Anda di halaman 1dari 24

Makalah Tugas Analisis Sediaan Farmasi

(Tablet)

Di susun oleh:

NIM :
Semester : IV(B)
Fakultas : Farmasi
Dosen Pengampuh : Mauritz PM,S.Pd.,M.Si

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN............................................................................................

A. Latar Belakang........................................................................................

B. Rumusan Masalah...................................................................................

C. Tujuan......................................................................................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................

BAB II

DASAR TEORI................................................................................................

A.Pengertian Tablet.....................................................................................

B. Bentuk dan penggolongan tablet.............................................................

1. Berdasarkan prinsip pembuatan..........................................................

2. Berdasarkan tujuan penggunaan..........................................................

3. Terdasarkan rute pemberian...............................................................

4. Berdasarkan penyalutan......................................................................

5. Berdasarkan pelepasan zat aktif.........................................................

C. Kateria tablet...........................................................................................

D. Keuntungan dan kerugian tablet..............................................................

1. Keuntungan.........................................................................................
2 Kerugian.............................................................................................

E. Komponen Tablet....................................................................................

F.Metode pembuatan tablet..........................................................................

G. Macam-macam kerusakan pada pembuatan tablet..................................

H. Kontrol kualitas.......................................................................................

BAB III

PENUTUP ................................................................................................

A. Kesimpulan.............................................................................................

B. Saran ................................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tablet merupakan suatu sediaan farmasetis yang sangat digemari oleh

masyarakat karena penggunaannya yang praktis. Beberapa keuntungan tablet

antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara pemakaiannya, 3) stabil dalam

penyimpanan, 4) mudah dalam transportasi dan 5) dari segi ekonomi relatif murah

dibanding dengan bentuk sediaan obat lainnya.

Teknologi farmasi berkembang dengan pesat seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan.

Maka diperlukan lebih banyak lagi studi teknik pembuatan sediaan obat.

Diharapkan dengan studi ini akan didapatkan suatu produk yang lebih baik dan

lebih efisien.

Tablet bisa digunakan untuk tujuan local ataupun sistemik. Cara

pembuatan tablet bisa dilakukan secara granulasi basah, granulasi kering atau

kempa langsung. Pada umumnya dalam pembuatan tablet terdapat zat

tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai bahan pengisi,

bahan pengikat, bahan penghancur, dan bahan pelicin.

B. Rumusan masalah

1. Apa itu tablet?


2. Bagaimana bentuk dan penggolongan tablet?
3. Apa saja kateria tablet?
4. Apa keuntungan dan kelemahan tablet?
5. Apa saja yang termasuk komponen tablet?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu tablet


2. Untuk mengetahui bentuk dan penggolongan tablet
3. Untuk mengetahui kateria tablet
4. Untuk mengetahui keuntungan dankerugian tablet
5. Untuk mengetahui yang termasuk komponen tablet
BAB II

DASAR TEORI

A. Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa

bahan pengisi.Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang paling banyak

digunakan. Sebagian besar tablet dibuat dengan metode kompresi atau

pengempaan, yaitu dengan cara memberi tekanan tinggi pada serbuk atau

granul menggunakan cetakan baja. Selain dengan metode kompresi, tablet juga

dapat dibuat dengan metode cetak, yaitu dengan menekan massa serbuk

lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan (Ditjen POM., 1995).

Tablet adalah sediaan farmasi yang padat, berbentuk bundar pipih atau

cembung rangkap.Bentuk ini paling banyak beredar dipasaran bila

dibandingkan dengan bentuk-bentuk obat lainnya. Ini disebabkan karena

bentuk “tablet” ini adalah bentuk obat yang praktis dan ekonomis dalam

produksi, penyimpanan dan pemakainnya. Untuk pembuatan tablet ini selain

diperlukan bahan obat juga diperlukan zat tambahan/zat pembantu, misalnya

talk, amilum, magnesium, stearat dsb (Widjajanti, 1989).

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai, (Ansel

hal. 244)

Sedangkan menurut Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang

mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi .Kebanyakan tablet

digunakan untuk pemberian obat-obat secara oral. Tablet mempunyai beberapa


keuntungan, salah satu diantaranya tablet merupakan sediaan yang tahan

terhadap pemasukan (temperproof)

B. Bentuk dan Penggolongan Tablet

1. Berdasarkan Prinsip Pembuatan

a. Tablet Kempa

Tablet ini dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan

tinggi pada serbuk atau granul menggunakan pons atau cetakan baja.

b. Tablet Cetak

Tablet ini dibuat dengan cara menekan masa serbuk lembab dengan

tekanan rendah pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada

pembentukan kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak

tergantung pada kekuatan yang diberikan.

2. Berdasarkan Tujuan Penggunaan

a. Tablet Kempa untuk Saluran Pernafasan

 Tablet Konvensional Biasa

Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang

biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan

eksipien seperti : pengisi ( memberi bentuk ), pengikat ( memberi

adhesivitas atau kelekatan saat bertemu saluran cerna ), disintegrator

( mempermudah hancurnya tablet).

 Tablet Kempa Multi/Kempa Ganda


Tablet kempa multi/kempa ganda adalah tablet konvensional yang

dikompresi lebih dari satu siklus kompresi tunggal sehingga tablet

akhir tersebut terdiri atas dua atau lebih lapisan . Disebut juga sebagai

tablet berlapis. Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang

inkompatibel ( tidak tersatukan ).

 Tablet Lepas Lambat

Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet

tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang

kemnudian disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat

aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa

waktu tertentu ( misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb ).

 Tablet Lepas Tunda/Tablet Salut Enterik

Tablet lepas tunda/tablet salut enterik adalah tablet yang dikempa

yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung,

reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus yang pelepasan zat

aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.

 Tablet Lepas Terkendali

Tablet lepas terkendali merupakan tablet yang dibuat dengan

formulasi sedemikan rupa hingga zat aktif akan tersedia selama jangka

waktu tertentu, harus ditelan utuh, tidak boleh dikunyah, juga tidak

boleh digerus. Kecuali divide dose ( dapat dipotong menjadi beberapa

bagian ), biasanya sudah disediakan garis-garis pemotong pada tablet.

 Tablet Salut Gula


Tablet salut gula adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa

lapis lapisan gula baik berwarna maupun tidak. Tujuannya untuk

melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara ( O2, kelembaban ),

menutup rasa dan bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.

 Tablet Salut Film

Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau tidak dari

bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat didalam saluran

cerna. Penyalutan tidak perlu berkali-kali.

 Tablet Effervesen

Tablet kempa jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena

mengeluarkan CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminu.

 Tablet Kunyah

Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus

dikunyah sebelum ditelan.

b. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut

 Tablet Bukal

Digunakan dengan cara dimasukkan diantara pipi dan gusi dalam

rongga mulut, biasanya berisi hormon steroid, absorpsi terjadi melalui

mukosa mulut masuk peredaran darah.

 Tablet Sublingual
Digunakan dengan jalan dimasukkan dibawah lidah, biasanya berisi

hormone steroid. Absorpsi terjadi malalui mukosa masuk peredaran

darah.

 Tablet Hisap/Lozenges

Digunakan untuk efek lokal dimulut dan tenggorokan, umumnya

digunakan sebagai anti infeksi.

 Dental Cones ( Kerucut Gigi )

Dental cones ( kerucut gigi ) yaitu suatu bentuk tablet yang cukup

kecil, dirancang untuk ditempatkan didalam akar gigi yang kosong

setelah pencabutan gigi.

c. Tablet Kempa Digunakan Melalui Liang Tubuh

 Tablet Rektal

Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara

rektal (dubur) yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.

 Tablet Vaginal

Tablet vaginal adalah tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk

dimasukkan dalam vagina yang didalamnya terjadi disolusi dan

melepaskan zat aktifnya.

d. Tablet Kempa untuk Implantasi

Tablet implantasi atau pellet dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin

tablet harus steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan ( untuk KB,

mencegah kehamilan ).
e. Tablet Cetak untuk Penggunaan Lain

 Tablet Triturat untuk Dispensing

Tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk penggunaan

tertentu. Tablet kempa atau cetak berbentuk kecil umumnya silindris

digunakan untuk memberikan jumlah zat aktif terukur yang tepat

untuk peracikan obat. Digunakan sebagai tablet sublingual atau

dilepaskan diatas lidah dan ditelan dengan air minum.

 Tablet Hipodermik

Tablet cetak atau kempa yang dibuat dari bahan mudah larut atau

melarut sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat

sediaan injeksi steril dalam ampul dengan menambahkan pelarut

steril.

 Tablet Dispensing

Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan

padat atau cair. Dimaksudkan untuk ditambahkan kedalam air dengan

volume tertentu, oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan

suatu larutan obat dengan konsentrasi tertentu.

f. Berdasarkan Rute Pemberian

 Tablet Oral ( Dalam Mulut )

Tablet oral adalah tablet yang biasa diminum bersamaan dengan air,

ditujukan pada pelepasan obat disaluran cerna. Tablet oral biasa yang

tanpa disalut akan mengalami pelepasan obat dilambung.


 Tablet Rektal

Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara

rektal (dubur) yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.

 Tablet Vaginal

Tablet vaginal adalah tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk

dimasukkan dalam vagina yang didalamnya terjadi disolusi dan

melepaskan zat aktifnya.

 Tablet Implantasi

Tablet implantasi atau pellet dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin

tablet harus steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan ( untuk

KB, mencegah kehamilan ).

g. Berdasarkan Penyalutan

 Tablet Polos

Dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan cara ditelan,

pecah di lambung.

 Tablet Salut Gula

Tablet salut gula (dragee) adalah tablet kempa yang disalut dengan

beberapa lapisan gula baik berwarna maupun tidak. Lapisan gula

berasal dari suspensi dalam air mengandung serbuk yang tidak

larut, seperti pati, kalsium karbonat, talk, atau titanium dioksida

yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin.

 Tablet Salut Film


Tablet salut film adalah tablet kempa yang disalut dengan salut

tipis, bewarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air

yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan tidak perlu

berkali-kali. Disalut dengan hidroksi propil metil selulosa, metil

selulosa, hidroksi propil selulosa, Na-CMC, dan campuran selulosa

asetat ftalat dengan PEG yang tidak mengandung air atau

mengandung air.

h. Berdasarkan Pelepasan Zat Aktif

 Tablet Pelepasan Biasa

Tablet pelepasan biasa adalah tablet yang biasa diminum bersamaan

dengan air, ditujukan pada pelepasan obat disaluran cerna. Tablet

pelepasan biasa yang tanpa disalut akan mengalami pelepasan obat

dilambung.

 Tablet Lepas Lambat

Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet

tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang

kemnudian disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat

aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa

waktu tertentu ( missal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb ).

 Tablet Lepas Tunda

Tablet lepas tunda/tablet salut enterik adalah tablet yang dikempa

yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung,
reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus yang pelepasan zat

aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.

 Tablet Lepas Terkendali

Tablet lepas terkendali merupakan tablet yangdibuat dengan formulasi

sedimikan rupa hingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu

tertentu, harus ditelan utuh, tidak boleh dikunyah, juga tidak boleh

digerus. Kecuali divide dose ( dapat dipotong menjadi beberapa

bagian ), biasanya sudah disediakan garis-garis pemotong pada tablet

C. Kriteria Tablet

1. Harus mengandung zat aktif dan nonaktif yang memenuhi persyaratan.

2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil

3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau mekanik

4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan

5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan

6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan

7. Bebas dari kerusakan fisik

8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan

9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu

10. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku

D. Keuntungan dan Kerugian Tablet

1. Keuntungan
a. Volume dan bentuk kecil sehingga mudah dibawa, disimpan dan

diangkut

b. Memiliki variabilitas sediaan yang rendah. keseragaman lebih baik

c. Dapat mengandung zat aktif lebih besar dengan bentuk volume yang

lebih kecil

d. Tablet dalam bentuk kering sehingga kestabilan zat aktif lebih terjaga

e. Dapat dijadikan produk dengan pelepasan yang bisa diatur

f. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air

g. Merupakan sediaan yang mudah diproduksi masal dengan pengemasan

yang mudah dan murah

h. Dapat disalut untuk melindungi rasa yang tidak enak dari sediaan.

2. Kerugian

a. Beberapa pasien tidak dapat menelan tablet

b. Formulasi tablet cukup rumit

c. Zat aktif yang hidroskopis mudah untuk rusak

d. Kebanyakan tablet yang ada dipasaran tidak menutupi rasa pahit/ tidak

enak dari obat

E. Metode Pembuatan Tablet

1. Granulasi Basah

Metode granulasi basah merupakan metode yang paling sering digunakan

dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan


dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dibagi menjadi

penimbangan dan pencampuran bahan-bahan, pembuatan granulasi basah,

pengayakan adonan lembab menjadi granul, pengeringan, pengayakan

kering, pencampuran bahan pelincir, dan pembuatan tablet menjadi

kompresi (Ansel, 1985).

2. Granulasi Kering

Metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembaban atau

penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan

cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk, dan

setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan ke dalam

granul yang lebih kecil. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang

tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya

terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur

yang dinaikkan (Ansel, 1985)

3. Kempa Langsung

Metode cetak langsung ini digunakan untuk bahan-bahan yang memiliki

sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang

memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa

memerlukan granulasi basah atau kering (Ansel, 1985).

Kempa langsung digunakan untuk memperkenalkan pengempaan

senyawa kristalin tunggal yang mempunyai sifat aliran dan kompresibilitas

baik seperti natrium klorida, natrium bromida, atau kalium bromida,

menjadi satu padatan tanpa penambahan zat-zat lain. Kempa langsung dapat
menghindari banyak masalah yang timbul pada granulasi basah maupun

kering. (Siregar, 2010).

F. Masalah dalam Pembuatan Tablet

1. Capping

Tablet terpisah sebagian atau seluruhnya atas dan bawah, yang disebabkan

terlalu banyak tekanan saat pencetakan, adanya udara yang terperangkap

saat granulasi, granulasi terlalu kering, terlalu banyak fines, pemasangan

punch dan dies yang tidak pas.

2. Lamination

Tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet terjadi segera

setelah kompresi atau beberapa hari kemudian. Penyebabnya dalah udara

yang terjerat dalam granul yang tidak dapat keluar selama kompresi atau

overlubrikasi dengan stearat.

3. Sticking

Keadaan dimana granul menempel pada dinding die sehingga punch bawah

tidak bebas bergerak. Penyebabnya adalah punch kurang bersih, tablet

dikompresi pada kelembaban tinggi.

4. Picking

Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan

punch. Penyebabnya adalah pengeringan granul belum cukup, jumlah glidan

kurang bahan yang dikompresi berminyak/ lengket.

5. Filming
Adanya kelembaban yang tinggi dan suhu tinggi akan melelehkan bahan

dengan titik lebur rendah seperti lemak/ wax. Bisa juga karena punch

kehilangan pelican. Hal ini dapat diatasi dengan mengencerkan bahan yang

bertitik leleh rendah dengan bahan yang titik lelehnya tinggi sehingga

mengurangi penempelan.

6. Chipping dan Cracking

Pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di bagian atas

karena tekanan yang berlebih.

7. Binding

Kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup.

8. Mottling

Distribusi za warna yang tidak homogeny. Penyebabnya adalah migrasi zat

warna yang tidak seragam (atas kering duluan yang bawah masih basah).

G. Bahan-bahan Tambahan Tablet

1. Pengisi

Zat inert secara farmakologi yang dapat ditambahkan dalam sebuah

formulasi tablet untuk penyesuian bobot dan ukuran tablet sesuai dengan

yang ditetapkan, jika jumlah bahan aktif kecil, juga untuk mempermudah

pembuatan tablet walaupun pengisi adalah zat yang inert. Secara

farmakologi, zat tersebut masih dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia dan

biofarmasi dari sedian tablet.


Contoh, interaksi basa atau garam-garam amin dengan laktosa dan alkali

basa yang menyebabkan terjadinya perubahan warna coklat sampai hitam.

Laktosa tidak bercampur dengan asam askorbat dan salisilamide.

Penggunaan dari pengisi tergantung dari volume atau berat tablet

yang diingankan. Bahan pengisi yang sering digunakan antara lain; laktosa

USP, lactose anhydrous, spray dried lactose. Amylum; maydis, oryzae,

meranthae, solany, mannitol, sukrosa dan lain- lain.

2. Pengikat

Zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam formulasi

tablet untuk meningkatkan kohesifitas antara partikel–partikel serbuk dalam

masa tablet yang diperlukan untuk pembentukkan granul dan kemudian

untuk pembentukan massa menjadi kompak dan padat yang disebut tablet,

pengikat dapat dibagi dua :

a. Pengikat kering (binder), pengikat kering ditambahkan kedalam massa

kering. Contoh, bahan kering yang sering digunakan:

1) Acasia 2-5 %

2) Derivat selulosa 1-5 %

3) Sukrosa 2-25 %

b. Pengikat Basah ( Adhesive), ditambahkan dalam bentuk larutan atau

suspensi, contoh pengikat basah yang sering digunakan:

1) Derivat selulosa 1-5 %

2) Gelatin 1-5 %
3) Pasta amylum 1-5 %

4) Natrium Alginat 2-5 %

3. Penghancur

Zat inert secar farmakologi yang ditambahkan pada massa untuk

membantu mempercepat waktu hancur tablet dalam saluran cerna, zat

disintegran dapat ditambahkan sebagai fasa dalam yang disebut sebagai fasa

dalam yang disebut sebagai bahan internal dan sebagai fasa luar yang

disebut bahan eksternal. Amylum/Kanji Mikrokristalin Selulosa Explotab

Kombinasi Asam (Tablet Effervesescent)

4. Pelincir

Zat yang memungkinkan aliran bahkan memasuki cetakan tablet dan

mencegah melekat nya bahan pada punch dan die membuat tablet menjadi

bagus dan mengkilap. (Ansel hal 246-247)

a. Talcum

b. PEG

c. Asam Stearat

d. Mg Stearat

5. Pewarna

Pemberi rasa dan pemanis , penggunaan zat warna dan pemanis

digunakan untuk menutupi warna obat yang kurang baik , (dentifikasi hasil

produksi dan membuat suatu produk menjadi lebih menarik). Dibentuknya

rasa , agar dapat mengurangi rasa pahit , khusus yang sulit menelan tablet

dan member rasa untuk tablet kunyah


H. Kontrol Kualitas

Untuk memperoleh tablet yang baik dan bermutu maka sebelum, selama dan

setelah proses pentablettan harus dilakukan pemeriksaan (in process

control/IPC), meliputi antara lain :

1. Pemeriksaan Sediaan Sebelum Tabletting

a. Kualitas formulasi bahan yang dipakai

b. Homogenitas campuran obat dengan bahan tambahan setelah proses

pencampuran

c. Kualitas granul : fluiditas, moisture content (MC), distribusi ukuran

partikel dan kompressibilitas

2. Pemeriksaan Selama/Setelah Tabletting

a. Penampilan Umum (Organoleptis)

Pengukuran sejumlah data teknis tablet, seperti ukuran (panjang, lebar,

diameter), bentuk, warna, bentuk permukaan, konsistensi dan cacat fisik,

dan tanda-tanda pengenal lainnya (logo, break line, dsb), bau, ciri-ciri

khas lainnya.

b. Keseragaman Kadar

Dilakukan pemeriksaan kadar zat aktif sesuai dengan monografi masing-

masing bahan.

c. Keseragaman Bobot

Dilakukan pemeriksaan 20 tablet, dihitung rata-rata dan standard deviasi

relatif (RSD). Syarat :

1) Tablet dengan bobot < 130 mg, max RSD 10 %


2) Tablet dengan bobot 130 – 324 mg, max RSD 7,5 %

3) Tablet dengan bobot > 324 mg, max RSD 5%

d. Kekerasan Tablet

Diperiksa dengan alat Hardness Tester, yang prinsipnya mengatur

tekanan yang dibutuhkan untuk memecah satu tablet yang diletakkan

dalam alat tersebut. Gunanya untuk mengetahui ketahanan tablet bila

mengalami benturan selama proses pengemasan dan transportasi. Tablet

yang baik kekerasan : min 4 kg

e. Kerapuhan Tablet

Diperiksa dengan alat Friabilator Tester, prinsipnya dengan mengukur

prosentase susut berat tablet setelah diputar dalam alat tersebut selama 4

menit (rpm 25) atau 100 putaran.

f. Waktu Hancur

Ditentukan dengan alat Disintegration tester, prinsipnya sejumlah tablet

(6 tablet) dimasukkan dalam air atau medium lain dengan suhu 37 o C,

dinaik-turunkan, diukur waktunya sampai semua tablet hancur. Syarat :

jika tidak disebutkan lain, tidak boleh lebih dari 15 menit.

g. Kecepatan Kelarutan (desolution)

Diperiksa dengan alat Dissolution tester, pada prinsipnya mengukur laju

pelepasan obat pada media air atau media lain yang sesuai. Digunakan

sebagai dasar menghuji kemanjuran suatu obat secara in vitro

(bioavaibilitas).
BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan

Berdasarkan Tujuan Penggunaan ,Tablet Kempa untuk Saluran

Pernafasan Tablet Konvensional Biasa Tablet yang dibuat atau dikempa

dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau

kombinasi dengan bahan eksipien seperti : pengisi (memberi bentuk ),pengikat

( memberi adhesivitas atau kelekatan saat bertemu saluran cerna), disintegrator

( mempermudah hancurnya tablet).

Berdasarkan Pelepasan Zat Aktif ,Tablet Pelepasan Biasa Tablet

pelepasan biasa adalah tablet yang biasa diminum bersamaan dengan air,

ditujukan pada pelepasan obat disaluran cerna.

Kerugian tablet Beberapa pasien tidak dapat menelan tablet,Formulasi

tablet cukup rumit ,Zat aktif yang hidroskopis mudah untuk rusak ,Kebanyakan

tablet yang ada dipasaran tidak menutupi rasa pahit/ tidak enak dari obat

B. Saran

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu untuk melengkapi kekurangan dari penulisan

makalah ini ada baiknya pembaca juga membaca dari sumber buku.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2004. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat.
Jakarta : UI-Press.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Ed III.Jakarta: Depkes RI.

Anda mungkin juga menyukai