PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakan masalah kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini pada
tinggi. Angka kematian ISPA di negara maju berkisar antara 10 -15 %, sedangkan di
Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut). ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang
penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-
kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3 - 6 episode
1
Pada Tahun 2007, penyakit ISPA di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 9,78%
dengan diagnosis dan sebanyak 22,60% dari semua Penduduk Jakarta. Dari angka
tersebut, sebanyak 8,4% didiagnosis menderita ISPA dan 17,7% penduduk dengan
Dari tahun 2010 sampai dengan 2012, kejadian ISPA yang tercatat di
puskesmas kelurahan Tebet Barat semakin meningkat dan berada pada posisi tertinggi
dari 10 penyakit terbanyak.5 Tahun 2013 ISPA juga masih merupakan penyakit
tertinggi dari yang lima puskesmas kecamatan lainnya yaitu sebesar 23,20%.6 Hal
tersebut membuat peneliti untuk tertarik melakukan penelitian dan mencari faktor
penyebab terjadinya ISPA pada anak berumur 12 – 59 bulan. Tujuan studi ini adalah
sasaran pada tahun 2013 yang meliputi faktor karakteristik biologi (jenis kelamin,
berat badan saat lahir, status imunisasi, dan status perolehan ASI eklusif), lingkungan
sosial (umur ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan
keluarga, dan kepadatan hunian), dan perilaku keluarga (adanya perokok, penggunaan
obat nyamuk bakar, dan penggunaan bahan bakar memasak) di Puskesmas Kelurahan
Tebet Barat.
B. Tujuan
b) Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan apa yang muncul pada anak dengan
ISPA
2
d) Untuk mengetahui Implementasi keperawatan apa yang tetapat pada anak dengan
ISPA
e) Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan serta rencana tindakan apa yang akan
C. Rumusan Masalah
Bagaimana proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi saluran
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat
meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah ISPA
adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud
dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru
(alveoli), beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan
selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun
demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan
ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan mulai
diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya Nasional ISPA di
Cipanas. Istilah ini merupakan padanan istilah bahasa inggris yakni Acute Respiratory
Infections (ARI).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA
4
umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang termasuk dalam infeksi saluran nafas
bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza,
bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi yang menyerang bagian bawah
kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman.
Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari
bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut
terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419).
B. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus,
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya
haemophylus influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada dua per tiga
dari hasil isolasi, yakni 73, 9% aspirat paru dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen
darah. Sedangkan di negara maju, dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya
5
a. Faktor Pencetus ISPA
1. Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena
penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih
2. Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik
3. Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar
dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.
2) Kependudukan
Balita yang besar pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat
6
yang masih rendah, akan menambah berat beban kegiatan pemberantasan
penyakit ISPA.
3) Geografi
beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi
Perilaku bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat
masyarakat dalam menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit ISPA
buang sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari
7
merupakan penyebab utama yakni golongan A -hemolityc streptococus,
influenzae, pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu
imunitas dari air susu ibu. Ukuran dari lebar penampang dari saluran
dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka
infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara
paru.
musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991;
1420).
C. Patofiologis
1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-
apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala
8
Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu :
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga
untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien.
Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di
udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat
yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.
Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak
saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan
(imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang
mendapat terapi sitostatika atau radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya
telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat
mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2
D. Manifestasi Klinis
1) Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika
anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam
muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai
9
39,5OC-40,5OC.
E. Pemeriksaan Fisik
laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
2. Serologis
10
Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha
2) Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita
bersin.
peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati
adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum.
6) Riwayat kesehatan:
a. Inspeksi
11
4) Tidak ada jaringan parut pada leher
hidung.
b. Palpasi
1) Adanya demam
2) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada
d. Auskultasi : Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
F. Penatalaksanaan
benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya
kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang
untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang
pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang
12
b. Immunisasi.
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek
b. Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu
13
G. Diagnosa Yang Muncul
paru.
kurang informasi.
A. Pengkajian
1. Pengkajian
mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan
penyakit sekarang
e. Riwayat sosial : Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang
14
Diagnosa I : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
Intervensi :
15
15. Pertahankan posisi pasien
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi :
6. Berikan pasien kompres air hangat, hindari pemberian kompres dingin.
makanan
16
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
Intervensi :
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
5. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
6. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
17
Diagnosa IV : Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA berhubungan
benar.
Intervensi :
yang spesifik.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat
komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit.
18
B. Evaluasi :
adalah :
a. Bersihan jalan nafas efektif, tidak ada bunyi atau nafas tambahan.
19
BAB III
KASUS
mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun,
tidak pernah mengalami sakit seperti ini. Namun, sebelumnya pada anggota keluarga
yang lainnya pernah mengalami sakit seperti ini. Keluarga mengatakan bahwasannya
tempat tinggal mereka berada dilingkungan yang berdebu dan padat penduduknya.
a) Pengkajian
Identitas Pasien
Nama : Gilang
Umur : 4 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Jalan Merpati 1
Tanggal Masuk : 23 oktober 2010
Diagnosa medis : ISPA
Nama Ayah : T.indra
Umur :35 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : sunda
Alamat : Jalan Merpati 1
Nama Ibu : Bu fitri
Umur : 31 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : sunda
Alamat : Jalan Merpati 1
20
b) Keluhan Utama:
Klien mengeluh demam
21
• Tidak terjadi penularan
• Tidak terjadi komplikasi
i) Intervensi
a. NIC :
• Observasi tanda – tanda vital
• Anjurkan pada klien/keluarga umtuk melakukan kompres dingin ( air biasa)
pada
kepala /axial
• Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan yang dapat
menyerap keringat seperti terbuat dari katun.
• Atur sirkulasi udara.
• Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hr.
• Anjurkan klien istirahat ditempat tidur selama fase febris penyakit
• Kolaborasi dengan dokter :
Dalm pemberian therapy, obat antimicrobial
antipiretik
Rasionalisasi
• Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan
perawatan
selanjutnya.
• Dengan menberikan kompres maka aakan terjadi proses konduksi /
perpindahan
panas dengan bahan perantara .
• Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak
akan
menyerap keringat.
• Penyedian udara bersih.
• Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
• Tirah baring untuk mengurangi metabolism dan panas
• Untuk mengontrol infeksi pernapasan
• Menurunkan panas
b. NIC :
• Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari
• Berikan makan pporsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat
• Beriakan oral sering, buang secret berikan wadah husus untuk sekali pakai
dan tisu
• dan ciptakan lingkungan beersih dan menyenamgkan.
• Tingkatkan tirai baring.
• Konsul ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien
Rasional
• Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori menyusun tujuan berat badan,
dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
• Untuk menjamin nutrisi adekuat/ meningkatkan kalori total
• Nafsu makan dapt dirangsang pada situasi rilek, bersih dan menyenangkan.
• Untuk mengurangi kebutuhahan metabolic
• Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan
individu untuk memberikan nutrisi maksimal.
22
c. NIC :
• Teliti keluhan nyeri ,catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10), factor
memperburuk atau meredakan lokasimya, lamanya, dan karakteristiknya.
• Anjurkan klien untuk menghindari allergen / iritan terhadap debu, bahan
kimia, asap,rokok.Dan mengistirahatkan/meminimalkan berbicara bila suara
serak.
• Anjurkan untuk melakukan kumur air garam hangat
Rasional
• Identifikasi karakteristik nyeri & factor yang berhubungan merupakan suatu
hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok & untuk
mengevaluasi ke efektifan dari terapi yang diberikan.
• Mengurangi bertambah beratnya penyakit
• Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri
tenggorokan.
• Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi / menghambat
pengeluaran
histamine dalam inflamadi pernapasan.
• Analgesic untuk mengurangi rasa nyeri
d. NIC :
• Batasi pengunjung sesuai indikasi
• Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas
• Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin, jika ditutup dengan tisu buang
segera
ketempat sampah
• Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak usia dibawah 2 tahun, lansia
dan penderita penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A dan mineral seng
atau anti oksidan jika kondisi tubuh menurun / asupan makanan berkurang
• Kolaborasi Pemberian obat sesuai hasil kultur
Rasional
• Menurunkan potensial terpalan pada penyakit infeksius.
• Menurunkan konsumsi /kebutuhan keseimbangan O2 dan memperbaiki
pertahanan
• Klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.
• Mencegah penyebaran pathogen melalui cairan
• Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan
terhadap infeksi
• Dapat diberikan untuk organiasme khusus yang teridentifikasi dengan kultur
dan sensitifitas /atau di berikan secara profilatik karena resiko tinggi
j) Implementasi
Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
• Mengukur tanda tanda vital
• Mengompres kepala atau aksila dingan mengunakan air dingin
• Memerikan penjelasan kepada klien tentang manfaat mengunakan pakaian
berbahan tipis
• Memberikan obat penurun panas sesuai dengan dosis dan tepat waktu
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia
• Membantu jenis dan makanan yang dimakan klien
• Membuat catatan makanan harian
23
• Monitor lingkungan selama klien makan.
• Monitor intake nutrisi
Nyeri akut b.d inflamasi pada membrane mukosa faring dan tonsil
• Tingkatkan istirahat
• Berikan informasi tentang nyeri kepada keluarga anak ,seperti penyebab
nyeri berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidak nyamanan dari
prosedur
• Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali.
Resiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder
• Membatasi pengunjung
• Mempertahankan teknik isolasi
• Memperbanyak istirahat
k) Evaluasi
• Suhu tubuh pasien dalam rentang normal antara 36 -37,5 C
• Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
• Nyeri hilang atau terkontrol
• Tidak terjadi komplikasi pada klien
24
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
pengelolaannya. Sampai saat ini belum ada obat yang khusus antivirus. Idealnya
pengobatan bagi ISPA bakterial adalah pengobatan secara rasional. Pengobatan yang
rasional adalah apabila pasien mendapatkan antimikroba yang tepat sesuai dengan
kuma penyebab. Untuk dapat melakukan hal ini , kuman penyebab ISPA dideteksi
sesuai.
25
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academi.edu/10017293/ASKEP_ANAK_DENGAN_ISPA
http://www.academi.edu/6339192/
ASUHAN_KEPERAWATAN_ANAK_DENGAN_ISPA_new
file:///F:/tugas/1313-4841-1-PB.pdf
26