METOPEN
Campak merupakan penyakit yang sangat menular dan sebagai penyebab utama
kematian anak di Negara berkembang termasuk Indonesia. Diperkirakan 1,7 juta
kematian anak akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan 5 %
penyebab kematian anak dibawah lima tahun. Jumlah kasus campak di regional
SEARO meningkat dari 78.574 kasus pada tahun 2000 menjadi 94.562 kasus pada
tahun 2006, ini disebabkan karena adanya peningkatan surveilans campak di
Indonesia dan India[1].
Berdasarkan data epidemiologi di Indonesia didapatkan adanya akumulasi anak
balita yang tidak mendapat imunisasi dan anak-anak yang tidak mendapat
kekebalan setelah pemberian satu dosis vaksin campak karena efikasi vaksin
campak sehingga dapat terjadi KLB pada kelompok ini.Di Indonesia dilaporkan
pada tahun 2010 telah terjadi 188 kejadian luar biasa campak dengan 3.044 kasus.
Sementara dari laporan rutin campak jumlah kasus pada tahun 2010 adalah 19.111
kasus. Distribusi kelompok umur pada KLB dengan cakupan imunisasi yang rendah
umumnya terjadi pada kelompok umur 1 – 4 tahun dan 5 – 9 tahun, sedangkan pada
beberapa daerah dengan cakupan imunisasi tinggi dan merata cenderung bergeser
pada kelompok umur yang lebih tua (10 – 14 tahun) [1]. Sebagian besar penderita
campak akan sembuh, komplikasi sering terjadi pada anak usia < 5 tahun dan
penderita dewasa usia > 20 tahun. Kematian penderita karena campak umumnya
disebabkan karena komplikasinya,seperti bronchopneumonia, diare berat dan gizi
buruk serta penanganan yang terlambat.
penyakit campak. Angka kejadian penyakit campak di Kota Padang dapat dirinci
dari tahun 2010 s/d 2014 adalah sebagai berikut : tahun 2010 sebanyak 113 kasus,
tahun 2011 sebanyak 177 kasus, tahun 2012 sebanyak kasus 50 kasus dengan
kejadian luar biasa campak pada wilayah Puskesmas Pauh sebanyak 1 kali, tahun
2013 sebanyak 55 kasus dan tahun 2014 sebanyak 84 kasus dengan 1 kali kejadian
luar biasa campak pada wilayah Puskesmas Kuranji. Jumlah kasus campak bulan
Januari s/d Desember 2015 tercatat sebanyak 63 kasus dan 1 kali kejadian luar biasa
kasus yang bervariasi dan cenderung naik-turun dengan 2 kali kejadian luar biasa. T
Januari s/d Desember2015 telah tercatat jumlah kasus 80 dengan 1 kali kejadian luar
dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu :Host (Pejamu), Agent (Kuman Penyakit) dan
Environtment (Lingkungan). Faktor Host adalah faktor yang terdapat dalam diri
penyakit, seperti : umur, jenis kelamin, status imunisasi dan status gizi. Faktor Agent
biologis. Kejadian campak merupakan penyakit yang timbul akibat interaksi ketiga
faktor tersebut[9]. Para ahli melaporkan beberapa faktor risiko yang dapat
Sulawesi Tengah menyatakan bahwa : Status Imunisasi dengan Odd Ratio (OR) =
22,031, Status Gizi (OR = 28,897) dan Tingkat Pengetahuan Ibu (OR = 5,371)
merupakan faktor risiko kejadian penyakit campak pada balita di Kabupaten Tolitoli
Provinsi Sulawesi Tengah. Hasil penelitian Ade Soemantri (2012) yang berjudul
Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Campak (Morbili) pada
Anak di Kota Bukittinggi Tahun 2011 menemukan bahwa, Faktor Sikap Ibu (OR
= 10,06) juga merupakan faktor risiko kejadian penyakit campak. Duski (2001)
penyakit campak ; dimana anak yang tidak mendapatkan imunisasi campak berisiko
3,2 kali lebih besar untuk menderita campak disbanding anak yang mendapat
imunisasi.
berjudul “Faktor RisikoKejadian Campak Pada Balita di Kota Padang Tahun 2015”.
berperan dalam kejadian campak pada balita di Kota Padang Tahun 2015.
1.3 Tujuan Penelitian
2015.
ibu, status imunisasi dan sikap petugas)dengan kejadian campak pada balita.
3. Mengetahui hubungan antara sikap ibu dengan kejadian campak pada balita
pada balita
mengembangkan keilmuan.
makulo popular selama 3 hari atau lebih yang sebelumnya didahului panas badan 38
derajat celcius atau lebih juga disertai salah satu gejala batuk pilek atau mata merah[5].
demam (panas), bercak kemerahan (rash), dan ditambah satu atau lebih gejala batuk,
disertai salah satu atau lebih gejala batuk, pilek, mata merah atau mata berair. Gejala
khas (patognomonik) adalah Koplik’s spot atau bercak putih keabuan dengan dasar
merah di pipi bagian dalam (mucosa buccal). Bercak kemerahan/ rash dimulai dari
belakang telinga pada tubuh berbentuk makulo popular dan dalam beberapa hari (4-7
hari) menyebar ke seluruh tubuh. Setelah 1 minggu sampai 1 bulan bercak kemerahan
akan sembuh, komplikasi sering terjadi pada anak usia < 5 tahun dan penderita dewasa
> 20 tahun. Komplikasi yang sering terjadi adalah diare dan bronchopneumonia.
Penyakit campak menjadi lebih berat pada penderita malnutrisi, defisiensi vitamin A
Diagnosa banding kasus campak banyak diantaranya yang paling menyerupai campak
adalah rubella (campak Jerman) yang ditandai dengan pembesaran kelenjar getah
bening di belakang telinga. DHF atau DBD, dalam 2-3 hari terjadi mimisan, turkinet
trombosit < 100.000/ml dan serologis positip IgM DHF. Cacar air (varicella),
1. Pasti secara laboratorium (kasus campak klinis yang telah dilakukan konfirmasi
laboratorium dengan hasil positif terinfeksi virus campak (IgM campak Positif) ;Pasti
dengan kasus yang pasti secara laboratorium atau dengan kasus pasti secara
2. Bukan Kasus Campak (Discarded) yaitu kasus tersangka campak, setelah dilakukan
rash,bukan disebabkan oleh hal- hal lain seperti truma atau penyakit kronik yang
rash,bukan disebabkan oleh hal- hal lain seperti truma atau penyakit kronik yang
Daerah risiko campak/ daerah risiko tinggi campak yaitu daerah yang berpo- tensi
terjadinya KLB campak, dilihat dari Daerah dengan cakupan imunisasi rendah (< 80 %)
[6]
:
b. Spesimen Urin
2.4 Sumber dan Cara Penularan
Sumber penularan adalah manusia sebagai penderita. Penularan dari orang ke orang
melalui percikan ludah dan transmisi melalui udara teruatam melalui batuk, bersin atau
sekresi hidung. Masa penularan 4 hari sebelum timbul rash, puncak penularan pada saat
2.5 Pengobatan
Pengobatan terhadap campak sesuai dengan gejala yang muncul. Penderita tanpa
komplikasi cukup diberikan antipiretik dan pemberian vitamin A dosis tinggi sesuai
usia. Jika ada komplikasi anjurkan penderita dirawat di Puskesmas atau di Rumah Sakit.
segera rujuk ke rumah sakit. Kasus yang terkena penyakit campak, diisolasi, untuk
penderita ditemukan, kapsul kedua diberikan keesokan harinya, dosis sesuai umur
vitamin A mencukupi, sebaiknya juga diberikan pada yang tid kasus campak. Bila
ada komplikasi pada mata, maka berikan vitamin A dosis ketiga, 2 minggu
Bagi penderita campak yang berumur < 6 bulan yang mendapatkan ASI, tidak
perlu diberikan vitamin A, karena kebutuhan vitamin A sudah terpenuhi melalui ASI
(air susu ibu). Sehingga ibu nifas (1-42 hari setelah melahirkan) perlu diberikan
kapsul vitamin A dosis tinggi sesuai program. Vitamin A dosis tinggi diberikan pada
2.6 Epidemiologi
Penyakit Campak dikenal juga sebagai Morbili atau Measles, merupakan
penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus, 90 % anak
yang tidak kebal akan terserang penyakit campak. Manusia diperkirakan satu-
satunya reservoir, walaupun monyet dapat terinfeksi tetapi tidak berperan dalam
penyebaran[1].
dilaporkan yaitu 852.937 kasus pada tahun 2000 menjadi 373.421 kasus pada tahun
2006[5].
1. Status Imunisasi
3. Sikap Ibu
4. Sikap Petugas
BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
variabel yang diduga mempunyai hubungan kuat dengan kejadian campak yang
Sikap Ibu
Kejadian Campak
Sikap Petugas
3.2 Hipotesis
1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian campak pada
2. Ada hubungan antara sikap ibu dengan kejadian campak pada balita di Kota
3. Ada hubungan antara status imunisasi campak dengan kejadian campak pada
4. Ada hubungan antara sikap petugas dengan kejadian campak pada balita di
Penelitian ini melihat apakah suatu faktor risiko tertentu berpengaruh terhadap
terjadinya efek yang diteliti dengan membandingkan faktor risiko tersebut pada
Faktor risiko(+)
Kasus
Retrospektif
Faktor risiko(-)
Matching
Faktor risiko(+
Retrospektif Kontrol
Faktor risiko(-)
4.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak balita
Kasus dalampenelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita yang
4.3.2.2 Kontrol
Kontrol dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita
Kesehatan Kota Padang tahun 2015 yang memenuhi kriteria inklusi dan
jenis kelaminyang masih berada di satu wilayah yang sama dengan populasi
kasus.
2
𝑍 𝛼+𝑍𝛽 𝑃𝑄
2 OR Q = 1-P
n= 𝑃−1/2 2 P=1+OR
2
1,96 + 0,84 0,24 𝑥 0,76
𝑛1 = 𝑛2 =
0,76 − 0,5 2
𝑛 = 30
Keterangan:
n : Jumlah sampel
Z1-α/2 : derajat kepercayaan (confidense Interval) 95% atau α sebesar
5% Z1-β: nilai Z pada kekuatan uji (power test) 1-β sebesar 80%=
0,0842
P : proporsi efek pada kelompok dengan faktor risiko (ditetapkan peneliti)
OR : 3,2 (diambil dari penelitian sebelumnya)
Dari perhitungan rumus sampel didapatkan sampel sebanyak 30 orang. Untuk
mengantisipasi drop out disiapkan sampel cadangan sebanyak 10% (3 orang) maka
total kasus menjadi 33 orang. Maka total sampel dengan perbandingan 1:1 antara
adalah membagi populasi dengan dengan jumlah sampel, yaitu 63 dibagi 33 adalah
anggota populasi dari nomor 1-63 kemudian diambil menjadi sampel adalah setiap
kelipatan 2.
menggunakan kuesioner.
jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten. Bila
sesegera mungkin.
sehingga memudahkan proses analisis data dan mempercepat proses entri data.
lebih lanjut.
.
4.6 Analisa Data
A. Analisis Univariat
darivariabel faktor risiko ( tingkat pengetahuan ibu, sikap ibu, status imunisasi
B. Analisis Bivariat
masing variabel independen yaitutingkat pengetahuan ibu, sikap ibu, status imunisasi
campak dan sikap petugas dengan variabel dependen yaitu kejadian campak pada
balita.
Penelitian ini menggunakan desain case control dengan macthing umur dan
jenis kelamin. Kasus dan kontrol dijadikan berpasangan dengan perbandingan antara
Pengelompokan pasangan kasus dan kontrol dilakukan seperti terlihat pada tabel di
bawah ini.
Kasu kontrol
s
Resiko(+) Resiko(-)
Risiko (+) A B
Risiko (-) C D
Sel D :Kasus tidak mengalami pajanan dan kontrol tidak mengalami pajanan
Odds rasio (OR) pada penelitian ini dihitung denganmengabaikan sel A
karena baik kasus maupun kontrol terpajan dan sel Dkarena baik kasus dan kontrol
OR=B/C
Uji yang akan digunakan adalah uji statistik Mc Nemar Testdengan derajat
Kejadian Campak Defenisi Kasus :anakbalita yang menderita Telaah rekap data Data laporan 1 = anak balita yang menderita campak
campak berdasarkan data Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan kejadian campak (kasus)
Kota Padang tahun 2015. Kota Padang Dinas Kesehatan mi
Defenisi Kontrol: anak balita yang tidak tahun 2015. Kota Padang 0 = anak balita yang tidak menderita na
menderita campak berdasarkan data Dinas tahun 2015 campak (kontrol)
Kesehatan Kota Padang tahun 2015.
Tingkat pengetahuan Sejumlah pertanyaan untuk mengukur tingkat Wawancara Kuisioner 1 = Pengetahuan rendah yaitu responden Or
ibu pemahaman responden tentang penyakit dengan total skor <rata-rata
campak, penyebabnya dan cara na
pencegahannya. 0 = Pengetahuan tinggi yaitu responden
dengan total skor ≥ rata-rata
Sikap ibu Respon responden dalam pencegahan, Wawancara Kuisioner 1 = Sikap negatif yaitu responden dengan
pengobatan dan imunisasi penyakit campak total skor < rata-rata
mi
0 = Sikap positif yaitu responden dengan na
total skor ≥ rata- rata
Status imunisasi Imunisasi campak yang pernah diterima oleh Wawancara Kuisioner 1 = Tidak menerima imunisasi campak.
anak balita pada usia 6 – 9 bulan.
0 = Menerima imunisasi campak usia 6-9 mi
bulan na
Sikap petugas Tindakan petugas dalam pelaksanaan Wawancara Kuisioner 1 = Sikap negatif yaitu responden dengan
imunisasi campak total skor < rata-rata
mi
0 = Sikap positif yaitu responden dengan na
total skor ≥ rata- rata
DAFTAR PUSTAKA
13. Siregar K: Faktor Risiko Kejadian Campak Pada Anak Umur 9 bulan –
22. BPS Kota Padang: Laporan Badan Pusat Statistik Kota Padang Tahun
2015.In.Padang;2015.