Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

“ISPA”

OLEH

LUSIANA EDA KORE RATU

20089142086

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2021
Konsep Dasar Penyakit

1. Defenisi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut Berdasarkan (Kemenkes RI , 2013),
merupakan penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya kematian pada anak,
Penyakit ISPA ini dapat menyebabkan terjadinya penyakit Pneumonia, Bronchitis
dan lainnya yang merupakan penyebab kematian anak yang ke empat dan kasus ini
terbanyak terjadi pada anak dibawah tahun. Pada tahun 2013 data dari Riskesdas
bahwa penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas dapat diakibatkan oleh virus /
bakteri yang yang ditandai dengan penderita panas dan disertai salah satu atau lebih
gejala (Batuk Berdahak, Nyeri saat menelan, Batuk Kering, dan Nyeri
tenggorokan(Sari, 2018).
ISPA adalah infeksi akut dari setiap bagian dari saluran pernapasan dan struktur
terkait termasuk paranasal sinus, telinga tengah dan rongga pleura (Agrina, Suyanto, &
Arneliwati, 2018)
2. Epidemiologi
Kejadian ISPA erat terkait dengan pengetahuan orangtua tentang ISPA,
karena orangtua sebagai penanggungjawab utama dalam pemeliharaan
kesejahteraan anak. Pada masa bayi masih sangat tergantung pada orangtua. Karena
itu diperlukan adanya penyebaran informasi kepada orangtua mengenai ISPA agar
orangtua dapat menyikapi lebih dini segala hal-hal yang berkaitan dengan ISPA.
ISPA mempunyai kontribusi 28% sebagai penyebab kematian pada bayi < 1
tahun, sebagai penyebab utama kematian pada bayi diduga karena penyakit ini
merupakan penyakit yang akut dan kualitas penatalaksanaannya belum memadai
(Dinkes, 2008).
Di Indonesia pada tahun 2010 ISPA menduduki peringkat pertama dari
sepuluh besar penyakit yang ada (Depkes RI, 2010). Ada 13 provinsi di Indonesia
yang memiliki prevalensi ISPA di atas rata-rata nasional, yaitu diatas 25,5%.
Provinsi itu adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Bengkulu, Bangka
Belitung, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Papua Barat, dan Papua. ISPA di
Jawa Tengah menduduk peringkat pertama dari angka kesakitan. Sukoharjo
menduduki peringkat 11 dari 35 Kabupaten di Jawa Tengah (Agrina et al., 2018).

3. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis penyakit bakteri, virus, jamur,
dan aspirasi. Beberapa diantaranya
1) Bakteri : Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus
pyogenes, Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan influenza.
2) Virus : Influenza, adenovirus, sitomegalovirus.
3) Jamur : Aspergiius sp., Candida albicans, dan Histoplasma.
4) Aspirasi : Makanan, asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak
biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-
bijian dan mainan plastik).

4. Klasifikasi
Menurut Depkes RI (2015):
1) ISPA ringan adalah seorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan
gejala batuk,pilek dan sesak.
2) ISPA sedang apabila timbul gejala-gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari
39ºC dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.
3) ISPA berat apabila kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu
makan menurun.

Klasifikasi ISPA :
1. Berdasarkan Lokasi Anatomik
Penyakit ISPA dapat dibagi dua berdasarkan lokasi anatominya, yaitu: ISPA
atas dan ISPA bawah. Contoh ISPA atas adalah batuk pilek (Common cold),
Pharingitis, Otitis, Flusalesma, Sinusitis dan lain-lain.ISPA bawah
diantaranya Bronchiolitis dan Pneumonia yang sangat berbahaya karena
dapat mengakibatkan kematian.
2. Berdasarkan Golongan Umur
Berdasarkan golongan umur, ISPA dapat diklasifikasikan atas 2 bagian yaitu
sebagai berikut:
a) Kelompok umur kurang dari 2 bulan, dibagi atas: Pneumonia berat
dan bukan Pneumonia. Pneumonia berat ditandai dengan adanya
nafas cepat, yaitu pernafasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih,
atau adanya tarikan dinding dada yang kuat pada dinding dada
bagian bawah ke dalam (severe chest indrawing), sedangkan bukan
pneumonia bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah
dan tidak ada nafas cepat.
b) Kelompok umur 2 bulan sampai kurang 5 tahun dibagi atas
pneumonia berat, pneumonia dan bukan pneumonia. Pneumonia
berat, bila disertai nafas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas.Pneumonia
didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai
adanya nafas cepat sesuai umur yaitu 40 kali permenit atau
lebih.Bukan pneumoni bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.
5. Tanda dan gejala
Secara umum yang sering di dapat adalah rhinitis, nyeri tenggorokan, batuk-
batuk dengan dahak kuning/putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis.Suhu
badan meningkat antara 4-7 hari, disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia,
mual, muntah-muntah dan insomnia. Kadang-kadang dapat juga terjadi diare. Bila
peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit (Christi,
Rahayuning, & Nugraheni, 2015)
Gejala ISPA pada balita secara umum sebagai berikut: batuk dengan dahak
kental, pilek, kesukaran bernapas (sesak napas), suara serak, nyeri tenggorokan, suhu
tubuh yang cenderung meningkat, sakit kepala, lesu, gelisah, nafsu makan menurun
(Dewi & Sardin, 2018)

6. Patofisiologi
Penyakit ISPA disebabkan oleh virus dan bakteri yang disebarkan melalui
saluran pernafasan yang kemudian dihirup dan masuk ke dalam tubuh, sehingga
menyebabkan respon pertahanan bergerak yang kemudian masuk dan menempel
pada saluran pernafasan yang menyebabkan reaksi imun menurun dan dapat
menginfeksi saluran pernafasan yang mengakibatkan sekresi mucus meningkat dan
mengakibatkan saluran nafas tersumbat dan mengakibatkan sesak nafas dan batuk
produktif.
Ketika saluran pernafasan telah terinfeksi oleh virus dan bakteri yang
kemudian terjadi reaksi inflamasi yang ditandai dengan rubor dan dolor yang
mengakibatkan aliran darah meningkat pada daerah inflamasi dengan tanda
kemerahan pada faring mengakibatkan hipersensitifitas meningkat dan
menyebabkan timbulnya nyeri. Tanda inflamasi berikutnya adalah kalor, yang
mengakibatkan suhu tubuh meningkat dan menyebabkan hipertermi yang
mengakibatkan peningkatan kebutuhan cairan yang kemudian mengalami dehidrasi.
Tumor, adanya pembesaran pada tonsil yang mengakibatkan kesulitan dalam
menelan yang menyebabkan intake nutrisi dan cairan inadekuat. Fungsiolesa,
adanya kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernafasan sehingga
meningkatkan kerja kelenjar mucus dan cairan mucus meningkat yang
menyebabkan batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder
bakteri. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mucus bertambah banyak
dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga menimbulkan sesak nafas dan juga
menyebabkan batuk yang produktif.
Dampak infeksi sekunder bakteri pun bisa menyerang saluran nafas bawah,
sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan
atas, setelah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga
menyebabkan pneumonia bakteri.
7. WOC

8. Pemeriksaan Fisik
1) Identitas pasien
2) Riwayat penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit dahulu
4) Riwayat penyakit keluarga
5) Kepala dan leher : bentuk kepala dan leher, adanya pembengkakan, adanya
lesi
6) System integumen :kaji turgor kulit, adanya lesi, ulkus, tekstur rambut dan
kuku
7) System kardiovaskular : perfusi jaringan menurun, nadi perifer melemah,
takikardi, hipertensi
8) System gastrointestinal : mual, muntah, diare

9) System urinaria : poliurine, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas dan
sakit saat kencing.

IX. Pemeriksaan Diagnostik


Pada pemeriksaan Laboratorium ditemukan gambaran sebagai berikut:
a) Hb menurun, nilai normal L: 13-16gr%, P: 12-14gr%
b) Leukosit meningkat, nilain normal 500-1000/mm3
c) Eritrosit menurun, nilai normal 4,5-5,5 juta/mm3
d) Urine biasanya lebih tua, mungkin terdapat albuminuria karena suhu tubuh
meningkat

X. Penatalaksanaan
Obat –obat yang digunakan antara lain :
a) Antagonis kalsium, untuk memperbaiki relaksasi miokard dan menimbulkan
vasodilatasi koroner.
b) Beta bloker, untuk mengatasi takikardia dan memperbaiki pengisian
ventrikel.
c) Diuretika, untuk gagal jantung disertai udem paru akibat disfungsi diastolik. 
Bila tanda udem paru sudah hilang, maka pemberian diuretika harus hati-hati
agar jangan sampai terjadi hipovolemia dimana pengisian ventrikel
berkurang sehingga curah jantung dan tekanan darah menurun.
d) Pemberian antagonis kalsium dan beta bloker harus diperhatikan karena
keduanya dapat menurunkan kontraktilitas miokard sehingga memperberat
kegagalan jantung.
e) Dukungan diet : Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau
menghilangkan edema.

XI. Komplikasi
a) Penemonia.
b) Bronchitis.
c) Sinusitis.
d) Laryngitis.
e) Kejang deman.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian Keperawatan
a) Identitas pasien
b) Keluhan Utama : Klien mengeluh demam, batuk , pilek, sakit tenggorokan.
c) Riwayat penyakit sekarang : Dua hari sebelumnya klien mengalami demam
mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan
menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
d) Riwayat penyakit dahulu : Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami
penyakit sekarang
e) Riwayat penyakit keluarga : Menurut pengakuan klien,anggota keluarga ada
juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut
f) Riwayat sosial : Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang
berdebu dan padat penduduknya
g) Kepala dan leher : bentuk kepala dan leher, adanya pembengkakan, adanya
lesi
h) System integumen :kaji turgor kulit, adanya lesi, ulkus, tekstur rambut dan
kuku
i) System kardiovaskular : perfusi jaringan menurun, nadi perifer melemah,
takikardi, hipertensi
j) System gastrointestinal : mual, muntah, diare
k) System urinaria : poliurine, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas dan
sakit saat kencing.
II. Diagnosa Keperawatan
a) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d penumpukan sekret

b) hipertermi b/d proses infeksi

c) Intoleransi aktivitas b/d fatique

III. Rencana Asuhan Keperawatan


No Diagnosa NOC NIC

1 Ketidakefektifa  Respiratory status :  Monitor status


n bersihan jalan Ventilation pernafasan
nafas b/d  Respiratory : Airway paten  Keluarkan secret
penumpukan Setelah diberikan asuhan dengan batuk atau
secret keperawatan selama… x 24 jam suction
diharapkan bersihan jalan nafas  Ajarkan keluarga cara
efektif teratasi dengan kriteria batuk efektif atau
hasil : suction
a) Batuk efektif dan suara  Kolaborasi dengan
nafas bersih tidak ada dokter dalam
diagnosis dan dispnea pemberian obat
b) Jalan nafas paten
c) Dapat mengidentifikasi dan
menjaga jalan nafas
2 Hipertermi b/d  Thermoregulation  Monitor TTV
proses infeksi Setelah diberikan asuhan  Berikan pengobatan
keperawatan selama… x 24 jam untuk mengatasi
diharapkan hipertermi teratasi demam
dengan kriteria hasil :  Anjurkan klien untuk
Criteria Hasil : mengompres
 Suhu tubuh dalam rentang  Colaborasi dengan
normal dokter terkait
 Nadi, RR dalam rentang pemberian obat
normal
 Tidak ada perubahan warna
kulit dan tidak adanya
pusing
3 Intoleransi  Self care : ADLS Aktivitas  Observasi adanya
aktivitas Konservasi Energi pembatasan klien
Setelah diberikan asuhan dalam melakukan
keperawatan selama… x 24 jam aktivitas fisik
diharapkan intoleransi aktivitas  Bantu klien
teratasi dengan kriteria hasil : mengidentifikasi
1. Berpartisipasilah dalam aktivitas yang mampu
aktivitas fisik tanpa dilakukan
peningkatan TTV  Pasien dan keluarga
2. Mampu melakukan mengidentifikasi
aktivitas sehari-hari secara kekurangan dalam
mandiri aktivitas
3. Keseimbangan aktivitas  Kolaborasi dengan
dan istirahat tenaga rehabilitas

Daftar Pustaka
Agrina, Suyanto, & Arneliwati. (2018). Analisa Aspek Balita Terhadap Kejadian Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Di Rumah. 5(2), 115–120.

https://doi.org/10.22219/jk.v5i2.2340

Christi, H., Rahayuning, D., & Nugraheni, S. A. (2015). Faktor - Faktor yang Berhubungan

dengan Kejadian ISPA Pada Bayi Usia 6 - 12 Bulan yang Memiliki Status Gizi

Normal. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(2), 107–117.

Dewi, C. F., & Sardin, E. (2018). KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DUSUN PERANG

DESA CIRENG KABUPATEN MANGGARAI TAHUN 2018. (10), 57–62.

Gloria M Bulechek, dkk. Nursing Interventions Classification (NIC). 6 th Edition

Herdiman, T. Heater & Kamitsuru Shigemi. (2017). NANDA Internasional Nursing

Diagnosis ; Definition & Klarisikasi 2018-2020

Sari, N. (2018). Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (Ispa) Pada Balita Di Desa Marendal I Pasar V Kab. Deli Serdang

Tahun 2018. Jurnal Penelitian Kesmasy, 1(2), 98–103.

Sue, Moorhead , dkk. Nursing Outcome Clasification (NOC). 5 th Edition

Anda mungkin juga menyukai