Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH TUGAS

ANALISIS FARMASI
KAPSUL

Di susun oleh:

NAMA : Wella Feftia


NIM : 19110073
Fakultas : Farmasi
Semester : IV
Dosen Pengampuh : Mauritz PM,S.Pd.,M.Si

UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG


2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

A. Latar Belakang........................................................................................

B. Rumusan Masalah...................................................................................

C. Tujuan......................................................................................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................

BAB II DASAR TEORI.................................................................................

A.Sejarah kapsul..........................................................................................

B. Pengertian Kapsul....................................................................................

C. Macam-Macam Sediaan kapsul...............................................................

D. Perbedaan kapsul keras dan kapsul lunak...............................................

1. Kapsul keras.......................................................................................

2 Kapsul lunak.......................................................................................

E. Persyaratan sediaan kapsul......................................................................

F. Keuntungan dan kerugian kapsul.............................................................

G. Formula umum sediaan kapsul................................................................

H. Cara pengisian obat kapsul......................................................................

I. Cara membersihkan kapsul.......................................................................


J. Factor-faktor yang merusak cangkang kapsul.........................................

BAB III PENUTUP ........................................................................................

A. Kesimpulan.............................................................................................

B. Saran ................................................................................................

Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk kesediaan padat, dimana

satu bahan macam obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya yang

dimasukkan kedalam cangkang atau wadah kecil umumnya dibuat dari

gelatin yang sesuai. Tergantung pada formulanya kapsul dari gelatin bisa

lunak dan bias juga keras. Kebanyakan kapsul-kapsul yang sudah

diedarkan diapasaran adalah kapsul yang semuanya dapat ditelan oleh

pasien, untuk keuntungan dalam pengobatan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu kapsul ?

2. Ada berapa macam sediaan kapsul ?

3. Apasaja keuntungan dan kerugian kapsul ?

4. Bagaimana cara pengisian kapsul ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian kapsul


2. Untuk mengetahui macam-macam sediaan kapsul

3. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian kapsul

4. Untuk mengetahui cara pengisian kapsul

BAB II

DASAR TEORI

A. Sejarah Kapsul

Berasal dari bahasa latin “capsula” yang berarti kotak kecill kapsu lunak

pertama akali diperkenalkan pada tahun 1833 oleh Mothes dan Dublanc dari

prancis kapsul keras diperkenalkan oleh Murdock inggris pada tahun 1847.

B. Pengertian Kapsul

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras

atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi

dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Depkes RI, 1995).

Kapsul tidak berasa, mudah pemberiannya, mudah pengisiannya tanpa

persiapan atau dalam jumlah yang besar secara komersil. Didalam praktek

peresepan, penggunaan kapsul gelatin keras diperbolehkan sebagai pilihan

dalam meresepkan obat tunggal atau kombinasi obat pada perhitungan dosis

yang dianggap baik untuk pasien secara individual. Fleksibilitasnya lebih

menguntungkan daripada tablet. Beberapa pasien menyatakan lebih mudah

menelan kapsul daripada tablet, oleh karena itu lebih disukai bentuk kapsul bila
memungkinkan. Pilihan ini telah mendorong pabrik farmasi untuk

memproduksi sediaan kapsul dan dipasarkan, walaupun produknya sudah ada

dalam bentuk sediaan tablet.

Berikut beberapa definisi kapsul :

Menurut FI III

Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangakang kapsul keras atau

lunak. Cangkang dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan lain.

Menurut FI IV

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras

atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, bisa juga

dari pati atau bahan yang lain yang sesuai.

C. Macam-macam Sediaan Kapsul

1. Berdasarkan konsistensi

a. Kapsul keras

b. Kapsul lunak

2. Berdasarkan cara pemakaian

a. Peroral

b. Per rektal

c. Per vaginal

d. topikal

3. Berdasarkan tujuan pemakaian

a. Untuk manusia

b. Untuk hewan
D. Pebedaan kapsul keras dan kapsul lunak

1. Kapsul keras

1) Terdiri dari tubuh dan tutup

2) Tersedia dalam bentuk kosong

3) Isi biasanya padat dapat juga cair

4) Cara pakai oral

5) Bentuk hanya satu macam

2. Kapsul lunak

1) Satu kesatuan

2) Selalu sudah terisi

3) Isi biasanya cair dapat juga padat

4) Bisa oral,rectal,vaginal,dan topical

5) Bentuknya bermacam-macam

E. Persyaratan Sediaan Kapsul

1. Keseragaman bobot

a. Kapsul yang berisi bahan padat

Timbang 20 kapsul, timbang lagi satu persatu, catat bobotnya,

keluarkan semua isi kapsul, timbang seluruh bagian cangkang kapsul,

hitung bobot isi tiap kapsul dan hitung bobot rata-rata isi tiap kapsul

b. Kelompok kapsul yang berisi bahan cair atau setengah padat/pasta/salep

Timbang 10 kapsul sekaligu, timbang agi satu-persatu. Keluarkan

semua isi kapsul, cuci cangkang kapsul dengan eter. Buang cairan cucian,
biarkan hingga tak berbau eter lagi. Timbang seluruh bagian cangkang

kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata isi tiap kapsul.

2. Waktu hancur

Ditentukan dengan satu alat yang disebut desintegrator tester. Cara

pengujian waktu hancur :

a. Masukkan 5 butir kapsul dalam keranjang

b. Naik turunkan keranjang secara teratur 30 kali setiap menit

c. Kapsul dinyatakan hancur jika sudah tidak ada lagi bagian kapsul yang

tertinggal di atas kasa

d. Waktu yang terlama hancur diantara 5 kapsul itu yang dinyatakan

sebagai waktu hancur kapsul yang bersangkutan

3. Keseragaman sediaan

Terdiri atas keeragaman bobot untuk kapsul keras dan keseragaman

kandungan untuk kapsul lunak

4. Uji Disolusi

Dilakukan untuk kapsul gelatin keras.

F. Keuntungan dan Kerugian Kapsul

1. Keuntungan Sediaan Kapsul yaitu sebagai berikut :

a. Bentuk menarik dan praktis

b. Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang kurang

enak

c. Mudah ditelan dan cepat hancur di dalam perut sehingga bahan segera

diabsorbsi usus
d. Dokter dapat memberikan resep kombinasi dari bermacam-macam bahan

obat dan dengan dosis yang berbeda-beda menurut kebutuhan seorang

pasien

e. Kapsul dapat diisi dengan cepat, tidak memerlukan bahan penolong

seperti pada pembuatan pil atau tablet yang mungkin mempengaruhi

absorbsi bahan obatnya

2. Kerugian Sediaan Kapsul yaitu sebagai berikut :

a. Tidak bisa untuk zat-zat mudah menguap sebab pori-pori cangkang tidak

menahan penguapan

b. Tidak untuk zat-zat yang higroskopis (mudah mencair)

c. Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul

d. Tidak untuk balita

e. Tidak bisa dibagi (misal ¼ kapsul). (Murtini, 2016)

G. Formula umum sediaan kapsul

1. Formula Umum

R/ Bahan Obat

Bahan Pembantu

1) Bahan Obat : - padat

2) setengah padat

3) cair

2. Cara Pembuatan :

1) pencampuran

2) pemilihan ukuran kapsul


3) pengisian kapsul

4) membersihkan kapsul pengecilan ukuran partikel

Prinsip = pada pengerjaan serbuk ada 2 cara :

a. Cara penggerusan/trituration

b. Cara pulverization by intervention

3. Pencampuran Bahan

B.O. (padat, 1/2 pdt., atau cair) dicampur ho- mogen dengan bahan

pembantu dengan proses yang sama

Pada sediaan serbuk ada 4 cara :

a. Cara spatulasi

b. Cara penggerusan

c. Cara pengayakan

d. Cara penggulingan

4. Pemilihan Ukuran Kapsul

a. Kapsul keras pada umumnya untuk serbuk dengan

bobot 65 mg - 1 g. Bila bobot bahan inert ad ± 75% kapa- sitas

kapsul (minimal).Bila bobot masukkan 2 atau > kapsul yg. < sesuaikan

aturan pakainya mis. 3 dd caps. I --> 3 dd caps. II. Ukuran kapsul

sesuaikan dengan umur pasien

b. Menentukan ukuran cangkang kapsul dengan Metode RULE OF SEVEN

1) Hitung bobot bahan obat per kapsul

2) Ubah bobot bahan obat menjadi satuan grain


Misalnya, bobot campuran bahan obat per kapsul = 230 mg → 230/65

grain = 3,5 grain

3) Bulatkan hasil perhitungan ke atas → 3,5 ~ 4

4) Angka 7 dikurangi hasil pembulatan tsb → hasilnya merupakan

ukuran cangkang kapsul terpilih. Jadi 7 – 4 = 3 → ukuran cangkang

kapsul terpilih adalah 3.

5. Cara pemilihan ukuran kapsul :

1) Hitung bobot B.O. per kapsul, mis. x g.

2) Pilih cangkang kapsul dengan kapasitas bobot B.O

3) Tara isi cangkang kapsul dengan bahan insert

4) Bila x ~ y = B.O. langsung. dimasukkan kapsul x << y =B.O. ditambah

pengisi bobotnya = y Timbang bahan pengisi (y-x) x jumlah kapsul x

>> y = B.O. diracik dlm. 2 atau > kapsul dengan ukuran <

H. Cara pengisian obat kapsul

Ada 3 macam cara pengisian kapsul yaitu dengan tangan, dengan alat bukan

mesin dan dengan alat mesin.

1. Dengan Tangan

Merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa

bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotik untuk melayani resep

dokter. Pada pengisian dengan cara ini sebaiknya digunakan sarung tangan

untuk mencegah alergi yang mungkin timbul karena petugas tidak tahan

terhadap obat tersebut. Untuk memasukkan obat dapat dilakukan dengan


cara serbuk dibagi sesuai dengan jumlah kapsul yang diminta lalu tiap

bagian serbuk dimasukkan kedalam badan kapsul dan ditutup.

2. Dengan Alat Bukan Mesin

Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan

manusia. Dengan menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih

seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali cetak dapat

dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu

bagian yang tetap dan bagian yang bergerak.

Caranya : Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan kedalam lubang

dari bagian alat yang tidak bergerak.

Serbuk yang akan dimasukkan kedalam kapsul dimasukkan /ditaburkan

pada permukaan kemudian diratakan dengan kertas film.

Kapsul ditutup dengan cara merapatkan/menggerakkan bagian yang

bergerak. Dengan cara demikian semua kapsul akan tertutup.

3. Dengan Alat Mesin

Untuk menghemat tenaga dalam rangka memproduksi kapsul secara

besar-besaran dan untuk menjaga keseragaman dari kapsul tersebut, perlu

dipergunakan alat yang serba otomatis mulai dari membuka, mengisi sampai

dengan menutup kapsul. Dengan cara ini dapat diproduksi kapsul dengan

jumlah besar dan memerlukan tenaga sedikit serta keseragamannya lebih

terjamin.

I. Cara Membersihkan Kapsul


Salah satu tujuan dari pemberian obat berbentuk kapsul adalah untuk

menutup rasa dan bau yang tidak enak dari bahan obatnya. Sesuai dengan

tujuan tersebut maka bagian luar dari kapsul harus bebas dari sisa bahan obat

yang mungkin menempel pada dinding kapsul. Untuk itu kapsul perlu

dibersihkan dahulu. Kapsul harus dalam keadaan bersih sebelum diserahkan

pada pasien, terutama untuk kapsul yang dibuat dengan tangan

Caranya letakkan kapsul diatas sepotong kain (linnen,wol) kemudian

digosok-gosokkan sampai bersih.

J. Factor-Faktor Ynang Merusak Cangkang Kapsul

1. Mengandung zat-zat yang mudah mencair ( higroskopis)

Zat ini tidak hanya menghisap lembab udara tetapi juga akan menyerap

air dari kapsulnya sendiri hingga menjadi rapuh dan mudah pecah.

Penambahan lactosa atau amylum (bahan inert netral) akan menghambat

proses ini. Contohnya kapsul yang mengandung KI, NaI, NaNO2 dan

sebagainya.

2. Mengandung campuran eutecticum

Zat yang dicampur akan memiliki titik lebur lebih rendah daripada titik

lebur semula, sehingga menyebabkan kapsul rusak/lembek.Contohnya

kapsul yang mengandung Asetosal dengan Hexamin atau Camphor dengan

menthol.Mengandung minyak menguap, kreosot dan alkohol.

3. Penyimpanan yang salah


Di tempat lembab, cangkang menjadi lunak dan lengket serta sukar

dibuka karena kapsul tersebut menghisap air dari udara yang lembab

tersebut. Di tempat terlalu kering, kapsul akan kehilangan air sehingga

menjadi rapuh dan mudah pecah.

Mengingat sifat kapsul tersebut maka sebaiknya kapsul disimpan:

a. Dalam ruang yang tidak terlalu lembab atau dingin kering

b. Dalam botol gelas tertutup rapat dan diberi silika (pengering)

c. Dalam wadah plastik yang diberi pengering

d. Dalam blitser / strip alufoi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Faktor yang dapat merusak cangkang kapsul adalah mangandung zat-zat

yang mudah mencair, mengandung campuran eutecticum, mengandung minyak

menguap, kreosot dan alcohol, dan penyimpanan yang salah.

B. Saran

Diharapkan makalah ini dapat membantu pembaca untuk menambah


pengetahuan tentang kapsul
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2007. Farmasetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.


Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia edisi III, Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia edisi IV, Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
MAKALAH TUGAS
ANALISIS FARMASI
Tablet

Di susun oleh:
NAMA : Wella Feftia
NIM : 19110073
Fakultas : Farmasi
Semester : IV
Dosen Pengampuh : Mauritz PM,S.Pd.,M.Si

UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG


2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

A. Latar Belakang........................................................................................

B. Rumusan Masalah...................................................................................

C. Tujuan......................................................................................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................

BAB II DASAR TEORI.................................................................................

A.Pengertian Tablet.....................................................................................

B. Bentuk dan penggolongan tablet.............................................................

1. Berdasarkan prinsip pembuatan..........................................................

a. Tablet kempa...................................................................................
b. Tablet cetak.....................................................................................

2. Berdasarkan tujuan penggunaan..........................................................

a. Tablet kempa untuk saluran pernapasan.........................................

b. Tablet kempa digunakan dalam rongga mulut...............................

c. Tablet kempa digunakan melalui liang mulut................................

d. Tablet kempa untuk imflasi...........................................................

e. Tablet cetak untuk penggunaan lain..............................................

3. Terdasarkan rute pemberian...............................................................

4. Berdasarkan penyalutan......................................................................

5. Berdasarkan pelepasan zat aktif.........................................................

C. Kateria tablet...........................................................................................

D. Keuntungan dan kerugian tablet..............................................................

1. Keuntungan.........................................................................................

2 Kerugian.............................................................................................

E. Komponen Tablet....................................................................................

F.Metode pembuatan tablet..........................................................................

1. Granulasi basah...................................................................................

2. Granulasi kering..................................................................................

3. Metode cetak langsung........................................................................

G. Macam-macam kerusakan pada pembuatan tablet..................................

H. Kontrol kualitas.......................................................................................

1. Pemeriksaan sediaan sebelum tabletting


2. Pemeriksaan selama atau setelah tableting..........................................

BAB III PENUTUP ........................................................................................

A. Kesimpulan.............................................................................................

B. Saran ................................................................................................

Daftar Pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tablet dapat digolongkan berdasarkan , Prinsip Pembuatan, tujuan


Penggunaan, tablet harus memenuhi persyaratan waktu hancur, keseragaman
zat , kekerasan tablet dll. Komponen tablet berupa zat aktif, bahan pengisi ,
pengikat, penghancur, pelicin, glidan, serta bahan pewarna.

Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, karena


memiliki beberapa keuntungan bentuk kecil sehingga mudah dibawa, memiliki
variabilitas sediaan yang rendah. keseragaman lebih baik , dapat mengandung
zat aktif lebih besar dengan bentuk volume yang lebih kecil ,tablet dalam
bentuk kering sehingga kestabilan zat aktif lebih terjaga ,dapat dijadikan
produk dengan pelepasan yang bisa diatur ,tablet sangat cocok untuk zat aktif
yang sulit larut dalam air, merupakan sediaan yang mudah diproduksi masal
dengan pengemasan yang mudah dan murah.

Rumusan Masalah

1. Apa itu tablet?


2. Bagaimana bentuk dan penggolongan tablet?
3. Apa saja kateria tablet?
4. Apa keuntungan dan kelemahan tablet?

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu tablet
2. Untuk mengetahui bentuk dan penggolongan tablet
3. Untuk mengetahui kateria tablet
BAB II

DASAR TEORI

A. Pengertian Tablet

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai, (Ansel

hal. 244)

Sedangkan menurut Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang

mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi .Kebanyakan tablet

digunakan untuk pemberian obat-obat secara oral. Tablet mempunyai beberapa

keuntungan, salah satu diantaranya tablet merupakan sediaan yang tahan

terhadap pemasukan (temperproof)

Tablet (Menurut FI III) Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara

kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya

rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa

zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat

pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain

yang cocok

B. Bentuk dan Penggolongan Tablet

1. Berdasarkan Prinsip Pembuatan

a. Tablet Kempa

Tablet ini dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan

tinggi pada serbuk atau granul menggunakan pons atau cetakan baja.
b. Tablet Cetak

Tablet ini dibuat dengan cara menekan masa serbuk lembab dengan

tekanan rendah pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada

pembentukan kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung

pada kekuatan yang diberikan.

2. Berdasarkan Tujuan Penggunaan

a. Tablet Kempa untuk Saluran Pernafasan

1) Tablet Konvensional Biasa

Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang

biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan

eksipien seperti: pengisi (memberi bentuk),pengikat(memberi adhesivitas

atau kelekatan saat bertemu saluran cerna),disintegrator (mempermudah

hancurnya tablet).

2) Tablet Kempa Multi/Kempa Ganda

Tablet kempa multi/kempa ganda adalah tablet konvensional yang

dikompresi lebih dari satu siklus kompresi tunggal sehingga tablet

akhir tersebut terdiri atas dua atau lebih lapisan . Disebut juga sebagai

tablet berlapis. Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang

inkompatibel (tidak tersatukan).

3) Tablet Lepas Lambat

Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet

tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang

kemnudian disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat


aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa

waktu tertentu ( misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb ).

4) Tablet Lepas Tunda/Tablet Salut Enterik

Tablet lepas tunda/tablet salut enterik adalah tablet yang dikempa

yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung,

reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus yang pelepasan zat

aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.

5) Tablet Lepas Terkendali

Tablet lepas terkendali merupakan tablet yang dibuat dengan

formulasi sedemikan rupa hingga zat aktif akan tersedia selama jangka

waktu tertentu, harus ditelan utuh, tidak boleh dikunyah, juga tidak

boleh digerus. Kecuali divide dose (dapat dipotong menjadi beberapa

bagian), biasanya sudah disediakan garis-garis pemotong pada tablet.

6) Tablet Salut Gula

Tablet salut gula adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa

lapis lapisan gula baik berwarna maupun tidak. Tujuannya untuk

melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara (O2, kelembaban),

menutup rasa dan bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.

7) Tablet Salut Film

Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau tidak

dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat didalam

saluran cerna. Penyalutan tidak perlu berkali-kali.

8) Tablet Effervesen
Tablet kempa jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena

mengeluarkan CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminu.

9) Tablet Kunyah

Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus

dikunyah sebelum ditelan.

b. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut

1) Tablet Bukal

Digunakan dengan cara dimasukkan diantara pipi dan gusi dalam

rongga mulut, biasanya berisi hormon steroid, absorpsi terjadi melalui

mukosa mulut masuk peredaran darah.

2) Tablet Sublingual

Digunakan dengan jalan dimasukkan dibawah lidah, biasanya berisi

hormone steroid. Absorpsi terjadi malalui mukosa masuk peredaran

darah.

3) Tablet Hisap/Lozenges

Digunakan untuk efek lokal dimulut dan tenggorokan, umumnya

digunakan sebagai anti infeksi.

4) Dental Cones ( Kerucut Gigi )

Dental cones ( kerucut gigi ) yaitu suatu bentuk tablet yang cukup

kecil, dirancang untuk ditempatkan didalam akar gigi yang kosong

setelah pencabutan gigi.

c. Tablet Kempa Digunakan Melalui Liang Tubuh

1) Tablet Rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara

rektal (dubur) yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.

2) Tablet Vaginal

Tablet vaginal adalah tablet kempa yang berbentuk telur (ovula)

untuk dimasukkan dalam vagina yang didalamnya terjadi disolusi dan

melepaskan zat aktifnya.

d. Tablet Kempa untuk Implantasi

Tablet implantasi atau pellet dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin

tablet harus steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (untuk KB,

mencegah kehamilan).

e. Tablet Cetak untuk Penggunaan Lain

1) Tablet Triturat untuk Dispensing

Tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk penggunaan

tertentu. Tablet kempa atau cetak berbentuk kecil umumnya silindris

digunakan untuk memberikan jumlah zat aktif terukur yang tepat

untuk peracikan obat. Digunakan sebagai tablet sublingual atau

dilepaskan diatas lidah dan ditelan dengan air minum.

2) Tablet Hipodermik

Tablet cetak atau kempa yang dibuat dari bahan mudah larut atau

melarut sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat

sediaan injeksi steril dalam ampul dengan menambahkan pelarut

steril.

3) Tablet Dispensing
Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk

sediaan padat atau cair. Dimaksudkan untuk ditambahkan kedalam air

dengan volume tertentu, oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk

mendapatkan suatu larutan obat dengan konsentrasi tertentu.

3. Berdasarkan Rute Pemberian

a. Tablet Oral ( Dalam Mulut )

Tablet oral adalah tablet yang biasa diminum bersamaan dengan air,

ditujukan pada pelepasan obat disaluran cerna. Tablet oral biasa yang

tanpa disalut akan mengalami pelepasan obat dilambung.

b. Tablet Rektal

Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara

rektal (dubur) yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.

c. Tablet Vaginal

Tablet vaginal adalah tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk

dimasukkan dalam vagina yang didalamnya terjadi disolusi dan

melepaskan zat aktifnya.

d. Tablet Implantasi

Tablet implantasi atau pellet dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin

tablet harus steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (untuk KB,

mencegah kehamilan).

4. Berdasarkan Penyalutan

a. Tablet Polos
Dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan cara ditelan, pecah

di lambung.

b. Tablet Salut Gula

Tablet salut gula (dragee) adalah tablet kempa yang disalut dengan

beberapa lapisan gula baik berwarna maupun tidak. Lapisan gula berasal

dari suspensi dalam air mengandung serbuk yang tidak larut, seperti pati,

kalsium karbonat, talk, atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan

gom akasia atau gelatin.

c. Tablet Salut Film

Tablet salut film adalah tablet kempa yang disalut dengan salut tipis,

bewarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur

cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan tidak perlu berkali-kali. Disalut

dengan hidroksi propil metil selulosa, metil selulosa, hidroksi propil

selulosa, Na-CMC, dan campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG yang

tidak mengandung air atau mengandung air.

5. Berdasarkan Pelepasan Zat Aktif

a. Tablet Pelepasan Biasa

Tablet pelepasan biasa adalah tablet yang biasa diminum bersamaan

dengan air, ditujukan pada pelepasan obat disaluran cerna. Tablet

pelepasan biasa yang tanpa disalut akan mengalami pelepasan obat

dilambung.

b. Tablet Lepas Lambat


Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet

tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang

kemnudian disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif

atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu

tertentu ( missal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb ).

c. Tablet Lepas Tunda

Tablet lepas tunda/tablet salut enterik adalah tablet yang dikempa

yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung, reaksi

asam, tetapi terlarut dalam usus halus yang pelepasan zat aktifnya

terkendali pada waktu-waktu tertentu.

d. Tablet Lepas Terkendali

Tablet lepas terkendali merupakan tablet yangdibuat dengan formulasi

sedimikan rupa hingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu

tertentu, harus ditelan utuh, tidak boleh dikunyah, juga tidak boleh

digerus. Kecuali divide dose (dapat dipotong menjadi beberapa

bagian),biasanya sudah disediakan garis-garis pemotong pada tablet

C. Kriteria Tablet

1. Harus mengandung zat aktif dan nonaktif yang memenuhi persyaratan.

2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil

3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau mekanik

4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan

5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan

6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan


7. Bebas dari kerusakan fisik

8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan

9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu

10. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku

D. Keuntungan dan Kerugian Tablet

1. Keuntungan

a. Volume dan bentuk kecil sehingga mudah dibawa, disimpan dan

diangkut

b. Memiliki variabilitas sediaan yang rendah. keseragaman lebih baik

c. Dapat mengandung zat aktif lebih besar dengan bentuk volume yang

lebih kecil

d. Tablet dalam bentuk kering sehingga kestabilan zat aktif lebih terjaga

e. Dapat dijadikan produk dengan pelepasan yang bisa diatur

f. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air

g. Merupakan sediaan yang mudah diproduksi masal dengan pengemasan

yang mudah dan murah

h. Dapat disalut untuk melindungi rasa yang tidak enak dari sediaan.

2. Kerugian

a. Beberapa pasien tidak dapat menelan tablet

b. Formulasi tablet cukup rumit

c. Zat aktif yang hidroskopis mudah untuk rusak

d. Kebanyakan tablet yang ada dipasaran tidak menutupi rasa pahit/ tidak

enak dari obat


E. Komponen Tablet

1. Zat aktif

Idealnya zat aktif yang akan diformulasikan dalam bentuk sediaan tablet

mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kemurniannya tinggi, stabil,

kompatibel dengan semua eksipien, bentuk partikel sferis, ukuran dan

distribusi ukuran partikelnya baik, mempunyai sifat alir yang baik, tidak

mempunyai muatan pada permukaan (absence of static charge on surface),

dan mempunyai sifat organoleptis yang baik. (Reiza, 2010)

2. Zat tambahan (eksipien)

Dalam suatu sediaan farmasi, selain zat aktif juga dibutuhkan bahan

penolong. Eksipien merupakan bahan selain zat aktif yang ditambahkan

dalam formulasi suatu sediaan untuk berbagai tujuan atau fungsi. Bahan

tambahan bukan merupakan bahan aktif, namun secara langsung atau tidak

langsung akan berpengaruh pada kualitas/mutu tablet yang dihasilkan.

Beberapa kriteria umum yang esensial untuk eksipien yaitu : netral secara

fosiologis, stabil secara fisika dan kimia, memenuhi peraturan perundangan,

tidak mempengaruhi bioavaiabilitas obat, bebas dari mikroba patogen dan

tersedia dalam jumlah yang cukup dan murah.(Reiza, 2010)

Eksipien mempunyai peranan atau fungsi yang sangat penting dalam

formulasi tablet. Hal ini karena tidak ada satupun zat aktif yang dapat

langsung dikempa menjadi tablet tanpa membutuhkan eksipien. Eksipien

dalam sediaan tablet dapat diklasifikasikan berdasarkan peranannya dalam

produksi tablet.(Reiza, 2010)


Eksipien yang umumnya digunakan dalam formulasi sediaan tablet :

a. Bahan pengisi (diluents/fillers)

Pengisi berfungsi untuk mendapatkan suatu ukuran atau bobot yang

sesuai sehingga layak untuk dikempa menjadi tablet. Bahan pengisi

biasanya ditambahkan dalam range 5 – 80% (tergantung jumlah zat aktif

dan bobot tablet yang diinginkan). Bila bahan aktif berdosis kecil, sifat

tablet (campuran massa yang akan ditablet) secara keseluruhan

ditentukan oleh bahan pengisi. Contoh dari bahan pengisi adalah laktosa,

sukrosa, dekstrosa, manitol, kalsium sulfat, kalsium fosfat, kalsium

karbonat,dan amilum.(Reiza, 2010)

Bahan pengisi yang dapat digunakan untuk kempa langsung adalah

fillerbinders. Filler-binders adalah bahan pengisi yang sekaligus memiliki

kemampuan meningkatkan daya alir dan kompaktibilitas massa tablet.

Bahan pengisi yang dapat berfungsi sebagai filler-binders biasanya hasil

modifikasi, termasuk coprocessed diluents. Contoh dari filler-binders

adalah avicel (modifikasi mikrokristalinselulosa/MCC), Starch1500®,

Spray dried-lactose (hasil spray laktosa), Cal-Tab® (Kalsium sulfat 93%

dan gom alam 7%) (Sulaiman, 2007).

b. Bahan pengikat (binders)

Binders atau bahan pengikat berfungsi memberi daya adhesi pada

massa serbuk pada granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah

daya kohesi yang telah ada pada bahan pengisi. Bahan pengikat

ditambahkan dalam bentuk kering dan bentuk larutan (lebih efektif).


Contoh dari bahan pengikat adalah selulosa, Mikrokristalin selulosa

(Avicel), Polimer (CMC Na, HPC, dan HPMC), PVP, gelatin, gom alam,

tragakan, guar, pektin, amilum, PEG, Na alginat, magnesium dan

aluminum silikat

c. Bahan penghancur (disintegrants)

Bahan penghancur akan membantu hancurnya tablet menjadi granul,

selanjutnya menjadi partikel-partikel penyusun, ketika tablet kontak

dengan cairan lambung sehingga akan meningkatkan disolusi tablet.

Contoh dari bahan penghancur adalah amilum, Avicel (Mikrokritalin

selulosa), solka floc, asam alginat, Explotab (sodium starch glicolate),

gom guar, Policlar AT (Crosslinked PVP), Amberlite IPR 88,

Metilselulosa, CMC, HPMC.

d. Bahan pelicin (anti frictional agents)

Bahan pelicin dalam formulasi sediaan tablet mempunyai 3 fungsi, yaitu :

1) Lubricants

Lubricants adalah bahan yang berfungsi untuk mengurangi friksi

antara permukaan dinding/tepi tablet dengan dinding die selama

kompresi dan ejeksi. Lubricants ditambahkan pada pencampuran

akhir/final mixing, sebelum proses pengempaan.

2) Glidants

Glidants ditambahkan dalam formulasi untuk menaikkan/

meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga massa

tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam. Amilum


adalah glidant yang paling popular karena disamping dapat berfungsi

sebagai glidant juga sebagai disintegran dengan konsentrasi sampai 10

%. Talk lebih baik sebagai glidant dibandingkan amilum, tetapi dapat

menurunkan disintegrasi dan disolusi tablet

3) Antiadherents

Antiadherents adalah bahan yang dapat mencegah melekatnya

(sticking) permukaan tablet pada punch atas dan punch bawah. Talk,

magnesium stearat dan amilum jagung merupakan material yang

memiliki sifat antiadherent sangat baik.

4) Pelincir

Zat yang memungkinkan aliran bahkan memasuki cetakan tablet

dan mencegah melekat nya bahan pada punch dan die membuat tablet

menjadi bagus dan mengkilap Talcum,PEG,Asam Stearat,Mg Stearat

5) Pewarna

Pemberi rasa dan pemanis , penggunaan zat warna dan pemanis

digunakan untuk menutupi warna obat yang kurang baik , (dentifikasi

hasil produksi dan membuat suatu produk menjadi lebih menarik).

Dibentuknya rasa , agar dapat mengurangi rasa pahit , khusus yang

sulit menelan tablet dan member rasa untuk tablet kunyah.

F. Metode Pembuatan Tablet

1. Metode Granulasi Basah

Metode granulasi basah ini merupakan salah satu metode yang paling

sering digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah


yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi basah

ini dapat dibagi sebagai berikut, yaitu menimbang dan mencampur

bahan-bahan yang diperlukan dalam formulasi, pembuatan granulasi

basah, pengayakan adonan lembab menjadi pelet atau granul, kemudian

dilakukan pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan pelicin,

dan pembuatan tablet dengan kompresi.(Dra. Gloria Murtini, M.Si, Apt

Yetri Elisa, M.Farm, n.d.)

Keuntungan metode granulasi basah:

a) Meningkatkan kohesifitas dan kompaktibilitas serbuk sehingga

diharapkan tablet yang dibuat dengan mengempa sejumlah granul

pada tekanan kompresi tertentu akan menghasilkan bentuk tablet yang

bagus, keras, dan tidak rapuh.(Dra. Gloria Murtini, M.Si, Apt Yetri

Elisa, M.Farm, n.d.)

b) Mencegah segregasi komponen penyusun tablet yang telah homogen

sebelum proses pencampuran. Zat-zat yang bersifat hidrofob, dapat

memperbaiki kecepatan pelarutan zat aktif dengan perantara cairan

pelarut yang cocok dengan bahan pengikat.(Dra. Gloria Murtini, M.Si,

Apt Yetri Elisa, M.Farm, n.d.)

Kekurangan metode granulasi basah:

a) Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidas.

b) Biaya cukup tinggi.

c) Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat

dikerjakan dengan cara ini.


d) Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut.(Dra. Gloria Murtini,

M.Si, Apt Yetri Elisa, M.Farm, n.d.)

2. Metode Granulasi Kering (Slugging)

Metode ini telah digunakan bertahun-tahun dan merupakan bentuk

yang berharga terutama pada keadaan dimana dosis efektif terlalu tinggi

untuk kempa langsung dan bahanbahan yang digunakan peka terhadap

pemanasan, kelembaban atau keduanya.Metode ini khususnya untuk

bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah,

karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk

mengeringnyadiperlukan temperatur yang dinaikkan. Tahap pembuatan

ini yaitu partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran

bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk

menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula

(granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis,

tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui

gaya.(Dra. Gloria Murtini, M.Si, Apt Yetri Elisa, M.Farm, n.d.)

Keuntungan cara granulasi kering adalah:

a) Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat,

mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu

b) Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab

c) Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat.(Dra.

Gloria Murtini, M.Si, Apt Yetri Elisa, M.Farm, n.d.)

Kekurangan cara granulasi kering adalah:


a) Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug

b) Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam

c) Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya

kontaminasi silang(Dra. Gloria Murtini, M.Si, Apt Yetri Elisa,

M.Farm, n.d.)

3. Metode Cetak Langsung

Metode ini digunakan untuk bahan yang mempunyai sifat mudah

mengalir sebagaimanasifat-sifat kohesinya yang memungkinkan untuk

langsung dikompresi dalam tablet tanpa memerlukan granulasi basah

atau kering. Keuntungan utama dari metode ini adalah bahwa bahan obat

yang peka terhadap lembab dan panas, yang stabilitasnya terganggu

akibat operasi granulasi, dapat dibuat menjadi tablet. Akan tetapi dengan

meningkatnya tuntutan akan kualitas tablet, maka metode ini tidak

diutamakan.(Dra. Gloria Murtini, M.Si, Apt Yetri Elisa, M.Farm, n.d.)

Keuntungan metode kempa langsung yaitu :

a) Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit

b) Lebih singkat prosesnya.

c) Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak

tahan lembab

d) Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses

granul, tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi

partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel


halus terlebih dahulu.(Dra. Gloria Murtini, M.Si, Apt Yetri Elisa,

M.Farm, n.d.)

Kerugian metode kempa langsung :

a) Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan

pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang

selanjutnya dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat

aktif di dalam tablet.

b) Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa

langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar

memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang

dibutuhkanpun makin banyak dan mahal. Dalam beberapa kondisi

pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawa amin dan

laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempa

langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama

pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif

dalam granul terganggu.

c) Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus

bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan

adhesifitas yang baik.(Dra. Gloria Murtini, M.Si, Apt Yetri Elisa,

M.Farm, n.d.)

G. Macam – Macam Kerusakan Pada Pembuatan Tablet

1. Binding adalah kerusakan tablet akibat massa yang akan di cetak melekat

pada dinding ruang cetakan.Ini terjadi ketika pelepasan dari tablet sulit dan
sering diikuti bunyi rebut/menderik yang karakteristik, tepi tablet tergores

atau kasar.(Rencher, 2002)

2. Sticking/picking ialah perlekatan yang terjadi pada punch atas dan

bawahakibatpermukaan punch tidak licin.Sticking adalah keadaan granul

menempel pada dinding die. Penyebabanya yaitu punch kurang bersih.

3. Whiskering ialah percetakan tidak pas dengan ruangan cetakan terjadi

pelelehan zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi.

4. Splitting/capping ialah lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet

terutama pada bagian tengah.Capping adalah keadaan yang

menggambarkan bagian atas atau bawah tablet terpisah sebagian atau

seluruhnya.

5. Motling adalah terjadinya warna yang tidak merata pada permukaan tablet,

disebabkan perbedaan obat atau hasil uraianya dengan bahan tambahan,

juga karena terjadinya migrasi obat selama pengeringan atau adanya bahan

tambahan berupa larutan berwarna yang tidak terbagi merata.

Crumbling ialah tambet menjadi retak dan rapuh. Disebabkan kurangnya

tekananpada pencetakan tablet dan zat pengikatnya kurang.

H. Kontrol Kualitas

Untuk memperoleh tablet yang baik dan bermutu maka sebelum, selama dan

setelah proses pentablettan harus dilakukan pemeriksaan (in process

control/IPC), meliputi antara lain :

1. Pemeriksaan Sediaan Sebelum Tabletting

a. Kualitas formulasi bahan yang dipakai


b. Homogenitas campuran obat dengan bahan tambahan setelah proses

pencampuran

c. Kualitas granul : fluiditas, moisture content (MC), distribusi ukuran

partikel dan kompressibilitas

2. Pemeriksaan Selama/Setelah Tabletting

a. Penampilan Umum (Organoleptis)

Pengukuran sejumlah data teknis tablet, seperti ukuran (panjang,

lebar, diameter), bentuk, warna, bentuk permukaan, konsistensi dan cacat

fisik, dan tanda-tanda pengenal lainnya (logo, break line, dsb), bau, ciri-

ciri khas lainnya.

b. Keseragaman Kadar

Dilakukan pemeriksaan kadar zat aktif sesuai dengan monografi

masing-masing bahan.

c. Keseragaman Bobot

Dilakukan pemeriksaan 20 tablet, dihitung rata-rata dan standard deviasi

relatif (RSD). Syarat :

1) Tablet dengan bobot < 130 mg, max RSD 10 %

2) Tablet dengan bobot 130 – 324 mg, max RSD 7,5 %

3) Tablet dengan bobot > 324 mg, max RSD 5%

d. Kekerasan Tablet

Diperiksa dengan alat Hardness Tester, yang prinsipnya mengatur

tekanan yang dibutuhkan untuk memecah satu tablet yang diletakkan

dalam alat tersebut. Gunanya untuk mengetahui ketahanan tablet bila


mengalami benturan selama proses pengemasan dan transportasi. Tablet

yang baik kekerasan : min 4 kg

e. Kerapuhan Tablet

Diperiksa dengan alat Friabilator Tester, prinsipnya dengan mengukur

prosentase susut berat tablet setelah diputar dalam alat tersebut selama 4

menit (rpm 25) atau 100 putaran.

f. Waktu Hancur

Ditentukan dengan alat Disintegration tester, prinsipnya sejumlah

tablet (6 tablet) dimasukkan dalam air atau medium lain dengan suhu 37o

C, dinaik-turunkan, diukur waktunya sampai semua tablet hancur.

Syarat : jika tidak disebutkan lain, tidak boleh lebih dari 15 menit.

g. Kecepatan Kelarutan (desolution)

Diperiksa dengan alat Dissolution tester, pada prinsipnya mengukur

laju pelepasan obat pada media air atau media lain yang sesuai.

Digunakan sebagai dasar menghuji kemanjuran suatu obat secara in vitro

(bioavaibilitas). Terdapat 2 metode/alat pengujian disolusi obat.

1) Alat 1

Tablet diletakkan dalam keranjang saringan kawat kecil yg diikatkan

pada bagian bawah suatu tongkat yang dihubungkan pada sebuah motor

yg kecepatannya dapat diatur. Keranjang dicelupkan ke dalam medium

disolusi, suhu labu dipertahankan 37o C + 0,5o C, kemudian cairan sampel

diambil pada selang waktu tertentu untuk menentukan jumlah bahan obat

yang terlarut
2) Alat 2

Sama dengan alat 1, hanya keranjangnya diganti dengan pedal/dayung

(paddle) yang berbentuk pisau dan tongkat sebagai elemen pengaduk.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Zat aktif Idealnya zat aktif yang akan diformulasikan dalam bentuk sediaan

tablet mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kemurniannya tinggi, stabil,

kompatibel dengan semua eksipien, bentuk partikel sferis, ukuran dan

distribusi ukuran partikelnya baik, mempunyai sifat alir yang baik, tidak

mempunyai muatan pada permukaan (absence of static charge on surface),

dan mempunyai sifat organoleptis yang baik

2.Tablet Lepas Lambat Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi

sehingga tablet tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek

terapi yang kemnudian disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah

zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu

tertentu ( misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb ).

B. Saran

Diharapkan makalah ini dapat membantu pembaca untuk menambah

pengetahuan tentang tablet.


Daftar Pustaka

Anonym .(1995).Farmakope Indonesia Ed IV,dapartemen kesehatan Republik

Indonesia,.Jakarta

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Ed III.Jakarta: Depkes RI.

Rencher, A. C. (2002). pengertian tablet.

Anda mungkin juga menyukai