Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN ISPA


DI DAERAH TEGAL KAMULYAN

DI SUSUN OLEH :
NAMA : KASIYATUN ROLIYAH
NIM : 106115041

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-ISYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
Tahun 2017-2018
A. Pengertian
Infeksi Saluran Pernapasan Atas sering disingkat dengan ISPA. Istilah
ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections
(ARI). ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan atas
dengan pengertian (Yudarmawan, 2012), sebagai berikut:
a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan
pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas,
saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan
organ adneksa saluran pernapasan. Dengan batasan ini, jaringan paru
termasuk dalam saluran pernapasan (respiratory tract).
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.
Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari.
Menurut WHO (2007), Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh
agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia. Timbulnya gejala
biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari.
Menurut Depkes RI (2005), Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
adalah penyakit Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih
dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran
bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah
dan pleura.

2
B. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus,
Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus
penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus,
Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
(Suriadi,Yuliani R,2001)
Faktor resiko terkena ISPA :
1. Tertular dari penderita ISPA
2. Daya tahan tubuh yang kurang
3. Kurangnya sirkulasi udara dalam rumah
4. Rumah kumuh
5. Gizi yang kurang

C. Manifestasi Klinis
1. Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
a. Batuk
b. Nafas cepat
c. Bersin
d. Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
e. Nyeri kepala
f. Demam ringan
g. Tidak enak badan
h. Hidung tersumbat
i. Kadang-kadang sakit saat menelan
2. Tanda-tanda bahaya klinis ISPA
a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas
lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
3
c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit
kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma. Pada hal umum
adalah : letih dan berkeringat banyak
(Naning R,2002)

D. Klasifikasi
1. Ringan : batuk, demam, pilek
2. Sedang : batuk, pilek, demam, sesak nafas
3. Berat : batuk, pilek, tarikan dinding dada

E. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke
atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks
spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983
dalam DepKes RI, 1992).

4
F. Pathways

5
G. Komplikasi
1. Penemonia
2. Bronchitis
3. Sinusitis
4. Laryngitis
5. Kejang deman (Soegijanto, S, 2009)

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adanya thrombositopenia dan,
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Suryadi, Yuliani R, 2001)

I. Penatalaksanaan :
Terapi yang diberikan pada penyakit ini biasanya pemberian antibiotik
walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat sembuh
dengan sendirinya tanpa pemberian obat obatan terapeutik, pemberian
antibiotik dapat mempercepat penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya
pemberian obat obatan symptomatic, selain itu dengan pemberian antibiotik
dapat mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari bakterial, pemberian,
pemilihan antibiotik pada penyakit ini harus diperhatikan dengan baik agar
tidak terjadi resistensi kuman/ baterial di kemudian hari. Namun pada
penyakit ISPA yang sudah berlanjut dengan gejala dahak dan ingus yg sudah
menjadi hijau, pemberian antibiotik merupakan keharusan karena dengan
gejala tersebut membuktikan sudah ada bakteri yg terlibat. Upaya pencegahan
penyakit ISPA:
1. Tetap menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang
bergizi.
6
2. Pada bayi / anak dilakukan imunisasi.
3. Selalu menjaga kebersihan baik kebersihan pribadi maupun
lingkungantempat tinggal.
4. Mencegah anak agar tidak berhubungan dengan penderita ISPA.

Upaya pengobatan dan perawatan ISPA:


1. Jika terserang penyakit ISPA harus banyak istirahat.
2. Meningkatkan asupan makanan bergizi.
3. Jika demam beri kompres hangat dan banyak minum ( pada bayi ASI
tetap diteruskan ) gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat,
bila perlu diberikan parasetamol.
4. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan tisu,
kemudian tisu dibuang ke tempat sampah.
5. Jika batuk dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional misalnya :
a. Herbal jeruk nipis, caranya 1 buah jeruk nipis diambil airnya dan
tambahkan 2 sendok makan madu. Kemudian aduk hingga rata.
Ramuan ini diminum 2 kali sehari.
b. Herbal belimbing wuluh, caranya 10 buah belimbing wuluh, dicuci,
kemudian dihaluskan. Tambahkan 1 cangkir air masak dan sedikit
garam. Peras dan saring. Ramuan ini diminum 2 kali sehari.
(DepKes RI.1992)

J. Masalah Keperawatan/ Kolaborasi


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis
3. Defisit pengetahuan berhubungan kurangnya informasi

7
K. Intervensi
N Diagnosa Tujuan Intervensi
o
1 Ketidakefektif Setelah dilakukan tindakan Airway Management
an bersihan keperawatan selama 3 X 24 1. Posisikan Pasien untuk
jalan nafas kunjungan diharapkan masalah memaksimalkan ventilasi
berhubungan bersihan jalan nafas dapat teratasi 2. Lakukan fisioterapi dada jika
dengan Kretria hasil perlu
penumpukan Respiratory Status : Airway 3. Keluarkan sekret dengan batuk
sekret Patency efektif
Indikator IR ER 4. Auskultasi suara nafas
- Frekuensi nafas tambahan
sesuai yang 5. Monitor status O2 dan respirasi
diharapkan 6. Pemberian obat herbal
- Pengeluaran sputum 7. Anjurkan klien untuk minum
- Bebas dari suara yang hangat
tambahan 8. Masase punggung dan dada
Keterangan : klien
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan

8
2 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Pain management.
agen injuri keperawatan selama 3 x 45 1. Lakukan pengkajian secara
biologi kunjungan, diharapkan nyeri komprehesif(lokasi,karaktristik,
dapat hilang atau berkurang. durasi,frekunsi,kualitas dan
Kretria hasil faktor predisosisi).
Pain Level 2. Observasi reaksi non verbaldan
ketidak nyamanan.
Indikator I E
R R 3. Gunakan komunikasi teraupetik
- Nyeri dapat hilang untuk mengetahui pengalaman
atau berkurang nyeri.
- Ekpresi wajah 4. Kurangi faktor predisposisi
tampak ceria 5. Pilih dan lakukan penangan
- Klien tidak terlihat nyeri(farmakologi,interpersonal)
menahan sakit 6. Anjarkan teknik non
farmakologi.
Keterangan : 7. Tingkatkan istirahat.
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan

9
3 Defisit Setelah dilakukan tindakan Status informasi
pengetahuan keperawatan selama 3 X 45 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
b.d kurangnya kunjungan, di harapkan pengetahuan dan keluarga
klien bertambah
informasi 2. Jelaskan patofisiologi dari
Kriteria Hasil :
penyakit dan bagaimana hal ini
Status pengetahuan
berhubungan dengan anatomi
Indikator IR ER
dan fisiologi, dengan cara yang
- Klien mengatakan
tepat.
mengerti
3. Gambarkan tanda dan gejala
- Pengetahuan klien
yang biasa muncul pada
bertambah
penyakit, dengan cara yang tepat
Keterangan :
4. Gambarkan proses penyakit,
1. Keluhan ekstrim
dengan cara yang tepat
2. Keluhan berat
5. Identifikasi kemungkinan
3. Keluhan sedang
penyebab
4. Keluhan ringan
6. Sediakan informasi pada pasien
5. Tidak ada keluhan
tentang kondisi, dengan cara
yang tepat
7. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
8. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
9. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan

10
DAFTAR PUSTAKA
Meadow,Sir Roy dan Simen.2002.Lectus Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora
Aksara Pratama
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta
Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001-
2002,Philadelpia,USADepartemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman
Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk
Penanggulangan Pneumonia Pada Balita: Jakarta.
Soegijanto, S (2002). Ilmu penyakit anak; diagnosa dan penatalaksanaan.
Jakarta: Salemba medika

11

Anda mungkin juga menyukai