Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI SEDIAAN PARACETAMOL

DISUSN OLEH:
KELOMPOK 1

ELFI ALIDYA FARMA LAILY FAJAR RISKI


SISKA SULASTRI
RAHMADANI SAFITRI ICING GUSTRIANI
IRLAN SEPTIAN EVAYANA
HIKMAWATI YUSTI SRI WULANDARI
ICA YASTRI SARI INDAYANA
AYNUN UTAMI
JURUSAN S1 FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Untuk mencapai efek sistemik, pemberian obat melalui mulut
merupakan cara pemberian yang paling utama, dan sediaan padat merupakan
bentuk yang lebih disenangi. Dewasa ini, bentuk sediaan padat yang umumnya
paling banyak dikonsumsi adalah tablet (Ansel, Howard.1989).
Tablet merupakan sediaan obat dalam bentuk padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan farmasetika yang sesuai. Selain zat aktif, tablet
terdiri dari bahan tambahan dengan fungsi yang berbeda diantaranya bahan
pengisi, penghancur, pengikat, pembasah dan pelicin. Bahan pengikat dalam
pembuatan tablet berfungsi untuk meningkatkan kekompakan dan daya tahan
tablet, yang akan menjamin penyatuan beberapaa partikel serbuk dalam sebuah
granul sehingga mudah untuk dicetak. Kerja bahan pengikat akan lebih efektif
apabila serbuk dicampur dengan perekat dalam bentuk cair. Bahan pengikat yang
umum digunakan diantaranya gula dan jenis pati, gelatin, turunan selulosa (juga
selulosa kristalin mikro), gom arab dan tragakan (Ganiswarna, Sulistia G. 1995).
Parasetamol merupakan obat yang banyak diproduksi dan digunakan
oleh masyarakat karena keamannya. Tablet parasetamol (C8H9NO2)
mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah
yang tertera pada etiket. Parasetamol merupakan bahan dengan karaketristik
kompaktibilitas kurang baik dan sifat alirnya yang buruk. Untuk memperbaiki
sifat alir dan kompaktibilitas maka dalam pembuatan tablet digunakan metode
granulasi basah. Metode ini mengandung pengikat dalam bentuk mucilago untuk
meningkatkan kohesivitas agar kekerasannya semakin tinggi (Ganiswarna,
Sulistia G. 1995).
Paraseamol adalah salah satu obat analgetik-antipiretik yang luas
digunakan dan parasetamol merupakan bahan yang agak sukar larut dalam air,
yaitu larut dalam 70 bagian air. Parasetamol memiliki sifat kompaktibilitas dan
fluiditas yang kurang baik, sehingga menimbulkan kesulitan sewaktu
pengempaan. Untuk obat dengan sifat kompaktibilitas yang kurang baik dalam
dosis besar paling tepat jika digunakan metode granulasi basah, karena dengan
metode granulasi basah tidak memerlukan banyak bahan tambahan yang
menyebabkan bobot terlalu besar (Ansel, Howard.1989).
Bentuk sediaan parasetamol dipasaran berupa tablet, tablet salut
selaput, sirup, suspense dan elixir, tablet memiliki kelebihan dibandingkan
dengan bentuk sediaan yang lain. Kelebihan tablet diantaranya adalah bentuk
sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk
sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling
rendah, sehingga banyak orang lebih memilih tablet dibandingkan sediaan oral
lainnya. Bahan penyusun tablet terdiri dari bahan aktif dan eksipien. Pemilihan
eksipien yang tepat adalah merupakan faktor penentu untuk menyusun formulasi
tablet pada saat pengempaan. Selain itu, faktor lain yang perlu diperhatikan ialah
sifat campuran sebelum dicetak, apakah dapat dicampur dengan baik. Bahan
eksipien dalam tablet diantaranya, bahan pengisi, bahan pengikat (binder), bahan
penghancur (disintegrant), bahan pelicin (lubricant) (Tjay, Tan Hoan,dkk. 2003).
Proses pembuatan tablet, untuk menjadikan tablet yang berkualitas
baik, dibutuhkan bahan tambahan yang dapat menunjang bentuk fisik maupun
kinerja saat evaluasi tablet. Pada review, zat aktif yang digunakan adalah
parasetamol. Parasetamol mempunyai kompaktibilitas serta sifat alir yang buruk,
maka tablet parasetamol perlu dijadikan granul dengan metode granulasi basah
atau wet granule dengan penambahan binder sehingga dapat memperbaiki
kompresibilitas dan meningkatkan fluiditas (Tjay, Tan Hoan,dkk. 2003).
Salah satu bahan tambahan yang memiliki peran penting dalam
pembuatan tablet adalah bahan pengikat atau binder. Bahan pengikat memiliki
peran sebagai pengikat zat aktif dengan bahan tambahan sehingga didapatkan
granul yang baik, dengan didapatkannya granul yang baik akan meningkatkan
kekompakan tablet. Parasetamol lebih baik saat dijadikan granul, maka
penggunaan binder dijadikan pengikat antar partikel serbuk agar dapat dibentuk
menjadi granul. Pengikat dapat memperbaiki kerapuhan serta kekuatan granul dan
tablet, sehingga dapat meningkatkan kualitas tablet yang dihasilkan Bahan
pengikat yang berasal dari polimer sintetik adalah gelatin, selulose dan
mikrokristalin. Selain berasal dari sintetik, binder dapat berasal dari alam seperti
amilum manihot, amilum jagung dan ekstrak tumbuhan yang dijadikan gum.
Review ini membahas mengenai zat pengikat untuk tablet yang berasal dari alam
terhadap zat aktif parasetamol menggunakan metode granulasi basah (Kasim,
Fauzi. 2011).
Bahan penghancur merupakan salah satu bahan tambahan yang penting
dalam pembuatan tablet. Bahan penghancur berfungsi melawan aksi bahan
pengikat dari tablet dan melawan tekanan pada saat penabletan. Bahan ini akan
mengikat tablet bila bersentuhan dengan air atau cairan saluran pencernaan.
Tablet akan hancur menjadi granul selanjutnya pecah menjadi partikel-partikel
halus dan akhirnya obat akan larut. Amilum adalah jenis polisakarida yang
banyak terdapat di alam, yaitu sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi,
daun, batang, dan biji-bijian (Kasim, Fauzi. 2011).
Sediaan tablet dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi
basah, granulasi kering dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan
sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan
dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya
serta besar kecilnya dosis. Parasetamol yang tahan terhadap panas dan
kelembaban selama proses granulasi. Cocok dikempa dengan metode granulasi
basah. pertikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam
jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi (Kasim,
Fauzi. 2011).
Dalam proses pembuatan tablet biasanya dibutuhkan bahan tambahan
untuk membantu agar tablet yang terbentuk memenuhi persyaratan yang
diinginkan. Bahan tambahan tersebut meliputi bahan pengisi, bahan pengikat,
bahan pelicin dan bahan penghancur. Bahan penghancur adalah bahan yang dapat
membantu penghancuran, akan membantu memecah atau menghancurkan tablet
setelah pemberian sampai menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, sehingga
lebih mudah diabsorpsi (Tjay, Tan Hoan,dkk. 2003).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Landasan Teori

A. Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi
obatdengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya,
dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi. (USP 26, Hal
2406).
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, tablet adalah sediaan
padatmengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet
berbentukkapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar
yang digunakanuntuk obat hewan besar. (Ilmu Resep, Hal 165).
Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram pipih / gepeng,
bundar,segitiga, lonjong dan sebagainya. Bentuk khusus ini dimaksudkan
untukmenghindari / mencegah / menyulitkan pemalsuan dan agar mudah
dikenalorang. Warna tablet umumnya putih. Tablet yang berwarna
kemungkinankarena zat aktifnya berwarna, tetapi ada tablet yang sengaja
diberikan warnadengan maksud agar tablet lebih menarik, mencegah
pemalsuan,membedakan tablet yang satu dengan tablet yang lain.Etiket pada
tablet harus mencantumkan nama tablet / zat aktif yangterkandung, jumlah zat
aktif ( zat berkhasiat ) tiap tablet (Ansel, Howard.1989).
B. Komponen Tablet
Komponen / formulasi tablet kempa terdiri dari zat aktif, bahan
pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan, dapat juga mengandung ba
han pewar a yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis.
1) Zat aktif
harus memenuhi syarat yang ditentukan Farmakope Indonesia
2) Bahan excipient / bahan tambahan
a. Bahan pengisi (diluent)
berfungsi untuk memperbesar volume massaagar mudah
dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zataktifnya
sedikit atau sulit dikempa. Misalnya laktosa, pati, kalsiumfosfat
dibase, dan selulosa mikrokristal
b. Bahan pengikat (binder)
berfungsi memberikan daya adhesi padamassa serbuk sewaktu
granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi misalnya
gom akasia, gelatin, sukrosa povidon, metilselulosa, CMC, pasta pati
terhidrolisa, selulosa mikrokristal.
c. Bahan penghancur/pengembang (desintegran)
berfungsi membantuhancurnya tablet setelah ditelan. Misalnya
pati, pati dan selulosa yangtermodifikasi secara kimia, asam alginat,
selulosa mikrokristal dan povidon sambung-silang.
d. Bahan pelicin (lubrikan/lubricant)
berfungsi mengurangi gesekanselama proses pengempaan
tablet dan juga berguna untuk mencegahmassa tablet melekat pada
cetakan. Misalnya senyawa asam stearatdengan logam, asam stearat,
minyak nabati terhidrogenasi dan talk.Umumnya lubrikan bersifat
hidrofobik, sehingga dapat menurunkankecepatan desintegrasi dan
disolusi tablet. Oleh karena itu kadarlubrikan yang berlebih harus
dihindari. PEG dan garam Lauril sulfatdapat digunakan tetapi kurang
memberikan daya lubrikasi yangoptimal dan perlu kadar yang lebih
tinggi.
e. Glidan
adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan
mengalirnya serbuk, umumnya digunakan dalam kempa langsung
tanpa proses granulasi. Misalnya Silika pirogenik koloidal.
f. Bahan penyalut (coating agent)

3) Ajuvans
a. Bahan pewarna (colour)
berfungsi meningkatkan nilai estetika atauuntuk identitas
produk. Misalnya zat pewarna dari tumbuhan.
b. Bahan pengharum (flavour)
berfungsi menutupi rasa dan bau zatkhasiat yang tidak enak
(tablet isap Penisillin), biasanya digunakanuntuk tablet yang
penggunaannya lama di mulut. Misalnya macam-macam minyak atsiri.

C. Metode Pembuatan Tablet


Bahan obat dan zat-zat tambahan umumnya berupa serbuk, tidak
dapatlangsung dicampur dan kemudian dicetak menjadi tablet, karena akan
ambyardan memudahkan pecahnya tablet. Campuran serbuk itu harus
diubahmenjadi granul-granul, yaitu kumpulan serbuk dengan volume lebih
besaryang melekat satu dengan lain. Cara mengubah serbuk menjadi granul
inidisebut granulasi . Tujuan granulasi adalah sebagai berikut :
1. Supaya sifat alirnya baik (free-flowing) : granul dengan volume
tertentudapat mengalir teratur dalam jumlah yang sama ke dalam mesin
pencetaktablet.
2. Ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika
dibanding bentuk serbuk jika diukur dalam volume yang sama. Makin ban
yakudaranya, tablet makin mudah pecah.
3. Pada saat dicetak, tidak mudah melekat pada stempel (punch) dan
mudahlepas dari matris (die) (Ansel, Howard.1989).
 
Granul-granul yang dibentuk masih diperbolehkan
mengandung butiran-butiran serbuk lembut/halus (fines) antara 10% – 20%
yang bermanfaat untuk memperbaiki sifat alirnya (free-flowing).
Cara pembuatan tablet dibagi menjadi 3 cara yaitu granulasi
basah,granulasi kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung.
Tujuangranulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran
campuran danatau kemampuan kempa.

Granulasi Basah
Granulasi Basah, yaitu memproses campuran partikel zat aktif
daneksipient menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat
digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahanterhadap
lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetaklangsung
karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsipdari metode
granulasi basah adalah membasahi massa tablet denganlarutan pengikat
tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian massa
basah tersebut digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbukdengan
suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, teknik ini membutuhkan
larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya
ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahantersebut dimasukan
kering ke dalam campuran serbuk dan cairandimasukan terpisah. Cairan yang
ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair
yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila
jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan
tekanan kapiler paling pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah
ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi  yang merata
dansemua  bahan 
pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka
massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan denganalat penggiling atau
oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas
permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat. Setelah
pengeringan granul diayak kembali, ukuran ayakan tergantung pada alat
penghancur yang digunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat. Cara
granulasi basah menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lama
dibanding cara granulasi kering.

D. Pemeriksaan Sifat Fisik Serbuk dan Granul


Beberapa uji yang biasa digunakan untuk mengetahui sifat fisik
serbukdan granul, yaitu:
1. Pengujian Ukuran Partikel
Uji Ukuran Partikel ditentukan dengan menggunakan alat
sievinganalyzer dengan cara :
a. Susun saringan kawat (pengayak) pada alat Shaker Mekanik
denganwadah terletak paling bawah. 
b. Susunan dimulai dari bawah ke atas, dimana ayakan dengan
jumlahlubang yang paling banyak terletak pada susunan paling
bawah,semakin ke atas jumlah lubangnya semakin sedikit.
c. Setelah ayakan tersusun sebanyak 5 buah, masukkan
bahan padat/serbuk ke dalam ayakan paling atas.
d. Tutup ayakan paling atas dengan penutup dan pastikan alat
tertutupdengan erat dan pengayak tersusun kuat satu sama lainnya.
e. Pastikan susunan ayakan terkunci pada Shaker Mekanik,
sehinggatidak terlepas pada saat shaker bekerja.
f. Atur waktunya, lalu nyalakan mesinnya.
g. Keluarkan hasil ayakan pada masing-masing pengayak, lalu timbang.
h. Catat hasilnya dan buat grafik ukuran partikel di kertas grafik
2. Pengujian Kadar Air
Uji kadar air ditentukan dengan menimbang granul dalam
keadaan basah dan setelah kering. Kadar air dinyatakan sebagai %
susut pengeringan dan % kadar uap. Kadarnya sekitar 2% - 3%. Alat yang
digunakan untuk pengujian kadar air yaitu timbangan analitik dan oven.

3. Uji Sifat Alir/Sudut diam ( Angle of Repose )


Untuk menentukan sifat aliran dilakukan dengan menggunakan
flowrate tester. Uji sudut kemiringan yang ditunjukan jika suatu
zat berupa serbuk mengalir bebas dari corong keatas suatu
dasar membentukkerucut yang sudut kemiringannya diukur,
semakin datar kerucut, artinyasudut kemiringan semakin kecil,
maka sifat aliran serbuk semakin baikuntuk sebagian besar produk
farmasi memiliki kemiringan dengan range 25 ° –  30 °.
4. Pengujian Kompresibilitas
Merupakan penurunan volume sejumlah granul atau serbuk
akibat hentakan (tapped) dan getaran (vibration). Semakin kecil
indeks pengetapan
(dalam %), semakin baik sifat alirnya. Granul dengan
indeks penetapan kurang dari 20%, maka akan mempunyai sifat
alir yang
makin baik pula (Fessihi dan Kanfer, 1986). Pengujian ini dilakuka
n dengan menggunakan gelas ukur.

E. Cara Pengujian Tablet


1. Sifat dan Kualitas
Bentuk dan garis tengah ditentukan oleh punch dan die yangdigunakan
mengkompressi (menekan) tablet. Bila punchnya kurangcembung maka
tablet yang dihasilkan lebih datar, sebaliknya semakincekung punch
semakin cembung tablet yang dihasilkan. Dibagi dua atau empat bagian
sehingga mudah dipotong potong secara tepat untuk klien. Ketebalan
tablet dipengaruhi oleh ketebalan obat yang dapat diisikan dalam cetakan
dalam jumlah tekanan waktu dilakukan kompressi. Termasuk dalam hal
ini, diameter tablet, tebal tablet, kekerasan tablet,waktu
hancur tablet, keseragaman dan isi/kandungan dan untuk beberapa tablet
dan kelarutan tablet. Faktor faktor ini harus diperiksa dan diproduksi satu
batch tablet seperti juga dilakukan dari suatu
batch produksi kebatch produksi berikutnya untuk menjamin keseragaman 
bukan hanya penampilan saja tapi efek terapinya.
2. Keseragaman Bobot
Jumlah bahan yang diisikan kedalam cetakan dengan jalan
ditekanakan menentukan berat tablet yang dihasilkan. Volume bahan
yangdiisikan (granul/serbuk) yang mungkin masuk dalam cetakan
harusdisesuaikan dengan bobot tablet yang diharapkan.Sebenarnya bobot
tablet yang diproduksi tidak hanya tergantungvolume dan berat bahan yang
diisikan tapi juga tergantung pada garistengah cetakan dan tekanan pada
bahan yang diisikan waktu ditekan(kompressi).
3. Keseragaman Ukuran
Untuk mendapatkan tablet yang seragam tebal dan diameternya selama
produksi dan diantara produksi untuk formula yang sama, harus dilakukan
pengawasan supaya volume bahan yang diisikan dan tekanan yang
diberikan. Tablet diukur dengan jangka sorong selama
proses produksi, agar yakin ketebalannya sudah seragam. Maka berbedanya
ketebalan tablet lebih dipengaruhi oleh ukuran cetakan dan bahan
yangdapat dimasukan dari pada tekanan yang diberikan.
4. Kekerasan Tablet
Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui
kekerasannya, agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan
tablet ini erat hubungannya dengan ketebalan
tablet, bobot tablet dan waktu hancur tablet. Umumnya semakin besar teka
nansemakin keras tablet yang dihasilkan, walaupun sifat dari granul
menentukan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet harus cukup
kerasuntuk tahan pecah waktu dikemas, dikirim dan waktu ditangani
secaranormal, tapi juga tablet ini akan cukup lunak untuk melarut atau
hancurdengan sempurna begitu digunakan atau dapat dipatahkan diantara
jari- jari bila memang tablet ini perlu dibagi untuk pemakaiannya.Dalam
bidang industri kekuatan tekanan minimum yang sesuai untuktablet adalah
4 kg/cm

5. Waktu Hancur Tablet


Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktuhancur
yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada
etiketdinyatakan bahwa tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet isap
ataudikunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara
bertahap dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua
periode berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas di antara per
iode pelepasan tersebut. Tetapkan jenis sediaan yang akan diuji dari etiket
sertadari pengamatan dan gunakan prosedur yang tepat untuk 6 unit
sediaanatau lebih. Alat yang digunakan yaitu Desintegrator Tester.
6. Keregasan Tablet
Pengujian digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan
tabletterhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan
pengiriman.
Keregasan tablet diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah
menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam
friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran friabilitas, alat
diputar dengan kecepatan 50 putaran per menit dan waktu yang digunakan
adalah 4 menit, Jadi total ada 200 putaran. Umumnya tablet yang bobotnya
lebih dari 650 mg per tablet dibutuhkan sekitar 10 tablet untuk pengujian
keregasan. Kehilangan berat atau bobot tablet maksimum yang memenuhi
syarat tidak lebih atau sama dengan 1%. (Lieberman, 1990)
7. Uji Keseragaman Kandungan
Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakahkadar zat
aktif yang terkandung di dalam suatu sediaan sesuai denganyang tertera
pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera padamasing-masing
monografi. Bila zat aktif obat tidak memenuhi syaratmaka obat tersebut
tidak akan memberikan efek terapi dan juga tidaklayak untuk dikonsumsi.
8. Disolusi Tablet
Dalam USP cara pengujian disolusi tablet dan kapsul dinyatakandalam
masing masing monografi obat. Pengujian merupakan alat yangobjektif
dalam menentukan sifat disolusi suatu obat yang berada dalamsediaan
padat. Karena absorpsi dan kemampuan obat berada dalam tubuhdan
tergantung pada adanya obat dalam keadaan melarut, karakteristikdisolusi
biasa merupakan sifat yang penting dari produk obat yangmemuaskan.

Parasetamol merupakan salah satu obat golongan NSAID yang sering


digunakan sebagai analagesik. Obat ini memiliki efek toksik yang menyebabkan
kerusakan hati. Keracunan obat ini terjadi akibat penumpukan metabolit
parasetamnol, N-acetyl-p-benzoquinone (NAPQI), oleh enzim sitokrom P450.

Sifat Kimia Paracetamol


Formula:C8H9NO2

- Senyawa turunan benzena tersubstitusi oleh 2 gugus fungsi yaitu hidroksil dan
amida( acetamida/ ethenamida )
- Tersusun dari senyawa N-acetyl-para-aminophenol dan para-acetyl-amino-
phenol.

Indikasi dan Kontraindikasi


Parasetamol atau asetaminofen diindikasikan untuk mengurangi rasa nyeri
ringan sampai sedang, seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, dan nyeri setelah
pencabutan gigi serta menurunkan demam. Selain itu, parasetamol juga
mempunyai efek anti-radang yang lemah.
Parasetamol tidak boleh diberikan pada orang yang alergi terhadap obat
anti-inflamasi non-steroid (AINS), menderita hepatitis, gangguan hati atau ginjal,
dan alkoholisme. Pemberian parasetamol juga tidak boleh diberikan berulang kali
kepada penderita anemia dan gangguan jantung, paru, dan ginjal.
Parasetamol terdapat dalam berbagai bentuk dan dalam berbagai
campuran obat sehingga perlu diteliti jumlahnya untuk menghindari overdosis.
Risiko kerusakan hati lebih tinggi pada peminum alkohol, pemakai parasetamol
dosis tinggi yang lama atau pemakai lebih dari satu produk yang parasetamol.

Efek samping
Efek samping parasetamol jarang ditemukan. Efek samping dapat berupa
gejala ringan seperti pusing sampai efek samping berat seperti gangguan ginjal,
gangguan hati, reaksi alergi dan gangguan darah. Reaksi alergi dapat berupa
bintik – bintik merah pada kulit, biduran, sampai reaksi alergi berat yang
mengancam nyawa. Gangguan darah dapat berupa perdarahan saluran cerna,
penurunan kadar trombosit dan leukosit, serta gangguan sel darah putih.
Penggunaan parasetamol jangka pendek aman pada ibu hamil pada semua
trimester dan ibu menyusui.

Dosis
Untuk meredakan nyeri dan menurunkan demam, dosis parasetamol
dewasa 325 – 650 mg setiap 4 jam atau 500 mg setiap 8 jam. Dosis anak adalah
10 – 15 mg/kgBB , dapat diberikan setiap 4 jam (maksimal 5 dosis dalam 24 jam).
Dosis maksimal akumulatif parasetamol adalah 4 gram per hari. Efek parasetamol
mulai muncul 30 – 60 menit setelah konsumsi dan bertahan selama 4 jam.
II.2 Uraian Bahan

1. Paracetamol (Farmakope edisi III, 1978)


Nama Resmi : ACETAMINOPHENUM
Nama Lain : Paracetamol
RM/BM : C8H9NO2/151,16
Pemerian : Hablur atau sebuk putih, tidak berbau rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
(95%) P, dalam 13 bagian aseton, P dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9
bagian propolengikol P, larut dalam larutan alkali hidoksida
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Khasiat : Analgetik dan antipiretik
Stabilitas : Stabil pada suhu 40ºC, mampu menyerap uap air
dalam jumlah yang tidak signifikan pada 25ºC, pada
kelembapan relative naik hingga sekitar 90%
Inkompatibilitas : Paracetamol tidak terdekomposisi dengan adanya p-
aminofenol dalam paracetamol akan beraksi dengan
serbuk besi pada kadar rendah, menyebabkan warna
merah muda.
Sifat Fisika Kimia : Memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang buruk,
larut dalam air mendidih
Konsentrasi Lazim : Bayi< 1 tahun : 60mg/kali
Anak 1-6 tahun : 60-120 mg/kali
Anak 6-12 tahun : 150-300 mg/kali
Dewasa 300 mg- 1 g/kali
2. Amilum (Starch 1500) (Rowe, 2008 : 731-733
Nama Resemi : AMYLUM
Nama Lain : Amilum (Starch 1500)
RM/B : C9H10O5/300-1000
Pemerian : Serbuk agak kasar sampai halus, serbuk berwarna
putih, tidak berbau, memiiki rasa lemah yang khas,
higroskopis
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut organik, sedikit larut
atau larut dalam air dingin, tergantung derajat
pregelatinasi
Kegunaan : Sebagai penghancur tablet
Sifat Fisika Kimia : Memiliki sifat alir yang baik
Stabilitas : Stabil tapi higroskopis, harus disimpan dalam wadah
tertutup rapat / baik pada tempat sejuk dan kering.
Inkompatibilitas :-
Konsentrasi Lazim : 5-15% (Grorio dan Yetri, 2018)

3. PVP (Farmakope Indonesia Edisi 3; 1979)


Nama Resmi : POLYVINILY PIROLIDON
Nama lain : Povinil, Pirolidon, povidosi
RM : (C3H4O2)2
Pemerian : Serbuk sangat halus, berwarna putih sampai cream,
tidak atau hampir tidak berbau, higroskopis.
Stabilitas : Stabil pada suhu 110-130ºC : Mudah terurai dengan
adanya udara dari luar: dapat bercampur dengan air:
Stabil bila disimpan dalam tempat yang kering.
Inkompatibilitas : Ditambahkan Thimenosol atau membentuk semyawa
komplek, kompatibel terhadap gerak, organic alami,
resin sintetik senyawa lainnya. Akan berbentuk
senyawa sulfathiazide sodium salisilat, asam salisilat
fenol barbital dan komponen lainnya.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, sejuk dan kering
Sifat Fisika Kimia : Praktis tidak larut dalam eter
Konsentrasi Lazim : 3-15% (Gloria dan Yetri, 2018)
4. Laktosa
Nama Resmi : LAKTOSUM
Nama Lain : Laktosa
RM/BM : C12H22O11 / 360,31
Pemerian : Penyimpanan dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : Pertumbuhan jamur dapat terjadi pada kondisi lembab
(80% RH dan diatas)
Inkompatibilitas : Anhidrat laktosa tidak kompatibel dengan oksidasi
kuat
Sifat Fisika Kimia : Sifat alir yang baik
Konsentrasi Lazim : 65-85% (Rowe, 2009)
5. Magenesium Stearat (FI edisi IV, 1995 : 515)
Nama resmi : MAGNESII STEARAS
Nama lain : Magnesium Stearat
Pemerian : Serbuk halus putih, bau lemah khas
Kelarutan : Tidak larut dalam air, etanol, eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Lubrikan pada formulasi tablet
Sifat fisika kimia : Sifat alir baik
Stabilitas : Merupakan materil yang stabil
Konsentrasi lazim : 0,25 – 1 % (Glora dan Yetri, 2018)
6. Talk (FI Edisi IV, 1995 : 771)
Nama resmi : TALKUM
Nama lain : Talk
Pemerian : Serbuk sangat halus, putih
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan
Stabilitas : Talk merupakan bahan yang stabil dan dapat
distabilkan dengan pemanasan pada 1600C
Inkompabilitas : Tidak kompatibel dengan senyawasurfaktan
Konsentrasi lazim : 2-5 % (Rowe, 2009)
BAB III

ALAT,BAHAN DAN PERHITUNGAN

III.I BAHAN:

Adapun bahan yang di gunakan

1. Paracetamol
2. Amilum
3. Pvp
4. Laktosa
5. Aquades
6. Magnesium stearat
7. Talk

III.2 ALAT:

Adapun alat yang di gunakan


1. Lumpang porselen
2. Batang pengaduk
3. Timbangan analitik
4. Kertas perkamen
5. Oven
6. Hardness tester
7. Dissolution tester
8. Uji kecepatan alir
9. Uji kergesan
III.3 CARA KERJA
Metode yang di gunakan dalam pembuatan tablet formula ini adalah
metode granulasi basah.
Adapun cara kerja dari pembuatan formula ini dengan metode granulasi
basah yaitu:
1. Ditimbang alat dan bahan sesuai perhitungan.
2. Di buat campuran basah antara pvp (pengikat) + aquadest (q.s) dan di gerus
sampai terbentuk granul basah.
3. Digerus paracetamol 500mg dalam mortar lain.
4. Ditambahkan fase dalam (amilum dan laktosa).
5. Dicampur semua bahan (campuran basah + fase dalam).
6. Diayak semua bahan dengan no 12 mesh dan terbentuk granul basah.
7. Dimasukkan granul basah ke dalam oven pada suhu 40-60°C selama 1 jam
sampai terbentuk granul kering.
8. Diayak kembali granul kering dengan no.14 mesh, kemudian di uji
kecepatan alirnya.
9. Ditambhkan fase luar (amilum) digerus dan di homogenkan.
10. Ditambahkan fase luar (magnesium stearate,talk) di homogenkan
11. Dilakukan pencetakan dan evaluasi tablet.
12. Diuji sifat sisimya , meliputi kesragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan
waktu hancur tablet.
13. Hasil.
III.4 PERHITUNGAN

a. Perdosis

 Paracetamol = 500 mg
7,5
 Amilum 7,5 % = x 700 mg = 52,5 mg
100
5
 PVP 5 % = x 700 mg = 35 mg
100
1
 Magnesium stearat 1% = x 700 mg = 7 mg
100
2,5
 Amilum 2,5 % = x 700 mg = 17,5 mg
100
2
 Talk 2 % = x 700 mg = 14 mg
100
 Laktosa ad 700 mg = 700 – (626 mg)

= 74 mg

b. Perbatch
 Paracetamol = 500 mg x 100 tab = 50.000 mg = 50 gram
 Amilum = 52,5 mg x 100 tab = 5.250 mg = 5,25 gram
 PVP = 35 mg x 100 tab = 3.500 mg = 3,5 gram
 Magnesium stearat = 7 mg x 100 = 700 mg = 0,7 gram
 Amilum = 17,5 mg x 100 tab = 1.750 mg = 1,75 gram
 Talk = 14 mg x 100 tab = 1.400 mg = 1,4 gram
 Laktosa ad 700 mg = 74 mg x 100 tab = 7.400 mg = 7,4 gram
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan pembuatan formula 2,


yaitu Formula Paracetamol dengan metode granulasi basah.
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan
atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan
sebagai tablet atau tablet kompresi. (USP 26, Hal 2406)
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, tablet adalah sediaan
padatmengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet
berbentukkapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang
digunakanuntuk obat hewan besar. (Ilmu Resep, Hal 165).
Paracetamol merupakan salah satu obat golongan NSAID yang sering
digunakan sebagai analagesik. Obat ini memiliki efek toksik yang menyebabkan
kerusakan hati. Keracunan obat ini terjadi akibat penumpukan metabolit
parasetamnol, N-acetyl-p-benzoquinone (NAPQI), oleh enzim sitokrom P450 (Adam,
2008).
Paracetamol dipilih sebagai zat aktif karena paracetamol merupakan salah satu
obat analgesik antipiretik yang paling banyak digunakan. Paracetamol merupakan zat
aktif yang memiliki sifat dan daya kompresibilitas yang buruk sehingga metode yang
tepat untuk pembuatan tablet tersebut adalah metode granulasi basah. Metode
granulasi basah mampu meningkatkan kohesifitas sehingga dapat menghasilkan tablet
yang memiliki keseragaman bobot, kandungan, dan kompaktibilitas yang baik.
Metode granulasi basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan
eksipient menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat
dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.
Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahanterhadap lembab dan panas.
Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetaklangsung karena sifat aliran dan
kompresibilitasnya tidak baik. Prinsipdari metode granulasi basah adalah membasahi
massa tablet denganlarutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan
tertentu pula, kemudian massa basah tersebut digranulasi.
Adapun dalam pembuatan tablet paracetamol dilakukan dahulu pengujian
sebelum pengeringan granul, yaitu :

1. Evaluasi granul
Pada evaluasi granul di lakukan pengujian yang terdiri atas:
a) Kadar Lembap
Alat yg di gunakan yaitu Moisture balance
Di mana di lakukan pengujian terhadap serbuk sediaan bahan aktif dan
eksipien yang telah di buat dalam bentuk granul. Di mana di timbang seksama
5,0 gram granul, kemudian di panaskan dalam lemari pengeringan dengan
(suhu 40-60 0 C) di ad bobot konstan dan di ukur kadar lembap dengan rumus:
wo−wi
Hitungan % lembap : x 100 %
wo
Keterangan : wo : bobot granul awal
Wi: bobot granul setelah pengeringan
Di peroleh hasil pada saat percobaan yaitu :
wo−wi
Kadar lembap = x 100 %
wo
Diketahui : wo = 5,0 gram
Wi = 4,85 gram
Ditanyakan % kadar lembap ?
5.0 g−4,85 g
Penyelesaian : x 100 %
5,0 g
= 3%. Hal ini sesuai dengan literatur.
Menurut Indra gunawan, 2013. dalam buku teknologi sediaan farmasi
dalam evaluasi granul : Syarat kelembapan granul 2 – 4%.

b) Sifat alir
1. Secara langsung
Di timbang 25gram granul di tempatkan pada corong alat uji waktu alir
air dalam keadaan tertutup. Di buka penutupnya di biarkan granul
mengalir, di catat waktunya, menggunkan stopwatc. Satuan waktu alir :
g/detik
2. Secra tidak langsung
Pada cara 1, granul di tampung pada kertas grafik milimeter, di catat
tinggi (h), dan diameter unggukan granul. Di hitung a(sudut istirahat),
menggunakan persamaaan :
h
Tg =
r
A = inv.Tg.a
Persayaratan : 100 gram granul waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik
(¿ 10 g /detik ¿ (Indra gunawan, 2013).
3. Kompersibilitas
Di timbang 100gram granul, di masukan ke dalam gelas ukur dari alat
joulting volumeter dan di catat waktunya. Di hidupkan motor, di hitung
hingga 50 ketukan dan di catat waktunya. Di hitung kompresibilitas
dengan rumus:
vo−vn
Kp¿ x 100 %
vo
Diketahui:vo = volume awal = 25 gram/ml
Vn = volume pada tiap jumlah ketukan = 10gram/ml
Ditanyakan : persen pemampatan ?
vo−vn
Penyelesaian ¿ x 100 %
vo
25 g /ml−10 g / ml
= x 100 %
25 g /ml
= 10g/ml sesuai dengan literatur (Indra gunawan, 2013.
dalam buku teknologi sediaan farmasi dalam evaluasi granul).
Persyaratan : jika % pemampatan kurang dari 20% keteratura fabrikasi
akan tercapai.
Setelah dilakukannya pengeringan granul kedalam oven dan setelah
dilakukan pengempaan tablet, dilakukan uji evaluasi tablet yaitu :
2. Evaluasi Tablet
Pada evaluasi tablet di gunakan tablet paracetamol di mana di lakukan
pengujian yang terdiri atas
a) Keseragaman bobot
Uji keseragamanbobot dilakukan dengan menimbang 20 tablet satu persatu dan
dihitung bobot rata-ratanya. Hasilnya, tidak lebih dari dua tablet yang
mempunyai penyiampangan lebih besar dari kolom A dan tidak boleh ada satu
tablet pun yang mempunyai penyimpangan bobot lebih besar dari kolom B.
(Dirjen POM, 1979:6) Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
(1976). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Tabel persyaratan penyimpangan bobot tablet.


Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg-150 mg 10% 20%
151 mg-300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%
b) Waktu hancur
Uji waktu hancur dilakukan pada 6 tablet dan menggunakan disintegratin
tester (disentegrator). Uji waktu hancur sesuai dengan persyaratan FI adalah
kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus tidak lebih dari 15 menit untuk
tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut gula/salut
selaput. Apabila, tablet/2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian
dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 yang diuji harus hancur
sempurna (Dirjen POM, 1995, 1087). Dirjen POM Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Prosedur kerja uji waktu hancur
(Dirjen POM, 1976:6) Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
(1976). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
1. Dimasukkan satu tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, lalu
masukkan satu cakram pada tiap tabung dan alat dijalankan menggunakan air
bersuhu 370 ± 20C sebagai media kecuali dinyatakan lain dalam monografi.
2. Pada akhir batas waktu yang tertera pada monografi, keranjang diangkat.
c) Uji keseragaman ukuran
Ketebalan berhubungan dengan kekerasan tablet. Selam percetakan,
perubahan ketebalan merupakn indikasi adanya masalah pada aliran massacetak
atau pada pengisian granul ke dalam die. Alat yang digunakan pada uji
keseragaman ukuran adalah jangka sorong.
Prosedur kerja uji keseragaman ukuran adalah sebagai berikut (Dirjen
POM, 1976:6) Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
(1976). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
1. Diambil 10 tablet
2. Tablet yang baik mempunyai diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 11/3 tebal tablet.
d)  Uji kekerasan
Kekerasan menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada
saat proses produksi, pengemasan, dan pengangkutan. Prinsip pengukurannya
adalah memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak atau pecah,
kekuatan minimum untuk tablet adalah sebesar 4 kg/cm3. Alat yang digunakan
pada uji kekerasan adalah hardness tester. (Ansel, 1989:255) Ansel, C.H.
(1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: UI Press.
Prosedur kerja uji kekerasan :
1. Tablet diletakkan diantara pegas penekan, kemudian alat dihidupkan.
2. Jarum petunjuk tekanan akan bergerak sesuai tekanan yang diberikan pada
tablet.
3. Saat tablet retak atau pecah, jarum akan berhenti pada suatu angka sebagai
penunjuk kekerasan tablet yang dinyatakan dalam satuan kilogram.
e) Uji disolusi
Disolusi adalah suatu proses larutnya zat aktif dari suatu sediaan
dalam medium. Hal ini berlaku untuk obat-obat yang diberikan secara oral
dalam bentuk padat seperti tablet. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui
banyaknya zat aktif yang terabsorbsi dan memberikan efek terapi di dalam
tubuh (Ansel, 1989). Ansel, C.H. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.
Edisi Keempat. Jakarta: UI Press.
Prosedur:
Masukkan sejumlah volume media disolusi seperti yang tertera pada
masing-masing monografi ke dalam wadah, pasang alat, biarkan media disolusi
hingga suhu 37o ± 0,5o, dan angkat thermometer. Masukkan satu tablet ke dalam
alat, hilangkan gelembung udara dari permukaan sediaan yang diuji dan segera
jalankan alat pada laju kecepatan seperti yang tertera pada masing-masing
monografi. Dalam interval waktu yang ditetapkan atau pada tiap waktu yang
dinyatakan, ambil cuplikan pada daerah pertengahan antara permukaan media
disolusi dan bagian atas dari keranjang berputar atau daun dari alat dayung,
tidak kurang 1 cm dari dinding wadah. Lakuakan penetapan seperti yang tertera
dalam masing-masing monografi (Dirjen POM, 1995). Dirjen POM
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia.
Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Pada praktikum ini hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan


literature yang ada pada proses pembuatan tablet, dan tidak sesuai dengan
hasil yang diinginkan. Dimana dalam pembuatan tablet yang diinginkan pada
proses pembuatannya yakni berjalan lancar, dan hasil yang didapatkan sesuai
dengan uji evaluasi granul dan evaluasi tablet yang diharapkan untuk
terbentuknya tablet yang baik. Namun pada praktikum yang kami lakukan
tidak sesuai dengan literature atau terjadi kesalahan, dikarenakan kami hanya
melakukan sampai pada proses pembuatan granul saja. Disebabkan karena
alat-alat yang ada dilaboratorium sudah tidak layak untuk digunakan.
Sehingga hasil yang kami dapatkanpun sudah tidak sesuai dengan proses yang
seharusnya terjadi dan hasil yang didapatkan pada proses pembuatan tablet
yang sesungguhnya.

Alat Fungsi
Timbangan Analitik adalah sebuah
instrument laboratorium yang
digunakan untuk mengukur massa
suatu zat. Timbangan analitik
memiliki beberapa nama lain seperti
analytical balance, neraca analitik,
timbangan gram halus atau timbangan
laboratorium.
Oven Laboratorium adalah suatu
peralatan yang berfungsi untuk
memanaskan ataupun mengeringkan.
Biasanya digunakan untuk
mengeringkan peralatan gelas
laboratorium, zat-zat kimia maupun
pelarut organik
Fungsi glowrate tester adalah alat
yang digunakan untuk mengetahui
adanya suatu aliran matrial (liquid,
gas, powder) dalam suatu jalur aliran,
dengan segala aspek aliran itu sendiri,
yang meliputi kecepatan aliran atau
glowrate tester dan total massa atau
volume dari matrial yang mengalir
dalam jangka waktu tertentu atau
sering disebut dengan istilah totalizer.
Gelas ukur adalah peralatan
laboratorium umum yang digunakan
untuk mengukur volume cairan. Alat
ini memiliki bentuk silinder dan setiap
garis penanda pada gelas ukur
mewakili jumlah cairan yang telah
terukur.
Fungsi dissolution tester adalah alat
yang digunakan untuk menganalisa
banyaknya jumlah zat aktif larut
dalam cairan tubuh(simulasi). Pada
bidang industri dissolution tester
memiliki fungsi untuk merumuskan
bentuk dosis obat dan
mengembangkan spesifikasi kualitas.

Hardness Tester berfungsi sebagai Uji


kekerasan atau merupakan salah satu
cara untuk mengetahui kekuatan atau
ketahanan suatu (bahan) material.
Sedangkan kekerasan itu sendiri
(hardness) ialah salah satu sifat
mekanik dari suatu material selain
sifat fisik dan teknologik yang
dimilikinya.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun hasil yang kami dapat simpulkan pada praktikum kali, yaitu :
1. Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau kempa
bahan pengisi. Atau tablet adalah sediaan padat dibuat secara kempa
cetak, berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat,
mengandung satu jenis obat atau tanpa zat tambahan. Paracetamol dipilih
sebagai zat aktif karena merupakan salah satu obat analgesik dan
antipiretik yang paling banyak digunakan.
2. Alasan digunakan amilum (starch 1500) dalam fase dalam 7,5% kemudian
fase luar 2,5% karena memiliki waktu hancur yang paling efektif karena
sebagian menjadi penyusun dalam tubuh dan sebagian hancur dalam
granul. Alasan memilih Menurut teori tablet yang menggunakan pengikat
PVP 5% akan memberikan hasil yang lebih baik daripada pvp 2%. Alasan
memilih laktosa 74 mg untuk mencukupi bobot agar dimana sesuai
kegunaan dari pengisi. Alasan memilih magnesium stearat dengan
konsentrasi 1% yaitu karena sebagai lubrikan sangat baik digunakan pada
kadar 1%. Alasan menggunakan talk dengan konsentrasi 2% karena jika
digunakan terlalu besar dapat mengakibatkan tablet menjadi keras dan
susah terdisentegrasi. Kemudian, alasan digunakan aquadest untuk
melarutkan pvp dalam pembuatan bahan pengikat.
3. Alasan memilih metode granulasi basah karena mampu meningkatkan
kohesifitas sehingga dapat menghasilkan tablet yang memiliki
keseragaman bobot kandungan dan kompresibilitas yang baik.

V.2 Saran
Berdasarkan praktikum kami memberikan saran, agar lebih memperhatikan
dengan seksama ataupun teliti terhadap pembuatan formulasi paracetamol
dengan menggunakan metode granulasi basah, agar tidak menimbulkan
kesalahan dalam menganalisa dan kemasukan data yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Mohammad. 1990. Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah MadaUniversity


Press.

Anonim. 1978.Farmakope Indonesia. Edisi III . Jakarta : Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.

Anonim. 1995.Farmakope Indonesia. Edisi IV . Jakarta : Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.

Ansel, Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV . Jakarta :Universitas


Indonesia (UI) press.

Ganiswarna, Sulistia G. 1995.Farmakologi dan Terapi. Edisi IV . Jakarta :Universitas


Indonesia (UI) press.

Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 1998. ISO Indonesia Voleme 3. Jakarta : PT.Anem
Kosong Anem.
Jumain & Stevani H., 2011. Praktikum Teknologi Farmasi .JurusanFarmasi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar : Makassar

Kasim, Fauzi. 2011. Penuntun Praktikum Sediaan Solid. Fakultas MIPA Jurusan
Farmasi Institut Sains Teknologi Nasional : Jakarta

Reynold, James E F. 1982.Martindale The Extra Pharmacopoeia. Twenty


Eightedition. London : The Pharmaseutical Press.

Tjay, Tan Hoan,dkk. 2003. Analisis Farmasi Dan Usaha Praktek Farmasi. Jakarta :
Gramedia.

Waide, Ainley, and Waller, Paul J. 1994. Eksipient Dalam Faramasi Buku
Kedokteran . Washington : American PharmaseuticalAssociation

Anda mungkin juga menyukai