Anda di halaman 1dari 14

BAB 4

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Pada Ny.A Dengan Post Operasi


Nefrektomi Atas Indikasi Tumor ginjal Di Ruangan Bedah RSAM Bukittinggi
tahun 2021. Selanjutnya kelompok akan membahas permasalahan tentang Asuhan
Keperawatan Pada Ny.A Dengan Post Operasi Nefrektomi Atas Indikasi Tumor
Ginjal Di Ruangan Bedah RSAM Bukittinggi tahun 2021. Kelompok membagi
empat sub pembahasan yaitu pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi
keperawatan dan implementasi keperawatan.
Pembahasan akan diuraikan sesuai masalah yang ditemukan dengan
menggunakan pendekatan konsep dasar yang mendukung. Kelompok akan
menguraikan tentang kesenjangan yang muncul pada asuhan keperawatan antara
teoritis dengan kasus yang kelompok kelola.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Potter danperry,
2005). Kelompok tidak menemukan kesenjangan dalam melakukan pengkajian
pada saat membandingkan data yang diperoleh dari pengkajian pada pasien
dengan yang ada dalam teoritis. Sehingga kelompok dapat menegakkan diagnosa
keperawatan. Kelompok menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan tanda
dan gejala post operasi nefrektomi yang khas
Kelompok menemukan semua tanda dan gejala khas tersebut pada
pasien. Data tersebut antara lain, Pasien masuk rumah sakit melalui IGD pada hari
sabtu 30 Oktober 2021 karena mengeluh sakit pinggang sebelah kanan lebih
kurang sejak 2 bulan terakhir. Pasien sebelumnya sudah berobat dan diurut tetapi
masih terasa sakit RSUD Penyambungan, dan di rujuk ke RSAM Bukittinggi
untuk dilakukan pembedahan nefrektomi dan pengobatan akhirnya dokter
memutuskan untuk dilakukan nefrektomi pada tanggal 2 November 2021 pukul
09.00 WIB, dan tindakan operasi selesai sekitar pukul 23.00 wib.
Saat dilakukan pengkajian pasien dengan kondisi post nefrektomi . Saat
tindakan operasi pasien mendapatkan anastesi umum. Pasien saat pengkajian
terpasang infus analgetik. Pasien mengatakan nyeri pada bagian abdomen, nyeri
hilang timbul, nyeri sangat terasa pada saat bergerak, skala nyeri 5. Kondisi
pasien saat ini tampak lemah, masih sulit untuk melakukan mobilisasi, aktivitas
dibantu oleh anak, mukosa tampak kering, pasien. Tampak luka operasi pada
bagian perut tengah dengan posisi horizontal, luka operasi bersih dan tertutup
verban. Pada pemeriksaan TTV pada pasien didaptkan Tekanan darah: 103/71
mmhg, Nadi: 80x/menit, Pernafasan: 20x/menit, dan suhu: 36,C. Dari tanda dan
gejala- gejala secara teoritis tersebut dapat kami tegakkan diagnosa keperawatan.
Pemeriksaan fisik klien tidak ada kesenjangan sama sekali, klien
mengatakan keluhan utama saat pengkajian yaitu pasien mengalami nyeri,
skala nyeri didapatkan yaitu rentang 5 atau sedang, salah satu cara untuk
mengenal rentang nyeri klien yaitu:

Gambar 1: Skala Pengukur Nyeri NRS

Skala nyeri pada angka 0 berarti tidak nyeri, angka 1-3


menunjukkan nyeri yang ringan, angka 4-6 termasuk dalam nyeri
sedang, sedangkaan angka 7-10 merupakan kategori nyeri
berat. Oleh karena itu, skala NRS akan digunakan sebagai
instrumen penelitian (Potter & Perry, 2006). Menurut Skala nyeri
dikategorikan sebagai berikut:
1. 0 : tidak ada keluhan nyeri, tidak nyeri.

2. 1-3 : mulai terasa dan dapat ditahan, nyeri ringan.

3. 4-6 : rasa nyeri yang menganggu dan memerlukan


usaha untuk menahan, nyeri sedang.
4. 7-10 : rasa nyeri sangat menganggu dan tidak dapat
ditahan, meringis, menjerit bahkan teriak, nyeri
berat.
B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon


actual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan dan perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon actual dan
potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang
berkaitan, catatan medis klien dimasa lalu yang dikumpulkan selama
pengkajian (Potter danperry, 2005).
Pada diagnosa keperawatan ditemukan kesenjangan dalam jumlah
masalah keperawatan yang ditemukan. Diagnosa – diagnosa yang ditemukan
pada prinsipnya sesuai dengan yang ada pada teori, diagnosa sesuai dengan
keluhan yang didapat dari pasien. Berikut ini keluhan yang didapat dari
pasien sehingga kelompok menegakkan 3 diagnosa keperawatan yaitu:
a. Nyeri akut b.d post insisi pembedahan

b. Resiko infeksi b.d insisi pembedahan

c. Intoleransi aktifitas b.d nyeri

Diagnosa yang didapatkan berdasarkan keluhan yang disampaikan


oleh pasien, selain itu juga berdasarkan apa yang tampak saat pengkajian dan
berdasarkan pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Semua keluhan ditampilkan
dalam analisa data melalui data objektif dan data subjektif.

Diagnosa yang tidak ada di tinjauan kasus yaitu resiko penurunan


curah jantung dan gangguan eliminasi urine, Alasan penulis tidak
menegakkan diagnosa tersebut karena tidak ada data objektif maupun data
subjektif yang mendukung untuk menengakan diagnosa tersebut, penulis
hanya membuat sesuai dengan kebutuhan klien, dan dari data yang di
dapatkan hasil pengkajian.

C. Intervensi
Intervensi (perencanaan) adalah kategori dalam perilaku
keperawatan dimana tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang
diperkirakan dan ditetapkan sehingga perencanaan keperawatan dipilih untuk
mencapai tujuan tersebut (Potter dan Perry, 2005).
Intervensi atau perencanaan asuhan keperawatan (nursing care plan)
adalah acuan tertulis dari berbagai intervensi keperawatan yang direncanakan
dapat mengatasi diagnosis keperawatan sehingga klien dapat terpenuhi
kebutuhan dasarnya. kelompok menegakkan diagnose membuat rencana
tindakan (intervensi) sesuai dengan diagnose yang diangkat kelompok
berdasarkan teori standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI).
a. Nyeri Nyeri akut b.d insisi pembedahan (post operasi nefrektomi)
Nyeri akut yaitu pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa International Association for the Study of Pain;
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi ringan berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6
bulan (Herdman, 2012, h. 604)
Penulis menegakkan diagnosa nyeri (akut), berdasarkan
karakteristik : provoking (P): nyeri pasca operasi laparatomy,
quality (Q): nyeri seperti ditusuk- tusuk, region (R): perut tengah,
severity (S): skala 6, time (T): hilang timbul. Sedangkan data

obyektif yang didapat, yaitu klien tampak menahan nyeri. Oleh


sebab itu penulis mengangkat diagnosa ini menjadi prioritas yang
pertama sehingga tindakan pengurangan nyeri harus segera
ditangani.
Alasan penulis mengangkat diagnosa ini prioritas pertama
karena nyeri dapat mempengaruhi semua aktivitas, apabila
sesorang yang mengalami nyeri, nyeri tersebut dapat mengganggu
aktivitas seseorang karena apabila sedikit bergerak itu akan
membuat rasa nyeri semakin terasa, oleh sebab itu nyeri dapat
menggagu aktivitas seseorang. Jika Nyeri tidak segera ditangani
maka akan dapat menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh yang
lain, seperti gangguan pola tidur, gangguan rasa nyaman, gangguan
nutrisi sehingga akan menurunkan daya tahan tubuh dan dapat
memperlambat proses penyembuhan dan akan semakin
memperparah keadaan psikologis pasien. Penulis membuat
intervensi yang dipilih berdasarkan standar intervensi keperawatan
indonesia (SIKI) untuk mengatasi masalah keperawatan yang
terlampir pada bab 3 asuhan keperawatan.
b. Resiko infeksi b.d insisi pembedahan
Resiko infeksi adalah ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder terharhadap penurunnan tingkat respon inflamasi
(Gunawan, 2020). Diagnosa ini ditegakkan karena ditemukan data
subyektif yang mendukung yaitu pasien mengalami demam saat
post op .infeksi bisa disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
terhadap suatu penyakit, sehingga luka / bekas insisi dibiarkan
tanpa di lakukan observasi ter urut. (Barbara et al., 2011). Penulis
membuat intervensi yang dipilih berdasarkan standar intervensi
keperawatan indonesia (SIKI) untuk mengatasi masalah
keperawatan yang terlampir pada bab 3 asuhan keperawatan.
c. Intoleransi aktivitas b.d Nyeri

Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada


pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri dan terarah (Herdman 2012, h. 304)
Diagnosa ini ditegakkan karena ditemukan data subyektif
yang mendukung yaitu pasien mengalami keterbatasan lingkup
gerak, terganggunya fungsi aktivitas terutama gangguan mobilisasi
ditempat tidur, dan adanya nyeri akibat insisi

pembedahan. Pada hasil pengkajian yang penulis peroleh, pasien


mengatakan sulit untuk beraktivitas. Hal ini merupakan salah satu
tanda dari adanya keterbatasan lingkup gerak otot bagian abdomen
dan terganggunya fungsi aktivitas.
Gangguan mobiitas fisik jadi prioritas yang kedua karena
diagnosa ini bukan masalah utama. Namun apabila keterbatasan
aktivitas tidak segera ditangani, maka dapat membentuk keadaan
klien dan tonus otot- otot tubuh pasien menjadi kaku. Penulis
membuat intervensi yang dipilih berdasarkan standar intervensi
keperawatan indonesia (SIKI) untuk mengatasi masalah
keperawatan yang terlampir pada bab 3 asuhan keperawatan.
Dalam diagnosa utama yang penulis tegakkan yaitu nyeri.
Karena keluhan utama pasien post operasi mengeluh nyeri pada
bagian perut dengan skala nyeri 5. Perlunya suatu tindakan
Evidance Based Nursing untuk mengurangi nyeri yang dirasakan
pasien, karena nyeri dapat mengganggu aktivitas tubuh seperti
gangguan mobilitas fisik, kelemahan, dan terkadang pasien sering
terbangun akibat nyeri di malam hari. Ada sejumlah terapi yang
dapat perawat lakukan dalam penatalaksanaan nyeri akut post
operasi diantaranya yaitu dengan terapi farmakologis yaitu
menggunakan obat analgetik dengan cara berkolaborasi dengan
medis dan dapat juga dengan terapi nonfarmakologis yaitu dengan
menggunakan teknik relaksasi maupun distraksi. Teknik relaksasi
dapat digunakan saat individu dalam kondisi sehat atau sakit dan
merupakan upaya pencegahan untuk membantu tubuh segar
kembali dengan meminimalkan nyeri secara efektif (Perry, 2005:
1529). Teknik relaksasi yang digunakan dalam mengatasi nyeri
post operasi di Rumah Sakit adalah dengan latihan nafas dalam.
Adapun keuntungan dari teknik relaksasi nafas dalam antara lain
dapat dilakukan setiap saat di mana saja dan kapan saja, caranya
sangat mudah dan dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien,
tanpa suatu media, dapat merilekskan otot-otot yang tegang,
sedangkan kerugiannya adalah tidak efektif dilakukan pada
penderita penyakit pernafasan (Smeltzer, 2001).

Pada penelitian Agung (2013) tentang Terdapat Pengaruh


Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tingkat Nyeri
Pada Pasien Post Operasi Dengan Anestesi Umum Di Rsud Dr.
Moewardi Surakarta. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa
responden sebelum diberikan teknik relaksasi nafas dalam adalah
skala 6 atau nyeri sedang dan setelah diberikan teknik relaksasi
nafas dalam menjadi skala 3 atau nyeri ringan. Ada pengaruh
signifikan pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat
nyeri pada pasien post operasi dengan anestesi umum di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Kesimpulan Ada pengaruh signifikan pada
pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat nyeri pada
pasien post operasi dengan anestesi umum di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
Melihat Evidance Based Nursing yang penulis temukan,
penulis melakukan Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi Nefrektomi.
Penulis melakukan terapi relaksasi sesuai dengan intervensi
manajemen nyeri yaitu non farmakologi yang dilakukan setiap
harinya.

D. Implementasi

Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi

ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang

diharapkan.

Adapun faktor pendukung terlaksananya implementasi adalah:

1. Adanya Kooperatif pasien terhadap semua implementasi yang dilakukan

2. Adanya kerjasama yang baik dengan perawat ruangan dan tim kesehatan

lainnya.

Implementasi merupakan bagian aktif dari asuhan keperawatan,

yaitu perawat melakukan tindakan sesuai rencana. Implementasi yang

dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun.

Selama melakukan implementasi kelompok tidak menemukan kesulitan yang

berarti karena keluarga klien yang kooperatif dan implementasi yang

dilakukan dapat dipahami oleh keluarga klien.

Salah satu bentuk implementasi keperawatan yang dilakukan adalah

memberikan Penkes kepada orang tua klien tentang seputar penyakit pasien

dan bagaimana pencegahan untuk kedepannya.


Hal ini dapat dilakukan karena didukung oleh :

a. Adanya kesempatan yang diberikan oleh Kepala Ruangan

Rawat Inap Bedah untuk menerapkan kegiatan yang

kelompok lakukan.

b. Adanya upaya kelompok untuk melakukan tindakan

keperawatan pada pasien dengan laparatomi peritonitis.

c. Adanya kerja sama dan partisipasi keluarga klien dalam

pelaksanaan Asuhan Keperawatan.

d. Adanya bimbingan, bantuan, dan kerja sama dengan tim

kesehatan atau staff ruangan.

e. Penulis dapat memberikan Evidance Based Nursing

Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap

Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi Nefrektomi.

Dimana dilakukan setiap hari pada implementasi

manajemen nyeri. Setelah dilakukan implementasi

didapatkan bahwa ada penurun skala nyeri sebelum dan

sesudah pemberian teknik relaksasi.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang

menundakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan

penatalaksanaan yang sudah berhasil di capai (Potter dan Perry, 2005).

Evaluasi dari masalah keperawatan pasien dengan laparatomi peritonitis dari

hasil implementasi selama 2 November 2021 sampai tanggal 5 November

2021 didapatkan semua diagnosa yang diteggakkan pada pasien dapat


teratasi, namun terdapat satu diagnosa yaitu nyeri sebagian teratasi karena

pasien masih ada mengatakan nyeri pada bagian perutnya, dengan skala 3.
BAB 5

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pasca operasi Nefrektomi di RSAM


selama 3 hari, berdasarkan pelaksanaan asuhan keperawatan tersebut maka
dapat penulis simpulkan sebagai berikut :

1. Dalam pengkajian Ny.A yang menderita pasca operasi


Nefrektomi, pada saat pengkajian klien telah menjalani prosedur
bedah, dan data yang didapat diantaranya klien mengeluh nyeri
pada perut bagian tengah dengan skala 5, klien tampak menahan
nyeri, terdapat luka bekas operasi pada perut.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin terdapat pada klien


dengan pasca operasi nefrektomi tidak dapat penulis temukan
semua. Sesuai dengan data yang didapat penulis pada saat
pengkajian, ditemukan 3 diagnosa yang dapat ditegakkan
pada kasus, diagnosa tersebut antara lain : Nyeri akut b.d Post
Laparatomi Nefrektomi, Intoleransi Aktifitas b.d Nyeri, Resiko
Infeksi b.d insisi pembedahan

3. Perencanaan dirumuskan berdasarkan prioritas masalah


sekaligus memperhatikan kondisi klien serta kesanggupan
keluarga dalam kerjasama.

4. Dalam melakukan perawatan pada klien dengan pasca operasi


lnefrektomi, penulis telah berusaha melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai rencana keperawatan dan ditujukan untuk
mencegah masalah yang diderita klien.

5. Evaluasi yang telah diterapkan selama 3 hari sesuai dalam teori


didapatkan 3 diagnosa, yang berhasil diatasi yaitu,
Defisit nutrisi dan intoleransi aktivitas. Dan diagnosa yang
belum dapat teratasi yaitu nyeri akut.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan kemudahan dalam penggunaan perpustakaan dalam


koleksi buku yang menjadi fasilitas bagi mahasiswa untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilannya dalam
menjalani praktik dan pembuatan asuhan keperawatan.

2. Bagi Lahan Praktik

Meningkatkan mutu pelayanan untuk klien dengan


melibatkan peran aktif keluarga sehingga asuhan keperawatan
dapat tercapai sesuai tujuan dan memberikan kenyamanan pada
klien.

3. Bagi Perawat

Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan


pasca operasi nefrektomi diharapkan juga melakukan
pendekatan psikologisnya yang dibutuhkan untuk proses
penyembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Black, j dan Hawks, j (2014), kerawatan medical bedah : manajemen klinik untuk hasil yang

diharapkan dialih bahasakan oleh Nampira R, Jakarta : Selemba Emban Patria

Deviana R. Rerung (2016), journal radikal nefrektomi, Semarang : Fk Universitas Diponegoro

Nurarif, A.H dan Kusuma. H (2015), Aplikasi asuhan keperawatan Jogjakarta: Media Action

Prabowo, E. Pranata A.E,(2014) asuhan keperawatan system perkemihan Yogyakarta: Nuha Medika

Tim pokja SDKI DPP PPNI(2018) Standar diagnosa keperawatan Indonesia, Jakarta: Dewan

Pengurus Pusat PPNI

Tim pokja SLKI DPP PPNI(2018) Standar diagnosa keperawatan Indonesia, Jakarta: Dewan

Pengurus Pusat PPNI

Tim pokja SIKI DPP PPNI(2018) Standar diagnosa keperawatan Indonesia, Jakarta: Dewan

Pengurus Pusat PPNI

Padila. 2012. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha medika

Price & Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit,Ed.6, volume 1&2. Jakarta : EGC

Sabiston. 2012. Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : EG

Anda mungkin juga menyukai