Anda di halaman 1dari 29

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Infeksi saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

masyarakat, merupakan satu penyakit penyebab kematian tertinggi pada balita.

Hal ini diduga karena penyakit ini merupakan penyakit yang akut dan kualitas

penatalaksanaanya belum memadai. ISPA masih merupakan masalah kesehatan

yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi

yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode

ISPA setiap tahunnya. Sebanyak 40 – 60 % dari kunjungan di Puskesmas adalah

pasien dengan penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA

sejumlah 20 – 30 %, kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia

pada bayi berumur kurang dari 2 bulan (1,2).

World Health Organitation (WHO), memperkirakan di negara berkembang

berkisar 30 – 70 kali lebih tinggi dari negara maju dan diduga 20% dari bayi yang

lahir di negara berkembang gagal mencapai usia 5 tahun (25 – 30% dari kematian

anak disebabkan oleh ISPA). Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

pada tahun 2002, penyakit saluran napas merupakan penyebab kematian nomor 2

di Indonesia (3,4).

Rumah sakit merupakan salah satu dari pusat pelayanan kesehatan. Rumah

sakit Koja merupakan rumah sakit pelayanan kesehatan milik Pemda yang terletak

di wilayah Jakarta Utara. Menurut rekapitulasi rekam medis di RSUD Koja,

jumlah pasien ISPA pada tahun 2011 sebanyak 2778 orang dan merupakan urutan

ke 4 dari 10 besar daftar penyakit terbanyak yang ada di rumah sakit tersebut.

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


1
Dan belum terjadi penurunan pasien ISPA dari tahun ketahun. Tingginya

prevalensi ISPA serta dampak yang ditimbulkannya membawa akibat pada

tingginya orang bebas mengkonsumsi seperti antibiotik, influenza dan obat batuk.

Dalam kenyataan antibiotika banyak diresepkan untuk mengatasi infeksi,

meskipun sebagian besar penyebab dari penyakit ini adalah virus. Antibiotik
(1)
hanya perlu diberikan apabila penyebab penyakit adalah bakteri . Atas dasar

itulah, penulis tertarik untuk membahas peresepan Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (ISPA) pada pasien umum bagian rawat jalan di Poliklinik Anak Rumah

Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja periode Januari – Maret 2012.

1.1 Rumusan Masalah


Bagaimana profil peresepan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada

pasien rawat jalan Poli Anak Rumah Sakit Umum Daerah Koja periode Januari –

Maret 2012?

1.2 Tujuan Penelitian


1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan KTI ini adalah untuk mengetahui profil peresepan

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada pasien rawat jalan di Poliklinik

Anak Rumah Sakit Umum Daerah Koja periode Januari – Maret 2012.

1.2.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari penulisan karya tulis ilmiah ini, ingin mengetahui jumlah

dan persentase :
1. Pasien ISPA berdasarkan kelompok umur anak.
2. Jumlah peresepan berdasarkan kelas terapi.
3. Jenis obat ISPA yang banyak diresepkan.

dalam peresepan ISPA pada pasien rawat jalan di Poliklinik Anak RSUD Koja

periode Januari-Maret 2012.

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


2
1.3 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat untuk penulis
Untuk menambah wawasan bagi penulis terhadap peresepan Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA).


1.4.2 Bagi akademik
Sebagai sumber informasi dan pengetahuan bagi mahasiswa mengenai

peresepan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada pasien rawat jalan di Poli

anak RSUD Koja periode Januari–Maret 2012, serta menambah kepustakaan

pada jurusan farmasi.

1.4.3 Manfaat untuk Rumah Sakit Umum Daerah Koja

Sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dan pengadaan obat ISPA di

RSUD Koja.

Bab II
Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi ISPA


Istilah ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut dan

mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya Nasional

ISPA di Cipanas. Istilah ini merupakan padanan istilah bahasa Inggris Acute

Respiratory Infection (ARI). Dalam Lokakarya Nasional ISPA tersebut terdapat

dua pendapat berbeda, pendapat pertama memilih istilah ISPA (infeksi saluran

pernapasan akut) dan pendapat kedua memilih istilah ISNA (infeksi saluran napas

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


3
akut), pada akhir lokakarya diputuskan untuk memilih istilah ISPA dan sampai

sekarang istilah ini yang digunakan (5).


ISPA adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau

lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran

bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan

pleura.

2.2 Klasifikasi ISPA

Dalam Lokakarya Penyakit ISPA III bulan Maret 1990, pemerintah

mencanangkan program nasional pemberantasan penyakit ISPA. Program

Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

1. Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada ke

dalam (chest indrawing).

2. Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

3. Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai

demam, tanpa tarikan dinding dada ke dalam, tanpa napas cepat. Penyakit

batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian

atas lainnya.

Pola tatalaksana ISPA hanya dimaksudkan untuk tatalaksana penderita

pneumonia berat, pneumonia dan batuk bukan pneumonia. Sedangkan penyakit

ISPA lain seperti faringitis, tonsilitis dan otitis belum dicakup program (5).

2.3 Penyebab ISPA


ISPA disebabkan oleh beberapa golongan besar kuman, yaitu bakteri, virus

dan ricketsia. Ada bermacam – macam jenis kuman yang dapat menimbulkan

ISPA, jumlahnya lebih dari 300 macam.

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


4
Contoh dari virus penyebab ISPA adalah virus influenza sedangkan contoh

bakteri penyebab ISPA misalnya streptokokus (6).

2.4 Gejala ISPA

Menurut derajat keparahannya ISPA dapat dibagi atas 3 golongan yaitu :

1. ISPA ringan
2. ISPA sedang
3. ISPA berat
Pembagian derajat ISPA ini berdasarkan gejala – gejala dan tanda – tandanya.

Pada dasarnya ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA sedang atau ISPA

berat jika keadaan memungkinkan, misalnya penderita kurang mendapat

perawatan atau daya tahan tubuh penderita sangat kurang (6).


1. Gejala ISPA ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau

lebih gejala – gejala seperti berikut :


a. Batuk
b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara

(misalnya pada waktu berbicara atau menangis).


c. Pilek yaitu mengeluarkan lendir/ingus dari hidung.
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37° C atau jika dahi anak diraba

dengan punggung tangan terasa panas.


2. Gejala ISPA sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala –

gejala ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala – gejala berikut :
a. Pernapasan lebih dari 50x permenit pada anak yang berumur kurang dari satu

tahun atau lebih dari 40x permenit pada anak yang berumur satu tahun atau

lebih.
b. Suhu lebih dari 39° C.
c. Tenggorokan berwarna merah.
d. Timbul bercak – bercak pada kulit menyerupai bercak campak.
e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
f. Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
g. Pernapasan berbunyi mencuit – cuit.

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


5
3. Gejala ISPA berat
4. Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala –

gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala – gejala

berikut :
a. Bibir atau kulit membiru.
b. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu

bernapas.
c. Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun.
d. Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah.
e. Pernapasan berbunyi mencuit – cuit dan anak tampak gelisah.
f. Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernapas.
g. Nadi cepat lebih dari 160x permenit atau tak teraba.
h. Tenggorokan berwarna merah.

2.5 Faktor – Faktor yang Menyebabkan Terjadinya ISPA

Salah satu faktor yang berpengaruh pada timbulnya ISPA dan berat ringannya

penyakit adalah daya tahan tubuh anak. Daya tahan tubuh anak dipengaruhi pula

oleh beberapa hal yaitu :

1. Keadaan gizi
Keadaan gizi adalah suatu faktor yang sangat bagi timbulnya ISPA. Telah

diteliti bahwa memang ada hubungan yang erat antara terjadinya infeksi dengan

keadaan gizi. Anak yang keadaan gizinya kurang atau buruk akan mudah

mengalami infeksi. Hal ini disebabkan karena pada anak yang gizinya kurang,

pembuatan zat antibodi terganggu karena zat – zat makanan dalam tubuh tidak

cukup untuk membentuk zat antibodi. Zat antibodi sangat penting bagi pertahanan

tubuh untuk mencegah atau mengatasi terjadinya infeksi. Zat antibodi terdapat di

dalam sel tubuh dan dalam darah. Jika terjadi wabah campak di suatu daerah,

seringkali anak yang gizinya kurang, penyakitnya cepat memburuk dan akhirnya

meninggal (6).

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


6
2. Kekebalan
Kekebalan dapat diperoleh secara bawaan. Keadaan ini dijumpai pada bayi

yang berumur sekitar 5 – 9 bulan. Kekebalan bawaan ini didapatkan bayi dari

ibunya pada waktu dalam kandungan. Dengan adanya kekebalan bawaan ini bayi

terhindar dari penyakit difteri dan campak. Kekebalan dapat pula diperoleh

melalui infeksi – infeksi ringan oleh penyakit tertentu sehingga anak kebal

terhadap penyakit tersebut.

3. Lingkungan
Lingkungan khususnya perumahan sangat berpengaruh pada daya tahan

tubuh. Perumahan yang padat, sempit, kotor, tidak mempunyai sarana air bersih

menyebabkan anak sering berhubungan erat dengan berbagai penderita penyakit

menular dan terinfeksi oleh berbagai kuman yang berasal dari tempat yang kotor

tersebut. Rumah yang tidak cukup mempunyai aliran udara bersih dan

penghuninya sering menghisap asap dapur atau asap rokok yang terkumpul dalam

rumah akan mudah sekali menderita ISPA (6).

2.6 Obat – obat ISPA


Terapi untuk infeksi saluran nafas akut terdiri atas antibiotik dan terapi

suportif. Terapi suportif yang digunakan dalam pengobatan ISPA terdiri dari

analgetik – antipiretik, antihistamin, kortikosteroid, dekongestan, bronchodilator,

mukolitik (1).

2.6.1 Antibiotik
Antibiotika adalah zat – zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri,

yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman,

sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat – zat ini yang

dibuat secara semi – sintetis dan khasiat antibakteri (8).


Antibiotik yang biasanya digunakan dalam pengobatan ISPA, antara lain :

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


7
1. Penisilin

Penicilin merupakan derivat β-Laktam tertua yang memiliki aksi bakterisidal

dengan mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel bakteri. Masalah

resistensi akibat penisilinase mendorong lahirnya terobosan dengan ditemukannya

derivat penicilin seperti methicilin, fenoksimetil penicilin yang dapat diberikan

oral, karboksipenicilin yang memiliki aksi terhadap Pseudomonas sp. Namun

hanya fenoksimetilpenicilin yang dijumpai di Indonesia yang lebih dikenal

dengan nama Penicilin V (1).

2. Sefalosporin

Mekanisme kerja golongan sefalosporin sama seperti β-laktam lain yaitu

berikatan dengan penicilin protein binding yang terletak di dalam maupun

permukaan membran sel sehingga dinding sel bakteri tidak terbentuk yang

berdampak pada kematian bakteri (1).

Salah satu antibiotik golongan sefalosporin yang digunakan dalam pengobatan

ISPA adalah sefadroksil merupakan sefalosporin generasi pertama yang memiliki

aktivitas terhadap Stafilokokus aureus, streptokokus pyogenes, streptokokus

pneumonia dan lain – lain.

3. Makrolida

Kelompok antibiotika ini terdiri dari eritromisin dengan derivatnya

klaritromisin, roksitromisin, azitromisin dan diritromisin.

Eritromisin merupakan antibiotik golongan makrolida pilihan kedua yang

digunakan pada infeksi saluran napas apabila terdapat resistensi atau

hipersensitivitas terhadap penicilin (8).

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


8
4. Tetrasiklin

Tetrasiklin merupakan agen antimikrobial hasil biosintesis yang memiliki

spektrum aktivitas luas. Aksi yang ditimbulkannya adalah bakteriostatik yang luas

terhadap gram positif, gram negatif, chlamidia, mycoplasma bahkan ricketsia (1).

5. Quinolon

Golongan quinolon merupakan antimikrobial oral memberikan pengaruh yang

baik dalam terapi infeksi (1).

Siprofloksasin merupakan antibiotik generasi kedua yang memiliki spektrum kerja

lebih luas dan lebih efektif terhadap enterobacteriacea, pseudomonas aeruginosa

dan staphilokokus aureus (8).

6. Sulfonamida

Sulfonamida merupakan salah satu antimikroba tertua yang masih digunakan.

Preparat sulfonamida yang paling banyak digunakan adalah sulfametoksazol yang

dikombinasikan dengan trimetoprim yang lebih dikenal dengan nama

kotrimoksazol (1).

2.6.2 Terapi Suportif

1. Analgetik – Antipiretik

Analgetik adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa

nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Antipiretik adalah obat yang menurunkan

suhu tubuh yang tinggi. Jadi, analgetik-antipiretik adalah obat yang

mengurangi rasa nyeri dan menurunkan suhu tubuh yang tinggi.

Parasetamol merupakan analgetik perifer yang merintangi terbentuknya

rangsangan pada reseptor nyeri perifer. Parasetamol juga berdaya antipiretik

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


9
mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran
(8)
kalor disertai keluarnya banyak keringat . Contoh analgetik – antipiretik yang

biasa digunakan dalam pengobatan ISPA adalah ibuprofen, methampiron dan lain

– lain.

2. Antihistamin

Antihistamin adalah zat – zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek

histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamin (penghambatan

saingan).

Salah satu jenis antihistamin yang sering digunakan pada pasien ISPA adalah

klorfeniramin maleat, memiliki daya kerja antihistamin kuat dengan memblokir

reseptor H1 dengan menyaingi histamin pada reseptornya di otot licin dinding

pembuluh dengan demikian menghindarkan timbulnya reaksi alergi dan efek

meredakan batuk yang cukup baik, sehingga sering digunakan dalam sediaan obat
(8)
batuk . Contoh antihistamin lain yang umumnya digunakan pada pasien ISPA

adalah cetirizin, homoclomin, profilas dan lain – lain.

5. Kortikosteroid

Kortikosteroida berkhasiat meniadakan efek mediator, seperti peradangan dan

gatal – gatal. Penggunaannya terutama bermanfaat pada serangan asma akibat

infeksi virus, selain itu juga pada infeksi bakteri untuk melawan reaksi

peradangan. Prednison merupakan kortikosteroid yang juga mempunyai efek anti-

inflamasinya berdasarkan efek vasokontriksinya juga menghambat pembentukan

cairan peradangan dan udema setempat. Prednison didindikasikan untuk alergi

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


10
(8)
dan peradangan . Contoh kortikosteroid yang umumnya digunakan pada pasien

ISPA adalah metilprednisolon, deksametasone dan lain – lain.

6. Dekongestan
Dekongestan digunakan untuk membuka saluran yang tersumbat (hidung

mampat) dengan jalan mengurangi pengembangan mukosa.


Pseudoefedrin Merupakan isomer dekstro dengan khasiat sama, daya

bronchodilatasinya lebih lemah. Obat ini banyak digunakan dalam sediaan

kombinasi untuk flu (8). Contoh lain obat – obat dekongestan yang dipakai pada

pasien ISPA adalah trifed, rhinos dan lain – lain.

7. Bronchodilator

Bronchodilator adalah obat yang membantu pernapasan anak dengan jalan

melebarkan saluran udara dan melonggarkan spasme (penyempitan) bronkus (7).

Salbutamol adalah obat yang biasa digunakan untuk mengobati sesak yang

merupakan gejala ISPA. Derivat isoprenalin ini merupakan adrenergikum

pertama yang pada dosis biasa memiliki daya kerja yang lebih kurang spesifik

terhadap reseptor β2, berdaya bronchodilatasi baik sehingga mampu mengatasi


(8)
sesak . Contoh bronchodilator yang umumnya digunakan pada pasien ISPA

adalah theofilin, meptin dan lain – lain.

8. Mukolitik
Mukolitik merupakan obat yang dipakai untuk mengencerkan mukus yang

kental, sehingga mudah untuk diekspektorasi. Perannya sebagai terapi

tambahan pada bronkhitis dan pneumonia (1).

Ambroksol memiliki mekanisme kerja yang sama dengan bromheksin HCl

yaitu sebagai mukolitik yang mengurangi kekentalan dahak dengan jalan

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


11
memutuskan serat-serat mukopolisakarida. Ambroksol HCl digunakan untuk
(8)
penyakit saluran pernapasan akut dan kronis yang disertai sekresi abnormal .

Contoh mukolitik yang umumnya digunakan pada pasien ISPA antara lain

bromhexin, erdostein dan lain – lain.

2.7 Kerangka konsep

Lembar Resep Pasien


Rawat Jalan RSUD Koja

Jumlah Lembar Resep


Pasien ISPA Anak

Jumlah Resep Rata-rata Peresepan berdasarkan


Jumlah R/ tiap kelas terapi
Lembar Resep

Jumlah Pasien Jumlah Pasien


ISPA berdasarkan ISPA berdasarkan
kelompok umur kelompok umur
anak anak

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


12
2.8 Definisi Operasional

No Variable Definisi Cara Hasil Ukur


Operasional Ukur

1 Jumlah Jumlah pasien Resep Kelompok umur anak (dari


pasien ISPA ISPA berdasarkan rekam medis RSUD Koja)
kelompok umur 1. 1. 0 – 28 hari
anak 2. 2. 28 – 1 tahun
3. 3. 1 – 4 tahun
4. 4. 5 – 14 tahun

2 Golongan golongan yang Resep Jumlah berdasarkan


paling banyak golongan obat :
diresepkan 1. Antibiotik
2. Mukolitik
3. Kortikosteroid
4. Antihistamin
5. Bronchodilator
6. Analgesik
7. Dekongestan
8. Obat lain/non ISPA

3 Jenis Obat Jenis obat yang Resep Jumlah berdasarkan jenis


paling sering obat yang diresepkan :
diresepkan 1. Cefixime
2. CTM
3. Prednison
4. Vectrin sirup
5. Parasetamol sirup

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


13
Bab III
Metode Penelitian

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif kuantitatif.

3.2 Tempat dan Waktu Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Koja, sedangkan

waktu pengambilan data pada 14 Mei 2012.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lembar resep pasien ISPA di

RSUD Koja periode Januari – Maret 2012.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh lembar resep pasien ISPA di

poliklinik anak di RSUD Koja periode Januari – Maret 2012.

3.4 Cara Pengumpulan Data


Dengan cara mengumpulkan data berupa lembar resep yang berisi obat ISPA,

data pasien ISPA dilihat berdasarkan buku daftar pasien anak yang berisi nama

pasien, umur, nomor rekam medis dan diagnosa penyakit, kemudian dilakukan

pencatatan data pasien ISPA dari lembar resep yang meliputi umur pasien,

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


14
golongan obat yang digunakan, jenis obat yang digunakan dan bentuk sediaan

yang diresepkan kedalam tabel yang telah dibuat.

3.5 Cara Pengolahan Data dan Analisis Data


Data yang sudah dimasukkan ke dalam formulir pengambilan data kemudian

diolah dan dianalisis menggunakan metode deskriptif. Pengolahan dan analisis

data dilakukan sebagai berikut :

1. Menghitung jumlah dan persentase pasien yang menderita ISPA berdasarkan

kelompok umur anak.

2. Menghitung jumlah dan persentase dari masing-masing obat berdasarkan kelas

terapi dan jenis obat.

3. Menyusun dan menyajikan data yang diperoleh dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi.

Bab IV
Gambaran Umum Tempat Pengambilan Data

4.1 RSUD Koja


Rumah Sakit Umum Daerah Koja (RSUD Koja) berawal dari sebuah pusat

pelayanan kesehatan sederhana yang dirintis oleh dr. Arif pada tanggal 8 Agustus

1952. Peletakan batu pertama pembangunan RSUD Koja dilakukan oleh gubernur

DKI Jakarta yang ketika itu dijabat oleh Bapak Syamsurizal. Penggunaannya

mulai diresmikan pada tahun 1954 yang bermula dari balai pengobatan umum dan

rumah bersalin yang secara bertahap menjadi Rumah Sakit Umum.

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


15
RSUD Koja adalah rumah sakit pemerintah DKI Jakarta yang berada di

wilayah Jakarta Utara yang merupakan rumah sakit kelas B non pendidikan, yang

secara organisatoris berada di wilayah Dinas Kesehatan DKI Jakarta, sedangkan

secara teknis operasional mengacu kepada Perda DKI Jakarta No. 74/2009 tentang

susunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum Daerah Dinas Kesehatan

DKI Jakarta.

4.2 Pelayanan Rawat Jalan

Instalasi rawat jalan RSUD Koja melayani kunjungan dari pukul 07.30 wib-

12.00 wib, dan beberapa dokter spesialistik melanjutkan pelayanan pada sore hari

mulai pukul 14.00 wib-16.00 wib. RSUD Koja memiliki poliklinik spesialistik

yang terdiri dari:

1. Spesialis Kulit dan Kelamin

2. Spesialis Anak

3. Spesialis Kebidanan

4. Spesialis Penyakit Dalam

5. Spesialis Jantung

6. Spesialis Bedah

7. Spesialis Jiwa

8. Spesialis Akupuntur

9. Spesialis Neurology (Saraf)

10. Spesialis Gigi

11. Spesialis Mata

12. Spesialis THT

13. Spesialis Paru

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


16
14. Spesialis Rehabilitasi Medis dan Gizi

Selain itu Instalasi Rawat Jalan juga ditunjang dengan beberapa Poliklinik Sub

Spesialis seperti :

1. Spesialis Bedah Orthopedi dan Trauma tologi (tulang)

2. Bedah Urology Saluran Kemih

3. Bedah Saraf

4. Spesialis gigi anak (Pedodontik)

5. Spesialis gigi Orthodontik

6. Spesialis Bedah Mulut

4.3 Instalasi Farmasi

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu unit di rumah sakit yang

merupakan fasilitas penyelenggara kefarmasian dibawah pimpinan seorang

farmasis dan memenuhi persyaratan secara hukum untuk mengadakan,

menyediakan dan mengelola seluruh aspek penyediaan perbekalan kesehatan di

Rumah Sakit Umum Daerah Koja yang secara struktural berada di bawah satuan

fungsional.

4.4 Pasien Pihak Ketiga

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


17
RSUD Koja melayani pasien dari berbagai kalangan. Dalam pelayanannya

dibagi menjadi tiga, yaitu pasien umum, Askes dan pihak ketiga. Pasien pihak

ketiga terdiri dari pasien Gakin, SKTM dan Jamkesmas.

a. Gakin

Syarat-syarat yang harus dilengkapi pasien untuk mengambil obat adalah

fotokopi rujukan dari puskesmas, fotokopi Kartu Keluarga dan fotokopi KTP

masing-masing satu lembar. Fotokopi kartu Gakin dan fotokopi resep dokter

masing-masing dua lembar.

b. SKTM

Syarat-syarat yang harus dilengkapi pasien untuk mengambil obat adalah

fotokopi KTP, fotokopi surat rujukan dari puskesmas dan fotokopi Kartu

Keluarga masing-masing satu lembar. Fotokopi resep dokter dan fotokopi Surat

Keterangan Tidak Mampu masing-masing dua lembar. Sebelum disetujui oleh

petugas farmasi, harus ada surat verifikasi yang ditebus di Sudinkes wilayah

setempat dengan status miskin maka dianggap SKTM dengan standar Gakin.

c. Jamkesmas

Syarat-syarat yang harus dilengkapi pasien untuk mengambil obat adalah

fotokopi Surat Pengantar dari RT dan fotokopi kartu Jamkesmas masing-masing

satu lembar serta fotokopi resep dokter sebanyak dua lembar.

4.5 Poliklinik Anak

Poliklinik anak RSUD Koja terletak di lantai I, melayani kunjungan dari

pukul 08.00 wib-12.00 wib dan melanjutkan pelayanan pada sore hari pukul 15.00

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


18
wib-17.00 wib. Dokter pada Poli Anak diantaranya adalah dr. Dewi Iriani, dr. Riza

Mansyur, dr. Bambang S dan dr. Yahya G Lubis.

Bab V

Hasil dan Pembahasan

5.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian terhadap peresepan Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (ISPA) di Instalasi Farmasi RSUD Koja periode Januari-Maret 2012,

diperoleh data sebanyak 223 lembar resep pasien rawat jalan poli anak seperti

perincian pada tabel 5.1 berikut :

Tabel 5.1 Pasien ISPA rawat jalan di Poliklinik Anak RSUD Koja periodeJanuari-
Maret 2012

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


19
No Kelompok usia Jenis kelamin Jumlah Persentase
Laki laki perempuan pasien (%)

1 0 – 28 hari 0 0 0 0
2 28 – 1 tahun 55 51 106 47.53
3 1 – 4 tahun 32 46 78 34.98
4 5 – 14 tahun 17 22 39 17.49
Total 104 119 223 100
% (46.64) (53.36)
*kelompok umur dari rekam medis RSUD Koja

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa jumlah pasien ISPA rawat jalan di Poliklinik

Anak RSUD Koja berdasarkan kelompok umur periode Januari – Maret 2012

yang terbanyak adalah umur 28 hari – 1 tahun sebanyak 106 pasien (47.53%) dan

dan yang paling sedikit adalah kelompok usia 5 – 14 tahun sebanyak 39 pasien

(17.49%). Sedangkan berdasarkan jenis kelamin yang lebih banyak pasien

perempuan 119 (53.36%) dibandingkan laki – laki sebanyak 104 orang (46.64%).

Tabel 5.2 Kelas terapi obat yang diresepkan pada pasien rawat jalan di Poliklinik
Anak RSUD Koja periode Januari-Maret 2012
No Kelas Terapi Lembar Jumlah Persentase
Resep R/ (%)
1 Antibiotik 188 192 84,30
2 Mukolitik 155 159 69,51
3 Kortikosteroid 133 133 59,64
4 Antihistamin 128 185 57,40
5 Bronchodilator 128 136 57,40
6 Analgetik – Antipiretik 114 120 51,12
7 Dekongestan 81 81 36,32
Total Lembar Resep (Total R/) 223 (1006)

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


20
Berdasarkan tabel 5.2 jumlah R/obat ISPA 1006 dan jumlah pasien 223 orang,

jadi setiap pasien mendapat 4R - 5R/. Tabel 5.2 menunjukkan bahwa diantara 223

lembar resep, lembar resep yang mengandung antibiotik sebanyak 188 lembar

(84.30%) dengan jumlah R/ sebanyak 192 R/. Peresepan obat ISPA yang paling

sedikit adalah dekongestan yaitu 81 lembar resep.

Tabel 5.3 Antibiotik yang diresepkan pada pasien rawat jalan di Poliklinik Anak
RSUD Koja periode Januari-Maret 2012
No Antibiotik Generik Dagang Jumlah Persentase
R/ (%)
1 Cefixime 41 38 79 41,15
2 Cefadroxil 39 14 53 27,60
3 Azitromicin 15 7 22 11,46
4 Erythromicin 0 10 10 5,21
5 Co Amoxiclav 1 8 9 4,69
6 Amoxicillin 5 1 6 3,13
7 Velodine 0 4 4 2,08
8 Chloramphenicol 3 0 3 1,56
9 Thiamphenicol 0 3 3 1,56
10 Cotrimoxazole sirup 2 0 2 1,04
11 Spiramycin 1 0 1 0,52
Total 107 85 192 100
% 55,73 44,57
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa jenis antibiotik yang paling sering

diresepkan dalam pengobatan ISPA pada pasien rawat jalan di Poliklinik anak

RSUD Koja adalah cefixime sebanyak 79 R/ (41,15%) dan antibiotik yang paling

sedikit diresepkan adalah cotrimoxazole syr sebanyak 2 R/ dan spiramicin

sebanyak 1 R/ (0,52%). Dari jumlah 192 R/ antibiotik, antibiotik dengan nama

generik yang paling banyak diresepkan yaitu sebanyak 107 R (55,73%)

dibandingkan antibiotik dengan nama dagang sebanyak 85 R/ (44,57%).

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


21
Tabel 5.4 Antihistamin yang diresepkan pada pasien rawat jalan di Poliklinik
Anak RSUD Koja periode Januari-Maret 2012
No Zat Aktif Generik Dagang Jumlah Persentase
R/ (%)
1 Chlorpheniramin Maleat 0 67 67 36.21
2 Ketotifen 0 51 51 27.57
3 Homochlorcyclizine 0 38 38 20.54
4 Cetirizin 10 6 16 8.65
5 Cyproheptadin 0 6 6 3.24
6 Dexchlorpheniramin maleat 0 6 6 3.24
7 Loratadin 1 0 1 0.54
Jumlah Total 11 174 185 100
% 5.95 94.05

Berdasarkan tabel 5.4 jenis antihistamin yang paling banyak diresepkan pada

pasien ISPA rawat jalan di Poliklinik anak RSUD Koja adalah CTM sebanyak 67

R/ (36,22%) dan yang paling sedikit loratadin sebanyak 1 R/ (0.54%).

Tabel 5.5 Mukolitik yang diresepkan pada pasien rawat jalan di Poliklinik Anak
RSUD Koja periode Januari-Maret 2012
No Zat Aktif Generik Dagang Jumlah Persentase
R/ (%)
1 Ambroxol 33 32 65 40.88
2 Erdostein 0 49 49 30.82
3 Bromhexin 10 35 45 28.30
Jumlah Total 43 116 159 100
% 27.04 72.96

Berdasarkan tabel 5.5 jenis mukolitik yang paling sering diresepkan pada

pasien rawat jalan di RSUD Koja adalah ambroxol sebanyak 65 R/ (40.88%) dan

yang paling sedikit adalah bromhexin sebanyak 45 R/ (28.30%).

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


22
Tabel 5.6 Jenis Bronchodilator yang diresepkan pada pasien rawat jalan di
Poliklinik Anak RSUD Koja periode Januari-Maret 2012
No Zat Aktif Nama Nama Jumlah Persentase
Generik Dagang R/ (%)
1 Salbutamol 45 28 73 53.68
2 Theofilin 34 7 41 30.15
3 Guaiphenesin 0 17 17 12.5
4 Procaterol 0 5 5 3.68
Jumlah Total 79 57 136 100
% 58.09 41.91

Berdasarkan tabel 5.6 jenis bronchodilator yang paling banyak diresepkan pada

pasien rawat jalan di poliklinik anak RSUD Koja adalah salbutamol sebanyak 73

R/ (53.68%) dan yang paling sedikit adalah procaterol sebanyak 5 R/ (3.68%).

Tabel 5.7 Kortikosteroida yang diresepkan pada pasien rawat jalan di Poliklinik
Anak RSUD Koja periode Januari-Maret 2012
No Zat Aktif Generik Dagang Jumlah Persentase
R/ (%)
1 Prednison 77 0 77 57,89
2 Metilprednisolone 20 24 44 33.08
4 Dexamethasone 11 0 11 8.27
5 Triamcinolone 0 1 1 0.75
Total 108 25 133 100
% 81.20 18.80

Berdasarkan tabel 5.7 jenis kortikosteroida yang paling sering diresepkan pada

pasien ISPA rawat jalan di poliklinik anak RSUD Koja adalah prednison yaitu

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


23
sebanyak 77 R (57,89%) dan yang paling sedikit adalah triamcinolon sebanyak 1

R/ (0,75%).

Tabel 5.8 Analgetik – Antipiretik yang diresepkan pada pasien rawat jalan di
Poliklinik Anak RSUD Koja periode Januari-Maret 2012
No Zat Aktif Generik Dagang Jumlah Persentase
R/ (%)
1 Paracetamol 57 35 92 76.67
2 Ibuprofen 10 16 26 21.67
3 Metamizol Sodium 0 2 2 1.67
Jumlah total 67 53 120 100
% 55.83 44.17

Tabel 5.8 Jenis analgetik – antipiretik yang paling banyak diresepkan pasien

ISPA poliklinik anak RSUD Koja adalah parasetamol sebanyak 92 R/ (76.67%)

dan yang paling sedikit adalah metamizol sebanyak 2 R/ (1.67%).

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan dari tabel 5.1 diperoleh jumlah pasien ISPA

rawat jalan di poliklinik anak RSUD Koja berdasarkan kelompok umur anak

periode Januari hingga Maret yang terbanyak adalah kelompok umur 28 hari – 1

tahun sebanyak 106 pasien (47.53%). Hal ini disebabkan karena bayi dan balita

umumnya sangat rentan terhadap berbagai penyakit (9). Dari jumlah pasien

sebanyak 223 pasien, sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar

119 orang (53,36%) dan sisanya laki – laki sebanyak 104 pasien (46,64%).

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


24
Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh kelas terapi yang paling banyak diresepkan

dalam pengobatan ISPA pada pasien rawat jalan di poliklinik anak RSUD Koja

adalah golongan antibiotik sebanyak 188 lembar (84,30%) dari 223 lembar resep.

Antibiotika merupakan golongan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit

akibat infeksi bakteri. Walaupun adakalanya tidak diperlukan antibiotika jika

penyebabnya adalah virus, namun untuk daerah yang belum memiliki fasilitas

biakan mikroorganisme akan menjadi masalah jika perjalanan penyakit

berlangsung cepat (4). Kelas terapi yang paling sedikit diresepkan adalah golongan

dekongestan sebanyak 81 lembar (36.32%) dari 223 lembar resep. Dekongestan

digunakan sebagai terapi simtomatik pada beberapa kasus infeksi saluran nafas

karena efeknya terhadap nasal yang meradang, sinus serta mukosa tuba eustachius
(1)
.

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa jenis antibiotik yang paling sering

diresepkan dalam pengobatan ISPA pada pasien rawat jalan di Poliklinik anak

RSUD Koja adalah cefixime sebanyak 79 R/ (41.15%). Cefixime merupakan

turunan sefalosporin generasi ketiga yang memiliki aktivitas yang kuat terhadap

kuman gram negatif dan lebih luas meliputi pseudomonas dan bakteroides (8). Dari

jumlah 192 R/ antibiotik, antibiotik dengan nama generik yang paling sering

diresepkan yaitu sebanyak 107 R/ (55.73%) dibandingkan antibiotik dengan nama

dagang sebesar 85 R/ (44,57%). Hampir tidak ada perbedaan antara peresepan

dengan nama generik dan dagang, seharusnya sebagai rumah sakit umum daerah

peresepan dengan nama generik harus lebih diutamakan.

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


25
Berdasarkan tabel 5.4 jenis antihistamin yang paling banyak diresepkan adalah

CTM sebanyak 67 R/ (36.21%). CTM merupakan antihistamin yang mempunyai

efek samping sedatif yang ringan dan sering kali digunakan dalam obat batuk (8).

Berdasarkan tabel 5.5 jenis mukolitik yang paling sering diresepkan pada

pasien rawat jalan di RSUD Koja adalah ambroxol sebanyak 65 R/ (40.88%).

Ambroxol adalah obat yang berdaya merombak dan melarutkan dahak sehingga

viskositasnya dikurangi dan pengeluarannya dipermudah. Zat yang berkhasiat

mukolitik ini efektif digunakan pada batuk dengan dahak yang kental sekali

seperti pada bronkhitis dan emfisema (8).

Berdasarkan tabel 5.6 jenis bronchodilator yang paling banyak diresepkan

pada pasien rawat jalan di poliklinik anak RSUD Koja adalah salbutamol

sebanyak 73 R/ (53.68%). Salbutamol bekerja selektif terhadap reseptor-β2

adrenergik (bronchosspasmolysis) dan praktis tidak terhadap reseptor-β1

(stimulasi jantung) (8).

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa jenis kortikosteroid yang paling

banyak diresepkan dalam pengobatan ISPA pada pasien rawat jalan di poliklinik

anak RSUD Koja adalah prednison sebanyak 77 R/ (57.89%). Prednison

merupakan salah satu kortikosteroid yang berkhasiat meniadakan efek mediator

seperti peradangan dan gatal – gatal. Penggunaannya terutama bermanfaat pada

infeksi bakteri untuk melawan reaksi peradangan (8).

Berdasarkan tabel 5.8 jenis analgetik – antipiretik yang paling banyak

diresepkan pasien ISPA rawat jalan di poliklinik anak RSUD Koja adalah

parasetamol sebanyak 92 R/ (76.67%). Demam sangat umum terjadi pada infeksi

saluran pernapasan akut. Penatalaksanaan demam tergantung dari apakah demam

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


26
itu tinggi atau rendah. Anak dengan demam tinggi biasanya diberi parasetamol

untuk menurunkan demamnya, karena anak dengan pneumonia akan lebih sulit

bernapas bila mengalami demam tinggi (7).

Bab VI

Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

Jumlah dan persentase peresepan ISPA pada pasien rawat jalan di Poliklinik

Anak RSUD Koja periode Januari-Maret 2012 adalah sebagai berikut:

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


27
1. Jumlah lembar resep pasien ISPA sebesar 223 lembar yang terdiri dari 119

(53,36%) pasien perempuan dan 104 (46,64%) pasien laki – laki. Kelompok

usia terbanyak adalah 28 hari – 1 tahun sebanyak 106 pasien (47,53%).

2. Peresepan pada pasien ISPA meliputi antibiotik, mukolitik, kortikosteroid,

antihistamin, bronkhodilator, analgetik – antipiretik dan dekongestan.

3. Antibiotik merupakan obat yang paling banyak diresepkan yaitu 84,30%

(188 pasien) dari total 223 pasien ISPA

4. Jenis obat yang paling banyak diresepkan cefixime 79 R/ (41,15%),

prednison sebesar 77 R/ (57,89%), CTM sebesar 67 R/ (36,22%), parasetamol

sebanyak 92 R/ (76.67%), ambroxol sebanyak 65 R/ (40.88%) dan salbutamol

sebanyak 73 R/ (53.68%).

5.2 Saran

1. Dapat melakukan penelitian yang lebih meluas mengenai peresepan ISPA di

Instalsi Farmasi RSUD Koja, misalnya dari Poli lain seperti Poli paru dan

lainnya.

2. Dapat dilakukan monitoring penggunaan antibiotik pada pasien yang mendapat

antibiotik lebih dari satu pada pasien ISPA di Poliklinik Anak RSUD Koja.

Daftar Pustaka

1. Anonim, 2006, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran


Pernapasan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
2. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) Ketahui dan Waspadailah,
http://www.benih.net, diakses pada tanggal 29 April 2012.

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


28
3. Pengaruh Sanitasi Rumah Terhadap ISPA pada Balita,
http://cooliwan.wordpress.com, 2011, diakses pada tanggal 29 April 2012.
4. Misnadiarly, 2008, Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Pneumonia pada
Anak, Orang dewasa, Usia Lanjut, edisi 1, Pustaka Obor Populer, Jakarta.
5. Anonim, 2004, Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Akut untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
6. Anonim, 1985, Hindarkan Anak Ibu dari Bahaya Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA), Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
7. Anonim, 2010, Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
8. Tjay,T.H, Rahardja,K, 2007, Obat-Obat Penting, Edisi VI, PT. Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.
9. Eveline,P.N, Djamaludin,N, 2010, Panduan pintar merawat bayi dan balita,
119, PT. WahyuMedia, Jakarta.
10. http://www.dexa-medica.com/newsandmedia/news/detail.

JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2012


29

Anda mungkin juga menyukai