Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT

PENYULUHAN TENTANG ISPA DAN MAKANAN BERGIZI PADA BAYI


DI POSYANDU RW 09 KELURAHAN KESUNEAN KOTA CIREBON

Oleh:
...........................
NIDN
...........................
NIDN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA
2013

HALAMAN PENGESAHAN

1.

Judul

PenyuluhanTentangIspa Dan MakananBergiziPadaBayi


Di PosyanduRw 09 KelurahanKesunean Kota

2.

Ketua Tim Pengusul


a. Nama Lengkap
b. NIDN
c. Jabatan
d. Program Studi
3. Anggota Tim Pengusul
a. Nama Lengkap
b. NIDN/NIK
c. Jabatan
d. Program Studi
4. Sasaran

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

5.
6.

:
:

Biaya Kegiatan
Waktu Pelaksanaan

Ns
0014087501
Lektor
Ilmu Keperawatan
Ns
04161281103
Asisten Ahli
Ilmu Keperawatan
Ibu /orang tua yang mempunyai bayi/balita di Kelurahan
Kesunean Kota Cirebon
Rp 3.000.000

Cirebon,
Ketua LPM

Ketua Tim

..............................................
NIDN 040538002

..............................................
NIDN 0014087501

PROPOSAL PENGABDIAN MASYARAKAT

1. Judul
Penyuluhan Tentang Ispa Dan Makanan Bergizi Pada Bayi Di Posyandu Rw
09 Kelurahan Kesunean Kota
2. LatarBelakangMasalah

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena


menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1
dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode
ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh
penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup
20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan
pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA
yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena
penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai
penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di
Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Hal ini
didukung oleh data penelitian dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah
17,8 % ; Kabupaten Indramayu adalah 9,8 %).
Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini berarti setiap
tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta .Penderita
yang dilaporkan baik dari rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun
1991 hanya berjumlah 98.271. Diperkirakan bahwa separuh dari penderita
pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan. Program pemberantasan
ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan
anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya angka kesakitan
dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan
berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas.
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Akan
tetapi secara klinis ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran
Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran
pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang
berlangsung sampai 14 hari, pada organ pernapasan berupa hidung sampai
gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang
telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran

pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotik,.
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA
dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia
dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia
tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan
penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan
pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini
ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman
Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati
dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat
antibiotik. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara
pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat
kesaluran pernapasannya.
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan
bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup
besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama
yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat
pada bulan-bulan musim dingin. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi
pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi
kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygienes.
Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan
infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk
penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya
pemakaian antibiotik

3. MateridanMetodePelaksanaan
a. Materi
Materi mencakup pengertian infeksi saluran pernafasan akut
b. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan pengabdian masyarakat dilakukan dengan metode


ceramah dan tanya jawab.
4. Hasil yang diharapkan
a. Manfaatbagimasyarakat
Penyuluhan ini dapat meningkatkan pengetahuan para orang tua tentang
penanganan dan pencegahan pada penyakit ISPA
b. ManfaatbagiPerguruanTinggi
Penyuluhan ini dapat mensinergiskan antara teori dengan praktik,
sehingga STIKes Mahardika menjadi fasilitator dalam meningkatkan
pengetahuan masyarakat.
5. JadwalPelaksanaan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kegiatan

Juli 2013
2
3

Penyusunan RKA dan DPA


Penyusunan Petunjuk Teknis
Pembentukan Panitia pelaksanaan dan Pembuatan SK Panitia Pelaksana
Persiapan penyuluhan
Pelaksanaan penyuluhan
Monev
Pembuatan Laporan

6. Tinjauan Pustaka
I. KONSEP DASAR ISPA
A. Definisi ISPA
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut
yang meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan
bagian bawah, dimana infeksi saluran pernapasan yang berlangsung
sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ
mulai dari hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ
disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik,
namun demikian anak akan menderita pneumonia bila infeksi paru ini
tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian karena infeksi
bisa menyerang selaput otak (Widoyono, 2005).

ISPA adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran


pernapasan, hidung, sinus, faring, atau laring trakea, bronchi dan alveoli
Kemungkinan

yang

terjadi

adalah

dikarenakan

infeksi

saluran

pernafasan, yang dapat berakibat buruk bagi kesehatan pernafasan


mereka, tidak hanya pada masa tumbuh kembang namun juga dapat
berpengaruh

hingga

dewasa,

karena

penyakit-penyakit

saluran

pernapasan pada bayi dan anak-anak mempunyai kemungkinan


menyebabkan kecacatan pada masa dewasa dikarenakan virus masuk ke
paru dan merusak organ disana dan susah untuk di sembuhkan (Sutanto
dan Hariwijaya, 2006).
B. Macam-Macam ISPA
Menurut (Widoyono, 2005) Klasifikasi penyakit ISPA terdiri dari :
a.

Bukan pneumonia/ISPA ringan


Pasien dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan
frekuensi napas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kearah dalam, tidak ada gangguan tidur, dahak/sputum
encer, nafsu makan menurun/anoreksia serta suhu tubuh 37 s/d < 38
o

C.

b.

Pneumonia/ISPA sedang
Didasarkan pada adanya batuk, dahak/sputum mulai kental, suhu
tubuh 38 oC, tidak mau makan, sakit pada kerongkongan saat menelan,
kadang sesak napas, dimana frekuensi nafas cepat pada anak berusia
dua bulan sampai < 1 tahun adalah > 50 kali per menit dan untuk anak
usia 1 sampai < 5 tahun adalah > 40 kali per menit dan untuk > 5
tahun sampai dewasa > 30 kali per menit seta kesulitan bernapas
ditandai dengan adanya penggunaan oto bantu pernapasan.

c.

Pneumonia berat/ISPA berat


Gejala pneumonia/ISPA sedang ditambah dengan gejala panas tinggi
(suhu tubuh > 38 oC), napas berbunyi, kadang disertai penurunan
kesadaran dan perubahan bunyi suara (stridor).

C. Penyebab ISPA

Penyebab terjadinya ISPA adalah virus, bakteri dan jamur.


Kebanyakan adalah virus. Diagnosis yang termasuk dalam keadaan ini
adalah rhinitis, sinusitis, fharingitis, tonsillitis dan laryngitis (Sutanto
dan Hariwijaya, 2006).
Sedangkan menurut (widoyono, 2005) penyebab ISPA terdiri dari :
a. Bakteri

Diplococcus pneumuniae, Pneumococcus,


Strepcoccus

b. Virus

pyogenes,

Staphylococcus

aureu, haemophilus influenza, dan lai-lain.


Influenza, adenovirus, sitomegalovirus.

c. Jamur

: Aspergilus

sp,

Candida

albican,

d. Aspirasi

Histoplasma, dan lain-lain.


: Makanan, asap kendaraan bermotor, bahan
bakar minyak (BBM) biasanya minyak tanah,
cairan amnion pada saat lahir, benda asing
misalnya biji-bijian, mainan plastic kecil dan
lain-lain.

D. Cara Penularan ISPA


1. Penularan ISPA biasanya melalui medium kontak langsung seperti air
ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman terhirup
oleh orang sehat
2. Asupan gizi dan nutrisi tubuh yang kurang
3. Lemahnya sel imun tubuh terhadap kuman penyakit sehingga kuman
bebas masuk dan melakukan peradangan pada organ tubuh
4. Tempat tinggal dan lingkungan sekitar yang tidak sehat, dimana telah
tercemar oleh kuman penyakit baik dari udara maupun air serta makanan.
E. Tanda dan Gejala ISPA
a.
Demam
Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi.
Suhu tubuh mencapai > 37 oC
b.

Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran


pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya
infeksi saluran pernafasan. Batuk bisa disetai dahak(sputum) dengan
konsentasi encer hingga kental

c.

Sakit pada kerongkongan


Hal

ini

menandakan

adanya

peradangan/inflamasi

pada

kerongkongan, pasien akan merasakan nyeri saat menelan serta


perubahan suara
c.

Meningismus
Adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,
biasanya terjadi selama periodik mengalami panas, gejalanya adalah
nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya
tanda kernig dan brudzinski.

d.

Anorexia.
Biasa terjadi pada semua yang mengalami sakit, dimana akan menjadi
susah makan dan bahkan tidak mau minum. Pada anak akan menjadi

rewel dan sering menanggis (Whaley and Wong; 1991; 1419)


F. Akibat Lanjut ISPA
1.
Infeksi pada paru
Kuman penyebab ISPA akan masuk lebih dalam kesaluran pernapasan
yaitu bronkus dan alveoli sehingga menginfeksi bronkus dan alveoli
sehingga pesien akan sulit bernapas kerena adanya sumbatan jalan
napas oleh penumpukan secret hasil produksi kuman pada rongga paru.
2.

Infeksi selaput otak


Kuman juga mampu menjangkau selaput otak sehingga menginfeksi
selaput otak dengan menumpukan cairan yang mampu berakibat
meningitis.

3.

Penurunan Kesadaran
Infeksi dan penumpukan cairan pada selaput otak menyebabkan
terhambatnya suplay oksigen dan darah ke otak

4.

Kematian
Penangganan yang lama dan tidak tepat pada pasien ISPA mampu
memperlambat dan merusak seluruh fungsi tubuh oleh kuman sehingga
pasien akan mengalami henti napas dan henti jantung

G. Pencegahan

Pencegahan infeksi saluran pernafasan atas dapat dilakukan sendiri


dengan :
1. Menjaga keadaan gizi anggota keluarga agar tetap baik dan
memberikan ASI eksklusif pada bayi
2. Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat/tidur yang cukup dan
olah raga teratur
3. Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun atau
hand sanitizer terutama setelah kontak dengan penderita ISPA.
Ajarkan pada anak untuk rajin cuci tangan untuk mencegah ISPA dan
4.
5.
6.
7.

penyakit infeksi lainnya


Melakukan imunisasi pada anak anda
Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA
Hindari menyentuh mulut atau hidung flu
Apabila sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar tidak

menulari anak atau anggota keluarga lainnya


8. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan/rumah
H. Penatalaksanaan
Perawatan ini dapat di lakukan sendiri oleh orangtua untuk mengatasi
anggota keluarga yang menggalami ISPA
1.

Mengatasi panas atau demam


Demam dapat di tangani dengan memberikan obat penurun demam
atau kompres

2.

Mengatasi batuk
Disarankan untuk memberikan obat tradisional yang bisa di buat
sendiri, yaitu jeruk nipis sendok teh dicampurkan dengan madu atau
kecap sendok teh. Ramuan ini diberikan 3x sehari

3.

Makanan
Berikan makanan dengan kualitas gizi cukup, sedikitsedikit tapi di
ulangi lebih sering daripada biasa. ASI pada bayi tetap di berikan

4.

Minuman
Berikan cairan berupa air putih hangat, buah lebih banyak dari
biasanya untuk mengencerkan dahak dan menambah cairan bagi yang
kekurangan cairan

5.

Gaya hidup
- Jangan memakai pakaian atau selimut yang tebal
- Pada penderita pilek, selalu bersihkan hidung dari ingus. Ini akan
mempercepat penyembuhan dan bisa menghindari komplikasi yang
-

mungkin muncul
Usahakan untuk mendapatkan ventilasi yang cukup dan mencegah
adanya asap yang dihirup, tidak terkecuali melarang orang
merokok di sekitar anak

II. KONSEP DASAR MAKANAN BERGIZI UNTUK BALITA


A. DEFINISI
Gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui makanan sehari-hari
sehingga tubuh bisa aktif dan sehat optimal, serta tak terganggu penyakit
atau tubuh tetap sehat

B. KARAKTERISTIK BALITA
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian,
sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan.
Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah
sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun,
perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya
lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi
kecil dengan frekuensi sering.

C. PERAN MAKANAN BAGI BALITA


Makanan sebagai sumber zat gizi Didalam makanan terdapat enam
jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air.
Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan
zat pengatur.
1. Zat tenaga

Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat ,


lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan
aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena
itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar
daripada orang dewasa.
2. Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik
dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan
jaringan yang aus atau rusak.
3. Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh
termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat
yang berperan sebagai zat pengatur.
a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C
) maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.

D. KEBUTUHAN GIZI BALITA


Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk
memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi
ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi
badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada
keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita
dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan
dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a) Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan
orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat
pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan
bertambahnya usia.

b) Kebutuhan zat pembangun


Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga
kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika

dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun,


kebutuhannya relatif lebih kecil.
c) Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan
bertambahnya usia.

E. BEBERAPA HAL YANG MENDORONG TERJADINYA GANGGUAN


GIZI
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan
gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab
langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak
usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang
mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya
gangguan gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:
a) Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga
yang sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang
dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan
gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan
kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif
baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan
faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya
mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena
kurang

pengetahuan

dan

keterampilan

dibidang

memasak

menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis


masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.
b) Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi
tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat
adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu.
Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat

keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi
kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa
daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan
harkat keluarga.
c) Adanya kebiasaan

atau

pantangan

yang

merugikan

Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan


tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan.
Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging
hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya
diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri
sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan
pertumbuhan tubuhnya.
d) Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil
membuat

anak

sulit

mendapat

cukup

protein.

Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan
protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak
yang terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara
pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono,
1999).
e) Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu
atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh
tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
f) Jarak
kelahiran
yang
terlalu

rapat

Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang


menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau
adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat
merawatnya secara baik.

g) Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan


perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan
kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah
hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan

menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat
dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
h) Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima
makanan pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan
tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI
karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke
jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak
segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan
inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping
memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak
kelahiran dan kehamilan.
i) Sosial Ekonomi Keterbatasan
menentukan

mutu

penghasilan

makanan

keluarga

yang

turut

disajikan.

Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut


menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari,
baik kualitas maupun jumlah makanan.
j) Penyakit infeksi Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar
dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah
protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan.
Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.
k. Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah:
diare, infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk
rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).

F. KEKURANGAN

ENERGI

DAN

PROTEIN

(KEP)

Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.


a) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
b) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
c) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari
makanan dalam usus terganggu
d) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang
tidak

diimbangi

dengan

asupan

yang

memadai.

Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan


perkembangan balita terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat
akut menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting.
Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi
badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya
sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka
akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi pendek
dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara
sekilas anak tidak kurus.
Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:
a) Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi
frustasi dan menangis
b) Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/
takaran tertentu sehingga anak menjadi tertekan
c) Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan /
membosankan
d) Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis
yang diberikan tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan
tidak dihabiskan
e) Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan
bersama kedua orang tuanya.
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan (faktor
organis, faktor psikologis, atau faktor pengaturan makanan)

a) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah


dengan menyembuhka penyakitnya melalui dokter.

b) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat


dilakukan.

c) Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis


sehingga dapat menggugah selera makan anak dan disajikan
semenarik mungkin.

d) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua


harus sabar saat memberi makan anak.

e) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan


disesuaikan denga waktu makan keluarga karena anak punya
semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan bersama
keluarga (orangtua)
f) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis
makanan sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih
bahan /jenis makanan yang baik..
Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat
dilakukan beberapa hal berikut ini.
a) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat
anak benar-benar lapar dan haus
b) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak
membuat anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
c) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan,
sebaiknya didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat
memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi
maupun kebersihannya.
d) Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur
disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak
tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih.

e) Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan


dengan

tahap

pertumbuhan

dan

perkembangan

anak.

G. MENU MAKANAN BALITA


Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan
kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur
perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam
makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai
berikut :
Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari
sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.

Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan


asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktuwaktu yang disarankan adalah:
Pagi hari waktu sarapan.
Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
Pukul 16.00 sebagai selingan
Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.
Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1
Tahun
Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat
bergeser, tapi jangan terlalu jauh)
Pukul 06.00 : Susu
Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
Pukul 14.00 : Susu
Pukul 16.00 : Makanan selingan
Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim
Pukul 20.00 : Susu.

H. MAKANAN SELINGAN BALITA


Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur.
Makanan seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan
mempengaruhi
Gizi

makanan

kualitas
sangat

pada

usia

dewasa

mempengaruhi

sampai

pertumbuhan

lanjut.
termasuk

pertumbuhan sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk
ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui
makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4
tahun.
Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan
makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah
diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai

makanan

keluarga.

Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga.


Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan
yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan
mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga
karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang
di sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di
antara makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak
tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun,
pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena
akan mengganggu nafsu makannya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi
lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti
arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout
ayam sayuran, piza, dan lain-lain.
Fungsi makanan selingan adalah :
1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam
bahan makanan selingan.
2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan
utamanya (pagi, siang dan malam).
3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia
balita.
Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat
higienis dibandingkan jika dibeli di luar rumah. Bila terpaksa
membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang
lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya
mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan terus-menerus
sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis
saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko
mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan
faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit

tertentu.
Pertumbuhan Anak Untuk Berat Badan :
- Saat lahir 2800 3500 gr
- Saat usia 5 bulan berat badan bayi normal adalah 2

kali berat saat lahir


Saat usia 1 tahun, maka berat badan bayi adalah 3

kali berat lahir


Saat usia 2 tahun beratnya minimal 4 kali berat

badan lahir
Untuk BALITA kurang lebih berat badannya
bertambah 2 kg pertahun
Sedangkan untuk panjang badan/Tinggi Badan

adalah sebagai berikut :


Saat Lahir : lebih kurang 50 cm
Saat usia 1 tahun adalah 1,5 kali panjang badan saat

lahir
Saat usia 4 tahun, tinggi badannya adalah 2 kali

panjang badan saat lahir


Saat usia 6 tahun adalah 1,5 kali tinggi badan saat

berusia 1 tahun
Perkembangan anak
Perkembangan motorik
Anak baru lahir : memiliki reflek mengembang bila

telapak tangannya disentuh jari kita


2-3 bulan : menggerakkan kepala ke kanan ke kiri,

mengangkat kepala dan dada pada posisi tengkurap


4 bulan : menggenggam benda dengan seluruh jari
dan telapak tangan, mampu bermain-main dengan

kedua tangannya
5 bulan : mampu mengangkat kepala pada saat

terlentang
6 bulan : memegang ibu jari dan 2 jari lainnya
7-9 bulan : mulai belajar merangkak
8 bulan : mampu duduk sendiri kemudian
mengambil posisi ongkong-ongkong dan bertahan

sebentar, mampu menggenggam balok mainan

dengan seluruh permukaan tangan


9-10 bulan : mampu berdiri dan mulai melangkah

(masih dibantu)
12 bulan mampu berdiri dan berjalan sambil
berpegangan dan mampu mengambil benda kecil

dengan ujung ibu jari dan jari telunjuk


12 -18 bulan : bisa berjalan sendiri , serta mampu

melepaskan mainan dari tanggannya dengan baik


18 bulan : mampu berlari tanpa jatuh, mampu

menyusun tiga balok mainan


24 bulan : mampu melompat dengan 2 kaki
sekaligus, mampu membuka botol dengan memutar
penutupnya

Penglihatan dan Pendengaran


Saat lahir sudah bisa melihat
Lebih dari 2 bulan pandanagan mata belum terarah

dengan baik
2-3 bulan bayi dapat mengikuti benda yang

digerakkan di depan mata


4 bulan : bayi mampu mengamati mainan dan

mampu tersenyum pada ibu


8 bulan bayi mampu memperlihatkan dan mencari

mainan yang jatuh dan bermain cilukba


12 bulan, dapat mengiktui perintah,

bicara

menggunakan konsonan misalnya b,d, k. Dapat

menunjukkan roda mobil-mobilan dan mata boneka


18 bulan bisa menunjukkan bagian tubuh bila
ditanya

dan

menirukan

ktara-ktara

baru,

mengucapkan 10 sampai 20 kata


Saat usia 2 tahun, sudah dapat mengikuti petunjuk
sederhana,

menyebutkan

Berbicara dan berbahasa

namanya

sendiri

1 bulan , kegiatan anak akibat suara


3 bulan, melihat ke arah pembicara
4 bulan , mampu mendengar suara kertas diremas

dan bermain bibir sambil mengeluarkan air liur


5 bulan, bereaksi ketika namanya dipanggil
6-7 bulan , mulai mengenal dan bereaksi dengan

kata-kata dada.. papa., kemari nak dll


8 bulan , mampu mengeluarkan suara mama, tata,

dada dan sebagainya


9 bulan , menghentikan kegiatan bila dilarang
10 bulan, kata-kata mulai muncul
11-12 bulan, bereaksi jika ditanya
12 bulan , mampu mengucapkan satu kata atau lebih

dan tahu artinya


15 bulan , mengetahui dan mengenal nama-nama
bagian tubuh, kata-kata benar terdengan diantara

kata-kata yang kacau


18 bulan, lebih banyak menggunakna kata-kata
daripada gerakan untuk mengungkapkan keinginan

dan mampu menyebutkan namanya bila ditanya.


Saat usia 2 tahun, anak mengetahui lebih banyak
kalimat yang rumist, menyebut nama sendiri,
mampu menjawab dengan kalimat dengan dua kata
tahap-perkembangan-anak-3 tahun
Contoh mainan untuk menstimulasi perkembangan

anak:
Untuk fisik/motorik kasar : permainan sepeda roda

3, atau roda 2, mainan yang ditarik atau didorong


Untuk Motorik Halus : gunting, pensil, bola, balok,

lilin
Untuk Kecerdasan : buku bergambar, buku cerita,

puzzle, boneka, pendil wana, radio


Untuk Bahasa : buku bergambar, buku cerita,

majalah , radio, tape, televisi


Tingkah laku sosial : kotak pasir, tali, bola

Kemandirian/menolong diri sendiri : gelas, piring


plastik, baju, kaus kaki

7. OrganisasiPelaksanaan
Kegiatan penyuluhan ini merupakan kerja sama antara Dinas Kesehatan
Puskesmas Kesunean Kota Cirebon dengan STIKes Mahardika Cirebon.
8. RekapitulasiBiaya
No

Uraian

.
1.
2.
3.
4.
5.

Honorarium Panitia
Uang saku panitia dan peserta penyuluhan
Belanja bahan habis pakai
Belanja cetak dan penggandaan
Belanja makan dan minum rapat

7.
8.

Belanja perjalanan dinas


Laporan
Jumlah

Jumlah (Rp)
500.000
1.000.0000
300.000
500.000
500.000
100.000
100.000
3.000.000

PENYULUHAN TENTANG ISPA DAN MAKANAN BERGIZI PADA BAYI


DI POSYANDU RW 09 KELURAHAN KESUNEAN KOTA
1. Pendahuluan
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1
dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode
ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh
penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup
20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan
pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA
yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena

penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai
penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di
Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Hal ini
didukung oleh data penelitian dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah
17,8 % ; Kabupaten Indramayu adalah 9,8 %).
Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini berarti setiap
tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta .Penderita
yang dilaporkan baik dari rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun
1991 hanya berjumlah 98.271. Diperkirakan bahwa separuh dari penderita
pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan. Program pemberantasan
ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan
anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya angka kesakitan
dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan
berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas.
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Akan
tetapi secara klinis ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan
Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan
bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung
sampai 14 hari, pada organ pernapasan berupa hidung sampai gelembung
paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan
selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat
ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan
antibiotik,.
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA
dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia
dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia
tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan
penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan

pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini
ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman
Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati
dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat
antibiotik. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara
pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat
kesaluran pernapasannya.
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan
bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup
besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama
yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat
pada bulan-bulan musim dingin. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi
pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang
dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygienes. Risiko
terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi
silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit
parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian
antibiotik
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan kegiatan peyuluhan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang penyakit ISPA serta pencegahannya.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan lansia tentang penyakit ISPA
2. Meningkatkan pengetahuan lansia tentang pencegahan penyakit ISPA
3. Meningkatkan pengetahuan lansia tentang penanganan penyakit ISPA
4. Meningkatkan pengetahuan lansia tentang makanan bergizi

3. Sasaran
Orang tua (Ayah, ibu, warga) Di Kelurahan Kesunean Kota Cirebon
4. Materidanmetode

a. Materi
Materi mencakup penyakit ISPA serta pencegahan dan penanganannya.
b. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan metode
ceramah, diskusi.
5. Hambatan
Tidak ada.
6. Solusi
-.
7. Hasil yang dicapai
Peserta banyak yang antusiasdalam menyimak materi dan banyak peserta
penyuluhan yang hadir maupun kader yang bertanya terkait dengan materi.
Beberapa orang tua berani tampil di depan aula untuk menceritakan kembali
isi dari penyuluhan yang telah diberikan, menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan oleh penyuluh.
8. Rekomendasi-rekomendasi
a. Pihak puskesmas dapat mengevaluasi programkesehatan pada bayi dan
balita
b. Puskemas dapat menindaklanjuti penyuluhan kepada masyarakat
c. Puskesmas dan pemerintahan setempat dapat melakukan kerjasama dalam
pemberian penyuluhan secara berkala kepada institusi pendidikan tentang
pentingnya pencegahan dan penanganan pada penyakit ISPA.
9. Lampiran
1) Materikegiatan
I.
KONSEP DASAR ISPA
A. Definisi
I. KONSEP DASAR ISPA
A. Definisi ISPA
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut
yang meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan
bagian bawah, dimana infeksi saluran pernapasan yang berlangsung
sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ
mulai dari hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ
disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan


seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik,
namun demikian anak akan menderita pneumonia bila infeksi paru ini
tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian karena infeksi
bisa menyerang selaput otak (Widoyono, 2005).
ISPA adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran
pernapasan, hidung, sinus, faring, atau laring trakea, bronchi dan alveoli
Kemungkinan

yang

terjadi

adalah

dikarenakan

infeksi

saluran

pernafasan, yang dapat berakibat buruk bagi kesehatan pernafasan


mereka, tidak hanya pada masa tumbuh kembang namun juga dapat
berpengaruh

hingga

dewasa,

karena

penyakit-penyakit

saluran

pernapasan pada bayi dan anak-anak mempunyai kemungkinan


menyebabkan kecacatan pada masa dewasa dikarenakan virus masuk ke
paru dan merusak organ disana dan susah untuk di sembuhkan (Sutanto
dan Hariwijaya, 2006).
B. Macam-Macam ISPA
Menurut (Widoyono, 2005) Klasifikasi penyakit ISPA terdiri dari :
d.

Bukan pneumonia/ISPA ringan


Pasien dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan
frekuensi napas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kearah dalam, tidak ada gangguan tidur, dahak/sputum
encer, nafsu makan menurun/anoreksia serta suhu tubuh 37 s/d < 38
o

C.

e.

Pneumonia/ISPA sedang
Didasarkan pada adanya batuk, dahak/sputum mulai kental, suhu
tubuh 38 oC, tidak mau makan, sakit pada kerongkongan saat menelan,
kadang sesak napas, dimana frekuensi nafas cepat pada anak berusia
dua bulan sampai < 1 tahun adalah > 50 kali per menit dan untuk anak
usia 1 sampai < 5 tahun adalah > 40 kali per menit dan untuk > 5
tahun sampai dewasa > 30 kali per menit seta kesulitan bernapas
ditandai dengan adanya penggunaan oto bantu pernapasan.

f.

Pneumonia berat/ISPA berat


Gejala pneumonia/ISPA sedang ditambah dengan gejala panas tinggi
(suhu tubuh > 38 oC), napas berbunyi, kadang disertai penurunan
kesadaran dan perubahan bunyi suara (stridor).

C. Penyebab ISPA
Penyebab terjadinya ISPA adalah virus, bakteri dan jamur.
Kebanyakan adalah virus. Diagnosis yang termasuk dalam keadaan ini
adalah rhinitis, sinusitis, fharingitis, tonsillitis dan laryngitis (Sutanto
dan Hariwijaya, 2006).
Sedangkan menurut (widoyono, 2005) penyebab ISPA terdiri dari :
a. Bakteri

Diplococcus pneumuniae, Pneumococcus,


Strepcoccus

b. Virus

pyogenes,

Staphylococcus

aureu, haemophilus influenza, dan lai-lain.


Influenza, adenovirus, sitomegalovirus.

c. Jamur

: Aspergilus

sp,

Candida

albican,

d. Aspirasi

Histoplasma, dan lain-lain.


: Makanan, asap kendaraan bermotor, bahan
bakar minyak (BBM) biasanya minyak tanah,
cairan amnion pada saat lahir, benda asing
misalnya biji-bijian, mainan plastic kecil dan
lain-lain.

D. Cara Penularan ISPA


5. Penularan ISPA biasanya melalui medium kontak langsung seperti air
ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman terhirup
oleh orang sehat
6. Asupan gizi dan nutrisi tubuh yang kurang
7. Lemahnya sel imun tubuh terhadap kuman penyakit sehingga kuman
bebas masuk dan melakukan peradangan pada organ tubuh
8. Tempat tinggal dan lingkungan sekitar yang tidak sehat, dimana telah
tercemar oleh kuman penyakit baik dari udara maupun air serta makanan.
E. Tanda dan Gejala ISPA
e.
Demam

Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi.


Suhu tubuh mencapai > 37 oC
f.

Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran


pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya
infeksi saluran pernafasan. Batuk bisa disetai dahak(sputum) dengan
konsentasi encer hingga kental

c.

Sakit pada kerongkongan


Hal

ini

menandakan

adanya

peradangan/inflamasi

pada

kerongkongan, pasien akan merasakan nyeri saat menelan serta


perubahan suara
g.

Meningismus
Adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,
biasanya terjadi selama periodik mengalami panas, gejalanya adalah
nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya
tanda kernig dan brudzinski.

h.

Anorexia.
Biasa terjadi pada semua yang mengalami sakit, dimana akan menjadi
susah makan dan bahkan tidak mau minum. Pada anak akan menjadi

rewel dan sering menanggis (Whaley and Wong; 1991; 1419)


F. Akibat Lanjut ISPA
5.
Infeksi pada paru
Kuman penyebab ISPA akan masuk lebih dalam kesaluran pernapasan
yaitu bronkus dan alveoli sehingga menginfeksi bronkus dan alveoli
sehingga pesien akan sulit bernapas kerena adanya sumbatan jalan
napas oleh penumpukan secret hasil produksi kuman pada rongga paru.
6.

Infeksi selaput otak


Kuman juga mampu menjangkau selaput otak sehingga menginfeksi
selaput otak dengan menumpukan cairan yang mampu berakibat
meningitis.

7.

Penurunan Kesadaran
Infeksi dan penumpukan cairan pada selaput otak menyebabkan
terhambatnya suplay oksigen dan darah ke otak

8.

Kematian
Penangganan yang lama dan tidak tepat pada pasien ISPA mampu
memperlambat dan merusak seluruh fungsi tubuh oleh kuman sehingga
pasien akan mengalami henti napas dan henti jantung

G. Pencegahan
Pencegahan infeksi saluran pernafasan atas dapat dilakukan sendiri
dengan :
9. Menjaga keadaan gizi anggota keluarga agar tetap baik dan
memberikan ASI eksklusif pada bayi
10. Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat/tidur yang cukup dan
olah raga teratur
11. Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun atau
hand sanitizer terutama setelah kontak dengan penderita ISPA.
Ajarkan pada anak untuk rajin cuci tangan untuk mencegah ISPA dan
penyakit infeksi lainnya
12. Melakukan imunisasi pada anak anda
13. Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA
14. Hindari menyentuh mulut atau hidung flu
15. Apabila sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar tidak
menulari anak atau anggota keluarga lainnya
16. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan/rumah
H. Penatalaksanaan
Perawatan ini dapat di lakukan sendiri oleh orangtua untuk mengatasi
anggota keluarga yang menggalami ISPA
6.

Mengatasi panas atau demam


Demam dapat di tangani dengan memberikan obat penurun demam
atau kompres

7.

Mengatasi batuk
Disarankan untuk memberikan obat tradisional yang bisa di buat
sendiri, yaitu jeruk nipis sendok teh dicampurkan dengan madu atau
kecap sendok teh. Ramuan ini diberikan 3x sehari

8.

Makanan

Berikan makanan dengan kualitas gizi cukup, sedikitsedikit tapi di


ulangi lebih sering daripada biasa. ASI pada bayi tetap di berikan
9.

Minuman
Berikan cairan berupa air putih hangat, buah lebih banyak dari
biasanya untuk mengencerkan dahak dan menambah cairan bagi yang
kekurangan cairan

10.

Gaya hidup
- Jangan memakai pakaian atau selimut yang tebal
- Pada penderita pilek, selalu bersihkan hidung dari ingus. Ini akan
mempercepat penyembuhan dan bisa menghindari komplikasi yang
-

mungkin muncul
Usahakan untuk mendapatkan ventilasi yang cukup dan mencegah
adanya asap yang dihirup, tidak terkecuali melarang orang

merokok di sekitar anak


II. KONSEP DASAR MAKANAN BERGIZI UNTUK BALITA
A. DEFINISI
Gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui makanan sehari-hari
sehingga tubuh bisa aktif dan sehat optimal, serta tak terganggu penyakit
atau tubuh tetap sehat

B. KARAKTERISTIK BALITA
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian,
sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan.
Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah
sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun,
perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya
lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi
kecil dengan frekuensi sering.

C. PERAN MAKANAN BAGI BALITA


Makanan sebagai sumber zat gizi Didalam makanan terdapat enam
jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air.
Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan
zat pengatur.
1. Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat ,
lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan
aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena
itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar
daripada orang dewasa.
2. Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik
dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan
jaringan yang aus atau rusak.

3. Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh
termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat
yang berperan sebagai zat pengatur.
a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C
) maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.

D. KEBUTUHAN GIZI BALITA


Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk
memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi
ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi
badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada
keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita
dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan
dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).

a) Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan
orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat

pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan


bertambahnya usia.
b) Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga
kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika
dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun,
kebutuhannya relatif lebih kecil.

c) Kebutuhan zat pengatur


Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan
bertambahnya usia.

E. BEBERAPA HAL YANG MENDORONG TERJADINYA GANGGUAN


GIZI
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan
gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab
langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak
usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang
mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya
gangguan gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:
a) Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga
yang sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang
dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan
gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan
kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif
baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan
faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya
mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena
kurang

pengetahuan

dan

keterampilan

dibidang

memasak

menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis


masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.

b) Prasangka

buruk

terhadap

bahan

makanan

tertentu

Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi


tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat
adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu.
Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat
keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi
kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa
daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan
harkat keluarga.
c) Adanya kebiasaan

atau

pantangan

yang

merugikan

Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan


tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan.
Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging
hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya
diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri
sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan
pertumbuhan tubuhnya.
d) Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil
membuat

anak

sulit

mendapat

cukup

protein.

Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan
protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak
yang terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara
pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono,
1999).
e) Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu
atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh
tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
f) Jarak
kelahiran
yang
terlalu

rapat

Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang


menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau

adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat


merawatnya secara baik.
g) Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan
perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan
kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah
hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan
menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat
dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
h) Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima
makanan pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan
tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI
karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke
jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak
segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan
inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping
memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak
kelahiran dan kehamilan.
Ekonomi Keterbatasan

i) Sosial

menentukan

mutu

makanan

penghasilan

keluarga

yang

turut

disajikan.

Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut


menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari,
baik kualitas maupun jumlah makanan.
j) Penyakit infeksi Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar
dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah
protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan.
Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.
k. Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah:
diare, infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk
rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).

F. KEKURANGAN

ENERGI

DAN

PROTEIN

Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.


a) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi

(KEP)

b) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan


c) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari
makanan dalam usus terganggu
d) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang
tidak

diimbangi

dengan

asupan

yang

memadai.

Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan


perkembangan balita terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat
akut menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting.
Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi
badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya
sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka
akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi pendek
dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara
sekilas anak tidak kurus.
Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:

f) Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi
frustasi dan menangis

g) Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/


takaran tertentu sehingga anak menjadi tertekan
h) Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan /
membosankan
i) Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis
yang diberikan tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan
tidak dihabiskan
j) Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan
bersama kedua orang tuanya.
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan (faktor
organis, faktor psikologis, atau faktor pengaturan makanan)
g) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah
dengan menyembuhka penyakitnya melalui dokter.
h) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat
dilakukan.

i) Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis


sehingga dapat menggugah selera makan anak dan disajikan
semenarik mungkin.
j) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua
harus sabar saat memberi makan anak.
k) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan
disesuaikan denga waktu makan keluarga karena anak punya
semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan bersama
keluarga (orangtua)
l) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis
makanan sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih
bahan /jenis makanan yang baik..
Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat
dilakukan beberapa hal berikut ini.
f) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat
anak benar-benar lapar dan haus
g) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak
membuat anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
h) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan,
sebaiknya didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat
memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi
maupun kebersihannya.
i) Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur
disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak
tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih.

j) Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan


dengan

tahap

pertumbuhan

dan

perkembangan

anak.

G. MENU MAKANAN BALITA


Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan
kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur

perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam


makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai
berikut :
Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari
sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan
asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktuwaktu yang disarankan adalah:
Pagi hari waktu sarapan.
Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
Pukul 16.00 sebagai selingan
Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.
Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1
Tahun
Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat
bergeser, tapi jangan terlalu jauh)
Pukul 06.00 : Susu
Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
Pukul 14.00 : Susu
Pukul 16.00 : Makanan selingan
Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim
Pukul 20.00 : Susu.

H. MAKANAN SELINGAN BALITA


Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur.
Makanan seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan
mempengaruhi
Gizi

makanan

kualitas
sangat

pada

usia

dewasa

mempengaruhi

sampai

pertumbuhan

lanjut.
termasuk

pertumbuhan sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk

ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui


makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4
tahun.
Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan
makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah
diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai
makanan

keluarga.

Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga.


Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan
yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan
mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga
karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang
di sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di
antara makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak
tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun,
pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena
akan mengganggu nafsu makannya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi
lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti
arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout
ayam sayuran, piza, dan lain-lain.
Fungsi makanan selingan adalah :
4. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam
bahan makanan selingan.
5. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan
utamanya (pagi, siang dan malam).
6. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia
balita.
Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat
higienis dibandingkan jika dibeli di luar rumah. Bila terpaksa
membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang

lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya


mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan terus-menerus
sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis
saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko
mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan
faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit
tertentu.
Pertumbuhan Anak Untuk Berat Badan :
- Saat lahir 2800 3500 gr
- Saat usia 5 bulan berat badan bayi normal adalah 2 kali berat saat

lahir
Saat usia 1 tahun, maka berat badan bayi adalah 3 kali berat lahir
Saat usia 2 tahun beratnya minimal 4 kali berat badan lahir
Untuk BALITA kurang lebih berat badannya bertambah 2 kg
pertahun
Sedangkan untuk panjang badan/Tinggi Badan adalah sebagai

berikut :
Saat Lahir : lebih kurang 50 cm
Saat usia 1 tahun adalah 1,5 kali panjang badan saat lahir
Saat usia 4 tahun, tinggi badannya adalah 2 kali panjang badan

saat lahir
Saat usia 6 tahun adalah 1,5 kali tinggi badan saat berusia 1 tahun
Perkembangan anak
Perkembangan motorik
Anak baru lahir : memiliki reflek mengembang bila telapak

tangannya disentuh jari kita


2-3 bulan : menggerakkan kepala ke kanan ke kiri, mengangkat

kepala dan dada pada posisi tengkurap


4 bulan : menggenggam benda dengan seluruh jari dan telapak

tangan, mampu bermain-main dengan kedua tangannya


5 bulan : mampu mengangkat kepala pada saat terlentang
6 bulan : memegang ibu jari dan 2 jari lainnya
7-9 bulan : mulai belajar merangkak

8 bulan : mampu duduk sendiri kemudian mengambil posisi


ongkong-ongkong dan bertahan sebentar, mampu menggenggam

balok mainan dengan seluruh permukaan tangan


9-10 bulan : mampu berdiri dan mulai melangkah (masih dibantu)
12 bulan mampu berdiri dan berjalan sambil berpegangan dan
mampu mengambil benda kecil dengan ujung ibu jari dan jari

telunjuk
12 -18 bulan : bisa berjalan sendiri , serta mampu melepaskan

mainan dari tanggannya dengan baik


18 bulan : mampu berlari tanpa jatuh, mampu menyusun tiga

balok mainan
24 bulan : mampu melompat dengan 2 kaki sekaligus, mampu
membuka

botol

dengan

memutar

penutupnya

Penglihatan dan Pendengaran


Saat lahir sudah bisa melihat
Lebih dari 2 bulan pandanagan mata belum terarah dengan baik
2-3 bulan bayi dapat mengikuti benda yang digerakkan di depan

mata
4 bulan : bayi mampu mengamati mainan dan mampu tersenyum

pada ibu
8 bulan bayi mampu memperlihatkan dan mencari mainan yang

jatuh dan bermain cilukba


12 bulan, dapat mengiktui perintah, bicara menggunakan
konsonan misalnya b,d, k. Dapat menunjukkan roda mobil-

mobilan dan mata boneka


18 bulan bisa menunjukkan bagian tubuh bila ditanya dan

menirukan ktara-ktara baru, mengucapkan 10 sampai 20 kata


Saat usia 2 tahun, sudah dapat mengikuti petunjuk sederhana,
menyebutkan

namanya

Berbicara dan berbahasa


1 bulan , kegiatan anak akibat suara
3 bulan, melihat ke arah pembicara

sendiri

4 bulan , mampu mendengar suara kertas diremas dan bermain

bibir sambil mengeluarkan air liur


5 bulan, bereaksi ketika namanya dipanggil
6-7 bulan , mulai mengenal dan bereaksi dengan kata-kata dada..

papa., kemari nak dll


8 bulan , mampu mengeluarkan suara mama, tata, dada dan

sebagainya
9 bulan , menghentikan kegiatan bila dilarang
10 bulan, kata-kata mulai muncul
11-12 bulan, bereaksi jika ditanya
12 bulan , mampu mengucapkan satu kata atau lebih dan tahu

artinya
15 bulan , mengetahui dan mengenal nama-nama bagian tubuh,

kata-kata benar terdengan diantara kata-kata yang kacau


18 bulan, lebih banyak menggunakna kata-kata daripada gerakan
untuk mengungkapkan keinginan dan mampu menyebutkan

namanya bila ditanya.


Saat usia 2 tahun, anak mengetahui lebih banyak kalimat yang
rumist, menyebut nama sendiri, mampu menjawab dengan
kalimat dengan dua kata

tahap-perkembangan-anak-3 tahun
Contoh mainan untuk menstimulasi perkembangan anak:
Untuk fisik/motorik kasar : permainan sepeda roda 3, atau roda 2,

mainan yang ditarik atau didorong


Untuk Motorik Halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin
Untuk Kecerdasan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka,

pendil wana, radio


Untuk Bahasa : buku bergambar, buku cerita, majalah , radio,

tape, televisi
Tingkah laku sosial : kotak pasir, tali, bola
Kemandirian/menolong diri sendiri : gelas, piring plastik, baju,
kaus kaki

2) Foto-fotokegiatan

Anda mungkin juga menyukai