TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Eliksir
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau lebih
dalam pelarut air suling kecuali dinyatakan lain, dimaksud untuk
digunakan sebagai obat dalam, obat luar atau untuk dimaksukkan ke dalam
rongga tubuh. Beberapa contoh sediaan larutan adalah sirup dan eliksir
(Anief, 1993: 126). Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol
90% yang berfungsi sebagai kosolven (pelarut) dan untuk mempertinggi
kelarutan obat. Kadar etanol berkisar antara 3% dan 4% dan biasanya
eliksir mengandung etanol 5-10% (Syamsuni, 2006: 118).
Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat
untuk efek terapi dari senyawa obat yang dikandungnya (Ansel, 2008:
341). Eliksir merupakan sediaan yang hidroalkohol maka dapat menjaga
obat baik yang larut dalam air etanol dalam larutan eliksir. Kadar etanol
berkisar antara 3% sampai 44% dan biasanya eliksir mengandung etanol 5-
10% (Anief, 1993: 128).
2. Pembagian Eliksir
Menurut Ansel (1989: 344), pembagian eliksir yaitu:
a. Keuntungan
1. Mudah ditelan dibanding tablet dan kapsul.
2. Rasanya enak.
3. Dosis yang diperlukan dapat dilakukan perubahan sesuai keinginan
dokter atau kebutuhan pasien apabila eliksir hanya mengandung
satu zat tunggal.
b. Kekurangan
1. Alkohol kurang baik untuk kesehatan anak karena mengandung
bahan yang mudah menguap, maka harus disimpan dalam botol
tertutup dan jauh dari sumber api.
2. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan
kental karena mengandung gula lebih sedikit, maka kurang efektif
untuk menutupi rasa obat yang kurang menyenangkan.
5. Wadah dan Peyimpanan Sediaan Eliksir
Wadah diperdagangkan sering mengandung alat pengukur yang
telah dikalibrasi seperti tetesan atau sendok, untuk mempermudah orang
tua untuk menggunakan dengan tepat sesuai berat, umur, dan kondisi
pasien. Karena eliksir mengandung alkohol dan biasanya juga
mengandung beberapa minyak mudah menguap yang rusak oleh adanya
udara dan sinar, maka paling baik disimpan dalam wadah-wadah tertutup
rapat, tahan cahaya untuk menjaga terhadap temperatur berlebihan (Ansel,
1989: 342-343).
6. Ketidakstabilan Eliksir
Menurut Lachman et al (1986: 944), ketidakstabilan eliksir yaitu:
A. PRA FORMULASI
I. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat
Bahan Aktif : Parasetamol
1. Farmakokinetik
Kadar tertinggi parasetamol di sirkulasi darah ditemukan kira-kira
2 jam setelah pemberian per oral (Syarif et al., 2007). Waktu paruh dari
parasetamol dalam plasma adalah 1-3 jam setelah pemberian per oral (Tan
dan Kirana, 2007). Setelah dikonsumsi, 90% parasetamol dimetabolisme
menjadi inaktif secara farmakologi seperti asam glucoronik dan cystein.
Namun, 5% dari metabolisme parasetamol menjadi sebuah senyawa toxic
berupa N-acetyl-p-benzpquinone. Toxin ini dapat menyebabkan disfungsi
renal dan kegagalan sistem hepatik (Marta & Jerzy, 2014).
2. Indikasi
Meringankan sakit kepala, menurunkan demam, dan sakit gigi.
3. Kontraindikasi
Kontraindikasi pada penderita gangguan fungsi hati yang berat, penderita
hipersensitif (BPOM RI, 2015).
4. Efek Samping
Jarang terjadi efek samping, tetapi dilaporkan terjadi reaksi
hipersensitivitas, ruam kulit, kelainan darah (termasuk trombositopenia,
leucopenia, neutropenia), hipotensi juga dilaporkan pada infus (BPOM
RI, 2015).