Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisa Kasus
Pada kasus diatas, penulis melakukan pengkajian kepada klien dan
melakukan intervensi keperawatan selama 3 hari, dimana berdasarkan hasil
pengkajian, diperoleh data bahwa Tn. M, laki-laki, usia 28 tahun, diagnosa Soft
Tissue Tumor as. Lesft Forearm, pekerjaan pegawai swasta, dan tidak memiliki
riwayat hipertensi dan diabetes melitus. Tn. M tinggal bersama istri dan satu
orang anaknya, Tn. M memiliki 1 orang anak laki-laki. Pemeriksaan TTV
diperoleh hasil : TD : 110/80 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, Suhu 36,5
O
C. Klien sebelumnya tidak pernah dirawat ataupun mengalami pembedahan.
Klien masuk ke RSU Yarsi pada tanggal 10 April 2021. Berdasarkan hasil
pengkajian diperoleh data subjektif klien mengatakan nyeri di sekitar lengan kiri
atas terkadang sampai mati rasa, nyeri saat bergerak, terasa di tusuk-tusuk. Data
objektif yang diperoleh saat pengkajian klien tampak lemah, pasien terlihat
meringis, terlihat di lengan kiri atas terdapat luka insisi, klien mengeluh sulit
menggerakkan lengan.
Sehingga berdasarkan data yang diperoleh penulis mengangkat 3 dignosa
utama yang muncul pada klien saat dilakukan pengkajian. Diagnosa utama yaitu
nyeri akut, diagnosa kedua adalah gangguan mobilitas fisik dan diagnosa ketiga
adalah resiko gangguan integritaskulit/jaringan yang dimana diagnosa tersebut
disesuaikan berdasarkan SDKI PPNI (2017).

B. Analisa Intervensi Keperawatan


Pemberian intervensi pada kasus diatas, penulis lakukan berdasarkan SLKI
PPNI (2019) dan SIKI PPNI (2018), dimana pada diagnosa pertama yaitu nyeri
akut intervensi yang diberikan disesuaikan dengan kondisi klien berupa
identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri.
Identifikasi skala nyeri, identifikasi nyeri nonverbal, berikan teknik non
farmakologi, kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri, fasilitasi istirahat
dan tidur, pertimbangan jenis dan sumber nyeri, jelaskan penyebab,
periode,pemicu nyeri, jelaskan strategi meredakan nyeri, anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri, anjurkan menggunaakan analgetik secara tepat dan
kolaborasi pemberian analgetik, intervensi ini penulis ambil berdasarkan SIKI
PPNI (2018) dan sudah disesuaikan dengan kondisi klien dan tindakan yang
dapat dilakukan.
Pada diagnosa kedua intervensi yang diberikan yang disesuaikan dengan
kondisi klien adalah identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan,
identifikasi adanya kelemahan dan keluhan lainnya, fasilitasi aktivitas mobilisasi
dan ambulansi, fasilitasi melakukan pergerakan dan mobilisasi fisik , libatkan
keluarga dalam membantu klien meningkatkan pergerakan dan mengajarkan
mobilisasi sederhana yang harus dilakukan. Begitu juga pada diagnosa resiko
gangguan integritas kulit/jaringan penulis melakukan intervensi yang disesuaikan
dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia PPNI (2018).
Kasus diatas, intervensi dilakukan penulis selama 3 hari dengan evaluasi
hasil tindakan setiap harinya dilakukan setelah selesai dinas. Penulis merasa
intervensi dilakukan selama 3 hari kurang efektif, dan terdapat dua diagnosa
yang sepenuhnya baru teratasi sebagian yaitu pola nafas tidak efektif dan
gangguan mobilitas fisik. Intervensi seharusnya dilakukan sampai diagnosa
masalah yang muncul teratasi, namun klien dibawa pulang oleh keluarganya dan
ingin dirawat dirumah.

C. Rancangan Ide-Ide Baru


Penatalaksanaan terhadap nyeri dibagi menjadi dua yaitu dengan farmakologi
dan non-farmakologi. Salah satu teknik non-farmakologi meliputi: meditasi, latihan
autogenic, latihan relaksasi progresif, guided imagery, nafasritmik, operant
conditioning, biofedback, membangun hubungan terapeutik, sentuhan terapeutik,
stimulus kutaneus, distraksirelaksasi, musuk, acupressure, aromatherapy. 11 Dari
uraian tentang pendekatan non-farmakologi untuk mengurangi intensitas nyeri
penulis menggunakan tehnik relaksasi guided imagery. Salah satu metode yang cukup
sering digunakan untuk mengurangi kecemasan oleh berbagai kalangan yakni
relaksasi. Teknik relaksasi merupakan suatu bentuk penanganan dengan cara
mengajak serta mengantar klien untuk beristirahat atau bersantai, dengan asumsi
bahwa istirahatnya otot-otot dapat membantu mengurangi tegangan psikologis.
Ketika tubuh dalam kondisi rileks, saraf parasimpatetis bekerja menekan saraf
simpatis saat cemas. Guided imagery merupakan salah satu teknik yang dapat
menimbulkan efek relaksasi pada penggunanya. Konsep guided imagery
menggunakan imajinasi dari individu secara terbimbing yang bertujuan
mengembangkan relaksasi dan meningkatkan kualitas hidup individu. Dengan
membayangkan suatu tempat atau situasi yang menyenangkan individu akan
menemukan titik rileksnya, terlebih jika ketika berimajinasi melibatkan indra yang
dimiliki seperti pengelihatan, penciuman, perabaan, pendengaran, bahkan
pengecapan.9 Menurut penelitian dari Chandra Kristianto, dkk (2013) menyebutkan
bahwa pasien post operasi sectio caesarea yang sebelumnya mengalami nyeri hebat,
sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dan guided imagery di Irina D BLU
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado sebagian besar mengalami penurunan ke
kategori nyeri ringan dan selebihnya ke kategori nyeri sedang, teknik relaksasi nafas
dalam dan guided imagery efektif terhadap penurunan nyeri pada pasien post op
sectio caesarea. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengambil penelitian dengan
judul Penerapan Terapi Guided Imagery untuk Penurunan Nyeri pada Pasien Post Op
Appendiktomi di RSUD RA Kartini Jepara.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada pengkajian asuhan keperawatan diatas, penulis melakukan penulisan asuhan
keperawatan dengan :
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 April 2021, yang dilakukan untuk
menemukan data subjektif dan objektif untuk menemukan suatu masalah
keperawatan
2. Analisa Data
Analisa dilakukan berdasarkan hasil pengkajian yang diperoleh dari data
subjektif dan objektif
3. Perumusan diagnosa
Perumusan diagnosa penulis lakukan berdasarkan hasil pengkajian dan analisa
data dan ditemukan tiga diagnosa yang diangkat diataranya adalah Pola nafas
tidak efektif, gangguan mobilitas fisik dan hipertermia
4. Intervensi
Intervensi dilakukan selama 3 hari pemberian intervensi yang disesuaikan
dengan standar intervensi berdasarkan SIKI PPNI
5. Evalusai
Evaluasi keperawatan dilakukan penulis untuk mengetahui hasil dari tindakan
intervensi yang telah dilakukan oleh penulis selama 3 hari yang dilandaskan
berdasarkan SOAP
B. Sumber
Atoilah, Elang M. Kusnadi, Engkus. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut: In Media.
Darni Z, Khaliza N,T,R. (2020).Penggunaan Aromaterapi Lemon Untuk Mengurangi
Nyeri pada Pasien Post Operasi. Program D-III Keperawatan Akper
Fatmawati. Jakarta Selatan.
Kozier. (2010). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta: EGC
Lemone, Priscilla dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan.
Respirasi. Jakarta: EGC.
M. Clevo Rendi, Dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Manuaba, T.W.( 2010). Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010.
Jakarta : Sagung Seto
Nursalam. (2014). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia A. (2011). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:
EGC
Putri, S.V.E. 2019. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Rasa Aman Pada Kasus
Perioperatif Soft Tissue Tumor Ganglion Terhadap Nn.Z diruang Bedah RSD
Mayjend HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2131/1/KTI%20SADI.pdf
Smeltzer. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(Definisi dan Indikator Diagnostik). Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(Definisi dan Tindakan Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Zahirin. 2012. Buku Ajaran Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC  
Zakiyah, Ana. 2015. Nyeri: Konsep dan Penatalaksanaan dalam Praktik.
Keperawatan Berbasis Bukti. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai