Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GASTROENTERITIS AKUT DI RUMAH SAKIT UMUM YARSI
RUANG INTERNIS (PENYAKIT DALAM) PONTIANAK

DISUSUN OLEH :

MARDIANA
Nim. 201133040

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GASTROENTERITIS AKUT DI
RUMAH SAKIT UMUM YARSI RUANG INTERNIS
(PENYAKIT DALAM) PONTIANAK

OLEH :

MARDIANA
Nim. 201133040

Pontianak, Maret 2020


Mengetahui

Clinical Teacher Clinical Instructure

(________________________________) (____________________________)
VISI DAN
MISI
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di
Tingkat Regional Tahun 2020"

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis  Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional.
BAB 1
KONSEP DASAR

A. Definisi
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk
tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali
dalam kurun waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019). Diare adalah kondisi
dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali
atau lebih) dalam satu hari (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan, 2011).
Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalah suatu
keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan
atau tanpa darah dan tanpa lendir.
B. Etiologi
Etiologi pada diare menurut Yuliastati & Arnis (2016) ialah :
1. Infeksi enteral yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran pencernaan
dimana merupakan penyebab diare pada anak, kuman meliputi infeksi
bakteri, virus, parasite, protozoa, serta jamur dan bakteri

2. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan
seperti pada otitis media, tonsilitis, bronchopneumonia serta encephalitis
dan biasanya banyak terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun.
3. Faktor malabsorpsi, dimana malabsorpsi ini biasa terjadi terhadap
karbohidrat seperti disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), malabsorpsi
protein dan lemak.
4. Faktor Risiko
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan (2011) faktor risiko terjadinya diare adalah:
a. Faktor perilaku yang meliputi :
1) Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan
makanan pendamping/MP, ASI terlalu dini akan mempercepat
bayi kontak terhadap kuman.
2) Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena
penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu.
3) Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum
memberi ASI/makan, setelah buang air besar (BAB), dan setelah
membersihkan BAB anak.
4) Penyimpanan makanan yang tidak higienis.
5) Faktor lingkungan antara lain:
6) Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya
ketersediaan mandi cuci kakus (MCK).
C. Klasifikasi
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut :

Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare


Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan
- Tidak terdapat cukup - Beri cairan dan makanan
Terdapat 2 atau lebih tanda
tanda untuk untuk menangani diare di
: - Beri cairan untuk diare
diklasifikasikan sebagai rumah
Tanpa - Letargis/tidak sadar dengan dehidrasi berat
Dehidrasi dehidrasi ringan atau berat - Nasehati ibu kapan
dehidrasi - Mata kecung
berat kembali segera
- Tidak bisa minum atau
- Kunjungan ulang dalam
malas minum
waktu 5 hari jika tidak
- Cubitan kulit perut
membaik
kembali sangat ( ≥ 2 detik)
Terdapat 2 atau lebih
tanda : - Beri anak cairan dengan
Dehidrasi
- Rewel, gelisah makanan untuk dehidrasi
ringan atau
- Mata cekung ringan
sedang
- Minum dengan lahap,
haus Setelah rehidrasi, nasehati
- Cubitan kulit kembali
dengan lambat ibu untuk penanganan di
rumah dan kapan kembali
segera
Sumber : Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi, 2015

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah sebagai
berikut :
1. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan
empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.

6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan daran


menurun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran
menurun (apatis,samnolen,spoor,komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diueresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam.

Sedangkan manifestasi klinis menurut Elin (2009) dalam Nuraarif & Kusuma
(2015) yaitu :
1. Diare Akut
- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas- gas dalam
perut, rasa tidak enak, nyeri perut
- Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
- Demam
2. Diare Kronik
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
- Penurunan BB dan nafsu makan
- Demam indikasi terjadi infeksi
- Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah. Bentuk
Klinis diare dapat dilihat pada tabel berikut :

Bentuk klinis diare

Diagnosa Didasarkan pada keadaan


- Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung
Diare cair akut kurang
dari 14 hari
- Tidak mengandung darah

Kolera - Diare yang sering dan banyak akan cepat


menimbulkan dehidrasi berat, atau
- Diare dengan dehidrasi berat selama terjadi KLB
kolera, atau
- Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V.
Cholera 01 atau 0139
Disentri - Diare berdarah ( terlihat atau dilaporkan )
Diare persisten - Diare berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan gizi - Diare apapun yang disertai gizi buruk
buruk
Diare terkait - Mendapat pengobatan antibiotikoral spectrum
antibiotika luas
(Antibiotic
Associated
Diarrhea)
Invaginasi - Dominan darah dan lender dalam tinja
- Massa intra abdominal ( abdominal mass)
- Tangisan keras dan kepucatan pada bayi
Sumber: Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi, 2015

E. Komplikasi Diare
Beberapa komplikasi yang diakibatkan diare, antara lain:
1. Dehidrasi ringan hingga berat.
2. Sepsis, infeksi berat yang bisa menyebar ke organ lain.
3. Malnutrisi terutama pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun, yang
dapat mengakibatkan menurunnya kekebalan tubuh anak.
4. Ketidakseimbangan elektrolit karena elektrolit ikut terbuang bersama air
yang keluar saat diare, yang dapat ditandai dengan lemas, lumpuh,
hingga kejang.
5. Kulit di sekitar anus mengalami iritasi karena pH tinja yang asam.
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada diagnos
medis diare adalah :
Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis, Ph
dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses (colok dubur).

1. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan


asam basa.
2. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
3. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfat.
G. Penatalaksanaan
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan (2011) program lima langkah tuntaskan diare yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah.
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa
anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam
tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk
mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh
sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang
terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita
diare.
a. Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendasikan Oralit dengan
osmolaritas rendah. Berdasarkan penelitian dengan Oralit osmolaritas
rendah diberikan kepada penderita diare akan:
- Mengurangi volume tinja hingga 25%
- Mengurangi mual muntah hingga 30%
- Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena
sampai 33%.

Aturan pemberian oralit menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat


dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak


mencret
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak
mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak
mencret

2) Dehidrasi ringan bia terjadi penurunan berat badan 2,5%-5%


Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kgbb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
Puskesmas. Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan
dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit.
Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan.
Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi
muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-
lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini
dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.

4) Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut


Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk
kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan
menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk
menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan
zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak
tetap sehat. Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting
untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh
akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare.
Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat
diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga
agar anak tetap sehat.

Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu


sekitar 30 detik. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan
dosis sebagai berikut:
- Balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ hari
- Balita umur ≥ 6 bulan: 1 tablet (20 mg)/ hari
5) Pemberian Makan

Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6


bulan ke atas) penderita diare akan membantu anak tetap
kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Sering sekali balita yang terkena diare jika tidak
diberikan asupan makanan yang sesuai umur dan bergizi
akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak kurang
gizi akan meningkatkan risiko anak terkena diare
kembali. Oleh karena perlu diperhatikan:
- Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar
tetap menyusui bahkan meningkatkan pemberian ASI
selama diare dan selama masa penyembuhan (bayi 0 –
24 bulan atau lebih).
- Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada
bayi berusia 0-6 bulan, jika bayinya sudah diberikan
makanan lain atau susu formula berikan konseling
kepada ibu agar kembali menyusui eksklusif. Dengan
menyusu lebih sering maka produksi ASI akan
meningkat dan diberikan kepada bayi untuk
mempercepat kesembuhan karena ASI memiliki
antibodi yang penting untuk meningkatkan kekebalan
tubuh bayi.
- Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian
makan. Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai
umur pada bayi 6 – 24 bulan dan sejak balita berusia 1
tahun sudah dapat diberikan makanan keluarga secara
bertahap. Setelah diare berhenti pemberian makanan
ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu
pemulihan berat badan anak.

6) Antibiotik Selektif
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah
atau diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain.
Efek samping dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah
timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang disebabkan
oleh antibiotik.
7) Nasihat kepada orang tua/pengasuh
8) Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara
pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera
membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
- Buang air besar cair lebih sering
- Muntah berulang-ulang
- Mengalami rasa haus yang nyata
- Makan atau minum sedikit
- Demam
- Tinjanya berdarah
- Tidak membaik dalam 3 hari
BAB II
WOC

Infeksi Makanan Psikologi

Berkembang di usus Toksik tak dapat di


serap
Ansietas

Hipersekresi air & Malabsorbsi KH,


elektrolit Hiperperistaltik lemak, protein

Isi usus Meningkatkan


Penyerapan
tekanan osmotik
makanan di usus
menurun
Pergeseran air dan
elektrolit ke usus

Diare

Frekuensi BAB Distensi abdomen


meningkat

Hilang cairan Gangguan integritas


elektrolit berlebihan kulit perianal
Mual muntah

Gangguan
keseimbangan cairan & Asidosis metabolik Nafsu makan menurun
elektrolit

Dehidrasi Sesak Defisit nutrisi

Gangguan pertukaran
gas

Risiko
Risiko
ketidakaseimbangan
cairan Hipovolemia
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian

1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11
bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi,
hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak
yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai
terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan
kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi.
Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran :
3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari
14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah
dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan.

6. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
o Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5
kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
o Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm
ditahun kedua dan seterusnya.
o Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama
dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
o Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
o Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai
menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai
kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan
kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan
mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
o Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak
toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario
kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui
dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri,
jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag
terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat
berkembang pada diri anak.
o Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan,
bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
1. berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2
hitungan (GK)
2. Meniru membuat garis lurus (GH)
3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4. Melepasa pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup
pada anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt,
suhu meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin (waspada
syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada
daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-
400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
10. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium :
 feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi,
hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2
meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

B. Masalah keperawatan
1. Ansietas
2. Diare
3. Risiko ketidakaseimbangan cairan
4. Gangguan pertukaran gas
5. Risiko hipovolemia
6. Defisit nutrisi
C. Perencanaan (Luaran Keperawatan)
1. Ansietas
Tingkat ansietas (L.09093)
Ekspektasi : menurun
Kriteria hasil :
- Perilaku gelisah menurun
- Perilaku tegang menurun
- Konsentrasi membaik
- Pola tidur membaik

2. Diare
Eliminasi fekal (L.04033)
Ekspektasi : membaik
Kriteria hasil :
- Kontrol pengeluaran feses menurun
- Keluhan defekasi lama dan sulit menurun
- Distensi abdomen menurun
- Nyeri abdomen menurun
- Konsistensi feses membaik
- Frekuensi defekasi membaik
- Peristaltik usus membaik
3. Risiko ketidakaseimbangan cairan
Keseimbagan cairan (L.05020)
Ekspektasi : meningkat
Kriteria hasil :
- Edema menurun
- Dehidrasi menurun
- Tekanan darah membaik
- Denyut nadi radial membaik
- Membran mukosa membaik
- Mata cekung membaik
- Turgor kulit membaik
- Berat badan membaik
4. Gangguan pertukaran gas
Pertukaran gas (L.01003)
Ekspektasi : meningkat
Kriteria hasil :
- Dispnea menurun
- Pusing menurun
- Gelisah menurun
- Pola napas membaik
- Warna kulit membaik
5. Risiko hipovolemia
Status cairan (L.03028)
Ekspektasi : membaik
Kriteria hasil :
- Kekuatan nadi menurun
- Turgor kulit meningkat
- Frekuensi nadi membaik
- Tekana darah membaik
- Membran mukosa membaik
6. Defisit nutrisi
Status nutrisi (L.03030)
Ekspektasi : membaik
Kriteria hasil :
- Porsi makan meningkta
- Nyeri abdomen menurun
- Berat badan membaik
- Imt membaik
- Bising usus membaik

D. Intervensi
1. Ansietas
Reduksi ansietas (I.09314)
Observasi :
- Identifikasi tingkat ansietas
- Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan

Edukasi
- Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan
prognosis
- Anjurkan keluarga pasien untuk selalu menemani pasien
2. Diare
Observasi :
- Identifikasi penyebab diare
- Identifikasi riwayat pemberian makanan
Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
- Pasang jalur intravena
- Berkan cairan intravena

Edukasi
- Anjurkan makanan porsi kecil dan sering
- Anjurkan menghindari makana pedas dan bergas

Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian obat
3. Risiko ketidakaseimbangan cairan
Observasi :
- Monitor status hidrasi
Terapeutik
- Catat intake – output dan hitung BC 24 jam
- Berikan asupan cairan

Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian diuretik

4. Gangguan pertukaran gas


Observasi :
- Monnitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
- Monitor pola napas
- Monitor kemampuan batuk efektif
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi klien
- Dokumentasikan hasil pematauan

Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pematauan
- Informasikan hasil pemantauan
5. Risiko hipovolemia
Observasi :
- Periksa tanda dan gejala hipovolemia
- Monnitor intake output cairan
Terapeutik
- Hitung kebuthan cairan
- Berikan asupan cairan oral

Edukasi
- Anjurkan memperbayak asupan cairan
- Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
6. Defisit nutrisi
Observasi :
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Monitor berat badan
Terapeutik
- Fasilitasi menentukan pedoman diet
- Berikan makanan tinggi serat mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi protein dan tinggi kalori

Edukasi
- Anjurkan posisi duduk
- Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum maka
E. Aplikasi pemikiran kritis dalam asuhan keperawatan pada pasien
Aplikasi pemikiran kritis adapun dengan masalah gizinya yaitu mengalami
gangguan fungsi gastroentestinal serta mengalami penurunan berat badan
sebesar 22%. Oleh karena itu pasien diberikan diit rendah sisa sesuai dengan
keluhan yang dia alami yaitu sakit diare akut, dimana pasien harus
mendapatkan diet rendah sisa untuk meminimalisir gejala yang ditimbulkan
oleh penyakit tersebut.Serta ibu pasien juga diberikan edukasi gizi terkait
makanan yang sehat dan berperilaku PHBS. Berdasarkan monitoring asupan
makan selama intervensi dilakukan, setiap harinya mengalami peningkatan.
dimana dari hari pertama sampai hari ketiga energi 46% menjadi 69%, protein
49% menjadi53% , lemak 72% menjadi 105%, dan karbohidrat 34% menjadi
60% . Dimana sudah tidak ada lagi mual muntah, namun pasien masih
mengalami keluhan lemas, batuk, dan frekuensi BAB sudah
normal.Diharapkan ibu dapat mengawasi anaknya untuk tidak jajan yang
tidak sehat sehingga anak dapat terhindar dari resiko penyakit (Cusia, 2020).

DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa, Jakarta gaya baru
Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta
Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik, Jakarta,
EGC
Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6.
EGC. Jakarta.
Cusia, I. A. (2020). Penatalaksanaan Asuhan Gizi Terstandard Pada Pasien
Diare Di Ruang Teratai Bawah Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong
Kabupaten Bogor Tahun 2020 (Doctoral Dissertation, Poltekkes
Tanjungkarang).
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta
Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya.
Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi
dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi
dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku
1, Ed.4, EGC, Jakarta
Sachasin Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatik. Alih bahasa : Manulang
R.F. Jakarta, EGC
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI,
Jakarta.
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai