DISUSUN OLEH :
MARDIANA
Nim. 201133040
OLEH :
MARDIANA
Nim. 201133040
(________________________________) (____________________________)
VISI DAN
MISI
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di
Tingkat Regional Tahun 2020"
MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional.
BAB 1
KONSEP DASAR
A. Definisi
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk
tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali
dalam kurun waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019). Diare adalah kondisi
dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali
atau lebih) dalam satu hari (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan, 2011).
Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalah suatu
keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan
atau tanpa darah dan tanpa lendir.
B. Etiologi
Etiologi pada diare menurut Yuliastati & Arnis (2016) ialah :
1. Infeksi enteral yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran pencernaan
dimana merupakan penyebab diare pada anak, kuman meliputi infeksi
bakteri, virus, parasite, protozoa, serta jamur dan bakteri
2. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan
seperti pada otitis media, tonsilitis, bronchopneumonia serta encephalitis
dan biasanya banyak terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun.
3. Faktor malabsorpsi, dimana malabsorpsi ini biasa terjadi terhadap
karbohidrat seperti disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), malabsorpsi
protein dan lemak.
4. Faktor Risiko
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan (2011) faktor risiko terjadinya diare adalah:
a. Faktor perilaku yang meliputi :
1) Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan
makanan pendamping/MP, ASI terlalu dini akan mempercepat
bayi kontak terhadap kuman.
2) Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena
penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu.
3) Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum
memberi ASI/makan, setelah buang air besar (BAB), dan setelah
membersihkan BAB anak.
4) Penyimpanan makanan yang tidak higienis.
5) Faktor lingkungan antara lain:
6) Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya
ketersediaan mandi cuci kakus (MCK).
C. Klasifikasi
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut :
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah sebagai
berikut :
1. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan
empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
Sedangkan manifestasi klinis menurut Elin (2009) dalam Nuraarif & Kusuma
(2015) yaitu :
1. Diare Akut
- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas- gas dalam
perut, rasa tidak enak, nyeri perut
- Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
- Demam
2. Diare Kronik
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
- Penurunan BB dan nafsu makan
- Demam indikasi terjadi infeksi
- Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah. Bentuk
Klinis diare dapat dilihat pada tabel berikut :
E. Komplikasi Diare
Beberapa komplikasi yang diakibatkan diare, antara lain:
1. Dehidrasi ringan hingga berat.
2. Sepsis, infeksi berat yang bisa menyebar ke organ lain.
3. Malnutrisi terutama pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun, yang
dapat mengakibatkan menurunnya kekebalan tubuh anak.
4. Ketidakseimbangan elektrolit karena elektrolit ikut terbuang bersama air
yang keluar saat diare, yang dapat ditandai dengan lemas, lumpuh,
hingga kejang.
5. Kulit di sekitar anus mengalami iritasi karena pH tinja yang asam.
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada diagnos
medis diare adalah :
Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis, Ph
dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses (colok dubur).
6) Antibiotik Selektif
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah
atau diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain.
Efek samping dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah
timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang disebabkan
oleh antibiotik.
7) Nasihat kepada orang tua/pengasuh
8) Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara
pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera
membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
- Buang air besar cair lebih sering
- Muntah berulang-ulang
- Mengalami rasa haus yang nyata
- Makan atau minum sedikit
- Demam
- Tinjanya berdarah
- Tidak membaik dalam 3 hari
BAB II
WOC
Diare
Gangguan
keseimbangan cairan & Asidosis metabolik Nafsu makan menurun
elektrolit
Gangguan pertukaran
gas
Risiko
Risiko
ketidakaseimbangan
cairan Hipovolemia
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11
bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi,
hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak
yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai
terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan
kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi.
Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran :
3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari
14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah
dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan.
B. Masalah keperawatan
1. Ansietas
2. Diare
3. Risiko ketidakaseimbangan cairan
4. Gangguan pertukaran gas
5. Risiko hipovolemia
6. Defisit nutrisi
C. Perencanaan (Luaran Keperawatan)
1. Ansietas
Tingkat ansietas (L.09093)
Ekspektasi : menurun
Kriteria hasil :
- Perilaku gelisah menurun
- Perilaku tegang menurun
- Konsentrasi membaik
- Pola tidur membaik
2. Diare
Eliminasi fekal (L.04033)
Ekspektasi : membaik
Kriteria hasil :
- Kontrol pengeluaran feses menurun
- Keluhan defekasi lama dan sulit menurun
- Distensi abdomen menurun
- Nyeri abdomen menurun
- Konsistensi feses membaik
- Frekuensi defekasi membaik
- Peristaltik usus membaik
3. Risiko ketidakaseimbangan cairan
Keseimbagan cairan (L.05020)
Ekspektasi : meningkat
Kriteria hasil :
- Edema menurun
- Dehidrasi menurun
- Tekanan darah membaik
- Denyut nadi radial membaik
- Membran mukosa membaik
- Mata cekung membaik
- Turgor kulit membaik
- Berat badan membaik
4. Gangguan pertukaran gas
Pertukaran gas (L.01003)
Ekspektasi : meningkat
Kriteria hasil :
- Dispnea menurun
- Pusing menurun
- Gelisah menurun
- Pola napas membaik
- Warna kulit membaik
5. Risiko hipovolemia
Status cairan (L.03028)
Ekspektasi : membaik
Kriteria hasil :
- Kekuatan nadi menurun
- Turgor kulit meningkat
- Frekuensi nadi membaik
- Tekana darah membaik
- Membran mukosa membaik
6. Defisit nutrisi
Status nutrisi (L.03030)
Ekspektasi : membaik
Kriteria hasil :
- Porsi makan meningkta
- Nyeri abdomen menurun
- Berat badan membaik
- Imt membaik
- Bising usus membaik
D. Intervensi
1. Ansietas
Reduksi ansietas (I.09314)
Observasi :
- Identifikasi tingkat ansietas
- Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Edukasi
- Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan
prognosis
- Anjurkan keluarga pasien untuk selalu menemani pasien
2. Diare
Observasi :
- Identifikasi penyebab diare
- Identifikasi riwayat pemberian makanan
Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
- Pasang jalur intravena
- Berkan cairan intravena
Edukasi
- Anjurkan makanan porsi kecil dan sering
- Anjurkan menghindari makana pedas dan bergas
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian obat
3. Risiko ketidakaseimbangan cairan
Observasi :
- Monitor status hidrasi
Terapeutik
- Catat intake – output dan hitung BC 24 jam
- Berikan asupan cairan
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian diuretik
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pematauan
- Informasikan hasil pemantauan
5. Risiko hipovolemia
Observasi :
- Periksa tanda dan gejala hipovolemia
- Monnitor intake output cairan
Terapeutik
- Hitung kebuthan cairan
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbayak asupan cairan
- Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
6. Defisit nutrisi
Observasi :
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Monitor berat badan
Terapeutik
- Fasilitasi menentukan pedoman diet
- Berikan makanan tinggi serat mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi protein dan tinggi kalori
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum maka
E. Aplikasi pemikiran kritis dalam asuhan keperawatan pada pasien
Aplikasi pemikiran kritis adapun dengan masalah gizinya yaitu mengalami
gangguan fungsi gastroentestinal serta mengalami penurunan berat badan
sebesar 22%. Oleh karena itu pasien diberikan diit rendah sisa sesuai dengan
keluhan yang dia alami yaitu sakit diare akut, dimana pasien harus
mendapatkan diet rendah sisa untuk meminimalisir gejala yang ditimbulkan
oleh penyakit tersebut.Serta ibu pasien juga diberikan edukasi gizi terkait
makanan yang sehat dan berperilaku PHBS. Berdasarkan monitoring asupan
makan selama intervensi dilakukan, setiap harinya mengalami peningkatan.
dimana dari hari pertama sampai hari ketiga energi 46% menjadi 69%, protein
49% menjadi53% , lemak 72% menjadi 105%, dan karbohidrat 34% menjadi
60% . Dimana sudah tidak ada lagi mual muntah, namun pasien masih
mengalami keluhan lemas, batuk, dan frekuensi BAB sudah
normal.Diharapkan ibu dapat mengawasi anaknya untuk tidak jajan yang
tidak sehat sehingga anak dapat terhindar dari resiko penyakit (Cusia, 2020).
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa, Jakarta gaya baru
Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta
Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik, Jakarta,
EGC
Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6.
EGC. Jakarta.
Cusia, I. A. (2020). Penatalaksanaan Asuhan Gizi Terstandard Pada Pasien
Diare Di Ruang Teratai Bawah Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong
Kabupaten Bogor Tahun 2020 (Doctoral Dissertation, Poltekkes
Tanjungkarang).
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta
Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya.
Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi
dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi
dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku
1, Ed.4, EGC, Jakarta
Sachasin Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatik. Alih bahasa : Manulang
R.F. Jakarta, EGC
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI,
Jakarta.
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta