Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan tekhnologi
perkembangan di dunia farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin
banyak jenis dan ragam penyakit yang muncul. Perkembangan pengobatan p
unterus di kembangkan. Berbagai macam bentuk sediaan obat, baik itu liquid,
soliddan semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri.
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara
membuat, mencampur, meracik, memformulasi obat, identifikasi, kombinasi,
analisis dan standarisasi obat, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya
serta penggunaan yang aman. Zat-zat yang sering digunakan sebagai bahan
obat ialah partikel yang berukuran kecil. Dalam pembuatan sediaan maka
terlebih dahulu dipersiapkan formulasi obat, dimana tujuan dari formulasi
tersebut adalah untuk mempersiapkan dan mempertimbangkan bahan-bahan
apa saja yang cocok dalam satu sediaan. Dalam dunia farmasi sangat erat
kaitannya dengan teknologi sediaan solida.
Teknologi sediaan solida merupakan ilmu yang mempelajari atau lebih
menekankan pada bentuk sediaan solid yang meliputi teori, metode evaluasi
serbuk atau partikel, proses pembuatan, studi formulasi serta metode optimasi
sediaan farmasi. Dalam teknologi sediaan solida ada beberapa macam sediaan
yang dibahas, diantaranya adalah sediaan tablet.
Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau untuk
memperelok badan atau bagian badan manusia.
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai, tablet dapat berbeda
ukuran, bentuk, berat, kekersan, dan ketebalalan, daya hancurnya dan aspek
lain yang tergantung dengan pemakaian tablet dan Cara pembuatannya.
2

Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian secara oral. Kebanyakan tablet


dibuat dengan penambahan zat warna dan zat pemberi rasa.
Dalam farmakope edisi IV tablet didefinisikan sebagai sediaan padat yang
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode
pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.
Sebagian besar tablet dibat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk
sediaan yang paling banyak digunakan.
Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas tablet kempa dan tablet
cetak, tablet kempa dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan
tekanan tinggi pada serbuk/granul menggunakan pons/cetakan baja.sedangkan
tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan
rendah pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan
kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan
yang diberikan.
Jenis tablet dapat berupa tablet kompresi, tablet salut, sublingual, tablet
efferfescent, tablet triturat, tablet hipodermik, tablet pembagi, dan tablet
kunyah. Dalam kehidupan sehari-hari, tablet kunyah belum dikenal oleh
masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu pembuatan makalah ini adalah
untuk memperkenalkan tablet kunyah pada masyarakat pada umunya dan
khususnya mahasiswa farmasi.
Salah satu dari tiga metode pembuatan tablet adalah metode granulasi
kering. Tujuan metode granulasi kering adalah untuk memperoleh granul yang
dapat mengalir bebas untuk membuatan tablet. Granulasi kering dilakukkan
apabila zat aktif tidak dapat mengalir bebas untuk pembuatan tablet. Granulasi
kering dilakukkan apabila zat aktif tidak mungkin di granulasi basah karena
tidak stabil atau peka terhadap panas dan atau lembab atau juga tidak mungkin
di kempa lansung menjadi tablet karena zat aktif tidak dapat mengalir bebas,
dan atau dosis efektif zat aktif terlalu besar untuk kempa langsung. Sebagai
contoh, asetosal dan vitamin pada umumnya dibuat menjadi tablet dengan
granulasi kering. Granulasi kering dilakukkan pada campuran seluruh
ingredien dalam suatu formulasi tablet tqanpa menggunakan cairan
3

penggranul. Granulasi kering dibuat dengan mengempa langsung seluruh


campuran inggredient formula dengan tekanan tinggi menggunakan suatu
mesin pembuat bongkahan (sluging machine) atau mesin kompaktor.
Granul yang dibuat dengan granulasi kering pada umumnya sederhana
atau tidak beraturan, sedangkan pada granul yang dibuat dengan metode basah
banyak macam bentuk partikel. Sesuai dengan hal itu, granulasi kering jarang
dipilih sebagai metode granulasi. Akan tetapi, granulasi kering cocok untuk
zat-zat yang peka terhadap pelarut dan tidak stabil pada suhu tinggi. Selain itu,
keuntungan granulasi kering yang lain adalah diperolehnya granul dengan
bobot jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan granul yang dihasilkan dari
granulasi basah.
Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau
granul menggunakan cetakan baja. Umumnya tablet kempa mengandung zat
aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegrant dan lubrikan, tetapi dapat
juga mengandung bahan pewarna dan lak (pewarna yang diabsorpsikan pada
alumunium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma dan
bahan pemanis.
Dari praktikum ini, kami menggunakan zat aktif kolkisin dengan pengikat
pati kacang hijau untuk dibuat dalam bentuk tablet yang diindikasikan untuk
terapi gout arthritis atau asam urat.
I.2. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat melakukan preformulasi dari sediaan tablet pati kacang
hijau.
2. Mahasiswa dapat memformulasikan sediaan sediaan tablet pati kacang
hijau
3. Mahasiswa dapat membuat dan mengevaluasi sediaan tablet pati kacang
hijau.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


II.1.1 Definisi tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak,
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau
cembung, mengandung satu jenis obatatau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat
pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat
lain yang cocok (Dirjen pom,1979).
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi.Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai
tablet cetak dan tablet kempa. Tablet merupakan bentuk sediaan farmasi
yang paling banyak tantangannya didalam mendesain dan membuatnya.
Misalnya kesukaran untuk memperoleh bioavailabilitas penuhdan dapat
dipercaya dari obat yang sukar dibasahi dan melarutkannya lambat, begitu
juga kesukaran untuk mendapatkan kekompakan kahesi yang baik dari zat
amorf atau gumpalan.
Namun demikian, walaupun obat tersebut baik kempanya,
melarutnya, dan tidak mempunyai masalah bioavailabilitas, mendesain dan
memproduksi obat itu masih penuh tantangan, sebab masih banyak tujuan
bersaing dari bentuk sediaan ini (Dirjen pom,1995).
a. Tablet salut
Tablet salut gula adalah tablet kempa yang disalut dengan
beberapa lapisan tipis berturut-turut dengan larutan sukrosa dengan atau
tanpa pewarna. Penyalut ini berguna karena dapat melindungi bahan obat
dengan berperan sebagai barrier terhadap kelembaban dan udara,
menutupi bahan obat yang rasa dan baunya tidak enak dan memperbaiki
penampilan tablet. Salut dapat bervariasi dalam ketebalan dan warna dari
tambahan bahan-bahan celupan ke salut gula ( King, 1984 ).
5

Perbedaannya dengan salut gula adalah tablet salut gula


merupakan tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula
baik berwarna maupun tidak. Supaya dapat menahan bantingan selama
proses penyalutan tablet inti harus memiliki resistensi dan kekerasan
yang cukup di dalam panci penyalut yang berputar terus menerus selama
proses berlangsung. Kekerasan yang cukup juga akan berperanan
memperlambat penyalut pada waktu dilakukan penyalutan dan sebaiknya
permukaan tablet berbentuk. Bentuk tablet inti yang ideal untuk disalut
ialah: sferis, elip, bikonvek bulat atau bikonvekoval. Tinggi antara
permukaan tablet sedapat mungkin agak rendah ( Ansel, 1989 ).
Tablet-tablet yang akan disalut harus mempunyai sifat fisik
tertentu yang sesuai. Dalam proses penyalutan, tablet-tablet bergulir di
dalam panci atau berhamburan dalam aliran udara dari suatu penyalut
suspensi udara ketika proses penyalutan berlangsung. Agar mampu
menahan benturan sesama tablet atau benturan tablet dengan dinding
panci, maka tablet harus tahan terhadap abrasi dan gumpil. Permukaan
tablet yang rapuh, yang lunak oleh pemanasan, atau yang rusak oleh
campuran penyalut, cenderung menjadi kasar pada tahap awal proses
penyalutan dan tidak cocok untuk disalut dengan lapisan tipis. Bahan
penyalut yang membentuk lapisan tipis melekat ke seluruh permukaan
yang terpapar, sehingga permukaan yang tidak sempurna akan disalut
dan tidak dibuang. Mutu dari penyalut lapisan tipis yang melekat pada
tablet cetak biasanya lebih banyak tergantung pada mutu tablet awal yang
dipakai dalam proses, daripada waktu yang dibutuhkan dalam penyalutan
gula.
Penyalutan gula mengandung banyak zat padat, sehingga lebih
lambat mengering dan dapat mengisi banyak cacat kecil di permukaan
tablet yang dapat terjadi pada tahap awal proses penyalutan selain
permukaan yang halus, maka bentuk fisik tablet juga sangat penting.
Bentuk ideal tablet yang akan disalut adalah bulat, yang memungkinkan
6

tablet tersebut bergulir bebas di dalam panci penyalut, dengan kotak


sekecil mungkin sesama tablet (Augsburger, 2008).
Proses penyalutan tablet terbagi atas beberapa tahap yaitu:
protective, gum syrup, built up syrup, smoothing syrup, colouring syrup,
dan polishing. Lapisan penutup merupakan tahap pemberian lapisan
pelindung agar air dari larutan berikutnya tidak masuk ke dalam tablet
inti. Lapisan elastis merupakan lapisan dasar dari salut gula yang
bertujuan untuk melapisi gum syrup agar tablet tidak retak selama proses
atau selama penyimpanan. Bahan-bahan yang akan dituang diaduk lebih
dahulu, kemudian masukkan CaCO3 secukupnya, aduk kembali sampai
semua serbuk melapisi tablet baru kemudian dialirkan udara panas. Built
up syrup merupakan proses pemberian lapisan sebenarnya dari salut gula,
sedangkan smoothing syrup bertujuan untuk membuat permukaan tablet
licin sehingga zat warna dapat melapisi tablet secara merata. Colouring
bertujuan untuk memberikan warna pada permukaan tablet dan polishing
merupakan proses pengkilatan permukaan tablet sehingga menjadi
mengkilat ( Asmarini, 2007 ).
b. Kelebihan dan kekurang Tablet (Anseel, 1989)
1. kelebihan tablet
a. Lebih mudah disimpan
b. Memiliki usia pakai yang lebih panjang dibanding obat bentuk
lainnya
c. Bentuk obatnya lebih praktis
d. Konsentrasi yang bervariasi.
e. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan
tertinggal ditenggorokan terutama bila tersalut yang
memungkinkan pecah atau hancurnya tablet tidak terjadi.
f. Bentuk sediaan oral untuk ketetapan ukuran serta variabilitas
kandungan yang paling lemah.
g. Bentuk pengobatan dengan menggunakan tablet lebih disukai
karena bersih, praktis dan efisien.
7

h. Sifat alamiah dari tablet tidak dapat dipisahkan, kualitas bagus dan
dapat dibawah kemana-mana, bentuknya kompak, fleksibel dan
mudah pemberiannya.
2. Kekurangan tablet
a. Tablet dan semua obat harus disimpan diluar jangkauan anak-anak
b. Orang yang sukar menelan atau meminum obat
c. Beberapa obat tidak dapat dikepek menjadi padat dan kompak
d. Beberapa bahan obat sulit dikompresi (volumminous)
e. Obat-obat yang pahit dan berbau harus disalut.
Berdasarkan sifat fisika kimia dari bahan obat, maka tablet dapat
dibuat dengan berbagai cara (Voiqt,1984):
1. Cara Basah
a. Granulasi basah
Merupakan cara yang paling umum dan banyak dilakukan,
karena hampir semua jenis bahan aktif dapat diproses secara granulasi
basah. Disebut granulasi basah karena di dalam proses pembuatan
granulnya mempergunakan larutan bahan pengikat, dimana campuran
serbuk ditambah dengan larutan bahan pengikat atau dalam bentuk
mucilage sampai terbentuk masa yang konsistensinya dapat dikepal.
b. Granulasi dasar
Tablet yang dibuat dengan granulasi dasar yaitu bahan obat yang
tidak stabil dengan adanya air atau terurai dengan adanya panas. Sifat
aliran dan daya kompresibilitasnya jelek, dimana tahap-tahap
pengerjaannya sama dengan cara granulasi basah. Hanya pada
granulasi dasar bahan obat tidak di granulasi bersama-sama dengan
bahan pembantu, seperti bahan pengisi, penghancur dalam tetapi
ditambahkan pada tahap lubrikasi dalam bentuk serbuk halus atau fine
kedalam granul bersama-sama dengan penghancur luar dan bahan
lubrikan.
Pada cara granulasi dasar ini perlu diperhitungkan terlebih
dahulu jumlah fine dalam masa cetak ini karena dapat menimbulkan
8

kesulitan selama proses pencetakan. Fine dalam cara ini berasal dari
bahan obat, bahan penghancur luar, bahan lubrikan juga berasal dari
hasil pengayakan granul yang dikeringkan.
c. Cara-cara khusus
Cara-cara khusus ini juga bertujuan untuk menghasilkan granul
baik yang mengandung bahan obat sendiri maupun granul-granul dari
bahan pembantu tablet. Granul-granul yang dihasilkan dengan cara ini
digunakan untuk kondisi-kondisi tertentu karena harganya mahal.
Cara-cara khusus ini ada tiga cara pengerjaannya :
4. Soray congealing
Cara ini juga dikenal sebagai cara spray chilling yang mirip
dengan cara spray drying tetapi tanpa menggunakan panas. Bahan
obat yang dapat diproses dengan cara ini terlebih dahulu dilarutkan
atau disuspensikan dalam lelehan malam. Lelehan ini
disemprotkan kedalam udara yang mengalir, udara yang mengalir
ini sejuk / dingin tergantung pada titik beku dari produk, sebagai
contoh monogliserida memerlukan udara dingin sekitar 10oC.
granul yang dihasilkan dengan cara ini memiliki sifat mudah
mengalir dan sifat kemudahan dalam pencetakan.
5. Spray drying
Serbuk bahan obat / bahan-bahan pembantu tablet dalam
keadaan halus ditiup dengan angin turbulensi kemudian
disemprotkan bahan penyalut dalam bentuk larutan disperse secara
berkala. Serbuk-serbuk yang baru dibasahi ini dikeringkan dengan
udara hangat yang telah disaring terlebih dahulu kemudian hasil
kering ini dibawa bersama udara tersebut ketempat penampungan.
Bahan obat dalam bentuk padat ataupun cairan dapat dip roses
secara spray drying ini seperti Vitamin A dan Vitamin D yang larut
di dalam minyak dapat disalut dengan larutan bahan pengikat
sehingga tidak mudah terurai.
9

Bahan pembantu yang sering dip roses dengan cara ini adalah
laktosa dan pati, hasilnya berupa granul-granul yang dapat
digunakan sebagai bahan pengisi, bahan pengikat kering ataupun
bahan penghancur.
6. Speronisasi
Proses pembuatan masa granul basah sama dengan cara
granulasi basah dimana bahan obat, bahan pengisi (bila perlu)
digranulasi dengan larutan bahan pengikat, masa basah ini
dilewatkan terlebih dahulu kedalam alat Extrude machine untuk
membentuk batang silinder dengan diameter 0,5-12 mm, melalui
ayakan ukuran mesh tertentu baru dilewatkan kedalam
Marumerizer dimana batang-batang tersebut akan dirubah
bentuknya menjadi bentuk spheris, akibat gya sentrifugal dan gaya
gesek dari ayakan yang berputar. Granul-granul spheris ini
kemudian dikeringkan.
Keuntungan cara spheronisasi ini adalah menghasilkan
granul dengan keseragaman bentuk dan ukuran disamping jumlah
fine nya minimal.
2. Cara kering
a) Cetak langsung
Yang dimaksud dengan cetak langsung disini adalah proses
pembuatan tablet yang dilakukan dengan mencetak langsung bahan
obat dengan atau tanpa penambahan bahan pembantu. Dimana cara ini
dapat digunakan untuk zat aktif yang mempunyai sifat seperti :
1. Mudah mengalir
2. Dapat dimampatkan
3. Mudah dibasahi
Dan untuk tablet yang mempunyai bahan aktif 10% dari bobot tablet,
maka sifat tablet tergantung dari sifat bahan pembantu, dan jika bahan
aktifnya <10% maka yang menentukan sifat tablet adalah sifat dari bahan
aktifnya.
10

b) Granulasi kering / prekompresi


Cara ini merupakan proses pembuatan granul tanpa melibatkan air
sama sekali. Di manna campuran serbuk dicetak menjadi tablet besar dan
keras (slug), kemudian slug di ayak menjadi granul yang diinginkan. Cara
slugging ini sangat cocok untuk bahan aktif yang sifat alirnya kurang baik,
peka terhadap panas dan kelembaban.
Pada penyusunan formula untuk tablet yang dibuat dengan cara
prekompresi ini perlu dipertimbangkan bahn-bahan pembantu yang
dipilih haruslah dapat menghasilkan slug yang keras. Kegagalan akan
terjadi pada waktu membuat granul dari slug akan terbentuk serbuk bukan
granul.
Syarat-syarat tablet:
1. Memenuhi keseragaman ukuran
2. Memenuhi keseragaman bobot
3. Memenuhi waktu hancur
4. Memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat
5. Memenuhi waktu larut (dissolution test)
Bentuk luar tablet sangat mempengaruhi keutuhan tablet saat transportasi
dan penyimpanan. Jenis tablet dan penggunaannya : Tablet peroral, tablet oral,
meliputi tablet hisap, sublingual dan buchal, tablet parenteral, meliputi tablet
injeksi dan tablet implantasi. Serta tablet untuk penggunaan luar meliputi tablet
larut, mata, vaginal, dental resorpsi kerja lokal dipermukaan tubuh dan lubang-
lubang tubuh.
II.2 Studi Preformulasi
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam
alkohol dan kloroform.
Pka : 1,85
PH : 6
Log P : 1,3
Inkompatibilitas : Penggunaan kolkisin dengan dartomisin, eentromisin,
atau talbutamid dapat membuat kolkisin meenjadi racun.
11

Penggunaan deengan thizida diureetik dapat


meningkatkan serum asam urat dan mengganggu dengan
aktivitas kolkisin. Gangguan obat ketika berlebih dan
dapat mengganggu penyerapan vit B12
Stabilitas : Stabil pada penyimpanan normal, hindari dari api dan
oksidasi kuat.
Dosis : Pada serangan akut oral 1 mg lalu 0,5 mg setiap 2 jam
sampai maksimal 8 mg atau timbul diare
Efek farmakologi : Terapi seragan akut, serangan encok dapat dilawan
secara efeektif. Zat ini meemiliki sifat komulasi.
Kolkisin berkhasiat antiradang lemah dengan efek baik
pada peradangan serangan akut (eeveektivitas 90%).
Meekanisme sekreesi zat-zat dmotatcit dan
glikoprotein.
II.3 Analisis Permasalahan
Tablet merupakan sediaan padat yang mngandung/tidak mengandung bahan
obat yang proses pembuatanya dengan kompresi atau kempa (Ansel, 1989).
Tablet merupakan sediaan padat yang stabil dan mudah dalam
penggunaanya sehingga disukai oleh pasien. Dalam masa ini penyakit gout
(Asam urat) telah banyak menyebar dimasyarakat sehingga untuk
meemudahkan dalam fungsi pengobatan maka dibuat dalam bentuk tablet
Berdasarkan sifat fisika kimia dari kolkisin maka proses pembuatanya
deengan dengan metode kempa langsung. Keempa langsung dipilih karena
dosis kolkisin dalam sediaan hanya 0,06%
Bahan tambahan yang digunakan amrotab adalah ineer pada semua zat
termasuk zat aktif dan memiliki daya hancur maksimal dalam konsentrasi
2-8 %
Bahan tambahan lainnya yaitu glidant, glidant yang digunakan adalah
aerosil karena stabil, inert pada zat dan tidak memiliki inkompatibilitas
dengan bahan lainya.
12

Bahan pengikat yang digunakan adalah pati kacang hijau karena


kemampuan mengikat pati sangat baik dengan konsentrasi 2-8% atau lebih
5-25% dan bersifat inert pada semua zat.
Pengisi yang dilakukan adalah laktosa dengan konsetrasi tertentu. Laktosa
stabil dengan secara kimia, fisika dan mikrobiologi serta meenunjukkan
pelepasan yang baik selain laktosa lebih mudah dari peengisi lainya
(Siregar, 2010).
13

BAB III
PENDEKATAN FORMULA
III.1 Aerosil (Hope, 103)
Alasan penambahan : Sebagai Glidant
Kelarutan : Tidak larut dalam air larut dalam larutan panas alkali,
tidak larut dalam asam
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan dietilbestrol
Stabilitas : Simpan ditempat tertutup dan kering, tidak tahan air
III.2 Magnesium stearat (Hope, 430)
Alasan penambahan : Lubrikan untuk memperlancar pada hoplen
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol (95%) eter dan air,
agak sukar larut, dalam benzena dan etanol 95%
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan asam kuat alkali dan logam,
compating aspartam dan vitamin serta garam alkaloid
Stabilitas : ketika dan harus dalam wadah kering dan tertutup
baik.
III.3 Starch (Hope, 728)
Alasan penambahan : Sebagai penghancur
Kelarutan : Tidak larut dalam pelarut organik agak sukar larut
dalam etanol
Inkompatibilitas : Inert dalam semua zat
Stabilitas : Stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat
untuk melindungi dari temperatur karena dapat
menyebabkan caking
III.4 Microcristaline Cellulosa (Avicel 102) (Hope)
Alasan penambahan : Sebagai pengisi
Kelarutan : Agak larut dalam 5% berat/volume sediaan
hydronoxida, praktis tidak larut pada air asam encer
dan banyak pelarut organik
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan pengoksidasi kuat
14

Stabilitas : Stabil meskipun bahan higroskopis dapat disimpan


ditempat dingin, tertutup rapat dan kering.
III.5. Pati kacang hijau (Hope, 788)
Alasan penambahan : sebagai pengikat
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin dan air
Inkompatibilitas :-
Stabilitas : kering tanpa pemanasan,terlindung dari caha
15

BAB IV
FORMULASI DAN PERHITUNGAN
IV.1 Formulasi Sediaan
Kolkisin : 0,6 mg
Starch : 0.32 mg
Calcium Stearat : 0.12 mg
Aerosil : 0.02 mg
Pati Kacang Hijau : 0.4 gram
Avicel 102 ad 100% : 4 mg
IV.2 Perhitungan
1. Perhitungan Dosis
Dosis 0,6 mg / 4 gram sediaan tablet. Pada serangan akut dosis oral 1 mg,
lalu 0,5 mg tiap 2 jam sampai maksimal / 8 mg atau timbul diare kuat tidak
boleh di ulangi dalam jangka waktu 3 hari. Profilaksis (terapi komplikasi) =
0,5 mg - 1,5 mg malam hari pada setiap dua hari (OOP, hal : 342).
2. Perhitungan Bahan
Kolkisin : 0.6 mg.
8
Starch 8% : 100 x 4 gram = 0.32 mg
3
Calcium Stearat 3% : 100 x 4 gram = 0.12 mg
0,5
Aerosil 0,5% : 100 x 4 gram = 0.02 mg
10
Pati Kacang Hijau 10% : 100 x 4 gram = 0.4 mg

Avicel 102 ad 4 mg : 4 ( 0.6 + 0.32 + 0.12 + 0.02 + 0.4 ) mg


4 1.46 mg
4.54 mg.
16

BAB V
CARA KERJA DAN EVALUASI
V.1 Cara Kerja
V.1.1 Pembuatan Larutan Pengikat
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70 % agar alat terbebas dari
mikroorganisme
3. Ditimbang pengikat pati kacang hijau sesuai dengan perhitungan bahan
4. Ditambahkan alkohol hingga pati dapat basah secara merata
5. Pati siap digunakan
V.1.2 Pembuatan Fase Dalam
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70 % agar alat terbebas dari
mikroorganisme
3. Ditimbang semua bahan yang akan digunakan pada fase dalam yaitu zat
aktif, penghancur, pengisi dan larutan pengikat yang akan digunakan
sesuai dengan perhitungan bahan
4. Dilakukan penggerusan zat aktif paracetamol hingga homogen
5. Dicampurkan pengancur dalam dan pengisi dalam zat aktif
6. Dimasukan campuran larutan pengikat sedikit demi sedikit agar merata
7. Dibentuk hingga menjadi massa kepal
8. Dilakukan pengayakan agar menyeragamkan ukuran partikel
9. Dimasukan dalam oven pada suhu 50 deg C selama 10 menit
V.1.3 Pembuatan Fase Luar
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70 % agar alat terbebas dari
mikroorganisme
3. Ditimbang semua bahan yang akan digunakan pada fase luar yaitu zat
penghancur luar, lubrikan dan glidant yang akan digunakan sesuai
dengan perhitungan bahan
17

4. Dicampurkan bahan fase luar yaitu penghancur luar, lubrikan dan glidant
pada fase dalam yang telah selesai dilakukan pengeringan
5. Dilakukan pencetakan tablet menggunakan alat cetak tablet punch and
die
V.2 Evaluasi
V.2.1 Tabel Hasil Evaluasi Granul
Uji Rentang baik Uji pada sediaan Keterangan
Sudut diam Antara 100-400 400 Baik
Sifat alir 4 gram/detik 4 gram/15 detik Buruk
Homogenitas 5-10 % baik 13,28 % Baik
dan 11-20 %
baik
V.2.2 Cara Kerja Evaluasi Granul
A. Sifat Alir
1. Disiapkan bidang datar, corong dan stopwatch
2. Ditimbang granul sebanyak 4 gram
3. Dimasukan granul terssebut dalam corong dengan bawah bagian
bawah corong ditutup dengan jari
4. Dibuka bagian bawah corong dengan melihat waktu keluarnya semua
granul dari dalam corong diatas bidang datar
5. Diamati waktu dengan menggunakan stopwatch
6. Granul dikatan baik jika sifat aliran 4 gram/detik
B. Sudut Diam
1. Diamati tinggi dan diameter tumbukan granul di atas bidang datar
2. Diukur tinggi dengan menggunakan mistar
3. Diukur diameter dengan membuat lingkaran denga pensin di alas
granul
4. Diukur diameter lingkaran dengan menggunakan mistar
C. Homogenitas
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu gelas ukur 10 mL
2. Dimasukan dalam gelas ukur granul sebanyak 4 gram
18

3. Dicatat volume granul


4. Dipadatkan granul sebanyak 250 kali
5. Dihitung volume akhir granul dalam gelas ukur
6. Dihitung homogenitas dengan rumus 2 x tinggi granur/diameter granul
V.2.2 Tabel Hasil Evaluasi Tablet
Uji Rentang baik Uji pada sediaan Keterangan
Kekerasan Antara 4-8 6,4 kg/cm3 Baik
kg/cm3
Friabilitas > 1% 4% Buruk
Waktu > 15 menit 13 menit Baik
hancur
V.2.3 Cara Kerja Evaluasi Tablet
A. Kekerasan
1. Disiapkan alat hardness tester
2. Dinyalakan alat hingga siap untuk digunakan
3. Dimasukan tablet dan dioperasikan alat
B. Friabilitas
1. Disiapkan alat Friability tester
2. Dinyalakan alat hingga siap untuk digunakan
3. Ditimbang tablet awal
4. Dimasukan tablet dalam alat
5. Dioperassikan tablet dengan 50 rpm dalam waktu 10 menit
6. Ditimbang berat tablet akhir
7. Dilakukan perhitungan friabilitas
C. Waktu Hancur
1. Disiapkan tablet yang akan diujikan
2. Dinyalakan alat hingga siap untuk dioperasikan
3. Dimasukan air dalam alat hingga batas volume
4. Dimasukan tablet dalam alat
5. Dijalankan alat dengan waktu 15 menit
6. Diamati perubahan yang terjadi
19

BAB VI
PEMBAHASAN
VI.1 Pembahasan
Tablet adalah sediaan padat yang terdiri dari campuran zat aktif dan
bahan tambahan lain dengan massa kompak dan stabilitas yang baik. Tablet
diformulasikan untuk memberikan efek aseptabilitas yang lebih pada
masyarakat untuk minat dalam mengkonsumsi obat. Sediaan tablet juga
merupakan sediaan yang kering sehingga akan stabil dalam penyimpanan.
Pada praktikum kali ini akan dibuat sediaan padat tablet dengan zat aktif
paracetamol dengan indikasi analgesik. Menurut Lestari (2014) paracetamol
memiliki efek analgesik yaitu mengurangi nyeri dengan menekan reseptor
nyeri pada tubuh.
Studi preformulasi dalam membuat sediaan tablet paracetamol yaitu
melakukan tinjauan tentang sifat fisikokimia serta bahan tambahan apa saja
yang harus ditambahkan dalam sediaan tablet paracetamol sehingga dapat
meninjau metode yang digunakan serta bahan tambahan yang akan
meningkatkan stabilitas dari zat aktif . Bahan tambahan yang diperlukan yaitu
pengikat, penghancur, glidant, lubrikan dan pengisi. Penghancur yang
digunkan adalah starch 1500 karena starch memiliki daya hancur yang sangat
baik. Pengikat yang digunakan adalah pati kacang hijau yang mana memiliki
amilopektin yang banyak sehingga dapat mengikat tablet secara sempurna.
Glidant yang digunakan adalah aerosil dan lubrikan yng digunakan adalah
magnesium stearat serta pengisi avicel 102.
Metode yang akan digunakan dalam proses pembuatan tablet
paracetamol yaitu granulasi basah. Alasan pemilihan granulasi basah yaitu
kompaktobiltas dan sifat alir yang jelek pada zat aktif sehingga metode yang
digunakan adalah granulasi basah. Hal pertama yang dilakukan adalah
pembuatan larutan pengikat kemudian pembuatan komponen fase dalam dan
fase luar kemudian dicampurkan dalam satu wadah dan ditambahkan.
Pembuatan larutan pengikat dilakukan dengan membasahkan pati kacang
hijau dengan alkohol kemudian di campurkan dalam adonan fase dalam.
20

Adonan fase dalam dibuat dengan menggerus paracetamol dan dicampurkan


dengan pengahancur dalam, larutan pengikat sedikit demi sedikit agar adonan
dapat basah dengan merata kemudian ditambahkan pengisi. Setelah itu
dilakukan pengeringan dengan oven pada suhu 55 deg C selama 10 menit
setelah dilakukan pengeringan maka dicampurkan bahan untuk fase luar.
Granul terbentuk maka dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dilakukan
adalah uji organoleptis, organoleptis dikatan baik ketika rasa, bau dan warna
dapat meningkatkan aseptabilitas dari sediaan hasil yang didapatkan sediaan
effervecent tidak memiliki rasa yang manis. Uji berikutnya yaitu sudut diam.
Rentang sudut diam yang baik adalah 100-400. Hasil yang didapatkan dalam
evaluasi sudu diam adalah 400 sehingga masih dalam rentang baik. Uji
selanjutnya yaitu sifat alir. Sifat alir memiliki rentang yang bain yaitu 4
gram/detik. Hasil yang didapatkan adalah 4 gram/1.20 detik sehingga masih
dalam kategori baik. Uji selanjutnya adalah waktu larut. Rentang waktu larut
yang baik adalah < 30 detik. Hasil yang didapatkan dari uji adalah sediaan
telah menghasilkan buih pada detik ke lima dan uji yang terakhir adalah
homogenitas. Rentang nilai baik untuk homogenitas adalah 5-10 % baik dan
11-20 % baik. Hasil uji yang didaptkan adalah 13,28 % sehingga masuk
dalam kategori baik.
Uji organoleptis dilakukan untuk mengidentifikasi warna, bau dan rasa
dari sediaan effervecent. Sudut diam dilakukan untuk menganalisis
tersebarnya serbuk dalam satu medium. Sifat alir dilakukan untuk
mengidentifikasi sifat aliran ketika serbuk dialirkan pada hopler. Waktu larut
dilakukan untuk mengidentifikasi waktu yang diperlukan sediaan untuk larut
dan menghasilkan buih. Homognitas dilakukan untuk mengidentifikasi
kesergaman bentuk dari granul.
21

BAB VII
PENUTUP
VII.1 Kesimpulan
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.
Jadi, berdasarkan percobaan yang telah dilakukan tentang tablet dengan
zat aktif kolkisin dan pengikat pati kacang hijau, dapat disimpulkan bahwa
sediaan ini di khususkan untuk pengobatan terapi gout arthritis atau biasa
disebut dengan asam urat. Kandungan zat aktif dalam sediaan tablet ini ini
bersifar sebagai arthritis gout yang membantu menurunkan asam urat. Adapun
cara mengevaluasi sediaan tablet ini yaitu melewati beberapa uji yaitu
diantaranya adalah uji organoleptik untuk melihat bentuk, warna dan bau dari
tablet, uji keseragaman bobot untuk menghitung bobot rata-rata dari sediaan
tablet agar tidak terjadi penyimpangan dari bobot obat tersebut, uji kekerasan
untuk menguji kerasnya suatu tablet, uji kerapuhan untuk mengamati tablet
bebas dari debu dan uji waktu hancur untuk menguji berapa lama tablet untuk
dapat larut dalam cairan tubuh.
VII.2 Saran
a. Asisten
Diharapkan agar dalam pelaksanaan praktikum kedepannya, asisten
dapat memberikan bimbingan yang lebih baik serta memotifasi praktikan.
b. Praktikan
Untuk praktikan agar dalam praktikum selanjutnya dapat lebih serius,
sehingga praktikan dapat memanfaatkan waktu yang telah disediakan dengan
efisien.
c. Laboratorium
Untuk laboratorium, sebaiknya alat-alat yang ada dilaboratorium lebih
diperhatikan dan lebih dirawat lagi. Agar pada saat praktikum bisa
dipergunakan dengan baik dan maksimal tanpa ada kekurangan.
22

COLCHICINE GOUT
Colchicine 0.6 mg

Komposisi :
Colchicine 0.6 mg
Zat tambahan q.s
Indikasi :
Terapi gout arthritis (Asam urat)
Kontra indikasi :
Pasien dengan gangguan gastrointestinal serius,
penyakit ginjal atau jantung, diskrasia darah
dan hamil.
Perhatian :
Usia lanjut dan pasien debilitas pasien dengan
penyakit jantung, hepatik, ginjal atau gesti.
Dosis :
Artritis gout akut: awal 0,6-1,2 mg diikuti
dengan 0,6 mg tiap 2 jam sampai nyerimereda
atau timbul rasa mual atau diare dosis rata-rata
4-8 mg.
Penyajian :
Dikonsumsi bersama dengan makanan
Efek samping :
Neuritis penfer, kelelehan otot, mual, muntah,
nyeri adomen, diare, vertikaria, anemia plastik,
agra nulo, sitosis, dermatitis, purpura alopezia.
Kemasan :
0,5 mg x 10 tab
No. Reg : GKL 170014561041
No Batch : H 176553

Simpan ditempat sejuk dan kering


Produk : PT Quindecim
Ex Date : 05-05-2018
23

COLCHICINE GOUT
Kolkisin 0,6 mg
Terapi Gout arthritis
Komposisi :
Colchicine 0.6 mg
Zat tambahan q.s
Indikasi :
Terapi gout arthritis (Asam urat)
Dosis :
Artritis gout akut: awal 0,6-1,2 mg diikuti
dengan 0,6 mg tiap 2 jam sampai nyerimereda
atau timbul rasa mual atau diare dosis rata-rata
P. No. 6
4-8 mg.
AWAS OBAT KERAS
Harus Dengan Resep
Dokter

No. Reg : GKL 170014561041


No Batch : H 176553
Produk : PT Quindecim
Ex Date : 05-05-2018

Anda mungkin juga menyukai