menutupi rasa dan bau,
pemakaian dosisnya lebih tepat dan sediannya lebih stabil. Selain itu,
pembuatan tablet lebih praktis dan ekonomis bila dibuat dalam skala besar
di mana dalam hal ini akan berdampak pada harga obat yang lebih
ekonomis. Dari hal tersebut ekstrak daun kersen akan lebih mudah
digunakan bila diformulasikan dalam bentuk sediaan tablet (Ansel, 1989)
Agar memenuhi persyaratan mutu obat tradisional, tablet daun kersen
harus diformulasikan secara baik agar dapat hancur kurang dari dari 30
menit. Maka dari itu, diperlukan pemilihan serta konstentrasi eksipien yang
dapat menunjang formulasi tablet daun kersen yang mempengaruhi
persyaratan mutu obat tradisional. Dari beberapa eksipien yang digunakan
dalam pembuatan sediaan tablet, disintegran mempunyai peran besar dalam
mengatur waktu hancur tablet (BPOM, 2013).
Superdisintegran digunakan untuk memperbaiki waktu hancur dari
formulasi tablet daun kersen. Superdisintegran adalah suatu bahan yang
telah dimodifikasi agar dapat mendisintregasi secara cepat. Superdisintegran
yang akan digunakan adalah sodium starch glycolate. Kelebihan
penambahan superdisintegran diantara lain adalah kemampuan
disintegrasinya lebih efektif bila dibandingkan dengan pati dan kemampuan
disintegrasinya lebih efektif dengan menggunakan metode intragranular.
Sodium starch glycolate mempunyai kemampuan swelling yang sangat baik,
hingga 300 kali volumenya. Pati biasa memiliki kemampuan swelling 10-
20% di dalam air (Rowe. et al., 2009). Kemampuan dan mekanisme kerja
dari sodium starch glycolate diharapkan dapat memperbaiki waktu
disintegrasi dan disolusi tablet ekstrak daun kersen.

2
Menurut buku Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition
konsentrasi optimum penggunaan sodium starch glycolate adalah 2-8%,
sedangkan konsentrasi optimumnya adalah 4% (Rowe. et al., 2009). Oleh
karena itu, optimasi formula sodium starch glycolate diperlukan. Optimasi
formula diperlukan agar diperoleh konsentrasi superdisintregan yang dapat
menghasilkan sediaan tablet ekstrak daun kersen yang memiliki waktu
hancur kurang dari 30 menit.

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh sodium starch glycolate sebagai superdisintegran
terhadap hasil evaluasi fisik tablet ekstrak daun kersen (Muntingia
calabura L.) ?
2. Berapa konsentrasi superdisintegran sodium starch glycolate yang dapat
menghasilkan tablet ekstrak etanol daun kersen (Muntingia calabura L.)
dengan waktu hancur yang memenuhi standar tablet obat tradisional ?

C. Tujuan Penelitian
1. Menentukan pengaruh sodium starch glycolate sebagai superdisintegran
terhadap hasil evaluasi fisik tablet ekstrak daun kersen (Muntingia
calabura L.)
2. Menentukan konsentrasi superdisintegran sodium starch glycolate yang
dapat menghasilkan tablet ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L.)
memenuhi syarat sifat fisik tablet.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan formulasi dan metode yang
tepat untuk membuat sediaan tablet ekstrak daun kersen (Muntingia
calabura L.) sehingga selanjutnya formula dapat dikembangkan lebih lanjut
dan bisa diproduksi secara sekala besar.

3
2BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Tinjauan Tentang Tanaman Kersen (Muntingia calabura L.)
a. Klasifikasi Tanaman Kersen (Muntingia calabura L.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Famili : Elaeocarpaceae
Genus : Muntingia
Spesies : Muntingia calabura L
(Simatupang, 2011)
b. Morfologi Tanaman Kersen (Muntingia calabura L.)
Kersen adalah tumbuhan dengan tinggi hingga 12m.
Mempunyai karakteristik batang berkayu, bulat, dan tegak
dengan cabang simpodial. Model percabangannya menggantung
ke arah ujung, datar, ditutupi bulu halus, berdaun tunggal
dengan bentuk bulat agak lonjong maupun lanset. Daunnya tidak
simetris dengan ukuran 14 cm x 4 cm, pada bagian bawah daun
ditumbuhi bulu halus dan pinggiran daun mempunyai pola
bergerigi (Tim Pengasuh Mortum UNAND, 2014). Bunganya
sendiri berwarna putih dengan mahkota yang tepiannya rata,
mempunyai benang sari yang cukup banyak sekitar 10-100
helai. Kersen mempunyai buah dengan bentuk membulat,
tekstur didalam buahnya mirip seperti pasir dengan ukuran
0,5mm, berwarna hijau dan berubah merah ketika sudah matang,
rasa buahnya cenderung manis (Kosasih, et al., 2013).
c. Kandungan Kimia Tanaman Kersen (Muntingia calabura L.)
Di Negara Peru, sudah sejak lama masyarakat disana
memanfaatkan kersen sebagai tanaman obat tradisional.

4
Masyarakat disana menggunakannya untuk meredakan sakit
kepala dan sebagai anti radang. Aktivitas anti oksidatif dan anti
mikroba daun kersen didapat dari kandungan senyawa
flavonoid, tanin, triterpenoid, saponin, dan polifenol (Haki,
2009). Tumbuhan mempunyai beberapa metabolit sekunder
penting, salah satu contohnya adalah flavonoid. Flavonoid
mempunyai klasifikasi secara umum flavonol, flavon, flavanol,
flavanone, ansotianidin, dan kalkon. Klasifikasi ini bergantung
pada struktur dan subtitusi struktur flavonoid dan hal ini juga
yang menyebabkan aktivitas farmakologi yang beragam.
Beberapa contoh perbedaannya adalah anti-inflamasi, anti-
oksidan, anti-diabetes, anti-bakteri (Alfaridz & Amalia, 2018).
Oleh tumbuhan, flavonoid berperan penting dalam memberi rasa
pada biji, warna, bunga, aroma serta buah (Mierziak et al.,
2014).
d. Khasiat Tanaman Kersen (Muntingia calabura L.)
Menurut penelitian, ekstrak etanol daun kersen dengan
dosis 0,25g/kgBB dan 0,3125g/kgBB yang diujikan pada tikus
putih jantan galur wistar berefek menghambat peningkatan
kadar gula dalam darah yang sebanding dengan metformin
( dosis 63mg/kgBB ) (Apriyanti, 2016). Ditinjau dari cara kerja
metformin yang menghambat penyerapan glukosa dari saluran
cerna, sedangkan flavonoid pada ekstrak etanol daun kersen
mempunyai cara kerja menghambat kerja dari GLUT2 ( Glucose
Transporter 2), yaitu transporter berbentuk protein yang berguna
memtransport glukosa dan terdapat pada membran usus. GLUT2
(Glucose Transporter 2) mengangkut glukosa dari yang
awalnnya berada di saluran cerna masuk kedalam darah dan
apabila dihambat, glukosa yang masuk ke dalam aliran darah
berkurang dan tidak terjadi penumpukan glukosa dalam darah
sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah.

5
Ekstrak etanol daun kersen juga terbukti berpengaruh pada
perbaikan kadar profil lipid mencit putih yang mengalami
hyperlipidemia dengan dosis 3mg/20grBB mencit. Pada hal ini
flavonoid akan menghambat sintesis kolesterol dengan
melakukan penghambatan pada HMG-KoA reduktase. Tannin
dan Saponin bekerja dengan menghambat penyerapan
trigliserida dan kolesterol di usus (Puspasari et al., 2016).

2. Tinjauan Tentang Sodium Strach Glycolate


a. Pengertian Disintegran
Disintegran merupakan bahan – bahan maupun zat yang
ditambahkan kedalam formulasi tablet, yang membantu proses
disintegrasi komponen didalam tablet menjadi partikel yang
lebih kecil agar larut lebih cepat bila dibandingkan dengan tablet
tanpa tambahan disintegran (Safitri, Sulistiyaningsih &
Chaerunisaa, 2019). Beberapa contoh superdisintegran sintesis
adalah sodium strach glycolate, crosvopidone, dan
croscarmelose. Sedangkan superdisintegran alami antara lain
adalah lepidium sativum, mucilage ocimum, dan mucilago biji
fenugreek (Priyanka & Sethi, 2013).
b. Superdisintegran Sodium Strach Glycolate
Sodium starch glycolate adalah satu superdisintegran
yang disintesis dari bahan dasar pati. Meskipun dapat diisolasi
dari berbagai macam pati, namum pati kentang menunjukkan
aktivitas disintegran paling baik (Berlian & Subarnas, 2018).
Sodium strach glycolate mempunyai sifat higroskopis, dalam
penyimpanannya harus dalam wadah yang tertutup rapat
bertujuan untuk menghindari kelembaban dan suhu yang dapat
menyebabkan caking. Dalam formulasi tablet dan kapsul,
sodium strach glycolate biasa ditambahkan sebagai eksipien
yang bertujuan untuk membantu mempercepat proses

6
disintegrasi. Sodium strach glycolate akan lebih baik
kemampuan disintegrasinya ketika ditambahkan secara
intragranular (Bala et al., 2012). Secara singkat, proses
disintegrasi sodium strach glycolate terjadi saat sodium strach
glycolate itu sendiri menyerap air dengan sangat cepat sehingga
menyebabkan mengembangnya tablet atau kapsul hingga
ukurannya membesar dengan sangat cepat. Kemampuan
swelling Sodium strach glycolate pada air adalah 300 kali
volumenya (Rowe. et al., 2009). Mekanisme swelling pada
tablet dapat terjadi karena partikel disintegran bersinggungan
langsung dengan media yang tepat, sehingga kekuatan untuk
menggembung meningkat dan tablet akan pecah melepaskan zat
aktif yang dibawanya (Pahwa & Gupta, 2011)

3. Tinjauan Tentang Ekstrak


a. Pengertian Ekstrak
Ekstrak adalah proses – proses pemisahan bahan dari
campurannya menggunakan pelarut yang sesuai. Proses
ekstraksi dihentikan ketika mencapai kesetimbangan antara
konsentrasi dalam sel tanaman dan dalam senyawa dalam
pelarut (Mukhtarini, 2014).
b. Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi adalah peristiwa perpindahan sejumlah zat
aktif yang pada awalnya berada didalam sel dan ditarik oleh
cairan penyari, sehingga zat aktif akan larut dalam cairan
ekstraksi. Ekstraksi umumnya akan semakin baik, bila serbuk
simplisia yang bersinggungan dengan cairan ekstraksi semakin
banyak. Kriteria cairan ekstraksi yang baik harus memenuhi
beberapa hal yaitu mudah diperoleh dan murah, bereaksi netral,
stabil secara fisika dan kimia, tidak mudah terbakar dan

7
menguap, selektif terhadap zat aktif yang dikehendaki, tidak
merusak maupun mempengaruhi zat dikehendaki (Ansel, 1989)
Faktor yang mempengaruhi laju dari ekstrasi sample
adalah jenis ekstraksi yang digunakan, preparasi dari sample,
jumlah sample, lama waktu ekstraksi, suhu dan jenis pelarut
yang dipilih (Utami, 2009). Menurut (Harborne, 1987) Etanol
adalah pelarut yang serbaguna sebagai pilihan awal untuk
ekstraksi pendahuluan. Etanol mempunyai kepolaran yang tinggi
yang membuat mudah untuk melarutkan senyawa lemak,
minyak, resin, asam lemak, karbohidrat dan senyawa organik
lainnya, juga tidak berbahaya & beracun (Munawarah &
Handayani, 2010). Flavonoid yang berwujud senyawa larut
dalam air sendiri dapat diekstraksi dengan etanol 70% dan akan
tetap ada pada pelarut tersebut bahkan setelah difraksinasi
dengan pelarut non polar (Puspitasari & Proyogo, 2013).
c. Metode Ekstraksi
Metode ekstraksi yang biasanya digunakan adalah
maserasi dan refluks. Pada metode ekstraksi yang lebih modern,
dikenal beberapa metode yaitu ekstraksi Ultrasound Assisted
Extraction (UAE) dan ekstraksi Microwave Assisted Extraction
(MAE) (Utami et al., 2020).
Penelitian ini menggunakan metode ekstraksi maserasi
dingin. Maserasi dalam pengerjaannya lebih aman pada semua
metabolit sekunder yang memang tidak tahan terhadap
pemanasan. Secara garis besar proses maserasi dilakukan
dengan cara merendam sample dengan pelarut yang cocok yang
ditempatkan dalam bejana gelap dan ditutup. Proses dilakukan
dengan pengulangan hingga 3 kali selama 5 hari dan sesekali
diaduk atau dikocok untuk mempercepat proses pelarutan
senyawa yang dikehendaki dari dalam sampel. Dimasukkan
kedalam bejana gelap terlindung dari cahaya agar mencegah

8
reaksi yang dikatalis oleh cahaya itu sendiri atau perubahan
warna. (Hasanah, Andriani & Noprizon, 2016).

4. Tinjauan Tentang Tablet


a. Pengertian Tablet
Tablet adalah bahan obat yang berbentuk sediaan padat,
biasanya dibuat dengan menambahkan bahan tambahan
farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda – beda dalam hal
bentuk, ukuran, kekerasan, berat, daya hancur, ketebalan, dan
dalam hal lainnya tergantung dari cara metode pemakaian dan
pembuatannya (Ansel, 1989).
b. Bahan Tambahan Pada Pembuatan Tablet
Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet
ada beberapa macam, antara lain (Anief, 2007) :
1) Zat pengisi
Ditambahkan untuk menambah dan memperbesar volume tablet
juga bila zat aktif sedikit atau sulit ditempa. Bila zat aktif yang
terkandung kecil, maka sifat tablet secara keseluruhan
ditentukan oleh bahan pengisi yang besar jumlahnya. Yang
biasanya digunakan sebagai bahan pengisi dalam tablet adalah :
Saccharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii Phoshas, Calcii
Carbonas, dan bahan tambahan lain yang cocok (Anonim,
1995).
2) Zat pengikat
Bahan pengikat pada tablet memberikan daya adhesi pada massa
serbuk saat granulasi dan untuk tablet kempa serta menambah
daya kohesi yang telah ada pada bahan pengisi.Dapat
ditambahakan ketika masih kering, namun akan lebih baik
ketika ditambahkan dalam larutan. Digunakan agar tablet tidak
retak ataupun pecah, dan dapat merekat dengan baik. Yang
biasanya digunakan sebagai bahan pengikat yaitu : Mucilago

9
Gummi Arabici 10-20% (panas), Solutio Methylcellulosum 5%
(Anonim, 1995).
3) Zat penghancur
Dimaksudkan agar tablet yang diformulasikan dapat hancur
didalam perut. Pati merupakan bahan pengahncur tablet yang
paling banyak digunakan. Campuran efervesen dipakai dalam
system tablet larut. Kandungan dari disintegran, derajat
kepadatan dan cara penambahan mempengaruhi daya hancur
tablet. Amylum Manihot kering dapat digunakan sebagai bahan
penghancur tablet, dan zat lain yang dapat digunakan adalah
Gealtinum, Agar-agar, Natrium Alginat (Anonim, 1995).
4) Zat pelicin
Ditambahkan pada formulasi tablet agar tablet tidak lengket
pada cetakan, juga dapat mengurangi gesekan selama proses
pencetakan. Zat pelican pada umumnya bersifat hidrofobik, dan
dapat mempengaruhi kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet.
Oleh sebab itu dalam formulasi, penggunaan zat pelican yang
terlalu banyak harus dihindari. Biasanya menggunakan Talcum
5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearinicum (Anonim, 1995).
5) Zat tambahan lain
Bahan tambahan lain yang biasanya ditambahkan pada
formulasi tablet adalah zat pewarna maupun zat pemberi rasa.
Zat pewarna peka terhadap cahaya dan warnanya dapat
memudar bila terkena cahaya (Anonim, 1995).
c. Cara Pembuatan Tablet
Terdapat 3 metode umum yang digunakan dalam
pembuatan tablet, yaitu granulasi basar, granulasi kering dan
kempa langsung. Granulasi basah dan kering dapat
meningkatkan aliran campuran dan kemampuan kempa. Uraian
metode pembuatan tablet adalah sebagai berikut :

10
1) Granulasi basah
Penelitian ini menggunakan metode granulasi basah. Pada
granulasi basah zat pengisi, zat aktif, dan zat penghancur
diformulasikan dan dicampur menjadi satu, lalu dibasahi dengan
zat pengikat. Setelah diayak menjadi granul, dikeringkan pada
almari pengering pada suhu 40°-50°. Setelah kering, diayak
kembali dengan pengayak hingga diperoleh granul dengan
ukuran yang diinginkan, lalu menambahkan pelican pada granul
dan dicetak menjadi tablet dengan mesin pencetak tablet (Anief,
2007).
6) Granulasi kering
Metode granulasi kering mengandalkan tekanan tinggi pada
massa serbuk sehingga membentuk sebuah tablet besar dengan
bentuk tidak beraturan, kemudian digiling lalu diayak hingga
diperoleh granul dengan ukuran yang diinginkan. Keuntungan
granulasi kering adalah tidak memerlukan panas dan
kelembaban dalam proses granulasi (Anonim, 1995).
7) Kempa langsung
Metode kempa langsung memerlukan bahan tambahan yang
memungkinkan tablet dapat dicetak tanpa melalui tahap
granulasi terlebih dahulu. Beberapa contoh eksipiennya adalah
laktosa, sukrosa, dekstrosa, atau selulosa yang mempunyai sifat
alir dan kemampuan kempa yang diinginkan. Pada metode
kempa langsung mempunyai kelebiha yaitu dapat mengatasi
masalah yang ada pada metode granulasi basah dan kering.
Walaupun demikian, sifat fisik dari bahan pengisinya
merupakan hal penting, perubahan sekecil apapun dapat
mempengaruhi sifat alir dan kempa sehingga menjadi tidak
sesuai untuk dikempa (Anonim, 1995).

11
d. Monografi Bahan Tambahan
1) Sodium Starch Glycolat
Sodium Starch Glycolat banyak digunakan dalam obat-obatan
oral sebagai penghancur dalam formulasi kapsul dan tablet.
Biasanya digunakan dalam tablet yang dibuat dengan proses
kompresi langsung atau granulasi basah.

Gambar 2.1 Sodium Starch Glycolate


[Sumber : Handbook of pharmaceutical excipients 6th edition]
Konsentrasi yang biasa digunakan dalam formulasi adalah
antara 2% dan 8%, dengan konsentrasi optimal sekitar 4%,
meskipun dalam banyak kasus 2% sudah cukup. Mekanisme
disintegrasi terjadi dengan penyerapan air yang cepat dan diikuti
oleh pembengkakan yang cepat dan sangat besar (Rowe. et al.,
2009).
2) Laktosa Monohidrat
Laktosa banyak digunakan sebagai pengisi dan pengencer dalam
tablet dan kapsul. Berbagai jenis tingkatan laktosa tersedia
secara komersial yang memiliki sifat fisik yang berbeda seperti
distribusi ukuran partikel dan karakteristik aliran.

12
Gambar 2.2 Laktosa Monohidrat
[Sumber : Handbook of pharmaceutical excipients 6th edition]
Biasanya, laktosa pharmaceutical grade digunakan dalam
pembuatan tablet dengan metode granulasi basah atau saat
pencampuran selama pemrosesan dilakukan, karena ukurannya
halus memungkinkan pencampuran yang lebih baik dengan
bahan formulasi lain dan menggunakan pengikat lebih efisien
(Rowe. et al., 2009).
3) PVP K-30
PVP K-30 berbentuk halus, berwarna putih krem, tidak berbau
atau hampir tidak berbau, bubuk higroskopis. PVP dengan nilai
K sama dengan atau lebih rendah dari 30 diproduksi dengan
pengeringan semprot dan membentuk bulat. PVP K-90 dan
povidone dengan nilai K yang lebih tinggi diproduksi dengan
pengeringan drum dan dibuat sebagai pelat.

Gambar 2.3 Polyvinylpyrrolidone


[Sumber : Handbook of pharmaceutical excipients 6th edition]
Meskipun PVP K-30 digunakan dalam berbagai formulasi
farmasi, PVP K-30 terutama digunakan dalam bentuk sediaan

13
padat. Dalam pembuatan tablet, larutan PVP K-30 digunakan
sebagai pengikat dalam proses granulasi basah (Rowe. et al.,
2009).
4) Etanol 96%
Etanol adalah cairan bening, tidak berwarna, mudah bergerak,
dan mudah menguap dengan bau yang ringan, khas dan rasa
terbakar. Umumnya digunakan sebagai pengawet antimikroba;
desinfektan; pelarut.

Gambar 2.4 Etanol


[Sumber : Handbook of pharmaceutical excipients 6th edition]
Etanol berbagai konsentrasi banyak digunakan dalam formulasi
farmasi dan kosmetik. Meskipun etanol terutama digunakan
sebagai pelarut, etanol juga digunakan sebagai desinfektan, dan
dalam larutan sebagai pengawet antimikroba. Etanol topikal
digunakan dalam pengembangan sistem penghantaran obat
transdermal sebagai peningkat penetrasi (Rowe. et al., 2009).
5) Aerosil
Aerosil dideskripsikan sebagai silika submikroskopik dengan
ukuran partikel 15 nm hablur, ringan, warna putih, tidak berbau,
tidak berasa. Aerosil banyak digunakan dalam obat-obatan,
kosmetik, dan produk makanan. Ukuran partikelnya yang kecil
dan luas permukaan spesifik yang besar memberikan
karakteristik aliran yang diinginkan yang dimanfaatkan untuk
meningkatkan sifat aliran serbuk kering dalam sejumlah proses
seperti pembuatan tablet dan pengisian kapsul (Rowe. et al.,
2009).

14
6) Mg Stearat
Magnesium stearat adalah bubuk yang sangat halus, putih muda,
diendapkan atau digiling, dengan densitas curah rendah,
memiliki bau asam stearat yang samar dan rasa yang khas.
Serbuknya berminyak saat disentuh dan mudah menempel di
kulit. Magnesium stearat banyak digunakan dalam kosmetik,
makanan, dan formulasi farmasi. Hal ini terutama digunakan
sebagai pelumas dalam pembuatan tablet dan kapsul pada
konsentrasi antara 0,25% dan 5,0% w/w (Rowe. et al., 2009).

B. Kerangka Konsep Penelitian

Formulasi tablet ekstrak etanol daun kersen 387,9mg/tablet

Penambahan sodium starch glycolat 2%, 4%, 6%, 8% sebagai


superdisintegran secara intragranuler

Granulasi basah

Pengeringan Uji susut pengeringan

Granul kering

Penambahan pelicin / lubrikan

Uji sifat fisik granul

Pencetakan tablet

Uji sifat fisik tablet

15
C. Hipotesis
Variasi kadar sodium starch glycolat pada konsentrasi 2%, 4%, 6%,
dan 8% sebagai superdisintegran akan mempercepat waktu hancur tablet
ekstrak etanol daun kersen (Muntingia calabura L.) sehingga memenuhi
persyaratan waktu hancur tablet ekstrak etanol daun kersen (Muntingia
calabura L.).

16
3BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan experimental dengan memformulasikan
beberapa formula tablet yang mengandung ekstrak ekstrak etanol daun
kersen (Muntingia calabura L.) dengan variasi kadar sodium starch glycolat
pada konsentrasi 2%, 4%, 6%, dan 8% sebagai superdisintegran
menggunakan metode granulasi basah.

B. Variabel Penelitian
1. Variabel Independent
Formula tablet ekstrak etanol daun kersen (Muntingia
calabura L.) dengan variasi kadar sodium starch glycolat pada
konsentrasi 2%, 4%, 6%, dan 8% sebagai superdisintegran ditinjau
dari keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kerapuhan tablet,
kekerasan tablet, waktu pembasahan dan waktu hancur.
2. Variabel Dependent
Kestabilan fisik formula tablet yang mengandung ekstrak daun
kersen (Muntingia calabura L.).

C. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian akan dilakukan pada bulan Juli-September 2021,
bertempat di laboratorium farmasi STIKes Ibnu Sina Ajibarang.

D. Objek Kegiatan
Objek penelitian yang akan digunakan adalah ekstrak etanol daun
kersen (Muntingia calabura L.) yang diperoleh dari daerah Kecamatan
Kalibagor dengan cara ekstraksi metode maserasi pada daun kersen yang
dirajang halus dan dikeringkan.

17
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Alat yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak etanol daun
kersen adalah gunting, wadah besar gelap tertutup sebagai media
maserasi, dan alat destilasi vakum.
b. Alat yang digunakan dalam proses pembuatan tablet adalah :
neraca analitik, timbangan biasa, mortar dan stemper, ayakan no.
14, no. 16, dan no. 120, oven pengering, mesin pencetak tablet
single punch dan alat pembantu lainnya.
c. Alat yang digunakan untuk evaluasi tablet adalah : timbangan
analitik, alat uji kerapuhan (friability tester), alat uji kekerasan
tablet (hardness tester), alat uji waktu hancur (disintegran tester).

2. Bahan
a. Bahan yang digunakan untuk pembuatan ekstrak daun kersen,
yaitu daun kersen (Muntingia calabura L.) dan etanol 96%.
b. Bahan untuk formula tablet, yaitu ekstrak kental dari daun kersen
(Muntingia calabura L.), laktosa monohidrat, sodium starch
glycolat, PVP K-30, etanol 96%, aerosil, dan magnesium stearate.

F. Langkah Kerja
1. Cara Pembuatan Ekstrak
a. Simplisia daun kersen dicuci dengan air dan dikeringkan
b. Simplisia dirajang hingga menjadi halus lalu dikeringkan dengan
tidak terkena sinar matahari secara langsung
c. Menimbang simplisia yang sudah dihaluskan sebanyak 600g
d. Memasukkan ke dalam 3 wadah maserasi bewarna gelap masing
– masing 200gr
e. Menambahkan masing – masing 1500ml etanol 96% hingga
seluruh serbuk terendam
f. Menyimpan dalam tempat yang gelap, diaduk tiap 8 jam sekali

18
g. Menyaring ekstrak cair setelah 5 hari penyimpanan
h. Mendestilasi vakum hasil ekstrak hingga diperoleh ekstrak kental

2. Cara Pembuatan Ekstrak Kering


a. Ekstrak kental daun kersen yang sudah dipekatkan digerus dalam
mortir yang telah disterilkan
b. Menambahkan aerosil dengan perbandingan 2:1 bobot dari
ekstrak kental daun kersen
c. Mencampur hingga homogen dan membentuk lempengan –
lempengan dan dikeringan dengan oven 40°C selama 24 jam
d. Menggerus hasil pengeringan dan diayak menggunakan ayakan
No. 120 hingga mendapatkan ukuran serbuk yang seragam
e. Menyimpan dalam wadah

3. Formula Tablet Ekstrak Etanol Daun Kersen


Formula tablet pada penelitian ini mengacu pada formulasi
penelitian oleh Azmi (2018) dengan menggunakan variasi sodium
starch glycolat sebagai superdisintegran. Pada penelitian ini, peneliti
akan membandingkan 4 formula tablet ekstrak etanol daun kersen
(Muntingia calabura L.) dengan variasi kadar sodium starch glycolat
pada konsentrasi 2%, 4%, 6%, dan 8% dengan penambahan secara
intaganuler dan metode granulasi basah untuk menghasilkan tablet
dengan uji mutu kestabilan sifat fisik, baik dalam bentuk granul
maupun tablet. Rencana dalam penelitian ini adalah membuat 100
tablet pada setiap formulanya.
Dosis yang digunakan dari ekstrak daun kersen adalah sebesar
1.163,7mg. Dosis tersebut diperoleh berdasarkan dosis untuk mencit
hiperlipidemia yaitu 3mg/20grBB (Puspasari et al., 2016). Perhitungan
yang digunakan untuk menentukan dosis konversi dari mencit
berbobot 20gr ke dosis manusia dengan bobot 70kg yaitu
3mg/20grBB x 387,9 (konversi mencit ke manusia), dan

19
didapatkanlah dosis 1.163,7mg yang digunakan pada manusia dengan
bobot 70kg.
Dosis ekstrak etanol daun kersen sebagai antihiperlipidemia
adalah 1.163,7mg untuk sekali minum. Dosis tersebut terlalu besar
apabila dibuat sediaan tablet, maka dosis tersebut dibuat menjadi 3
tablet sehingga dosis ekstrak etanol daun kersen tiap tablet adalah
387,9mg. Jadi dosis 1.163,7mg ekstrak etanol daun kersen setara
dengan 3 kali dosis 387,9mg ekstrak kering daun kersen yang
dikeringkan dengan aerosil.

Tabel 3.1 Formulasi Tablet Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia calabura L.)
FI FII FIII FIV
Bahan Keterangan
(mg) (mg) (mg) (mg)
Ekstrak + 387,9 387,9 387,9 387,9 Zat Aktif
Aerosil
Sodium Starch 12 24 36 48 Superdisintegran
Glycolat
Laktosa ad 600 ad 600 ad 600 ad 600 Pengisi
Monohidrat
PVP K-30 (1%) 6 6 6 6 Pengikat
Etanol 96% q.s q.s q.s q.s Pembasah
Pelicin dan Anti
Aerosil (0,5%) 3 3 3 3
Adheran
Mg Stearat 3 3 3 3 Pelicin
(0,5%)
( Berdasarkan formula tablet oleh Azmi, 2018. Dengan variasi konsentrasi
Sodium Starch Glycolat ).

4. Pembuatan Granul dengan Metode Granulasi Basah


a. Mencampur ekstrak etanol daun kersen, Laktosa dan Sodium
Starch Glycolat ke dalam lumping dan digerus hingga homogen
(campuran 1)
b. Menyiapkan PVP K-30 pada lumping lain, menambahkan etanol
sedikit demi sedikit dan diaduk hingga homogen

20
c. Menambahkan larutan PVP K-30 yang telah larut dan homogen
ke dalam campuran 1 sedikit demi sedikit hingga campuran 1
terbasahi semua sambil diaduk hingga membentuk massa yang
dapat dikepal
d. Mengayak massa dengan ayakan No. 14 dan mengeringkan dalam
oven pada suhu 50°C selama 24 jam
e. Menimbang granul yang sudah dikeringkan dan diayak lagi
menggunakan ayakan No. 16
f. Melakukan evaluasi granul meliputi kecepatan alir, sudut diam
dan komprebilitas

5. Uji Sifat Fisik Granul


a. Kecepatan alir
Menimbang 10g granul lalu memasukkan kedalam corong yang
tangkainya ditutup. Penutup pada ujung lorong dibuka dan granul
dibiarkan hingga habis sembari menghitung kecepatan alir massa
granul.
b. Sudut diam
Menimbang 10g granul lalu memasukkan melalui lubang bagian
atas, dan bagian bawah ditutup. Setelah seluruh serbuk masuk,
kemudian penutup bagian bawah dibuka. Lalu mengukur tinggi
kerucut dan diameternya. Rumus untuk perhitungan sudut
istirahat granul :

Tana = h/r

Keterangan :
Tana : Sudut diam
h : Tinggi serbuk

21
r : Jari – jari serbuk
c. Kompresibilitas
Menimbang gelas ukur 100ml yang kosong (Massa I) dan mengisi
granul hingga volume 100ml (Vu), lalu ditimbang (Massa II).
Gelas ukur lalu dihentakkan terukur 500 kali secara stabil.
Volume granul dalam gelas ukur dibaca (Vb).

ρb=M /vb ρµ=M / vµ

( BJ mampat −BJ bulk )


C= x 100 %
BJ mampat

Keterangan :
ρb : Bobot jenis setelah pemampatan
M : Massa granul
vb : Volume setelah pemampatan
ρµ : Bobot jenis sebelum pemampatan
vµ : Volume sebelum pemampatan

6. Pembuatan Tablet
a. Menyiapkan granul yang telah melakukan uji sifat fisik kemudian
menambahkan aerosil dan magnesium stearat, dan mengocok
massa tablet dalam wadah hingga homogeny
b. Mencetak granul menjadi tablet berbobot 600mg tiap tablet,
dengan mesin cetak tablet single punch
c. Melakukan uji sifat fisik pada tablet ekstrak etanol daun kersen
meliputi uji keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan
tablet, kerapuhan tablet, dan waktu hancur tablet.

22
7. Uji Sifat Fisik Tablet
a. Keseragaman ukuran
Mengambil 20 tablet secara acak, mengukur diameter dan tebal
per-tablet. Menghitung rata – rata diameter dan tebal tablet,
memenuhi syarat bila garis tengah tablet tidak 3 kali dan tidak
kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet (Anonim, 1995).
b. Keseragaman bobot
Menimbang 20 tablet, dan menghitung bobot rata – rata
tablet.Bila menimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet
yang menyimpang dari bobot rata – rata lebih besar dari nilai
yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh ada tablet yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata – rata lebih dari nilai yang
ditetapkan pada kolom B (Anief, 2007).
c. Kekerasan Tablet
Menyiapkan 20 tablet dari masing – masing formula, menyiapkan
hardness tester, mengambil satu buah tablet lalu meletakkan
secara tegak lurus pada hardness tester kemudian ditekan.
Diamati pada tekanan berapa tablet tersebut pecah (Rahayu et al.,
2017).
d. Kerapuhan Tablet
Menyiapkan 20 tablet dari masing – masing formula, menimbang
20 tablet tersebut dan mencatat bobotnya. Lalu memasukkan
kedalam friability tester dengan kecepatan 25rpm selama 4 menit
(100 kali putaran), lalu keluarkan tablet dan bersihkan tablet
dengan kuas. Menimbang bobot tablet setelah dimasukkan
kedalam alat. Hitung selisih tablet sebelum dan sesudah perlakuan
(Rahayu et al., 2017).
e. Uji Waktu Hancur
Mengambil 5 tablet dan dimasukkan ke dalam keranjang dan
diturunkan teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur
jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa, kecuali

23
fragmen dari zat penyalut. Bila tidak dinyatakan lain waktu untuk
hancur tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit dan tidak
lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut (Anief, 2007).

8. Analisis Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran dan
pengamatan menggunakan alat yang sebelumnya sudah dikalibrasi
meliputi terhadap mutu dari fisik granul yaitu sudut diam,
komprebilitas, sudut diam, dan kecepatan alir. Lalu untuk mutu dari
fisik tablet meliputi keseragaman bobot, keseragaman ukuran,
kekerasan tablet, kerapuhan tablet, dan waktu hancur tablet ekstrak
etanol daun kersen (Muntingia calabura L.).
Analisis statistik diterapkan pada keseragaman bobot,
keseragaman ukuran, kekerasan tablet, kerapuhan tablet, dan waktu
hancur tablet ekstrak etanol daun kersen (Muntingia calabura L.)
dengan menggunakan one way anova test menggunakan program
SPSS pada tingkat kepercayaan 95%. Data yang diperoleh akan
ditampilkan dalam bentuk tabel, dan dievaluasi dengan standar teori
farmasetika dan penelitian.

Skema Pembuatan Tablet

Ekstrak kental + Aerosil ( 2 : 1 )

PVP K-30 Mengeringkan dengan oven suhu 40°C selama 24 Jam


+ Etanol
Mengayak dengan ayakan No. 120 hinggan seragam ukurannya

24
Ekstrak kering
Menggerus
hingga
Ekstrak kering + Laktosa monohidrat + Sodium Strach Glycolate
homogen
dan larut
Menggerus hingga homogen menjadi massa I
menjadi
massa II
Mencampur massa I dan massa II hingga menjadi kepalan

Mengayak dengan ayakan No. 14 hingga menjadi granul


basah dan oven pada suhu 50°C selama 24 jam

Mengayak kembali setelah kering dengan ayakan No. 16


hingga diperoleh granul kering

Memasukkan granul kering ke dalam botol bermulut besar

Granul kering + Mg stearat + Aerosil

Mencampur hingga homogen

Mencetak tablet

9. Jadwal Penelitian

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian


No Agenda Bulan
1 2 3 4
1 Perizinan dan Penyewaan Laboratorium

25
2 Persiapan Bahan dan Alat
3 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kersen
4 Pembuatan Tablet
5 Evaluasi Sifat Fisik Tablet
6 Analisis Data
7 Penyusunan Laporan
8 Evaluasi

DAFTAR PUSTAKA

Alfaridz, F. & Amalia, R., 2018, Klasifikasi dan Aktivitas Farmakologi dari
Senyawa Aktif Flavonoid, Farmaka, 16, 3, 1–9.
Anief, M., 2007, Farmasetika, UGM Press, Yogyakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi 4, Dirjen POM, ed., Departemen

26
Kesehatan, Jakarta.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi ke 4, UI Press.
Apriyanti, E., 2016, Efek Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia Calabura L.)
Terhadap Penghambatan Peningkatan Kadar Gula Darah Pada Tikus Putih
Jantan Galur Wistar,
Bala, Rajni, Sushil, K. & Pravin, P., 2012, Polymers in Fast Disintegrating
Tablets-A Review, Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research,
5, 2, 8–14.
Berlian, A.V. & Subarnas, A., 2018, Review Mekanisme, Karakterisasi Dan
Aplikasi Sodium Starch Glycolate (Ssg) Dalam Bidang Farmasetik,
Farmaka, 16, 556–563.
BPOM, 2013, Persyaratan Mutu Obat Tradisional, Bpom, 1–16.
Hadi, K. & Permatasari, I., 2019, Uji Fitokimia Kersen (Muntingia calabura .L)
dan Pemanfaatannya Sebagai Alternatif Penyembuhan Luka, Prosiding Sains
TeKes, 1, 22–31.
Haki, M., 2009, Efek ekstrak daun Talok (Muntingia calabura L.) terhadap
ektivitas enzim SGPT pada mencit yang diinduksi karbon tetraklorida.
Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta.,
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia : Penuntun cara modern menganalisis
tumbuhan, edisi ke 2, Penerbit ITB, Bandung.
Hasanah, M., Andriani, N. & Noprizon, 2016, Perbandingan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Kersen ( Muntingia Calabura L .) Hasil
Ekstraksi Maserasi Dan Refluks, , 6, 2, 84–90.
Jumiarni, W.O. & Komalasari, O., 2017, Eksplorasi Jenis Dan Pemanfaatan
Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Suku Muna Di Permukiman Kota Wuna,
Traditional Medicine Journal, 22, 1, 45–56.
Kosasih, E. Supriatna, N. Ana, E., 2013, Informasi singkat benih kersen/talok
(Muntingia calabura L.), Balai pembenihan Tanaman Hutan Jawa dan
Madura.
Mierziak, J., Kostyn, K. & Kulma, A., 2014, Flavonoids as important molecules
of plant interactions with the environment, Molecules, 19, 10, 16240–16265.

27
Mukhtarini, 2014, Ekstraksi, pemisahan senyawa, dan identifikasi senyawa aktif,
Jurnal Kesehatan, V, 361.
Munawarah, S. & Handayani, P.A., 2010, Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut
(Cytrus hydtrik D.C) Dengan Pelarut Etanol dan N-Heksan, Kompetensi
Teknik, 2, 1, 73–78.
Novianti, D., 2017, Potensi Dan Pengembangan Jenis Tanaman Obat Didesa
Meranjat Kecamatan Indralaya Selatan, Journal of Chemical Information
and Modeling, 53, 9, 1689–1699.
Nurholis dan Ismail Saleh, 2019, Hubungan Karakteristik Morfofisiologi
Tanaman Kersen (Muntingia Calabura), Agrovigor: Jurnal
Agroekoteknologi, 12, 2, 47–52.
Pahwa, R. & Gupta, N., 2011, Superdisintegrant in the Development of Orally
Disintegrating Tablets: A Review., International Journal of Pharmaceutical
Science and Research, 2, 11, 2767–2780.
Priyanka, S. & Sethi, V.A., 2013, Review Article on : Superdisintegrants.,
International Journal of Drug Research and Technology., 3, 4, 76–78.
Puspasari, A.F., Agustini, S.M. & Illahika, A.P., 2016, Pengaruh Ekstrak Daun
Kersen (Muntingia Calabra L.) Terhadap Profil Lipid Mencit Putih (Mus
Musculus) Jantan Yang Diinduksi Minyak Jelantah, Saintika Medika, 12, 1,
49.
Puspitasari, A.D. & Proyogo, L.S., 2013, Perbandingan Metode Ekstraksi
Maserasi Dan Sokletasi Terhadap Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanol
Daun Kersen (Muntingia Calabura), Jurnal Farmasi, 16–23.
Rahayu, S., Azhari, N. & Ruslinawati, I., 2017, Penggunaan Amylum Manihot
Sebagai Bahan Penghancur Dalam Formulasi Tablet Ibuprofen Secara
Kombinasi Intragranular-Ekstragranular, Journal of Current Pharmaceutical
Sciences, 1, 1, 2598–2095.
Rowe., C., R., Sheskey, P.J. & Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients Sixth Edition, edisi ke 6, Pharmaceutical Press, London.
Safitri, I., Sulistiyaningsih & Chaerunisaa, A.Y., 2019, Review : Superdisintegran
dalam Sediaan Oral, Farmasetika.com (Online), 4, 3, 56.

28
Simatupang, M., 2011, Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Kulit Batang Tumbuhan
Seri(Muntingia calabura L.),
Tim Pengasuh Mortum UNAND, 2014, Morfologi Tumbuhan, University Press,
Yogyakarta. http://biologi.fmipa.unand.ac.id/images/Download/Diktat
Praktikum/Wajib/Penuntun Praktikum_Morfologi Tumbuhan.pdf,.
Utami, 2009, POTENSI DAUN ALPUKAT (Persea Americana Mill) SEBAGAI
SUMBER ANTIOKSIDAN ALAMI, POTENSI DAUN ALPUKAT (Persea
Americana Mill) SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN ALAMI, 2, 1, 58–64.
Utami, N.F., Nurdayanty, M.S., Sutanto & Suhendar, U., 2020, Pengaruh
Berbagai Metode Ekstraksi Pada Penentuan Kadar Flavonoid Ekstrak Etanol
Daun Iler (Plectranthus Scutellarioides), , 10, 1, 76–83.
Zahara, M. & Suryady, 2018, Kajian Morfologi dan Review Fitokimia Tumbuhan
Kersen (Muntingia calabura L), Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran
Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh., 5, 2, 68–74.

LAMPIRAN

29

Anda mungkin juga menyukai