Disusun oleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ISPA (Infeksi Saluran Pernafan Akut) merupakan penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas)
hingga alveoli (saluran bawah) temasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga
tengah dan pleura (irianto 2015). ISPA menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas penyakit menular di dunia. Hapir empat juta orang meninggal akibat ISPA set iap
tahun, 98%-nya disebabkan oleh saluran pernapasan bawah. Kelompok yang paling beresiko
adalah balita, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di Negara-negara dengan
pendapatan berkapitan rendah dan menengah (menurut WHO, 2010).
ISPA merupakan penyakit yang banyak tejadi di Negara berkembang serta salah satu
penyebab kunjungan pasien ke puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%). Kasus
ISPA terbanyak terjadi di india 43 juta kasus, china 21 kasus, Pakistan 10 juta kasus dan
Bangladesh, Indonesia, Negara masing-masing 6 juta kasus. Semua kasus ISPA yang terjadi
dimasyarakat 7-13% merupakan kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit (Dirjen
PP dan PL, 2012).
Kasus ISPA di Indonesia tiga tahun terakhir menempati urutan pertama penyebab
kematian bayi yaitu sebesar 24,46% pada tahun 2013, 29, 47% pada tahun 2014, dan
63,45% 2015. Selain penyakit ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di
rumah sakit (kemenkes RI, 2015). Terdapat lima provinsi dengan ISPA tetinggi yaitu nusa
tenggara barat (28,3%), nusa tenggara timur (41,7%), papua (31,1%), aceh (30,0%), dan
jawa timur (28,3%). Karakter penduduk dengan ISPA yang tertinggi berdasarkan umur
tejadi pada kelompok umur 1-4 tahun (25,8%). Penyakit ini lebih banyak di alami pada
kelompok penduduk kondisi ekonomi menengah kebawah (Kemenkes, 2013).
Infeksi saluran pernapasan akut berada pada 10 daftar penyakit tebanyak di rumah
sakit. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia pervalensi ISPA tahun 2012, DIY menempati
nomor 21 dari 33 provinsi di Indonesia. Di daerah istimewah Yogyakarta (DIY) kasus ISPA
sebanyak 70.942 pasien balita usia 1-4 tahun dengan presentase di setiap kabupaten/ kota
berkisar antara 31%- 39% dari seluruh penyakit. Hasil sensus penduduk tahun 2010 juga
menemukan angka kematian balita umur 1-4 tahun akibat ISPA di Yogyakarta. Untuk balita
laki-laki sebesar 20/1000 kelahiran hidup dan untuk perempuan sebesar 14/1000 kelahiran
hidup (Profil Kesehatan DIY, 2010).
Pada tahun 2014 kejadian ISPA (Pneumonia) di kecamatan jetis sebanyak 61 kasus,
sedangkan pada tahun 2015 puskesmas jetis II mencatat 95 kasus ISPA Pneumonia pada
balita. Dinkes Bantul menempatkan kecamatan jetis sebagai wilayah endemic ISPA
Pneumonia, pervalensi tetinggi diseluruh Bantul. Sementara pervalensi ISPA (Non-
Pneumonia) paa tahun 2016 berjumlah 1348 balita. Kasus ISPA pada balita dari tahun 2014
sampai 2015 cenderung terus meningkat (Profil Dinas Kesehatan Bantul, 2015)
Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2013 menempatkan ISPA
sebagai penyebab kematian balita terbesar di Indonesia dengan presentase 32,10% dari
seluruh kematian balita (Depkes, 2013). Hampir semua kasus kematian balita karena ISPA
pada anak adalah ISPA bagian bawah teutama pneumonia. Kejadian pneumonia pada balita
bedampak jangka panjang yang akan muncul pada masa dewasa yaitu gangguan pernafasan
dan penurunan fungsi paru atau tejadinya gagal jantung kongestif sebagai salah satu
komplikasi pneumonia pada balita (Rahajoe dkk,2016).
Infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor lingkungan,
faktor individu anak dan faktor perilaku. Faktor lingkungan meliputi pencemaran udara
dalam rumah (asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan
konsentrasi yang tinggi), ventilasi rumah dan kepadatan hunian. Faktor individu anak
meliputi umur anak, jenis kelamin, berat baan lahir, status gizi, vitamin A dan imunisasi.
Faktor perilaku meliputi pencegahan dan penanggulangan ISPA pada bayi atau peran aktif
keluarga/ masyarakat dalam menangani penyakit ISPA (Prabu, 2015).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan pengalaman pada penulis dalam penatalaksanaan dan dokumentasian
asuhan keperawatan dan mengetahui masalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut).
2. Tujuan khusus
a) Mengetahui landasan teori ISPA
b) Mampu melakukan pengkajian dengan masalah ISPA
c) Mampu merumuskan diagnose dengan masalah ISPA
d) Mampu menyusun rencana keperawatan dengan masalah ISPA
e) Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan dan mengevaluasi hasil dari
tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi ISPA
ISPA merupakan penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti
sinus, rongga telingah tengah dan pleura (R. Hartono, 2015). ISPA adalah suatu tanda dan
gejala akut akibat infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang
berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
2. Etiologi ISPA
Etiologi infeksi saluran pernafasan akut tediri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan
riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain aalah dari genus streptokokus, pneumokokus,
hemofillus, bordetelio dan korirebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan miksovirus, adnovirus, pikonavirus, mikoplasma, hipesvirus dan lain-lain (R.
Hartono, 2015).
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas, salah satu
penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya yang
digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan
masyarakat, teutama ibu-ibu rumah tangga yang selalu melakukan aktivitas memasak tiap
hari yang menggunakan kayu bakar. Timbul asap tersebut tanpa disadarinya telah mereka
hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat sekitar teutama pada anak-anak mengeluh
batuk, sesak nafas dan sulit bernafas. Polusi dari bahan bakar kayu tesebut mengandung zat-
zat seperti Dry Basis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan oxygen yang sangat
berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2015).
3. Klasifikasi ISPA
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk
golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun (Depkes RI, 2013).
a. Golongan umur kurang 2 bulan
1) ISPA berat bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian bawah
atau nafas cepat. Batas nafas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu
6x/menit atau lebih.
2) ISPA ringan bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau
nafas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang dari 2 bulan yaitu:
▪ Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari ½
volume yang biasa diminum)
▪ Kejang
▪ Kesadaran umum
▪ Demam/dingin
b. Golongan umur 2 sampai 5 tahun
1) ISPA berat bila disertai nafas sesak yaitu aanya tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus dalam
keadaan tenang, tidak menangis atau meronta).
2) ISPA sedang bila disertai nafas cepat, batas nafas cepat ialah:
▪ Usia 2 bulan – 12 bulan adalah 50x/menit
▪ Usia 1- 4 tahun aalah 40x/menit
3) ISPA ringan bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak napas
cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun yaitu:
▪ Tidak bisa minum
▪ Kejang
▪ Kesadaran umum
▪ Gizi buruk
4. Faktor Resiko ISPA
1. Jenis kelamin
Laki-laki yang lebih banyak teserang penyakit ISPA karena mayoritas oarng laki-laki
merupakan perokok dan sering berkendaraan, sehingga sering terkena polusi udara.
2. Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak teserang penyakit ISPA. Hal ini
disebabkan banyaknya ibu rumah tangga yang memasak sambil menggendong anaknya.
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat bepengaruh dalam kesehatan,
karena kurangnya pengetahuan masyarakat tehaap gejala dan upaya
penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang datang ke pelayanan kesehatan
sudah dalam keadaan berat. Hal tesebut disebabkan oleh kurang mengerti cara serta
pencegahan agar tidak mudah teserang penyakit ISPA.
4. Faktor lingkungan, seperti perumahan (ventilasi, lantai dan kamar), kepadatan hunian,
kebiasaan merokok, dan social ekonomi.
5. Agent seperti baktei virus dan jamur.
5. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala ISPA dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:
1. ISPA ringan
• Batuk
• Serak, bersuara parau saat berbicara atau menangis
• Pilek
• Panas atau demam, suhu badan > 37º C.
2. ISPA sedang
• Suhu badan >39º C
• Tenggorokan merah
• Timbul bercak-bercak merah dikulit serupa dengan campak
• Telinga sakit atau keluarnya nanah dari lubang telinga
3. ISPA berat
Anak dapat dinyatakan mengidap ISPA serta apabila ditemukan gejala ISPA ringan atau
sedang yang disetai salah satu atau lebih dari gejala tesebut dibawah ini:
• Bibir atau kulit yang membiru
• Anak tidak sadarkan diri (tejadi penurunan kesadaran)
• Pernafasan berbunyi seperti mendengur serta anak tampak gelisa
• Dada tetarik kedalam pada saat bernafas
• Nadi cepat melebihi 160x/menit atau tidak teraba.
6. Pathway
Faktor ekstenal
Virus Bakteri
Invasi kuman
Menempel pada
sinusisitis
Suhu tubuh
Sistem imun meningkat Menghasilkan
menurun mucus (secret)
Ukuran besar tersaring,
ukuran kecil akan masuk
Batuk / pilek Rasa tidak Ketidakefektifan
nyaman bersihan jalan
Silia mendorong debu
ke dalam faring nafas
Kulit teaba
Nafsu makan
hangat
menurun
Menyebar ke tonsil
(tonsilitas) Hipertermia
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari
kebutuhan tubuh
7. Pencegahan
Pencegahan adalah komponen kunci untuk menghindari suatu kesadaran sebelum
tejadi, prinsip pencegahan penyakit ISPA yaitu:
1. Menjaga keadaan gizi pasien dan keluarga agar tetap baik. memberikan ASI eksklusif
jika diperlukan.
2. Menjaga pola hidup yang sehat, istirahat/tidur yang cukup dan olahraga yang cukup.
3. Menjaga pola makan yang sehat dan teatur (makan dengan porsi sedikit tapi sering)
4. Hindari menyentuh mulut atau hidung setelah kontak dengan orang yang sedang flu atau
penyakit lain.
5. Upaya ventilasi yang cukup dalam ruangan atau rumah.
6. Membiasakan cuci tangan dengan sabun menggunakan air yang mengalir, terutama
setelah kontak dengan penderita ISPA. Ajarkan pada anak untuk rutin cuci tangan agar
mencegah ISPA dan penyakit infeksi lainnya.
7. Melakukan imunisasi pada anak. Imunisasi untuk mencegah ISPA antara lain: Imunisasi
influenza, DPT, DaPT, HIb dan imunisasi PCU.
8. Komplikasi
1. Faringitis
2. Tonsillitis
3. Mastoiditis
4. Kematian
5. Sinusitis
9. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan kultur/biakan kuman: hasil yang didapatkan adalah kuman (+) sesuai
dengan jenis kuman.
2. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan
3. Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan sputum.
10. Pengkajian secara umum
1. Indentitas pasien nama, usia, jenis kelamin, alamat
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan sekarang
4. Riwayat kesehatan dahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Riwayat social
7. Pemeriksaan fisik
11. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Ketidakefektifan besihan jalan nafas b.d mucus berlebih
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis
3. Hipertermia b.d penyakit
12. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC)
keperawatan
1. Ketidakefektifa Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan
n bersihan jalan keperawatan selama 3x kunjungan nafas (3140)
nafas b/d mukus diharapkan bersihan jalan nafas 1. Monitor status
berlebih dapat teratasi, dengan kriteria pernafasan
hasil: status pernafasan (0410) 2. Monitor
auskultasi suara
Indikator O.Awal O.Akhir nafas tambahan
Kemampua 3 5 3. Posisikan pasien
n untuk untuk
mengeluar meminimalkan
kan sekret ventilasi
Suara 3 5 4. Lakukan
nafas fisioterapi dada
tambahan 5. Instruksikan
Batuk 3 5 bagaimana agar
Keterangan : melakukan batuk
1=Devisiasi berat dari kisaran efektif
normal 6. Buang sekret
2=devisiasi cukup berat dari dengan
kisaran normal memotivasi
3=devisiasi sedang dari kisaran pasien untuk
normal melakukan batuk
4=devisiasi ringan dari kisaran efektif
normal 7. Menganjurkan
5=tidak ada devisiasi dari kisaran minum jahe
normal madu untuk
menurunkan
batuk
8. Kolaborasi
dengan tenaga
kesehatan lain
2. Ketidakseimban Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan
gan Nutrisi keperawatan selama 3x kunjungan (4120)
Kurang dari diharapkan masalah 1. Monitor tanda –
kebutuhan ketidakseimbangan Nutrisi Kurang tanda vital pasien
tubuh b.d faktor dari kebutuhan tubuh b.d faktor 2. Monitor status
biologis biologis dapat teratasi dengan hidrasi (misalnya,
kriteria hasil sebagai berikut : membran mukosa
Status Nutrisi (1004) yang lembab,
Indikator O.Awal O.Akhir denyut nadi
Asupan 3 5 adekuat, dan
makanan tekanan darah
Asupan 3 5 ortostatik)
cairan 3. Dukung pasien
Keterangan : atau keluarga
1 = Berat untuk membantu
2 = Cukup berat dalam pemberian
3 = Sedang makan dengan
4 = Ringan baik
5 = Tidak ada 4. Tawari makanan
ringan (misalnya,
minuman ringan,
dan buah –
buahan segar/jus
buah)
BAB III
POSTNATAL
Setelah melahirkan bayi keluar dengan keadaan sehat, bayi menangis kuat, bayi
masih mendapatkan perawatan di RS Muhammadiyah Gamping selama 10 hari baru
bisa di pulangkan.
Keterangan:
= laki-laki
= perempuan
= menikah
= garis keturunan
= klien
b. Riwayat keluarga
Ibu klien A mengatakan bahwa anggota keluarga tidak mengalami penyakit
seperti yang di alami klien tesebut.
VI. RIWAYAT SOSIAL
a. Pengasuh : orang tua
b. Hubungan dengan anggota keluarga : anak kandung
c. Hubungan dengan teman sebaya : baik
d. Pembawaan secara umum : An. A aktif
e. Lingkungan rumah : An. A dekat dengan keluarga dan teman
sekitarnya.
VII. KEBUTUHAN DASAR
a. Nutrisi makanan dan cairan
Sebelum sakit : keluarga mengatakan bahwa sebelum sakit makan banyak dalam
sehari 3x dan minum juga banyak dalam sehari 4-6 gelas.
Selama sakit : ibu klien A mengatakan agak susah untuk makan, harus dipaksa
baru mau makan. Dalam sehari dengan porsi sedikit hanya 1x. minum juga jarang
dalam sehari hanya 2-3 gelas saja.
b. Tidur dan istirahat
Sebelum sakit: jarang tidur siang, karena sehabis pulang dari sekolah langsung
main ke rumah teman. Malam hari tidur jam 21.30 dan bangun jam 6.00.
Selama sakit : di siang hari tidak menentu kadang hanya 30 menit saja. Kalau
malam tidur hanya 5 jam.
c. Personal hygiene
Sebelum sakit : An. A dalam pemenuhan kebersihan tubuhnya kurang baik yang
meliputi kebersihan kulit, gigi, telinga, kuku dan kaki.
Selama sakit : Kebiasaan kurang perhatikan dalam pemenuhan kebersihan
tubuhnya.
d. Aktivitas bemain
Sebelum sakit : aktivitas bermain baik, setiap pulang sekolah main dirumah atau
rumah teman di lingkungan sekitar.
Selama sakit: aktivitas bermain berkurang, hanya bermain sebentar jika merasa
lemas langsung istirahat.
e. Eliminasi
Sebelum sakit: BAB lancar 1x dalam sehari di pagi hari, dan untuk BAK 3x
dalam sehari tegantung banyak minumnya.
Selama sakit: BAB 1x dalam sehari, dan BAK 3x dalam sehari.
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kesadaran umum : kurang baik, sedang sakit
b. Kesadaran :compos mentis
c. Antropometri
TB:123 cm BB :34 kg
Lingkar kepala : 34 cm
Lingkar dada : 30 cm
Lingkar perut :32 cm
Lingkar lengan atas :15 cm
d. Tanda-tanda vital
TD :100/60 mmHg Nadi :70x/menit
Suhu :37,7ºC Respirasi : 25x/menit
e. Kepala : bentuk kepala simetris, warna rambut hitam tebal, kulit kepala
tidak kotor, tidak ada nyeri tekan.
f. Mata : bentuk mata simetris, konjungtiva non-anemis, sklera putih, tidak
ada nyeri tekan, pupil mengecil ketika diberi rangsangan cahaya.
g. Hidung : bentuk hidung simetris, tidak ada luka, lesi, penyebaran rambut
dihidung merata, tidak ada nyeri tekan, klien dapat mencium minyak kayu putih.
h. Mulut : mulut simetris, tidak ada lesi, bibir kering tidak aa stomatitis.
i. Telinga : teling simetris kanan dan kiri, tidak ada nyeri tekan, klien dapat
mendengar saat di panggil, lubang telinga sedikit kotor.
j. Leher : bentuk leher simetris, adanya nyeri tekan paa leher.
k. Tengkuk : leher bagian belakang tidak sakit, klien dapat menggerakannya.
l. Dada : bentuk dada simetris, tidak ada penonjolan tulang, serta kelainan
tulang belakang.
Jantung
Inspeksi : tidak ada pembengkakan di tungkai atau di organ lain, bentuk daa
simetris dan kondisi dada baik.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada penumpukan cairan.
Auskultasi : bunyi jantung didengar dengan stetoskop mempunyai pola bunyi
konsisten lubb-dupp.
Paru-paru
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada penonjolan tulang, atau pembengkakan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan.
Auskultasi : dengan menggunakan stetoskop tedengar suara rongki saat
menghembuskan nafas.
Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen simetris, tidak ada luka pada abdomen, warna
kulit merata sawomatang.
Auskultasi : auskultasi dilakukan pada ambdomen suara peristaltic ususnya
selama satu menit penuh bising usus 10x/menit.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan.
m. Urogenetalia : tidak ada kelainan bentuk paa alat kelamin wanita.
n. Ekstremitas
Ektremitas atas: tangan lengkap, tidak ada nyeri tekan, kuku tidak kotor dan
tidak panjang.
Ekstremitas bawah: kaki lengkap, tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema pada
kaki, kuku tidak kotor dan tidak panjang.
Kulit : warna kulit sawomateng, tidak lesi pada kulit, akral teraba hangat
IX. ASPEK MENTAL-INTELEKTUAL
a. Intelektual orang tua : orang tua sangat memperhatikan kondisi anaknya
dalam pemenuhan sehari-hari, makan, mandi dan sebagainya.
b. Support sistem keluarga : orang tua sangat support untuk kesembuhan
anaknya, peduli akan kesehatan anaknya.
X. TERAPI MEDIS YANG DIDAPAT
1. Paracetamol 500mg 4x sehari ¾ tab
2. Chlorpheniramine maliate 4 mg 2x sehari 1 tab
3. Vitamin C 5mg 2xsehari 1 tab
XI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan laboratorium/lainnya.
XII. ANALISA DATA
XVI. EVALUASI
O:
• Klien terlihat rileks
• Klien masih diberikan obat paracetamol
• TD :90/70 mmHg
• Nadi :70x/menit
• Suhu :37,5ºC
• Respirasi : 22x/menit
A: Masalah hipertermia belum teratasi
Outcome Awal Akhir
Peningkatan 4 5
suhu kulit
Dehidrasi 4 5
Hipertermia 4 5
Perubahan 4 5
warna kulit
P : Lanjutkan intervensi :
- Manajemen pengobatan
1. Selasa, 09.20 S: Susanti
07/12/2021 WIB • Klien mengatakan batuk berkurang
O: Arum
• Klien terlihat tenang
• Klien terlihat rileks
• TD :100/70 mmHg
• Nadi :70x/menit
• Suhu :37,0ºC
• Respirasi : 21x/menit
A: Masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasi
Indikator Awal Akhir
Kemampuan 5 5
untuk
mengeluarkan
sekret
Suara nafas 5 5
tambahan
Batuk 5 5
Irama 5 5
pernafasan
P : Lanjutkan intervensi :
- Hentikan intervensi
2. Selasa, 10.25 S: Susanti
07/12/2021 WIB • Ibu pasien mengatakan nafsu makan membaik
• Ibu pasien mengatakan anak mau minum Arum
• Ibu pasien mengatakan sudah paham penjelasan tentang demam
• Ibu pasien mengatakan sangat senang dengan kunjungan dan edukasi
O:
• Pasien terlihat sudah mau makan dengan porsi habis
• Turgor kulit elastis
• TD :100/70 mmHg Nadi :70x/menit
• Suhu :37,0ºC
• Respirasi : 21x/menit
• BB: 32,8 Kg
A: Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis
teratasi
Outcome Awal Akhir
Asupan 5 5
makanan
Asupan cairan 5 5
P: Lanjutkan intervensi:
Hentikan intervensi
3. Selasa, 11.30 S: Susanti
07/12/2021 WIB • Klien mengatakan badan masih mendingan
• Klien mengatakan bersedia dalam melakukan tindakan Arum
O:
• Klien terlihat rileks
• TD :100/70 mmHg
• Nadi :70x/menit
• Suhu :37,0ºC
• Respirasi : 21x/menit
A: Masalah hipertermia teratasi
Outcome Awal Akhir
Peningkatan 4 5
suhu kulit
Dehidrasi 4 5
Hipertermia 4 5
Perubahan 4 5
warna kulit
P : Hentikan intervensi
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENCEGAHAN BATUK PADA ISPA
A. Latar belakang
Batuk merupakan salah satu cara tubuh untuk membersihkan saluran pernafasan dari
lender atau benda asing yang masuk. Batuk berfungsi sebagai imun atau perlindungan tubuh
tehaap benda asing namun dapat juga sebagai gejala dari suatu penyakit (Wilson LM,2015).
Rangsangan penyebab batuk dapat berasal dari lingkungan maupun penyakit. Jika
penyebab dari lingkungan makan batuk yang tejadi adalah batuk berbentuk reflek
mekanisme pertahanan tubuh, iritasi asap rokok atau kendaraan bermotor, suhu dingin atau
panas,lingkungan yang kotor. Penyebab lainnya aalah Karena penyakit, baik yang berasal
dari paru maupun luar paru (Wirjodjarjo, M. 2016).
Data epidemiologi merokok secara nasional menunjukkan bahwa konsumsi rokok di
Indonesia pada tahun 2002 berjumlah 182 milyar batang yang merupakan urutan ke-5 antara
10 negara didunia dengan konsumsi tetinggi pada tahun yang sama. Pervalensi perokok pasif
tetinggi tedapat pada umur 0-14 tahun yaitu sekitar 70% (43,018,678 0rang) dari total
penduduk berumur 0-14 tahun. Indonesia merupakan Negara perokok aktif sekitar
27,6%mdengan jumlah 65 juta perokok atau 225 milyar batang pertahun (Depkes, 2014).
B. Tujuan
a. Umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan, keluarga mampu memahami tentang
bahayanya asap rokok tehadap anak dan batuk.
b. Tujuan khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan, keluarga mampu memahami tentang:
1) Pengertian batuk
2) Penyebab batuk
3) Faktor yang berhubungan batuk dengan paparan asap rokok.
C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
D. Media
Leaflet
E. Materi
1. Apa itu batuk?
Batuk adalah suatu tanda dan gejala bagi tubuh bahwa ada suatu benda asing/ penyakit
yang masuk kedalam saluran pernafasan sehingga menyebabkan batuk.
2. Penyebab batuk?
• Infeksi virus
• Paparan debu
• Suhu dingin
• Asap rokok
• Asma tbc
3. Tanda dan gejala
• Anak akan merasakan tidak enak badan, sedikit demam atau bisa juga demam
tinggi
• Tenggorokan gatal
• Keletihan
• Hilangnya selera makan
• Sakit kepala.
4. Penanganan
• Minum air hangat untuk melegakan tenggorokan dan mempermudah pengeluaran
dahak
• Merubah pengatur lingkungan rumah seperti menjaga kebersihan disekitar
lingkungan rumah.
• Memperhatikan suhu dan kelembapan rumah dengan cara memperhatikan
pencahayaan ventilasi
5. Pencegahan
Ubahlah gaya hidup anda menjadi gaya hidup sehat dengan:
• Hindari asap rokok
• Gunakan penutup hidung atau masker untuk menghindari paparan debu
• Pakailah jaket saat suhu dingin
• Hindari makanan berminyak dan berpengawet
• Cuci tangan sebelum makan dan sesudah makan, dan juga setelah beraktivitas.
Total: 20 menit
Yogyakarta,………..2021
(Ns. Erni Samutri, S.Kep.,M.Kep) (Susanti Abubakar & Arum Dwi Handayani)
BAB IV
ANALISIS JURNAL
P 1. An. M umur 6 tahun dengan ISPA sedang pada data subyektif ibu mengatakan
keadaan An. M umur 6 tahun, nafsu makan anak menurun, batuk dan pilek disertai
demam. Pada data obyektif keadaan umum baik, kesadaran composmentis,
pemeriksaan suhu 37,6°C. Suhu : 37,8 o C, Pernafasan 28 X/i, Nadi 70 X/i
tenggorokan berwarna merah, pernafasan 32x/menit, pada hidung terdapat cairan
jernih dan encer, batuk terus menerus, pernafasan sesak terdengar bunyi Ronchi ,
sehingga anak rewel dan tidak nafsu makan.
2. An. N umur 3 tahun dengan ISPA sedang pada data subyektif ibu mengatakan
keadaan An. N umur 3 tahun, nafsu makan anak menurun, batuk dan pilek. Pada
data obyektif keadaan umum baik, kesadaran composmentis, Suhu 38,8o C,
pernafasan 29X/i, Nadi 87X/i tenggorokan berwarna merah, anak rewel , pada
hidung terdapat cairan jernih dan encer kulit bagian luar tampak kemerahan,
pernafasan sesak terdengar bunyi mengi, conjungtiva merah muda.
I 1. Berikan minuman herbal jahe merah dicampur madu dengan dosis 2 kali sehari
sebanyak 150 ml pada pagi hari dan malam hari sebelum tidur.
2. Pemberian minuman herbal jahe merah dicampur madu dilakukan selama 5 hari
berturut-urut. (Setyaningrum, 2019).
C Tidak ada
O Setelah dilakukan intervensi sesuai dengan anjuran dokter dan pemberian terapo
nonfarmokologi berupa minuman jahe + madu pada anak sebagai salah satu terapi
melegakan tenggorokan dan mengurangi batuk, ternyata terlihat adaya perbedaan waktu
pemulihan diantara kedua pasien tersebut. Pada pasien pertama yakni An. N usia 3 tahun
dengan prosespenyembuhan membutuhkan waktu 4 hari di rumah, dan porsi batuk
berkurang setelah 3 hari, dan pada pasien kedua yakni AN. M usia 6 tahun dengan
proses penyembuhan membutuhkan waktu 2 hari dengan porsi batuk berkurang terlihat
setelah diberikan terapi jahe madu.
Pertanyaan kritis:
Apakah penggunaan minum jahe madu dapat menurunkan keparahan batuk pada anak dengan
ISPA?
Jawaban : iya, karena didapat hasil dari jurnal penelitian ini mengatakan setelah dilakukan
intervensi sesuai dengan anjuran dokter dan pemberian terapi nonfarmakologi berupa minuman
jahe dan madu pada anak sebagai salah satu terapi melegakan tenggorokan dan mengurangi
batuk, ternyata terlihat adaya perbedaan waktu pemulihan diantara kedua pasien tersebut.
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang dilakukan dapat disimpulkan, anatar lain:
1. Faktor lingkungan yang memicu kejadian ISPA pada anak anatara lain, ventilasi,
debu, intensitas cahaya, kelembaban, asap rokok.
2. Faktor yang paling dominan dalam memicu kejadian ISPA pada anak adalah, asap
rokok, ventilasi dan debu.
3. Hubungan faktor lingkungan dalam memicu kejadian ISPA pada wilayah DIY
menunjukkan: aanya hubungan subfaktor lingkungan yang meliputi kepadatan
penghuni, perokok aktif, ventilasi, debu, saluran pembuangan air limbah dan
kelembaba.
B. Saran
Hasil ini disarankan untuk mendorong penangan pencegahan tehadap penyakit ISPA
melalui upaya:
1. Melakukan penyuluhan motivasi masyarakat dalam pengadaan dan penggunaan
sarana lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan.
2. Mendorong dan membina masyarakat untuk menjaga kesehatan dilingkungan sekitar.
3. Memperbaiki lingkungan dengan fasilitas yang ada sehingga memperkecil resiko
tejadinya ISPA.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. 2013. Informasi tentang ISPA pada anak. Jakarta; pusat penyuluhan
masyarakat
2. Nur Ahmad Yusuf 2015. Hubungan sanitasi rumah secara fisik dengan kejadian ISPA paa
balita. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.1 No.2:1-11
3. Herdman, T. Heather. 2018. NANDA-1 diagnosa keperawatan: definisi dan klasifikasi
2018-2020. Jakarta: EGC.
4. Moorhead, Sue. 2016. Nursing Outcome Classification (NIC), Edisi 5.
5. Bulechek, M. Gloria. 2016. Nursing Inteventions Classification (NIC), Edisi 6. Singapure:
Elsevier Singapure Pte Ltd.
6. Wong, L. donna. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak Volume 2, Edisi 6.
Lampiran
Dokumentasi