Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN RESMI FTS PADAT PEMBUATAN

GRANULASI BASAH DAN GRANULASI KERING

Nama : Nur Ain’ni

Kelompok :A

NPM : 1617000351

Hari : Rabu, 23 September 2020

Dosen Pengampu : METHA ANUNG ANINDHITA, S.Farm., M,Sc.,Apt

Asisten Dosen : Nabila Karimah Amd, Farm

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PEKALONGAN

2019/2020
PEMBUATAN GRANULASI BASAH DAN GRANULASI
KERING

I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami macam- macam metode pembuatan tablet
2. Mahasiswa mampu memahami macam-macam evaluasi granul
II. DASAR TEORI

Pemberian obat melalui mulut merupakan cara pemberian yang paling utama untuk
memperoleh efek sistemik, dan dari obat-obat yang diberikan melalui mulut, maka
sediaan padat merupakan bentuk yang lebih disenangi. Tablet merupakan sediaan
yang paling banyak digunakan dalam peracikan obat karena terbukti sangat
menguntungkan dari massanya yang dapat dibuat secara masinel dan harganya murah.
Selain itu, takarannya tepat, dikemas dengan baik, praktis dalam transportasi dan
penyimpanannya, serta mudah ditelan. Bentuk tablet biasanya silinder, kubus, cakram,
telur, atau ada juga yang berbentuk peluru. Bergantung pada cara pemakaian tablet
dan metode pembuatannya, tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat,
kekerasan, ketebalan, daya hancur dan dalam aspek lainnya. Perbedaan ukuran dan
warna dari tablet dalam perdagangan memudahkan pengenalan tablet serta bermanfaat
sebagai tambahan perlindungan bagi kesehatan masyarakat. Banyak keuntungan yang
didapatkan dalam penggunaan tablet, yaitu tablet merupakan bentuk sediaan yang
utuh dan menawarkan kemampuan terbaik untuk ketepatan ukuran, variabilitas
kandungan yang paling rendah, ongkos pembuatannya paling rendah, paling ringan
dan paling kompak, murah untuk dikemas serta dikirim, tidak memerlukan langkah
tambahan bila menggunakan permukaan pencetak bermonogram atau berhiasan
timbul, paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan, merupakan bentuk sediaan oral yang paling banyak diproduksi secara
besar-besaran, memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas
mikrobiologi yang paling baik.
Hal-hal yang menyebabkan tablet menjadi bentuk sediaan yang populer seperti
kekompakan, stabilitas kimia dan kemujarabannya, terutama ditentukan oleh kualitas
granulasinya. Pada dasarnya tiap bahan yang akan
dibuat tablet harus memiliki 2 karakteristik, yaitu kemampuan mengalir dan dapat
dicetak. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat
pengembang, zat pengikat, zat pelicin dan zat pembasah.
Tablet digunakan baik untuk tujuan pengobatan lokal atau sistemik. Pengobatan lokal
misalnya:
1.Tablet untuk vagina, berbentuk seperti amandel, oval, digunakan untuk antiinfeksi,
antifungi, penggunaan hormon secara lokal.
2.Lozenges, trochisi, digunakan untuk efek lokal di mulut dan tenggorokan,
umumnya digunakan sebagai antiinfeksi.
Pengobatan untuk mendapatkan efek sistemik, selain tablet biasa yang ditelan
masuk perut terdapat pula yang lain seperti:
1.Tablet Bukal, digunakan dengan cara dimasukkan di antara pipi dan gusi dalam
rongga mulut, biasanya berisi hormon steroid; absorpsi terjadi melalui mukosa mulut
masuk peredaran darah.
2. Tablet Sublingual, digunakan dengan jalan dimasukkan di bawah lidah, biasanya
berisi hormon steroid, absorpsi terjadi melalui mukosa mulut masuk peredaran darah.
3.Tablet Implantasi, berupa pellet, bulat atau oval pipih, steril dimasukkan secara
implantasi dalam kulit badan. Sedangkan tablet Hipodermik dilarutkan dalam air steril
untuk injeksi untuk disuntikkan di bawah kulit.
Pembuatan Tablet Untuk membuat tablet diperlukan zat tambahan berupa:
1.Zat pengisi (diluent), dimasukkan untuk memperbesar volume tablet. Biasanya
digunakan Saccharum Lactis, Amilum Manihot, Calcii Phosphas, Calcii Carbonas dan
zat lain yang cocok.
2.Zat pengikat (binder), dimasukkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat.
Biasanya digunakan mucilago Gummi Arabici 10-20 %, Solutio Methylcellulosum
5%.
3.Zat penghancur (disintegrator), dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut.
Biasanya digunakan Amilum Manihot kering, Gelatinum, agar- agar, Natrium
Alginat.
4.Zat pelicin (lubricant), dimasukkan agar tablet tidak lekat pada cetakan (Matrys).
Biasanya digunakan Talcum 5 %, Magnesii Stearas, Acidum Stearicum. Dalam
pembuatan tablet, zat berkhasiat dan zat-zat lain, kecuali zat pelicin, dibuat granul
(butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan tablet dengan baik,
maka dibuat granul agar mudah mengalir (free flowing) mengisi cetakan serta
menjaga agar tablet tidak retak (capping).
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu, granulasi basah, granulasi kering (mesin
rol atau mesin slug) dan cetak langsung.
Tujuan granulasi, baik granulasi basah maupun granulasi kering adalah sama, yaitu
untuk meningkatkan daya alir dan atau kemampuan kempa.
Metode pembuatan tablet yaitu:
1. Granulasi Basah Keuntungan:
a.Obat tersebar di dalam granul sehingga homogenitas umumnya baik.
b.Penampilan tablet umumnya bagus.
Kerugian:
a.waktu yang diperlukan banyak dan diperlukan peralatan yang mahal.
b.Zat pengikat mungkin mempengaruhi pelepasan obat.
c.Tidak untuk zat aktif yang tidak tahan pemanasan dan terurai oleh air.
d.Pelarut yang digunakan mungkin dapat mempengaruhi stabilitas obat.
2. Granulasi Kering Keuntungan:
a.Tidak diperlukan pemanasan dan air sebagai pembantu pembuatan granul.
b.Peralatan lebih sederhana.
c.Waktu yang diperlukan lebih singkat.
Kerugian:
a.Tablet sering penampilannya kurang bagus.
b.Variasi kadar mungkin menjadi masalah karena adanya fraksinasi (pemisahan) obat
dengan zat pembantu.
c.Lebih banyak pelincir yang dipakai dapat menimbulkan masalah pelepasan obat.
3. Cetak langsung Keuntungan:
a.Waktu dan peralatan yang diperlukan lebih singkat daripada kedua proses
sebelumnya.
b.Tidak diperlukan pemanasan dan air sebagai pembantu pembuatan granul.
c.Tidak memerlukan bahan pengikat.
d.Obat biasanya dalam bentuk granular sehingga disolusi lebih cepat daripada tablet-
tablet yang dibuat dengan granulasi.
Kerugian:
a.Kapasitas zat pengisi untuk zat aktif yang halus dan kohensif sering membatasi
penggunaannya sampai 20 % atau bahkan kurang. Hanya dapat digunakan untuk obat
yang dosisnya lebih dari 200 mg bilamana obatnya sendiri mempunyai daya alir yang
baik dan kompresibilitasnya baik, misalnya aspirin.
b.Segregasi obat dan zat pembantu dapat terjadi di dalam corong (hopper) karena
obatnya tidak terikat pada granul. Disini pencampuran sangat penting.
Granulasi Basah Metode granulasi basah merupakan metode yang terluas
digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Hal yang menarik pada granulasi
basah yaitu pembasahan bahan, penggilingan basah serta pengeringan.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan cara ini:
1. Menimbang dan mencampur bahan-bahan
2. Pembuatan granul basah
3. Pengayakan adonan lembab menjadi granul
4. Pengeringan Penimbangan dan pencampuran Bahan aktif, pengisi, dan bahan
penghancur yang diperlukan dalam formula tablet ditimbang sesuai dengan jumlah
yang dibutuhkan untuk membuat sejumlah tablet yang akan diproduksi dan dicampur,
diaduk baik. Pengisi yang digunakan diantaranya laktosa, kaolin, manitol, amilum,
gula bubuk, dan kalsium fosfat. Pemilihan bahan pengisi berdasarkan pengalaman,
biaya pembuatan dan kecocokan obat dengan bahan pembantu lainnya dalam formula.
Bahan penghancur meliputi tepung jagung dan kentang, turunan amilum seperti
natrium amilum glukonat, senyawa selulosa seperti CMC, resin penukar kation dan
bahan lain yang membesar atau mengembang dengan adanya lembab dan mempunyai
efek menghancurkan tablet setelah masuk ke dalam cairan pencernaan. Pembuatan
granulasi basah Supaya campuran serbuk mengalir merata dan bebas pada hopper ke
dalam cetakan, mengisinya dengan tepat dan merata, biasanya pernah mengubah
campuran serbuk menjadi granula yang bebas mengalir ke dalam cetakan disebut
granulasi. Hal ini dapat dilakukan dengan baik dengan menambahkan cairan pengikat
atau perekat ke dalam campuran serbuk, melewatkan adonan yang lembab melalui
ayakan yang ukurannya seperti yang diinginkan, granul yang dihasilkan melalui
pengayakan ini dikeringkan, lalu diayak lagi dengan ayakan yang ukurannya lebih
kecil supaya mengurangi ukuran granul berikutnya. Unsur pengikat membantu
merekatkan granul satu dengan yang lainnya, menjaga kesatuan tablet setelah
dikompresi.
Diantara bahan pengikat yang digunakan ialah 10-20 % cairan berair dibuat dari
tepung jagung, 25-50 % larutan glukosa, molase, macam-macam gom alam, derivat
selulosa, gelatin dan povidon. Jika bahan obat sangat dipengaruhi oleh pengikat berair
maka zat pengikat ini dapat tanpa air atau ditambahkan dalam keadaan kering. Harus
hati-hati, tidak boleh terlalu basah dan tidak boleh terlalu kering. Bila dibasahi secara
berlebihan menghasilkan granul yang terlalu keras, pembasahan yang kurang akan
menghasilkan tablet yang terlalu lunak dan cenderung mudah remuk. Bila diinginkan
warna dan rasa yang cocok dapat ditambahkan ke dalam bahan pengikat sehingga
terjadi granulasi dengan warna dan rasa yang diinginkan. Penyaringan adonan lembab
menjadi granul Pada umumnya granulasi basah ditekan pada ayakan. Setelah semua
bahan berubah menjadi granul, kemudian ditebarkan di atas selembar kertas yang
lebar dalam nampan yang dangkal dan dikeringkan. Pengeringan granul Kebanyakan
granul dikeringkan dalam cabinet pengering dengan sistem sirkulasi udara dan
pengendalian temperatur.
Penyaringan kering Setelah dikeringkan, granul dilewatkan melalui ayakan dengan
lubang yang lebih kecil dari yang terbiasa dipakai untuk pembuatan granulasi asli.
Seberapa jauh granul dihaluskan, tergantung pada ukuran punch yang akan dipakai
dan tablet yang akan diproduksi. Ayakan dengan ukuran 12-20 biasanya dipakai untuk
waktu tersebut.
Pengukuran granul diperlukan sehingga rongga cetakan untuk memproduksi
tablet-tablet kecil dapat diisi penuh secara tepat oleh granul-granul tadi. Kekosongan
atau rongga yang disisakan oleh granul besar dalam cetakan kecil, akan menimbulkan
hasil tablet yang diproduksi tidak rata. Lubrikasi atau pelinciran Setelah pengayakan
kering, biasanya bahan pelincir kering ditambahkan ke dalam granul. Sehingga setiap
granul dilapisi oleh bahan pelincir. Dapat juga dilapisi debu ketika granul menyebar
melalui lubang kecil ayakan atau pencampuran dalam pengadukan serbuk. Pelincir
yang umum digunakan adalah talc, Mg stearat dan Ca stearat. Jumlah pelincir yang
digunakan berbeda-beda. Manfaat pelincir adalah mempercepat aliran granul dalam
corong ke dalam rongga cetakan, mencegah melekatnya granul pada punch dan
cetakan, selama pengeluaran tablet, mengurangi penggesekan antara tablet dan
dinding cetakan ketika tablet dilemparkan dari mesin dan memberikan rupa yang
bagus pada tablet yang sudah jadi. Pencetakan tablet Ada beberapa mesin pembuatan
tablet yang dikempa, masing-masing berbeda kapasitas produksinya, tetapi dasar
kerjanya sama. Cara kerjanya memasukkan granul ke dalam ruang cetakan dan
dikempa oleh kedua gerakan punch atas dan bawah.
Hal-hal yang diperhatikan untuk granul Kerapatan (Densitas) Bobot per satuan
volume dari partikel padat dinyatakan sebagai kerapatan sejati (ρ). Kebanyakan
serbuk dalam farmasetik berukuran kecil dan jika ditempatkan memenuhi 1 cc pada
gelas ukur maka diperoleh kerapatan sebenarnya. Jika serbuk tersebut dimampatkan
hingga memadat, akan didapatkan volume yang lebih kecil; kerapatannya dihitung
dari volume terkecil tersebut dan disebut kerapatan mampat. Partikulat dapat berupa
keadaan yang keras, lembut atau keadaan berpori. Kesukaran akan timbul bila
dilakukan percobaan untuk memeriksa volume partikel yang mengandung retakan-
retakan halus, pori internal dan rongga kapiler. Kerapatan curah merupakan massa
serbuk dibagi dengan volume ruah. Keruahan (Bulkiness) Keruahan diartikan sebagai
kebalikan dari kerapatan. Umumnya keruahan menjadi naik dengan berkurangnya
ukuran partikel. Campuran pertikulat yang ukurannya berbeda dapat menurunkan
keruahan karena terjadinya pengisian rongga yang kosong oleh partikel kecil.
Sifat alir Bilamana aliran suatu serbuk dari dalam bejana melalui lubang kecil
diamati, akan terlihat 2 kemungkinan jenis alir yang berbeda bentuk sifat alirnya,
yaitu: jenis alir bebas dan jenis lengket (sticky; kohesif) Jenis alir bebas
memungkinkan serbuk dapat mengalir dengan mantap dan kontinyu, sedangkan jenis
kohesif mengalami kesukaran untuk mengalir. Sifat alir serbuk tersebut dipengaruhi
oleh ukuran partikel, bentuk, porositas, kerapatan dan susunan (tekstur) permukaan.
Kebalikan dari sifat kohesif adalah dustibility yaitu kemudahan serbuk untuk
bertabur.
Sudut istirahat Sudut istirahat adalah sudut yang terbentuk antara lerengsuatu
timbunan serbuk dengan bidang horizontal. Sudut istirahat dipengaruhi fraksi antar
partikel-partikel. Makin kasar dan tidak beraturan permukaan pertikel akan semakin
besar sudut istirahatnya. Umumnya serbuk mempunyai sudut istirahat sekitar 34° -
48°.serbuk yang lebih mudah mengalir mempunyai sudut istirahat yang kecil.
Pedoman empiris mengalirnya serbuk diberikan melalui indeks kompresibilitas
(konsolidasi) Carr: Kompresibilitas (%) = kerapatan mampat – kerapatan nyata x 100
% Kerapatan mampat Tabel penaksiran indeks Carr untuk aliran serbuk Indeks
Kosolidasi Carr (%) Aliran 5 - 15 Sangat baik 12 – 16 Baik 18 – 21 Cukup 23 – 25
Buruk 33 – 38 Sangat buruk > 40 Sangat buruk sekali Indeks yang serupa diberikan
pula oleh Hausner. Rasio Hausner = ρb max / ρb min. Harga kurang dari 1,25
menunjukkan aliran yang baik (= 20 % Carr), sedangkan lebih dari 1,5 menunjukkan
aliran yang buruk (= 33 % Carr). Suatu curah serbuk yang dibiarkan mengalir dari
suatu lubang dan ditampung dalam bidang datar akhirnya akan membentuk suatu
gunungan. Sudut antara lereng dengan horizontal disebut sudut istirahat (angle of
repose, θ). Terdapat hubungan antara θ dengan aliran dan bentuk partikel. Tabel
Hubungan Sudut Istirahat θ dengan Aliran Serbuk Sudut Istirahat θ ( °) Aliran < 25
Sangat baik 25 – 30 Baik 30 – 40 Cukup > 40 Sangat buruk Kontrol kualitas tablet
1.Wujud tablet: warna dan bentuk 2.Keseragaman bobot 3.Keseragaman ukuran
4.Waktu hancur 5.Uji kestabilan 

III. URAIAN BAHAN


1. Amilum Manihot
Nama resmi                :    AMYLUM MANIHOT
Nama lain                   :    Pati Singkong
Pemerian                     :    serbuk halus, kadang-kadang bergumpalan kecil, putih tidak
berbau, tidak berasa.
Kelarutan                    :    praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol 95% p.
Penyimpanan              :    dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering.

2. Laktosa
Nama lain : Lactosum, saccharum lactis
Pemerian : Serbuk hablur, putih tidak berbau, rasa agak pahit
Kelarutan : Larut dalam 5 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih,
sukar larut dalam etanol 95%, praktis tidak larut dalam kloroforrm dan eter
Rumus molekul : C12H72O11.H2O
Berat molekul : 36,30
pH : 4,0-6,5
Partikel/ serbuk : 1,52 mg/cm3 Ukuran partikel 60; 50% pada 100 mesh ; 25-
65% pada 140 mesh
Kompatibilitas : Sedang Kemampuan alir : Sedang Disintegrasi : Baik
Higroskopisitas : Baik Lubrisitas : Kurang baik Stabilitas : Baik Daya alir :
Anhydrous DT = 8,3 g/ det Anhydrat lactose DMF = 8,7 g/ detC. 

3. Gelatin (Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 199 )


Pemerian  : sedikit berbau dan berasa, bewarna putih/ krem putih berbentuk
granul. Kering stabil di udara tetapi terurai oleh mikroba jika lembab atau dalam
bentuk larutan.
 Kelarutan  : tidak larut dalam air dingin, mengembang dan lunak bila dicelupkan
dalam air panas dan dalam asam asetat dan dalam campuran gliserin dan air serta
tidak larut dalam etanol.
 Konsentrasi  : 20%
 Stabilitas  : gelatin kering stabil dalam air.
 Kegunaan  : pengikat
 OTT  : akan bereaksi dengan asam da basa, aldehid, polimer anion & bahan
kation, elektrolit-elektrolit logam dan surfaktan.
 Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

4. Aquadest (Depkes RI, 1979 halaman 96)


Nama resmi                       : AQUADESTILLATA
Nama lain                          : Air suling, Aquadest
Rumus kimia                      : H2O
Berat molekul                    : 18,02
Pemerian                         :cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak  
mempunyai rasa.
Penyimpanan                       : dalam wadah tertutup.

IV. FORMULASI
1. Granul berwarna :
R/ Amilum Manihot 60%
Laktosa 34%
Gelatin 5%
Zat pewarna 1%
Aquades qs
2. Granul putih :
R/ Amilum Manihot 60%
Laktosa 35%
Gelatin 5%
Aquades qs
V. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
 Ayakan
 Timbangan analitik
 Sendok tanduk
 Baskom
 Beacker glass
 Klem dan statif
 Penggaris
 Corong
 Mesin pencetak tablet (single punch )
 Cawan porselin
2. Bahan
 Amylum manihot
 Laktosa
 Gelatin
 Zat pewarana
 Aquades

VI. CARA KERJA


1. Pembuatan granul berwarna

a) Ditimbang bahan amylum manihot sebanyak 120gram, laktosa


sebanyak 68gram dan gelatin sebanyak 10 gram

b) Amylum manihot ditambahkan dengan laktosa dicampurkan didalam


mortir hingga homogen (campuran 1)

c) Masukan gelatin dan zat warna kedalam cawan porselen , ditambahkan


aquades biarkan ± 10 menit, kemudian panaskan sambil diaduk hingga
larut (campuran2)

d) Tambahkan campuran 2 ke dalam campuran 1 aduk hingga terbentuk


massa siap granulasi . Tambahkan aquadest jika perlu

e) Ayak melalui ayakan nomer 16

f) Keringkan dalam oven

g) Setelah ayakkembali dengan ayakan nomer 18


2. Pembuatan granul putih
a) Timbang bahan amylum manihot sebanyak 120gram, laktosa sebnyak
70gram, gelatin sebanyak 10gram

b) Amylum manihot ditambahkan dengan latosa, dicampurkan didalam


mortir hingga homogen (campuran 1)

c) Masukkan gelatin ke dalam cawan porselen , ditambahkan aquadest


biarkan ± 10 menit , kemudian panaskan sambil diaduk hingga larut
(campuran 2)

d) Tambahkan campuran 2 ke dalam campuran 1 , diaduk hingga


terbentuk masa siap granulasi. Tambahkan aquadest jika perlu

e) Ayakan melalui ayakan nomer 16

f) Keringkan dalam oven

g) Seleah kering ayak kembali dengan ayakan nomer 18

3. Evaluasi granul
1) Kurva laju pengeringan
a) Timbang piring petr kosong (wadah dan tutupnya ) dan beri
kode tiap piring petri

b) Timbang granul basah dari percobaan A sebanyak 25gram


sebanyak 6 kali dan masukkan-masing kedalam petri

c) Masukkan 6 petri dengan hati-hati ke dalam oven pada suhu


60°C. Selama pengeringan petri dalam keadaan terbuk
(tutupnya dilepas )

d) Setelah waktu keluarkansebuah petri dari oven dalam keadaan


tertutup , dinginkan dan timbang. Waktu pengeringan
15;30;60;90;120 menit

e) Biarkan satu petri dalam oven dan lanjtukan oven selama 1


minggu, timbang berat granul setelah minggu dan catat berat
granul kering
f) Buat kurva laju pengeringan denga memplotan MC sebagai
fungsi waktu pengeringan

g) Cek dalam literatyre berapa % moisture content (MC) yang


optimal granul yang akan digunakan menjadi tablet.

2) Penentuan diameter rata rata granul

a) Timbang 25 gr granul, kemudian masukkan dalam ayakan


bertingkat

b) Ayakan disusun mulai dari yang kasar sampai yang halus ,


yaitu 14,16,20,30,50 mesh dan pan .

c) Pasangkan ayakan bertingkat ke sieving machiene , jalankan


mesin 50 amplitudo selama 15 menit

d) Timbang granul yang tertinggal pada masing-masing ayakan


dan hitung presentasenya

e) Hitumg diameter rata-rata granul dengan rumus


dr = (besarnya rata-rata lubang x % tinggal

10

3) Penentuan Sudut Diam

a) Ssejumlah serbuk dengan berat 100gr dimasukkan dalam


corong, bagian bawah ditutup

b) Kemudian dibuka dan serbuk dibiarkan mengalir

c) Tumbukan serbuk yang terbentuk diukur tinggi dan


diameternya

d) Tentukan sudut diamnya


4) Penentuan Kecepatan alir

a) Ditimbang 100 gr granul , dimasukkan ke dalam corong bagian


bawah ditutup

b) Tutp dibuka bersamaan di stopwatch , catat waktu sampai


granul turun kebawah seluruhnya

c) Ulangi untuk granul yang telah diberi bahan pelicin

Anda mungkin juga menyukai