Dalam proses menelan akan terjadi hal-hal seperti berikut,
pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang
baik, upaya sfingter mencegah terhamburnya bolus ini dalam fase-
fase menelan, mempercepat masuknya bolus makanan ke dalam
faring saat respirasi, mencegah masuknya makanan dan minuman
ke dalam nasofaring dan laring, kerjasama yang baik dari otot-otot
di rongga mulut untuk mendorong bolus makanan ke lambung,
usaha untuk membersihkan kembali esofagus. Proses menelan di
mulut, faring, laring, dan esofagus secara keseluruhan akan terlibat
secara berkesinambungan (Markschultz et al, 2010).
Proses menelan dapat dibagi dalam 3 fase : fase oral, fase
faringal, dan fase esofagal (Arsyad, Efiaty Soepardi dkk, 2008).
a. Fase Oral
Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang telah
dikunyah dan bercampur liur akan membentuk bolus
makanan. Bolus ini bergerak dari rongga mulut melalui
dorsum lidah, terletak di tengah lidah akibat kontraksi otot
intrinsic lidah. Bolus terdorong ke posterior karena lidah
terangkat ke atas. Bersamaan dengan ini terjadi penutupan
nasofaring sebagai akibat kontraksi m.palatoglosus yang
meneybabkan ismus fasium tertutup, diikuti kontraksi
m.palatofaring, sehingga bolus maknana tidak akan berbalik
ke rongga mulut.
b. Fase Faringial
Fase faringial terjadi secara refleks pada akhir fase oral,
yaitu perpindahan bolus makanan dari faring ke esofagus.
Faring dan laring bergerak ke atas oleh kontraksi
m.stilofaring, m.salfingofaring, m.tirohioid, dan palatofaring.
Aditus laring tertutup oleh epiglottis, sedangkan ketiga
sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika ventrikularis
dan plika vokalis tertutup karena kontraksi ariepiglotika dan
aritenoid obliges. Bersamaan dengan ini terjadi juga
penghentian aliran udara ke laring karena refleks yang
menghambat pernapasan, sehingga bolus makanan tidak
akan masuk ke saluran napas. Selanjutnya bolus makanan
akan meluncur kea rah esofagus, karena valekula dan sinus
piriformis sudah dalam keadaan lurus.
c. Fase Esofagal
Fase esofagal ialah fase perpindahan bolus makanan dari
esofagus ke lambung. Dalam keadaan istirahat, introitus
esofagus selalu tertutup. Dengan adanya rangsangan bolus
makanan pada akhir fase faringal, terjadi relaksasi
krikofaring, introitus esofagus terbuka dan bolus makanan
masuk ke dalam esofagus. Setelah bolus makanan lewat,
sfingter akan berkontraksi lebih kuat, melebihi tonus
introitus esofagus pada waktu istirahat, sehingga makanan
tidak akan kembali ke faring. Dengan demikian refluks dapat
dihindari. Gerak bolus makanan di esofagus bagian atas
masih dipengaruhi oleh kontraksi m.konstriktor faring
inferior pada akhir fase faringal. Selanjutnya bolus makanan
akan didorong ke distal oleh gerakan peristaltic esofagus.
Pada akhir fase esofagal sfingter ini akan terbuka secara
refleks ketika dimulainya peristaltic esofagus servikal untuk
mendorong bolus makanan ke distal.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem pencernaan
Saluran pencernaan sangat peka terhadap kondisi lingkungan.
Hal ini banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor gaya hidup seprti
tidur, istirahat, aktivitas fisik, dan keadaan emosional. Tidur dan
istirahat dapat menjadi salah satu cara untuk memelihara dan
perbaikan jaringan-jaringan, serta pengeluaran sisa-sisa yang dapat
mengganggu fungsi saluran cerna. Aktivitas fisik berpengaruh pada
kekencangan otot saluran cerna, sedangkan keadaan mental
berpengaruh pada aktivitas hormone dan saraf yang
mempengaruhi pencernaan dan absorpsi. Pada saat makan,
dibiasakan makan dengan tenang dan rileks untuk membantu
proses pencernaan supaya tetap mampu menghasilkan
hormon-hormon secara maksimal dan proses mencerna berjalan
normal.
4. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Makan dan
Minum
1) Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
Pada riwayat keperawatan biasanya diungkapkan
masalah yang terkait dengan system pencernaan. Keluhan
utama terkait masalah pada system pencernaan. Riwayat
kesehatan terdahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat
pengobatan, riwayat alergi, merupakan data pengkajian yang
dapat mendukung intervensi pada pasien dengan keluhan
masalah system pencernaan.
b. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
pemenuhan kebutuhan dasar makan dan minum diantaranya:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
2. Gangguan Menelan.
c. NIC & NOC
No. Dx Nic Noc
1. Nutrition Management : Nutritional
a. Kaji adanya alergi Status : nutrient
makanan. Intake Fluid
b. Kolaborasi dengan intake
ahli gisi untuk Kriteria hasil :
menentukan jumlah a. Adanya
kalori dan nutrisi peningkatan
yang dibutuhkan berat badan
pasien b. Berat badan
c. Monitor jumlah ideal dengan
nutrisi dan kandungan tinggi badan
kalori c. Mampu
mengidentif
d. Berikan informasi
ikasi
terkait dengan
kebutuhan
kebutuhan nutrisi
nutrisi
d. Tidak terjadi
penurunan
berat badan
yang berarti.
2. Aspiration Precautions Status menelan:
a. Memantau tingkat fase faring :
Kesadaran reflex penyaluran
batuk, reflex muntah, cairan atau
dan kemampuan partikel padat
menelan. dari mulut ke
b. Posisikan tegak 90 esophagus
derajat atau sejauh Kriteria hasil :
mungkin a. Dapat
c. Menyuapkan makan mempertahan
dalam porsi kecil. kan makanan
dalam mulut.
b. pengiriman
bolus ke
hipofaring
selaras
dengan
reflex
menelan.
c. kemampuan
mengosongk
an rongga
mulut
DAFTAR PUSTAKA
www.acedemia.edu