Oleh:
FADIA BAYU PUTRI
NIM. 19630046
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
ABSTRAK v
ABSTRACK vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Batasan Masalah 3
1.5 Manfaat 3
i
3.4 Tahapan Percobaan 11
3.5 Cara Kerja
3.5.1 Preparasi Sampel 11
3.5.2 Ekstraksi Menggunakan Metode Sonikasi 11
3.5.3 Hidrolisis darn Partisi 12
3.5.4 Uji Fitokimia Flavonoid 12
3.5.5 Monitoring dengan KLTP 12
3.5.6 Identifikasi Karakterisasi dengan Spektrofotometer UV-Vis 12
3.5.7 Identifikasi Karakterisasi dengan Spektrofotometer FTIR 13
3.5.8 Identifikasi Karakterisasi dengan Spektrofotometer H-NMR 13
3.5.9 Identifikasi Karakterisasi dengan Spektrofotometer GC-MS 13
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan 22
5.2. Saran 222
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 24
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 4
Gambar 2.2 6
Gambar 4.1 15
Gambar 4.2 16
Gambar 4.3 17
Gambar 4.4 18
Gambar 4.5 19
Gambar 4.6 20
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 20
Tabel 4.2 21
iv
ABSTRAK
Putri, F. B. 2022. Isolasi Bahan Alam Flavonoid dari Kelopak Bunga Rosella
Merah (Hibiscus Sabdariffa, L.) Menggunakan Metode Sonikasi. Laporan
Praktikum. Program Studi Kimia. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Asisten Laboratorium: Dinda Ayu Lestari.
Kata Kunci: Bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa, L.), ekstraksi sonikasi, flavonoid
v
ABSTRACT
The isolation method of flavonoid compounds in this study was carried out
by the sonication method using 96% ethanol as a solvent. The ethanol extract was
concentrated and then hydrolyzed and partitioned, phytochemical tests were carried
out, and TLC tests were carried out. Pure isolates that showed positive results in the
flavonoid test were then analyzed for the presence of their functional groups using
a UV-Vis spectrophotometer, FTIR, H-NMR, and GC-MS.
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
memperoleh kandungan antioksidan yang lebih tinggi dengan waktu yang relatif
singkat. Adanya bantuan gelombang ultrasonik membuat proses ekstraksi pada
tanaman dan biji-bijian dengan menggunakan pelarut organik dapat berlangsung
lebih cepat (Sholihah et al., 2017). Menurut penelitian Utami et al, (2009) metode
ekstraksi padat cair seperti sonikasi yang memanfaatkan gelombang ultrasonik yang
dapat menghancurkan sel daun sehingga kandungan yang ada didalamnya dapat
keluar dengan mudah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian isolasi dan karakterisasi
senyawa flavonoid dari bunga rosella akan dilakukan dengan menggunakan
ekstraksi sonikasi.
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hasil rendemen yang terdapat pada ekstrak bunga Rosella
(Hibiscus sabdariffa L.) dengan metode sonikasi.
2. Untuk mengetahui hasil pemisahan senyawa flavonoid pada ekstrak bunga
Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) menggunakan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT).
3. Untuk mengetahui hasil identifikasi isolate flavonoid ekstrak bunga Rosella
(Hibiscus sabdariffa L.) menggunakan spektrofotometer UV-Vis, FTIR, H-
NMR, dan GC-MS.
3
1.5 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai
senyawa flavonoid yang terdapat dalam tumbuhan bunga Rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) menggunakan metode ekstraksi sonikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
cair-cair adalah memiliki kepolaran yang sesuai dengan komponen yang diekstraksi
dan harus terpisah setelah pengocokan (Dirar, et al., 2018).
2.4 Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar
yang ditemukan dialam. Senyawa- senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu
dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan
(Markham, 1988). Golongan flavonoid memiliki kerangka karbon yang terdiri atas
dua cincin benzene tersubstitusi yang disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon
Pengelompokan flavonoid berdasarkan pada cincin heterosiklik- oksigen tambahan
dan gugus hidroksil yang tersebar (Robinson, 1995). Golongan terbesar flavonoid
memiliki cincin piran yang yang menghubungkan rantai tiga – karbon dengan salah
satu cincin benzene (Harborne, 1987).
dicapai dalam waktu yang singkat, sehingga memungkinkan KLT merupakan suatu
teknik dengan jaminan keberhasilan, di dalam pemisahan campuran yang tidak
diketahui. Sedangkan beberapa kerugia dari KLT diantaranya yaitu KLT bisa
menjadi pekerjaan yang kurang bersih, khususnya bila plat disiapkan sendiri. Para
peneliti disarankan untuk menggunakan plat yang siap pakai (Rosamah, 2019).
10
11
14
15
sampel. Etanol adalah pelarut volatile bersifat semipolar karena dapat melarutkan
baik senyawa polar maupun nonpolar. Gugus -OH polar dan -CH3CH2 bersifat
nonpolar (Arsa dan Achmad, 2020). Sedangkan flavonoid adalah senyawa polar
yang larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, air,
dimetilsulfoksida (DMSO) dan dimetilformamida (DMF). Gula yang terikat pada
flavonoid (bentuk umum yang ditemukan) menyebabkan flavonoid lebih mudah
larut dalam senyawa polar (Markham, 1988). Efektivitas ekstraksi suatu senyawa
oleh pelarut sangat tergantung kepada kelarutan senyawa tersebut dalam pelarut,
sesuai dengan prinsip like dissolve like yaitu suatu senyawa akan terlarut pada
pelarut dengan sifat yang sama (Verdiana, et al., 2018). Maka dari itu, flavonoid
dapat larut degan etanol. Setelah itu ekstrak yang diperoleh disaring menggunakan
corong Buchner yang bertujuan untuk memisahkan filtrat dengan analit. Filtrat yang
diperoleh dari proses penyaringan berwarna merah gelap. Kemudian filtrat
dikentalkan menggunakan rotary evaporator yang bertujuan untuk menguapkan
pelarutnya. Ekstrak pekat yang diperoleh berwarna merah tua pekat sebanyak 21,
8083gram dan rendemen yang dihasilkan sebesar 72,63%.
Gambar 4.1 Hasil sonikasi bunga rosella dengan pelarut etanol 96%
Tetapi, dari nilai Rf yang didapat, hal tersebut juga dapat membuktikan bahwa
kandungan senyawa flavonoid pada bunga rosella lebih banyak dibandingkan daun
adam hawa.
Berdasarkan gambar 4.4, dapat dilihat bahwa senyawa isolate bunag rosella
memiliki serapan pada panjang gelombang maksimum (λ maks) 268,9 nm. Hal ini
sudah sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khowas (2021) bahwa nilai
maksimum panjang serapan pada senyawa diduga flavonoid adalah 269,0 nm.
Selain itu, terdapat penelitian lain yang dapat memperkuat asumsi panjang serapan
gelombang pada senyawa flavonoid dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh
Koirewoa, et al (2010) bahwa rentang serapan spektrum flavonol mempunyai
panjang gelombang di antara 250-280 nm dimana hal tersebut sudah sesuai dengan
hasil penelitian yang diperoleh yakni memiliki panjang gelombang sebesar 268,9
nm.
19
Spektra yabg dihasilkan oleh isolate bunga rosella menunjukkan adanya serapan-
serapan yang khas untuk beberapa gugus fungsi, yaitu pada bilangan gelombang
3486,42 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus aromatic N-H, lalu pada bilangan
gelombang 3426,61 cm-1 terdapat gugus O-H yang mendukung adanya senyawa
flavonoid. Selanjutnya pada Panjang bilangan gelombang 2980,55 cm-1 terdapat
gugus C-H, kemudian terdapat gugus -NH pada bilangan gelombang 2341,785.
Setelah itu pada bilangan gelombang 1644,93 cm-1 menunjukkan adanya gugus
-C=N- yang berupa imino dengan rantai terbuka. Lalu pada bilangan gelombang
1083,89 cm-1 diperoleh gugus Si-O-Si yang berupa siloksan organic atau silicon.
Selain adanya gugus OH pada flavonoid, terdapat gugus lain yang memperkuat
keberadaan dari senyawa tersebut yaitu gugus C-O yang didapat pada bilangan
gelombang 1045,9 cm-1 yang merupakan senyawa alifatik fosfat dengan vibrasi ulur
serta bilangan gelombang sebesar 878,796 cm-1 yang merupakan senyawa aromatic
fosfat dengan vibrasi yang sama yaitu ulur. Untuk Panjang gelombang 682,043
cm-1 dan 574,339 cm-1 merupakan gugus C-S dengan vibrasi ulur tetapi memiliki
20
golongan yang berbeda yaitu aril tioeter pada Panjang gelombang 682,043 cm-1 dan
disulfida pada Panjang gelombang 574,339 cm-1.
Tabel 4.1 Gugus fungsi yang terdapat dalam isolate bunga rosella
1
Karakterisasi produk isolasi menggunakan spektrofotometer H-NMR
bertujuan untuk mengetahui jumlah proton, lingkungan proton, dan proton tetangga
21
atau dapat juga dikatakan untuk menegtahui gambaran berbagai jenis atom
hydrogen dalam molekul. Spektrum H-NMR yang diperoleh dapat memebrikan
informasi yang berhubungan dengan pergeseran kimia proton dan juga bentuk
sinyal. Berdasarkan hasil analisis menggunakan spektrofotometer 1HNMR
diperoleh 10 puncak yang menggambarkan 10 lingkungan proton yang berbeda.
Adapun interpretasi yang muncul dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Berdasarkan hasil analisa pada gambar tersebut, dapat diketahui bahwa masing-
masing puncak memiliki nilai pergeseran kimmia yang berbeda-beda dengan
splitting yang berbeda juga. Puncak pada gugus -H memiliki nilai pergeseran kimia
sebesar 6,71 ppm. Dilanjut oleh gugus C-H yang memiliki nilai pergeseran kimia
sebesar 7,33 ppm lalu 7,40 ppm disusul oleh 7,47 ppm selanjutnya 7,55 ppm
22
dilanjut dengan 7,56 ppm dan terakhir 7,77 ppm. Untuk pergeseran kimia pada 7,77
ppm terdapat dua puncak, puncak sisanya memiliki gugus -H. Satu lagi gugus C-H
dengan nilai pergeseran kimia sebesar 8,08 ppm. Selain itu, pada hasil penelitian
diperoleh puncak tertinggi pada nilai 6,71 ppm.
Gambar 4.7 Spektra massa dari ekstrak bunga rosella dalam kromatogram
Hasil spektra massa dari ekstrak bunga rosella yang diperoleh dalam
kromatogram memiliki nilai m/z sebesar 222 yang merupakan puncak dasarnya.
Dimana pada nilai tersebut diasumsikan sebagai senyawa target karena sudah sesuai
dengan massa relative senyawa flavonoid.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan yaitu:
1. Hasil ekstraksi ekstrak bunga rosella dengan pelarut etanol 96%
menggunakan metode ekstraksi sonikasi dengan gelombang ultrasonic
adalah sebesar 72,63%.
2. Hasil pemisahan senyawa flavonoid bunga rosella (Hibiscus sabdariffa, L.)
menggunakan Kromatografi Lapis Tipis Preparasi (KLTP) menggunakan
Panjang gelombang 254 dan 366 nm memunculkan bercak spot dengan
warna biru, hitam serta hijau dengan nilali Rf 0,6875.
3. Flavonoid dari ekstrak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa, L.) dapat
dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, FTIR, H-
NMR, dan GC-MS. Pada karakterisasi UV-Vis menghasilkan Panjang
gelombang 268,9 m, dimana pada Panjang tersebut diduga merupakan
senyawa flavonoid golongan flavon atau flavonol maupun isoflavone. Pada
spektrum FTIR juga menunjukkan bukti keberadaan senyawa yang diduga
merupakan flavonoid. Selanjutnya hasil dari karakterisasi pada H-NMR
menunjukkan adanya 10 sinyal pada proton lalu untuk hasil yang didapat
dari GC-MS menghasilkan m/z ion molekuler 222 yang sesuai dengan berat
molekul pada senyawa target yaitu flavonoid.
5.2. Saran
Pada percobaan ini, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
toksisitas yang ada pada bunga rosella (Hibiscus sabdariffa, L.) sehingga
dapat menambah informasi terkait kadar toksisitas dari bunga rosella
(Hibiscus sabdariffa, L.) yang biasa digunakan sebagai tanaman obat.
23
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, B., dan Ibrahim, S. 2018. Struktur, Bioaktivitas dan Antioksidan Flavonoid.
Jurnal Zarah, 6 (1): 21-29. Baraja, M. 2008. Uji Toksisitas Ekstrak Daun Ficus
elastica Nois ex Blume terhadap Artemia salina Leach dan Profil Kromatografi
Lapis Tipis. Skripsi.
Cazes, J. 2001. Encyclopedia of Chromatography. New York: Marcel Dekker Inc.
Chakraborty, D. 2016. Instrumentation of FTIR and Its Herbal Applications .
Wourld Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science:498-505.
Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik secara Spektroskopi.
Padang: Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Universitas Andalas.
Demir, T., Gunesli, Z., Sonmez, F., Bilen, C., Yavuz, E., dan Gencer, N. 2015.
Inhibition Of Carbonic Anhydrase I And Ii With Total Anthocyanins Extracted
From Sweet Cherry Cultivars. Environmental Engineering and Management
Journal, 14 (4): 935-941.
Djaeni, M., Ariani, N., Hidayat , R., dan Utari, F. 2017. Ekstraksi Antosianin dari
Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) Berbantu Ultrasonik: Tinjaaun
Aktivitas Antioksidan. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 6 (3): 148-151.
Fasya, A.Ghanaim, Dinasti, A.R., Syofiyah, M., Rahmawati L.M., Millati, N.,
Safitri, D.A., Handoko, S., Hanapi, A., dan Ningsih, R. 2016. Ekstraksi,
Hidrolisis dan Partisi Metabolit Sekunder dari Mikroalga Chlorella sp.
Alchemy. 5 (1): 5-9.
Farmasi Galenika ; Nuari, J., Anam, S., & Khumaidi, S. (2017). Isolasi dan
Identifikasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Etanol Buah Naga Merah (Hylocereus
polyrhizus (F.A.C.Weber)Briton & Rose). Galenika Journal of Pharmacy),
2(2), 118–125. https://doi.org/10.22487/j24428744.2017.v3.i2.8771
Hagr, T., dan Adam, I. A. 2020. Phytochemical Analysis, Antibacterial and
antioxidant Activities of Essential Oil from Hibiscus sabdariffa (L) Seeds,
(Sudanese Karkadi). Progress in Chemical and Biochemical Research, 3 (3):
194-201.
Halimatul, S., Amin, I., Mohd-Esa, N., Nawalyah, A., dan Muskinah, S. 2007.
Protein Quality of Roselle (Hibiscus sabdariffa L.). Seeds, ASEAN Food
Journal, 14 (2): 131-140.
Harborne, J. 1987. Metode Fitokimia: Penentuan Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. (K. Padmawinata, & I. Soediro, Trans.) Bandung: Penerbit ITB.
Heinrich, M., Barnes, J., dan Gibbons, S. 2009. Farmakognosi dan Fitoterapi. (W.
Syarief, Trans.) Jakarta: EGC.
24
25
Hodgson, J., & Kevin, D. 2006. Review Dietary flavonoids: effects on endothelial
function and blood pressure. J Sci Food Agric.
Hussain, S., dan Maqbool , K. 2014. GC-MS: Principle, Technique and Its
Application in Food Science. International Journal of Current Science, 116-
126.
Inggrid, M., Hartanto, Y., dan Widjaja, J. 2018. Karakteristik Antioksidan pada
Kelopak Bunga Rosella. Jurnal Rekayasa Hijau, 3 (2): 283-289.
Ismawan, B. 2010. Herbal Indonesia Bekhasiat Vol.8. Bogor: PT.Trubus Swadaya.
Khopkar, S. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Depok: Universitas Indonesia.
Kuldikole, J. 2002. Effect of Ultrasound, Temperature and Pressure Treatments on
Enzym Activity and Quality Indicators of Fruit and Vegetables Juices.
Dissetation der Techiscen University Berlin.
Latifah. 2015. Identifikasi Golongan Senyawa Flavonoid dan Uji Aktivitas
Antioksidan Pada Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) dengan
Metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Skripsi.
Lestari, P., Kusrini, D., dan Anam, K. 2014. Anthocyanin Identification of
Methanol-HCl Extract Active Fraction in Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) and
Its Potential as Xanthine Oxidase Inhibitor. Jurnal Sains dan Matematika, 22
(3): 72-78.
Mardiah, S., Ashadi, W., dan Rahayu, A. 2009. Budidaya dan Pengolahan Rosella
Si Merah Segudang Manfaat. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Markham, K. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. (K. Padmawinata, Trans.)
Bandung: Penerbit ITB.
Mason, T. 1990. Sonochemistry: The Use of Ultrasonic in Chemistry Vol.1.
Cambridge (UK): Royal Society of Chemistry.
Mc.Murry, J. 2010. Fundamental of Organic Chemistry & Edition. New York:
Brooks/Cole.
McClements, D. 1990. Advances In The Application Of Ultrasonic In Food
Analysis And Processing. Trends Food Sci. Techn, 293-299.
Mulja, M., dan Suharman. 1995. Analisis Instrumental . Surabaya: Universitas
Airlangga Press.
Nuryanti, S., Puspitasari, D., Supriadi. 2019. Rosella (Hibiscus sabdariffa) Flowers
as Alternative Indicators of Blue and Red Litmus. Oriental Journal of
Chemistry, 35 (1): 476-480.
Panche, A., Diwan, A., dan Chandra, S. 2016. Flavonoids: an Overview. Journal of
Nutritional Science, 5: 1-15.
26
Verdiana, M., Widarta, I., & Permana, I. 2018. Pengaruh Jenis Pelarut Pada
Ekstraksi Menggunakan Gelombang Ultrasonik Terhadap Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Lemon (Citrus Limon (Linn.) Burm F.). J
urnal Ilmu dan Teknologi Pangan, 7 (4): 213-222. Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran
Teknologi Farmasi. (N. Soendani, Trans.) Yogyakarta: UGM Press.
Vyas, A., Jain, V., Singh, D., Singh, M., Shukla, S., Pandey, R., et al. 2011. TLC
Densitometric Method for the Estimation of Piperine in Ayurvedic
Formulation Trikatu Churna. Oriental Journal of Chemistry, 27 (1), 301- 304.
Winata, E., & Yunianta. 2015. Ekstraksi Antosianin Buah Murbei (Morus alba L.)
Metode Ultrasonik Bath (Kajian waktu dan rasio bahan: Pelarut). Jurnal
Pangan dan Agroindustri, 3 (2): 773-783.
28
- Ditimbang 30 gr
- Dimasukkan kedalam erlenmeyer
- Ditambahkan etanol 96% sebanyak 300 mL
- Ditutup dengan alumunium foil
- Diekstraksi menggunakan ultrasonik waterbath selama 15 menit pada
suhu 40oc
- Disaring larutan ekstrak menggunakan corong buchner
- Ditampung Filtratnya
- Dipekatkan filtrat dengan vacuum rotary evaporator
- Ditimbang ekstrak pekat
- Dihitung rendemennya
Hasil
29
Hasil Ekstraksi
- Dihidrolisis menggunakan HCL 2 N
- Dijenuhkan atau dinetralkan dengan NaHCo3
- Distirrer selama 30 menit sampai pH netral
- Dipartisi dengan pelarut Kloroform dan air (5:1) sebanyak 2x
- Ditimbang dan Dihitung rendemennya.
Hasil
Hasil
Hasil
32
Lampiran 2 Perhitungan
massa HCl
- Mol HCl dalam konsentrasi 37% =
BM HCl
37 graml
= 36,42 g/mol
= 1,0159 mol
m
- Volume larutan HCl dalam larutan HCl 37% = ρ
100 gram
= 1,19 g/mL
= 84,033 ml = 0,0833 L
Mol
- Molaritas HCl 37% =
V (L)
1,0159 mol
= 0,0833 L
= 12.094 mol/L
= 1 x 12.094 mol/L
= 12.094 N
Sehingga untuk membuat larutan HCl 2N sebanyak 100 mL dari larutan HCl
12,094 N menggunakan prinsip pengenceran berikut :
N1 x V1 = N2 x V2
12,0894 N x V1 = 2N x 100 mL
V1 = 16,5 mL
Larutan HCl pekat 37% diambil sebanyak 16,5 mL. Kemudian dimasukkan ke
dalam labu ukur 100 mL. Selanjutnya ditambahkan aquades sampai tanda batas
dan dikocok hingga homogen.
33
M1 V1 = M2 V2
2,1875 mL = V2
M1 V1 = M2 V2
8,3334 mL = V2
= 72,63 %
1. Spektra UV-Vis
Peak Table
Peak Style Peaks
Peak Threshold 0.0100
Range 800.1nm to 200.0nm
2. Spektra FTIR
3. Spektra H-NMR
36
4. Spektra GC-MS
37
LAMPIRAN 4: Dokumentasi
Hasil ditotolkan dari tepi Diperoleh bercak noda Diperoleh bercak noda
bawah plat dengan pipa hasil pemisahan dibawah hasil pemisahan dibawah
kapiler sinar UV sinar UV
40
1
PROGRAM STUDI KIMIA PRAKTIKUM MAHASISWA
JUDULPENELITIAN: ISOLASI FLAVONOID DARI KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa, Linn)
DENGAN METODE SONIKASI
Diekstraksi menggunakan Suhu dan waktu yang tidak Lebih diperhatikan suhu dan
ultrasonic waterbath selama tepat menyebabkan hasil waktu ekstraksi
15 menit pada yangdiperoleh tidak sesuai
suhu 40 oC dengan
3 1 1 1
frekuensi
Disaring larutan hasil ekstrak Tumpahnya hasil ekstraksi Dilakukan lebih hati-hati
menggunakan corong agar tidak terjadi tumpahan
buchner dan filtratnya sampel.
4 1 1 1
ditampung
42
1 1 1
Ditimbang dan dihitung Penimbangan kurang teliti dan Penimbangan dilakukan lebih
rendemennya dapat beresiko tumpah teliti agar didapat hasil yang
5 lebih 1 1 1
bagus
Dihitung nilai Rf dan Rsnya Rs = Penghitungan tidak sesuai berhati-hati dan teliti
d/(W1 + W2)x 0,5
Diperiksa noda menggunakan Pemeriksaan hasil tidak sesuai dilakukan dengan berhati-
lampu uv pada panjang dan kurang teliti hati dan teliti
gelombang 254 nm dan 366
5 1 1 1
nm
Digerus hingga halus dan Penggerusan tidak merata dan dilakukan dengan berhati-
dibentuk menjadi pellet halus hati dan teliti
2 1 1 1
4 1 1 1
49
Diperoleh signal-signal dari hasil Tidak tepatnya peletakan dilakukan dengan berhati-
pola fragmentasi senyawa sampel hati dan teliti
2 flavonoid 1 1 1
Diamati dan diidentifikasi hasil Pemeriksaan hasil tidak sesuai dilakukan dengan berhati-
spektra dari spektofotometer GC- dan kurang teliti hati dan teliti
3 MS. 1 1 1
50