Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN

PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

EVALUASI TABLET

Dosen Pembimbing : Apt. Naelaz Zukruf WK,M.Pharm,Sci

Asisten Dosen : Evi Marlina

DISUSUN OLEH :

1. Achmad Lutfi Zen (C11800136)

2. Ayu Achiriyah Mulyani (C11800143)

3. Friftiana Nur Fauzi (C11800156)

4. Irma Nusa Nur Mazidah (C11800160)

Kelas : S1 Farmasi 3A

Kelompok/Golongan : A7/A2

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

2020

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Formulasi..................................................................................2
D. Manfaat Formulasi................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................3

Definisi tablet..............................................................................................3
Evaluasi dalam pembuatan granul..............................................................6
Pemeriksaan kualitas tablet.........................................................................7
PRAFORMULASI......................................................................................8
FORMULASI.............................................................................................15
PELAKSANAAN......................................................................................16

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................21

A. Hasil....................................................................................................21
B. Pembahasan.........................................................................................23

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................26

A. Kesimpulan..........................................................................................26
B. Saran....................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27

LAMPIRAN..........................................................................................................28

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar struktur kimia paracetamol.......................................................................9

Gambar struktur kimia laktosa...............................................................................10

Gambar struktur kimia amilum..............................................................................11

Gambar struktur kimia gelatin...............................................................................12

Gambar struktur kimia magnesium stearat............................................................14

Gambar kemasan…………………………………………………………………18

Gambar brosur……………………………………………………………………19

Gambar etiket…………………………………………………………………….20

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran pencentakan tablet dan


evaluasi..................................................................................................................28

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan digunakan,tablet
merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter maupun pasien,
dibandingkan dengan bentuk sediaan lain. Hal ini disebabkan karenadisamping
mudah cara pembuatan dan penggunaannya, dosisnya lebihterjamin, relatif stabil
dalam penyimpanan karena tidak mudah teroksidasioleh udara, transportasi dan
distribusinya tidak sulit sehingga mudah sampaikepada pemakai. Secara
ekonomis, sediaan ini relatif lebih murah harganya,memberikan dosis yang tepat
dari segi kimianya, bentuknya kompak danmudah transportasinya, memberikan
kestabilan pada unsur-unsur aktifnya.

Tablet adalah sediaan pada kompak, dibuat secara kempacetak, dalam


bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang,
zat pengikat, zat pelican, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Ditjen POM,
1979).

Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak


dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada
serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dengan cara
menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.

Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan


tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum
digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan
pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada
pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam
keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu.

1
Untuk mengetahui karakteristik dan kualitas dari tablet yang dibuat, maka
diperlukan proses evaluasi sediaan tablet. Sifat-sifat tablet yang ideal atau baik
yaitu tablet harus memenuhi spesifikasi keseragaman bobot dan kekerasan,
diameter tablet tidak lebih dari 7/16 inci dan tablet diharapkan memberikan
penambahan yang baik (Parrot, 1970). Untuk evaluasi yang dilakukan pada tablet
yaitu berat tablet, ketebalan tablet, kekerasan tablet, daya hancur, dan disolusi
tablet (Howard, 1985)

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sediaan tablet?
2. Bagaimana tahap pembuatan sediaan tablet dengan metode granulasi basah
3. Apa saja proses evaluasi sediaan tablet?

C. Tujuan Formulasi

1. Mengetahui definisi dari sediaan tablet


2. Mengetahui bagaimana tahap pembuatan sediaan tablet dengan metode
granulasi basah
3. Mengetahui apa saja proses evaluasi dari sediaan tablet

D. Manfaat Formulasi

Pembuatan formula tablet ini diharapkan mampu memberi informasi


tentang pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dan evaluasi sediaan
tablet.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Tablet
Tablet adalah sediaan bahan padat mengandung bahan obat dengan
atau tanpa bahan tambahan. Berdasarkan metode pembuatan dapat dibedakan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet merupakan sediaan farmasi
yang paling banyak keuntungannya dalam desain dan pembuatannya.
Misalnya kesukaran untuk memperoleh bioavaibiltas penuh dan dapat
dipercaya dari obat yang sukar dibasahi dan lambatnya kelarutan, begitu juga
kesukaran untuk mendapatkan kekompakkan kohesi yang baik da zat amorf
atau gumpalan. Namun demikian, walaupun obat tersebut baik kempanya,
melarutnya dan tidak mempunyai masalah bioavaibiltas, mendesain dan
memproduksi obat tersebut masih banyak tantangannya sebab masih banyak
tujuan bersaing dari bentuk sediaan ini.
Tablet tersusun atas beberapa komponen seperti zat aktif dan zat
eksipien atau tambahan. Yang termasuk zat tambahan adalah bahan pengisi,
bahan pengikat, bahan penghancur, bahan pengembang, bahan pelican,
glidan, bahan penyalut, ajuvan seperti pewarna dan pengaroma.
Bahan pengisi (diluent atau filler)
Bahan pengisi ditambahkan dengan tujuan untuk memperbesar volume dan
berat tablet. Bahan pengisi yang umum digunakan adalah laktosa, pati,
dekstrosa, dikalsium fosfat dan mikrokristal selulosa (Avicel). Bahan pengisi
dipilih yang dapat meningkatkan fluiditas dan kompresibilitas yang baik.
Bahan pengikat (binder)
Bahan pengikat membantu perlekatan partikel dalam formulasi,
memungkinkan granul dibuat dan dijaga keterpaduan hasil akhir tabletnya.
Bahan pembantu ini bertanggung jawab terhadap kekompakan dan daya tahan
tablet.

3
Oleh karena itu bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel
serbuk dalam sebuah butir granulat. Demikian pula kekompakan tablet
dapat dipengaruhi, baik oleh tekanan pencetakan maupun bahan pengikat.
Bahan pengikat dalam jumlah yang memadai ditambahkan ke dalam bahan
yang akan ditabletasi melalui bahan pelarut atau larutan bahan perekat
yang digunakan pada saat granulasi. Bahan pengikat yang umum
digunakan adalah gom akasia, gelatin, sukrosa, PVP (povidon), metil
selulosa, karboksimetil selulosa dan pasta pati terhidrolisa.
Bahan penghancur (disintegrant)
Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau
hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan saluran pencernaan. Bahan
penghancur akan menarik air dalam tablet, mengembang dan
menyebabkan tabletnya pecah menjadi bagian-bagian kecil, sehingga
memungkinkan larutnya obat dari obat dan tercapainya bioavabilitas
yang diharapkan. Bahan penghancur meliputi tepung jagung dan kentang,
turunan amilum seperti karboksimetil selulosa, resin, resin penukar ion
dan bahanbahan lain yang membesar atau mengembang dengan adanya
lembab dan mempunyai efek memecahkan atau menghancurkan tablet
setelah masuk dalam saluran pencernaan.
Bahan pelicin (lubricant)
Digunakan untuk mengurangi gaya gesekan yang terjadi diantara
dinding die dan tepi tablet selama proses penabletan berlangsung.
Banyak bahan dapat dikempa dan mempunyai hasil baik tanpa
penambahan bahan pelicin tetapi untuk bahan higroskopik perlu
dilakukan penambahan bahan pelicin karena kadang terjadi masalah. Hal
ini tergantung dari tingkat kekeringan bahan. Proses granulasi yang
terlalu basah akan diperoleh hasil tablet yang terlalu ramping karena
banyak bahan yang lengket dalam mesin. Bahan pelicin biasanya
digunakan dalam jumlah kecil antara 0,5- 1% tetapi mungkin kurang dari
0,1% dan lebih dari 5%.
Contoh umum bahan pelicin antara lain petrolatum cair, talk,
magnesium stearat dan stearan dan asam stearat, kalsium stearat,

5
likopodium (untuk tablet yang berwarna). Bahan pelicin ditambahkan
setelah terbentuk granul. Bahan pelicin bekerja paling efektif jika terletak
di luar granul.
2. Evaluasi dalam pembuatan granul
Bahan obat sebelum dibuat tablet pada umumnya dicampur terlebih
dahulu bentuk serbuk yang seragam, menyebabkan keseragaman pada
bentuk tablet. Persyaratan serbuk yang baik adalah bentuk dan warna
teratur, memiliki daya alir yang baik (free flowing) menunjukkan
kekompakan mekanis yang memuaskan, tidak terlalu kering, dna hancur
baik didalam air. Beberapa uji yang biasa digunakan untuk mengetahui
kualitas fisik serbuk antara lain :
Waktu alir serbuk
Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi massa tablet adalah
pemeriksaan laju alirnya. Massa tablet dimasukkan sampai penuh
kedalam corong alat uji waktu alir dan dirarakan. Waktu yang
diperlukan seluruh massa untuk melalui corong dan berat massa
dicatat. Laju alir dinyatakan sebagai jumlah gram massa tablet yang
melalui corong perdetik.
Sudut diam serbuk
Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan
partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Jika sejumlah
granul atau serbuk dituang kedalam alat pengukur, besar kecilnya
sudut diam dipengaruhi oleh bentuk ukuran dan kelembaban serbuk.
Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30° menunjukan bahwa
serbuk dapat mengalir bebas, bila sudut lebih besar atau sama dengan
40° biasanya daya mengalirnya kurang baik.
Pengetapan serbuk
Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan/tapping terhadap
sejumlah serbuk dengan menggunakan alat volumeter/mechanical
tapping device. Pengetapan dilakukan dengan mengamati perubahan
volume sebelum pengetapan (vo) dengan volume setelah pengetapan
(vt).

6
3. Pemeriksaan kualitas tablet
Keseragaman bobot
Variasi bobot tablet dipengaruhi oleh ukuran dan distribusi granul
yang berbeda, sifat alir granul yang tidak baik akan menyebabkan
jumlah serbuk yang masuk dalam ruang kompresi tidak seragam,
sehingga menghasilkan bobot tablet yang berbeda. Keseragaman bobot
tablet ditentukan berdasarkan banyaknya penyimpangan bobot pada
tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari semua tablet sesuai syarat yang
ditentukan Farmakope Indonesia.
Kekerasan
Dinyatakan sebagai daya tahan terhadap tekanan, tegangan,
patahan, guliran, gosokan dan jatuhan. Kekerasan tablet umumnya 4-8
kg.
Waktu hancur
Didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk hancurnya
tablet dalam medium yang sesuai, kecuali dinyatakan lain untuk tablet
tidak bersalut tidak lebih dari 15 menit.
Kerapuhan
Dinyatakan sebagai ketahanan suatu tablet terhadap goncangan
selama proses pengangkutan dan penyimpanan. Tablet yang mudah
rapuh dan pecah akan kehilangan keindahan dalam penampilannya
serta menimbulkan variasi pada bobot tablet tablet dan keseragaman
dosis obat. Nilai kerapuhan yang dapat diterima sebagai batas tertinggi
adalah 1%.
Disolusi
Didefinisikan sebagai proses melarutnya suatu zat kimia atau
senyawa obat dari sediaan padat ke dalam suatu medium tertentu. Uji
disolusi berguna untuk mengetahui seberapa banyak obat yang melarut
dalam medium asam atau basa (lambung dan usus halus). Uji disolusi
merupakan parameter yang menunjukkan kecepatan pelarutan obat dari
tablet. Pada dasarnya laju disolusi diukur dari jumlah zat aktif yang

7
terlarut pada waktu tertentu ke dalam medium cair yang diketahui
volumenya pada suatu waktu tertentu pada suhu yang relatif konstan.

A. PRAFORMULASI
I. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat
 Paracetamol
1. Farmakokinetik
Paracetamol di absorpsi cepat dan sempurna melalui
saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai
dalam waktu ½ jam dan waktu paruh plasma antara 1-3
jam. Dalam plasma 25% parasetamol terikat protein
plasma. Obat ini di metabolisme oleh enzim mikrosom hati.
2. Indikasi
Sebagai analgetik, antipiretik, termasuk bagi pasien yang
tidak tahan asetosal. Mengurangi rasa nyeri pada sakit
kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot,
menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
3. Kontraindikasi
Pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas dan penyakit
hepar aktif derajat berat. Penggunaan paracetamol, terutama
dalam jangka panjang, perlu diperhatikan pada pasien
dengan penyakit hepar kronis dekompensata.
4. Efek Samping
o Demam.
o Muncul ruam kulit yang terasa gatal.
o Sakit tenggorokan.
o Muncul sariawan.
o Nyeri punggung.
o Tubuh terasa lemah.
o Kulit atau mata berwarna kekuningan.

8
o Timbul memar pada kulit
II. Tinjauan Sifat Fisiko-Kima Bahan Obat
- Paracetamol
1. Organoleptis
Warna putih, tidak berbau, dan sedikit mempunyai rasa
pahit.
2. Struktur Kimia dan Berat Molekul
Berat molekul : 151,163 g/mol
Struktur kimia :

3. Ukuran partikel, bentuk atau luas permukaan


Ukuran partikel : terletak antara 125-2000µm.
Bentuk : serbuk hablur putih, tablet
Luas permukaan : 1,263 g/cm3
4. Kelarutan
Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1 N, mudah
larut dalam etanol (1,4 g/100 ml) atau 14 mg/ml.
5. Stabilitas
Stabil terhadap cahaya, kelembapan, sangat stabil dalam
air, relative stabil terhadap oksidasi kecuali bila
terhidrolisis menjadi p-aminofenol sebagai kontaminan, dan
bila terpapar kondisi lembab p-aminofenol terdegradasi
menjadi quinomine dan akan berwarna merah muda, coklat,
hitam.
6. Titik lebur
Titik lebur paracetamol 169°C
7. Higroskopis
Paracetamol menyerap uap air dalam jumlah yang tidak
signifikan pada suhu 26°C, pada kelembapan relative
meningkat sekitar 90%.

9
8. Inkompatibilitas
Ikatan hidrogen pada mekanismenya pernah dilaporkan
oleh karena itu parasetamol dihubungkan dengan
permukaan dari nilon dan rayon
- Laktosa
1. Organoleptis
Serbuk hablur,putih, tidak berbau,rasa agak manis.
2. Struktur Kimia dan Berat Molekul
Berat molekul : 342,3 g/mol
Struktur kimia :

3. Ukuran partikel, bentuk atau luas permukaan


Ukuran partikel :
Bentuk : serbuk hablur putih
Luas permukaan :
4. Kelarutan
Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut
dalam kloroform dan dalam eter.
5. Stabilitas
Pada kondisi lembab (RH>80%) dapat terjadi pertumbuhan
kapang. Selama disimpan, laktosa dapat berubah warna
menjadi kecoklatan. Reaksi ini dipercepat oleh panas dan
kondisi lembab. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik
pada tempat sejuk dan kering.
6. Titik lebur
202,8°C
7. Higroskopis
Bersifat tidak higroskopis

10
8. Inkompatibilitas
Laktosa tidak dapat bergabung (inkompatibel) dengan
asam askorbat, salisilamida, pirilaminmaleat, dan fenil
efrin hidroklorida.
- Amilum 10%
1. Organoleptis
Warna putih, tidak berbau, tidak berasa
2. Struktur Kimia dan Berat Molekul
Berat molekul : 1.5 g/cm3.
Struktur kimia :

3. Ukuran partikel, bentuk atau luas permukaan


Ukuran partikel : 2-32 mikrometer
Bentuk : serbuk putih
Luas permukaan : 1,478 g/cm3
4. Kelarutan
Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan air
dingin.
5. Stabilitas
Stabil tapi higroskopis. Harus disimpan dalam wadah
tertutup baik pada tempat sejuk dan kering.
6. Titik lebur
-
7. Higroskopis
Bersifat higroskopis dan menyerap. kelembaban lingkungan
untuk mencapai kesetimbangan.
8. Inkompatibilitas

11
Inkompatibilitas dengan zat pengoksidasi kuat. Terbentuk
senyawa inklusi berwarna bila direaksikan dengan iodium.
- Gelatin
1. Organoleptis
Lembaran dan granul tembus cahaya atau serbuk; seperti
kaca; rapuh; warna gading muda sampai kuning pucat ;
tidak berbau; tidak berasa
2. Struktur Kimia dan Berat Molekul
Berat molekul : bobot molekul gelatin rata-rata berkisar
mulai dari 50.000-200.000
Struktur kimia :

3. Ukuran partikel, bentuk atau luas permukaan


Ukuran partikel : 11,73 nm
Bentuk : granul
Luas permukaan : -
4. Kelarutan
Praktis tidak larut dalam aseton, kloroform, etanol 95%,
eter dan metanol; Larut dalam gliserin, asam dan basa,
meskipun asam dan basa kuat dapat menyebabkan
pengendapan. Dalam air, gelatin mengembang dan
melunak. Larut dalam air panas membentuk gel setelah
didinginkan mencapai suhu 35-40 oC. Pada suhu >
40 oC berbentuk sol. system gel-sol ini bersifat heat
reversible.
5. Stabilitas
Gelatin kering stabil di udara. Larutan gelatin sabil untuk
waktu lama jika disimpan pada kondisi sejuk dan steril.

12
Pada suhu diatas 50 oC, larutan gelatin mengalami
depolimerisasi dan dapat terjadi penurunan kekuatan gel.
Harus disimpan dalam wadah kedap udara pada tempat
kering dan sejuk.
6. Titik lebur
-25 Celcius (1 atm). Tekanan uap.
7. Higroskopis
bersifat higroskopis (mudah menyerap air) sehingga kadar
air gelatin juga akan semakin meningkat.
8. Inkompatibilitas
Bereaksi dengan asam dan basa, aldehid dan gula aldehid,
polimer anionik dan kationik, elektrolit, ion
logam, plasticizer, pengawet dan surfaktan.
Mengendap dengan adanya alkohol, kloroform, eter,
garam merkuri dan asam tanat
i. Talk
1. Organoleptis
Berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu.
Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran
debu
2. Struktur Kimia dan Berat Molekul
Berat molekul : 379,259 g/mol
Struktur kimia : Mg3Si4O10(OH)2.
3. Ukuran partikel, bentuk atau luas permukaan
Ukuran partikel : rata-rata 0,40673
Bentuk : Serbuk halus, putih dan voluminous
Luas permukaan : -
4. Kelarutan
Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkalis, pelarut
organic dan air
5. Stabilitas
Pertumbuhan jamur dapat terjadi pada kondisi lembab.

13
6. Titik lebur
151 o C
7. Higroskopis
Tidak bersifat higroskopis
8. Inkompatibilitas
Tidak tercampurkan dengan campuran ammonium
quartener.
ii. Mg Stearat
1. Organoleptis
Berupa serbuk halus, putih dan voluminous, bau lemah
khas, mudah melekat di kulit, bebas dari butiran.
2. Struktur Kimia dan Berat Molekul
Berat molekul : 591,27 g/mol
Struktur kimia :

3. Ukuran partikel, bentuk atau luas permukaan


Ukuran partikel : berbagai macam ukuran partikel mg
stearat 210-297, 297-350, 350-500, 500-710 prn
Bentuk : serbuk halus, putih, licin.
Luas permukaan : 1,6 - 14,8m2/g
4. Kelarutan
Tidak larut dalam air, dalam etanol,dalam ethanol 95% dan
dalam eter. Sangat larut dalam benzene panas dan ethanol
(95%) panas.
5. Stabilitas
Mg stearat cukup Stabil
6. Titik lebur
88,5° C

14
7. Higroskopis
Mg Stearat tidak higroskopis, akan tetapi sifat hidrofobik
dari magnesium stearat akan menghalangi proses pecahnya
tablet
8. Inkompatibilitas
Tidak tercampurkan dengan asam kuat, garam alkali dan
besi.
III. Bentuk Sediaan, Dosis dan Cara Pemberian
Bentuk sediaan : tablet
Dosis : 325–650 mg tiap 4–6 jam atau 1.000 mg tiap 6–8 jam.
Paracetamol 500 mg dapat diminum tiap 4–6 jam sekali untuk
meredakan demam.
Cara pemberian : Gunakan paracetamol dengan cara diminum
sesuai anjuran dokter atau pada kemasan.

B. FORMULASI

I. Permasalahan
1. Saat pencetakan tablet, beberapa tablet yang terbentuk terlalu
rapuh,tablet mudah hancur
2. Air yang digunakan kurang panas
II. Pengatasan Masalah
1. Penambahan bahan pengikat yang tepat
2. Pada evaluasi waktu hancur, sehingga tablet hancur sangat lama.
Pengatasannya menggunakan air panas langsung digunakan.
III. Macam-macam Formula Standar (Disertai Literatur)
R/ Paracetamol 500
Talk 1% 6,5
Mg stearat 1% 6,5
Avicel PH 101 6,5
Amilum manihot –
Laktosa 72
Gelatin 12,4

15
(Ansel,2011)

IV. Formula yang Diajukan


R/ Paracetamol 500mg
Laktosa q.s
Amilum 10%
Gelatin 5% 22%
Amilum 5%
Talk 2%
Mg stearat 1%

C. PELAKSANAAN

I. Cara Kerja : Formulasi dan Evaluasi Sediaan


Pencetakan Tablet

Mesin cetak tablet disetting otomatis

Granul dimasukkan ke dalam hopper mesin tablet single punch

Dilakukan pencetakan tablet hingga granul dalam hopper habis

Dilakukan evaluasi pada tablet yang sudah jadi

16
Evaluasi Sifat Fisik Tablet

1. Uji Keseragaman Bobot

Hasil pencetakan tablet, tablet diambil sebanyak 20 tablet

Kemudian tablet ditimbang satu per satu, dicatat, dihitung


bobot rata-rata dan penyimpangannya

2. Uji Waktu Hancur Tablet

Hasil pencetakan tablet, tablet diambil sebanyak 5 tablet

Setiap tablet dimasukkan ke dalam tiap tabung reaksi

Ditambah air panas

Kemudian dinaik-turunkan secara teratur di atas waterbath


dengan suhu 36-38 derajat Celcius

Waktu diukur menggunakan stopwatch. Dicatat lama waktu


hancur tablet.

17
II. Kemasan, Brosur dan Etiket
 Kemasan

18
 Brosur

PACMOL

KOMPOSISI

Paracetamol 500mg,laktosa, amilum,gelatin 5%, talk dan Mg stearat

DOSIS

Paracetamol 500 mg dapat diminum tiap 4–6 jam sekali untuk


meredakan demam.

ATURAN PAKAI

Obat dapat diminum sebelum atau sesudah makan

KEMASAN

Dus, 10 Strip @ 10 Tablet

KONTRA INDIKASI

Parasetamol jangan diberikan kepada penderita hipersensitif/alergi


terhadap Paracetamol. Penderita gangguan fungsi hati berat.

EFEK SAMPING

Demam.

Kulit gatal dan muncul ruam atau bahkan lebam.

Tenggorokan sakit.

Sariawan.

Nyeri punggung.

Lemas.

Mata atau kulit berwarna kekuningan.

Urin mengeruh atau berdarah.

BAB berwarna hitam atau merah darah.

EXP : NOVEMBER 2022

NO BATCH : 120988900

19
 Etiket

PACMOL
Paracetamol 500mg,laktosa, amilum,gelatin 5%, talk
dan Mg stearat

No Batch : 163278654

No Reg : AKJ127676875OB

EXP. Date : November 2022

Cara Pemakaian Lihat Pada Brosur

20
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Keseragaman Bobot Tablet (gram)

Tablet Bobot tablet


1 0,633
2 0,775
3 0,646
4 0,596
5 0,799
6 0,798
7 0,739
8 0,622
9 0,673
10 0,716
11 0,676
12 0,617
13 0,647
14 0,769
15 0625
16 0,763
17 0,789
18 0,603
19 0,756
20 0,613

Jumlah total 13,975 gram

13,975
Bobot rata-rata = 0,70 gram
20

21
2. Penyimpangan

bobot tablet−rata bobot tablet} over {rata bobot tablet x 100 %

Tabel penyimpangan

Tablet Penyimpangan
1 -9,57%
2 10,70%
3 -7,71%
4 -14,85%
5 11,28%
6 14%
7 5,57%
8 -11,14%
9 -3,85%
10 2,28%
11 -3,42%
12 9,85%
13 -11,85%
14 -7,57%
15 -10,71%
16 9%
17 14%
18 -13,85%
19 8%
20 -6,71%

22
3. Waktu Hancur

Tablet Waktu
1 32 menit 45 detik
2 33 menit 59 detik
3 32 menit 30 detik
4 33 menit 5 detik
5 33 menit 30 detik

B. PEMBAHASAN

Menurut Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang


mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi .

Mixing dilakukan di dalam toples dan dilakukan pengadukan secara


kontinyu dengan kecepatan yang konstan. Fungsi dari penambahan fase luar
utamanya adalah untuk memperbaiki sifat alir granul dan mencegah friksi antara
serbuk dengan die dari mesin pencetak tablet. Pengadukan pada fase luar tidak
lebih dari 5 menit yaitu sekitar 2– 3 menit. Hal itu disebabkan karena salah satu
zat yang merupakan fase luar yaitu magnesium stearate sangat berpengaruh
terhadap disolusi dari tablet di saluran cerna. Jika proses mixing dilakukan terlalu
lama, maka kehomogenitasan magnesium stearate dengan bahan lain menjadi
tinggi dan menyebabkan granul dilapisi oleh magnesium stearate yang memiliki
sifat hidrofob (suka minyak). Sifat hidrofob yang dihasilkan oleh magnesium
stearate ini akan menyulitkan tablet melarut di saluran cerna yang banyak
mengandung air, sehingga dapat menyebabkan disolusi tablet berkurang dan
menyebabkan waktu mula kerja obat lambat.

Pembuatan tablet pada praktikum ini dilakukan dengan menggunakan alat


pencetak tablet single punch. Pada saat kompresi tablet perlu diperhatikan
mengenai kekerasan tablet dan bobot tablet. Kekerasan tablet harus berada pada
rentang 70– 120 N.

23
Pada praktikum kali ini dilakukan evaluasi pada tablet Paracetamol dengan
metode granulasi basah. Pengujian evaluasi meliputi uji keseragaman bobot dan
uji waktu hancur. Pengujian keseragaman bobot memilik persyaratan sesuai yang
tertera dalam Farmakope Indonesia sebagai berikut Tablet tidak bersalut harus
memenuhisyarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut Timbang 20
tablet,hitung bobot rata - rata tiap tablet. Uji keseragaman bobot dilakukan untuk
melihat homogenitas granul karena apabila bobot tidak seragam kemungkinan
disebabkan oleh homogenitas yang kurang baik. Keseragamn bobot dilihat dari
persen deviasi maksimum. Untuk tablet dalam percobaan, syaratnya tidak boleh
ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari
5% dan tidak boleh satu pun tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih
dari 10%. Bobot tablet rata-rata yang diperoleh yaitu 0,70 gram.

Uji waktu hancur dilakukan untuk melihat seberapa lama obat (tablet) bisa
hancur di dalam tubuh/ saluran cerna yang ditandai dengan sediaan menjadi larut,
terdispersi, atau menjadi lunak karena tidak lagi memiliki inti yang jelas, kecuali
bagian penyalut yang tidak larut. Waktu hancur berkaitan dengan penggunaan
disintegran dan daya ikat dalam formulasi tablet. Uji ini bertujuan untuk
menetapkan kesesuaian batas waktu hancur sesuai monografi zat aktif.
Berdasarkan hasil percobaan, waktu hancur tablet pertama 32 menit 45
detik,tablet kedua 33 menit 59 detik, tablet ketiga 32 menit 30 detik, tablet
keempat 33 menit 5 detik dan tablet kelima 33 menit 30 detikyaitu detik.
Berdasarkan Farmakope Indonesia : kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus
hancur ≤ 15 menit (tanpa salut) dan ≤ 60 menit (dengan salut).Tablet ini tidak
memenuhi persyaratan karena bahan penghancur yang ditambahkan secara
intragranular bekerja dengan menghancurkan tablet menjadi partikel
penyusun, sehingga waktu untuk menghancurkan tablet lama.Selain itu, kadar
air dalam tablet akan mempengaruhi daya serap granul yang kemudian
berpengaruh pada waktu hancur tablet. Jika tablet memiliki kadar air yang
berlebih, tablet maka juga akan mudah di tumbuhi mikroba.

Kekerasan tablet terlalu rendah, dengan kata lain tablet rapuh. Hal ini
mungkin disebabkan oleh kurangnya pengikat seperti avicel. Tablet diharapkan

24
memiliki tingkat kekerasan yang cukup untuk membuat tablet tetap stabil, namun
dapat hancur ketika masuk ke saluran cerna di dalam tubuh. Kekerasan tablet juga
sangat dipengaruhi oleh kinerja mesin tablet. Mesin tablet yang baik akan
memberian nilai kekerasan yang seragam. Selain itu juga karena penggunaan
punch yang kondisinya kurang baik atau tepi permukaannya sudah aus, atau
pencampuran lubrikan yang kurang homogen.

25
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

I. KESIMPULAN
 Penambahan fase luar utamanya adalah untuk memperbaiki sifat alir granul
dan mencegah friksi antara serbuk dengan die dari mesin pencetak tablet.
 Pembuatan tablet pada praktikum ini dilakukan dengan menggunakan alat
pencetak tablet single punch. Pada saat kompresi tablet perlu diperhatikan
mengenai kekerasan tablet dan bobot tablet. Kekerasan tablet harus berada
pada rentang 70– 120 N.
 Pengujian keseragaman bobot memilik persyaratan sesuai yang tertera dalam
Farmakope Indonesia sebagai berikut Tablet tidak bersalut harus
memenuhisyarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut
Timbang 20 tablet,hitung bobot rata - rata tiap tablet, bobot rata-rata yang
diperoleh yaitu 0,70 gram.
 Pada pengujian waktu hancur tablet tidak memenuhi persyaratan dikarenakan
waktu hancur tablet melebihi waktu 15 menit (Farmakope Indonesia)
II. SARAN
 Proses pembuatan tablet parasetamol dengan metoda granulasi basah ini harus
benar-benar sabar dan teliti. Terutama pada proses pengeringan, karena jika
terlalu lama dioven maka akan menghasilkan granul yang keras serta terjadi
perubahan warna sehingga sulit diayak. Untuk mengantisipasinya maka setiap
5 menit sekali granul dicek apakah sudah sesuai dengan yang diinginkan atau
belum.
 Pencampuran dan peracikan fase dalam juga harus benar-benar homogen
karena akan mengakibatkan tidak meratanya kandungan zat aktif pada granul
dan tablet yang dihasilkan.

26
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Padat, Bandung : ITB
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 6, 9, 354, 338, 591, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Ansel, H. C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, terjemahan Farida
Ibrahim, edisi IV. UI-press, Jakarta.

Ansel, H. C., et al. 2011. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug
Delivery Systems 9th edition. Baltimore: Lippincott Williams and
Wilkins

Ditjen POM,1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta

Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC

Depkes. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. Jakarta.

Gennaro, A.R. 1990. Remington: the science and practice of pharmacy. Ed. XX.
Mack Publishing. Pensylvania.

Kibbe, A.H. 2000. Handbook of pharmaceutical exipients. Ed. III. American


Pharmaceutical Association and Pharmaceutical Press. United States of
America. 102, 276, 305, 522, 555

Lachman, L., A. L. Herbert, & L. K. Joseph. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Diterjemahkan oleh: Siti Suyatmi. Universitas Indonesis Press.
Jakarta

Sulaiman, T. N. S. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet. Pustaka


Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta.

Voight, 1994. Buku Tentang Teknologi Farmasi. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta

27
LAMPIRAN

Pencetakan dan Evaluasi sediaan tablet parasetamol

Alat pencetak tablet di Granul tablet dimasukkan Proses pencetakan


laboratorium ke dalam mesin melalui tablet. Tablet keluar satu
corong mesin per satu dari mesin

Tablet akan meluncur Tablet yang sudah jadi Evaluasi yang pertama
keluar dari mesin, kemudian dipilih yang uji keseragaman bobot
dibawah ditampung paling baik sebanyak 25 tablet, 20 tablet
menggunakan bekker tablet untuk dilakukan uji ditimbang satu persatu
glass evaluasi untuk mengetahui
bobotnya

Didapatkan data Evaluasi yang kedua, uji Setelah beberapa menit,


keseragama bobot tablet waktu hancur. 5 tablet tablet hancur sempurna,

28
sebagai berikut diatas. dimasukkan ke dalam kemudian catat waktu
Rata-rata bobot tablet tabung reaksi kemudian yang diperlukan agar
yang didapat yaitu 0,70 dipanaskan dalam tablet hancur
gram waterbath suhu 36-38
derajat C, sampai tablet
hancur

29

Anda mungkin juga menyukai